Anda di halaman 1dari 10

TUGAS II

METODE PENELITIAN

OLEH :

NAMA : ARIEF PRADANA


NIM : 1604102010080

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2019
BAB II
PERANAN DAN JENIS – JENIS
PENELITIAN

1. KEGUNAAN DAN PERANAN PENELITIAN

Kegunaan penelitian ialah untuk menyelidiki keadaan dari, alasan untuk, dan
konsekuensi terhadap suatu set keadaan khusus. Keadaan tersebut bisa saja dikontrol melalui
percobaan (eksperimen) ataupun berdasarkan observasi tanpa kontrol. Tidak ada suatu negara
sudah maju dan berhasil dalam pembangunan, tanpa melibatkan banyak daya dan dana dalam
bidang penelitian.
Pengeluaran negara untuk penelitian dapat mencapai 1-2 persen dari total pengeluaran
negara. Amerika Serikat, Misalnya, menggunakan 0,27 persen dari total pendapatan negara
untuk keperluan penelitian antara tahun 1940-1944, dan meningkat 1 persen ditahun 1957 dan
naik lagi 1,3 persen ditahun 1955. Ditahun 1953, Amerika Serikat telah menggunakan 3,5
billiun(Miliar) dolar untuk penelitian. Dalam harga nyata 1971, pembiayaan untuk penelitian
pertanian di Asia telah mencapai US$ 646 Juta pada tahun 1974 dibandingkan dengan hanya
US$ 70 juta pada tahun 1951 (Boyce and Evanson,1975) . Jika pengeluaran untuk penelitian
pertanian dibandingkan dengan nilai dari produk pertanian dari negara-negara didunia, maka
perbandingannya dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1
Persentase Pengeluaran untuk Penelitian Pertanian Menurut
Kelompok Pendapatan Perkapita,1951-1974

Kelompok Persentase pengeluaran untuk penelitian


pendapatan pertanian terhadap nilai produk pertanian
perkapita 1951 1959 1965 1971 1974
(US$) (%) (%) (%) (%) (%)
1.750 1,21 1,26 1,80 2,48 2,55
1.000-1.750 0,83 2,29 2,95 2,34 2,34
401-1.000 0,40 0,57 0,85 1,13 1,16
150-400 0,36 0,37 0,62 0,84 1,01
150 0,22 0,28 0,47 0,70 0,67

Sumber: J.K. Boyce and R.E. Evenson, Agricultural Research and Extension
Programs.A/D/C, New York, 1975, Tabel 1.7,p.11.
Banyak studi menyimpulkan konstibusi dari penelitian mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tersebut. Ada dua cara
untuk menilai benefit (keuntungan) dari penelitian. Pertama, menggunakan teknik internal rate
of return to investment dan kedua menghitung nilai marginal dari output perdolar modal yang
ditanamkan dalam penelitian.
Hasil penelitian tidak dapat dengan segera dinikmati,tetapi biasanya mempunyai lag
waktu (time lag) dan mempunyai bentuk grafik sebagai berikut.

M -------------------------------------------------------------

0 T+3 T+10 Tahun

Penanaman modal dalam penelitian dalam waktu T diharapkan akan memberikan


sumbangan sesudah 2 atau 3 tahun kemudian. Sumbangan penelitian terus meningkat sampai
ke level M sesudah kira-kira 10 tahun. Tergantung dari jenis penelitian, maka sesudah 10 tahun,
akan terjadi penyusutan dsri output penelitian.

2. JENIS-JENIS PENELITIAN
Secara umum, penelitian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu penelitian dasar (basic
research) dan penelitian terapan(applied research).

a. Penelitian Dasar ( Basic Research )


Penelitian dasar atau penelitian murni adalah pencarian terhadap sesuatu karena ada
perhatian dan keingintahuan terhapat hasil suatu aktivitas. Penelitian dasar dikerjakan tanpa
memikirkan ujung praktis dan titik terapan. Hasil dari penelitian dasar adalah pengetahuan
umum dan pengertian-pengertian tentang alam serta hukum-hukumnya. Perhatian utama
adalah kesinambungan dan integritas dari ilmu dan filosofi. Penelitian murni bisa diarahkan
kemana saja, tanpa memikirkan ada tidaknya hubungan dengan kejadian-kejadian yang
diperlukan masyarakat. Proses pemikiran si peneliti bisa membawanya kemana saja, tanpa
memikirkan sudut apa dan arah mana yang akan dituju. ( Hogben, 1938 ).
Charters (1920) menyatakan bahwa penelitian dasar terdiri atas halnya pemilihan
sebuah masalah khas dari sumber mana saja, dan secara hati-hati memecahkan masalah tersebut
tanpa memikirkan kehendak social atau ekonomi ataupun masyarakat. Contoh penelitian murni
misalnya penelitian tentang gene, tentang nucleus, dan sebagainya.

b. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research, practical research) adalah penyelidikan yang hati-
hati, sistematik dan terus-menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan
dengan segera untuk keperluan tertentu. Hasil penelitian tidak perlu sebagai satu penemuan
baru, tetapi merupakan aplikasi baru dari penelitian yang telah ada.
Penelitian terapan memilih masalah yang ada hubungannya dengan keinginan
masyarakat serta untuk memperbaiki praktik-praktik yang ada. Penelitian terapan harus dengan
segera mengumumkan hasil penelitiannya dalam waktu yang tepat supaya penemuan tersebut
tidak menjadi kadaluwarsa.
Chartes (1925) yang disiter oleh Whitney (1960) memberikan lima buah langkah dalam
melaksanakan penelitian terapan. Kelima langkah tersebut adalah sebagai berikut.
- Sesuatu yang sedang diperlukan, dipelajari, diukur dan diperiksa kelemahannya.
- Satu dari kelemahan-kelemahan yang diperoleh, dipilih untuk penelitian
- Biasanya dilakukan pemecahan dalam laboratorium
- Kemudian dilakukan modifikasi sehingga penyelesaian dapat dilakukan untuk diterapkan
- Pemecahannya dipertahankan dan menempatkannya dalam suatu kesatuan sehingga ia
menjadi bagian yangg permanen dari satu sistem.

Tiap penelitian segera tahu bahwa, istilah penelitian”murni” dan penelitian”terapan”


hanya mendefinisikan area yang hanya berbeda dalam konsep. Contoh dari penelitian terapan,
misalnya, penelitian tentang pengaruh traktorisasi terhadap penyerapan tenaga kerja, pengaruh
pemupukan daun terhadap tanaman jagung, dan sebagainya.

3. PENELITIAN ILMU SOSIAL VS ILMU NATURA


Ilmu-ilmu sosial, seperti halnya dengan ilmu-ilmu natura merupakan suatu pengetahuan
yang bersifat umum, sistematik, dalam mana disimpulkan dalil-dalil tertentu dalam hubungan
manusia yang bersifat umum. Penelitian dalam ilmu sosial, seperti halnya dengan semua
penelitian pada umumnya, merupakan suatu proses yang terus-menerus kritis dan terorganisasi
untuk mengadakan analisis dan memberikan interpretasi terhadap fenomena sosial yang
mempunyai hubungan yang kait-mengait.
Penelitian-penelitian dalam ilmu sosial dapat dibedakan dengan penelitian dalam ilmu
natura, bukan saja karena fenomena-fenomena yang ditangani oleh sipeneliti ilmu sosial lebih
kompleks dengan data yang tidak eksak, serta tidak dapat dikontrol, tetapi permasalahn dalam
ilmu sosial lebih banyak disebabkan oleh masalah orientasi yang sangat luas yang tidak
dipunyai oleh ilmu natura. Peneliti-peneliti ilmu sosial berpendapat bahwa dalam batas-batas
tertentu, proses dalam masyarakat tidak kaku, tetapi fleksibel, dan dapat diubah. Tujuan serta
hasil penelitian akan digunakan untuk melayani keperluan masyarakat itu sendiri.
Perubahan-perubahan yang terjadi atas objek yang diteliti secara relatif dapat mengubah
diri sipeneliti sendiri dalam waktu yang relatif cepat, sedangkan perubahan-perubahan ini tidak
mempunyai suatu pengaturan yang lebih nyata regulasinya(pengaturannya).
Masalah lain yang dihadapi penelitian ilmu-ilmu sosial adalah ketidak mungkinan
melakukan eksperimentasi yang jelas terhadap fenomena-fenomena sosial, dalam arti bahwa
penelitian dalam ilmu sosial tidak memungkinkan dilakukannya percobaan dengan replikasi
serta kontrol yang cukup terjamin ketepatannya.
Kesulitan lain yang dihadapi oleh peneliti-peneliti ilmu-ilmu sosial ialah kurangnya
kemampuan prediksi dalam membuat ramalan terhadap masalah-masalah sosial. Tiap prediksi
sosial selalu terbentur kepada inferensi dari objek-objek penelitian sendiri sehingga
kemungkinan terjadinya salah prediksi selalu lebih besar. Objek penelitian selalu mengadakan
respons terhadap prediksi dan mengambil kesempatan untuk mengadakan antisipasi terhadap
perubahan-perubahan yang diramalkan, yang mengakibatkan melesetnya forcasting.
Informasi yang diperoleh oleh peneliti-peneliti ilmu sosial banyak disandarkan kepada
daya ingat (memory) dari objek dalam mencari fakta. Disebabkan oleh hal tersebut, maka
timbul lagi permasalahan dalam penelitian ilmu sosial tentang bagaimana mengurangi bias dari
informasi yang diterima.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa peneliti-peneliti dalam ilmu-ilmu sosial selalu
mendapatkan dirinya berkecimpung dalam aktifitas ataupun melibatkan dirinya dalam meneliti
catatan aktifitas manusia, dan sipeneliti bukan seorang pengamat yang imparsial, tetapi
pengamat yang berada dalam objek yang membuat proses dan fenomena sosial itu sendiri.
Variabel-veriabel fenomena sosial sulit sekali diukur secara kuantitatif, dan sipeneliti sosial
tidak dapat mengadakan perlakuan-perlakuan terhadap atribut-atribut yang sedang diteliti.
Sehingga pengelompokan-pengelompokan dengan perlakuan dan kontrol tidak mungkin
dilakukan secara cukup akurat.
4. BEBERAPA SIFAT (CIRI ) KHAS PENELITIAN
Penelitian mempunyai beberapa ciri khas. Oleh Crawford (1928) telah diberikan
sembilan buah kriteria penting dari penelitian. Sebenarnya ciri-ciri penelitian dari Crawford ini
tidak lain dari suatu kesimpulan tentang ilmu dan pemikiran reflektif.
Kesembilan kriteria atau ciri-ciri penelitian adalah sebagai berikut.
- Penelitian berkisar disekeliling masalah yang ingin dipecahkan
- Penelitian sedikit-dikitnya harus mengandung unsur-unsur orisionalitas
- Penelitian harus didasarkan pada pandangan”ingin tahu”
- Penelitian harus berdasarkan pada asumsi bahwa suatu fenomena mempunyai hukum dan
pengaturan(order).
- Penelitian berkehendak untuk menemukan generalisasi atau dalil
- Penelitian merupakan studi tentang sebab akibat
- Penelitian harus menggunakan pengukuran yang akurat
- Penelitian harus menggunakan teknik yang secara sadar diketahui

5. AKTIVITAS PENELITIAN TEMPO DULU


Apakah semua pekerjaan untuk memecahkan suatu permasalahan dapat kita golongkan
sebagai penelitian? Hal ini sukar dijawab, walaupun sudah diberikan definisi serta kriteria-
kriteria penelitian. Perumusan-perumusan kriteria serta sifat-sifat penelitian telah
dikembangkan dengan melihat aktifitas-aktifitas ilmuwan dalam mengerjakan penelitiannya.
Hal yang juga sukar dijawab adalah sebagai berikut.
Aktivitas bagaimanakah yang dapat digolongkan dalam kerja penelitian? Akan tetapi,
marilah secara kias kita melihat aktivitas-aktivitas dari ilmuan tempo dulu melaksanakan kerja
penelitiannya.
1. Cara penelitian yang sistematik (systematic inquiry) yang dilakukan oleh Charles Darwin
dengan menggunakan prinsip Baconian . Aktivitas penelitiannya adalah secara induksi
yang terpencar. Dipelajarinya variasi-variasi dari hewan dan tumbuhan, dikumpulkannya
fakta-fakta, tetapi tanpa petunjuk hipotesis. Aktivitas begini rupa memakan waktu yang
lama dan biaya yang mahal dan harus dilakukan oleh orang-orang yang genius seperti
Darwin.
2. Aktivitas Charters dalam studinya tentang kurikulum, bekerja sebagai berikut. Kegiatan
serta sifat-sifat yang diteliti, dianalisis untuk melihat kesulitan kesulitan yang muncul. Area
kesulitan serta kebutuhan yang muncul sebagai suatu kesalahan diperiksa.Kemudian
kurikulum yang terorganisasi dicoba dan diperbaiki pada fakultas-fakultas. Selanjutnya
dilakukan uji prognostik pada kantor-kantor dengan menggunakan sekretaris-sekretaris
yang disediakan.
3. Kilpatrick (1931) menekankan perlunya generalisasi. Dia sangat mementingkan konsep-
konsep dan hipotesis, yang mana menurut Kilpatrick, konsep dan penggunaan hipotesis
merupakan tindak yang filosofis. Didalam mencari pemecahan terhadap masalah, hipotesis
menentukan asumsi dasar yang digunakan dalam semua kegiatan pemikiran reflektif yang
digunakan.
4. T.L. Kelly (1932) meneliti dengan cara yang dapat dilaksanakan oleh orang-orang kurang
genius. Sejak permulaan ia telah merumuskan pemecahan tentatif terhadap masalah.Ia
menggunakan metode eksperimen dengan kontrol yang cermat. Jika hasil percobaan tidak
cocok dengan teori, maka pemecahan dicari lagi dengan cara lain, sehingga hasil yang
memuaskan diperoleh.
Dari cara peneliti-peneliti tempo dulu melaksanakan penelitiannya, satu kesimpulan dapat
ditarik, yaitu semua mereka bekerja berdasarkan berpikir secara reflektif ala Dewey yang
tersohor itu.

6. SYARAT UTAMA UNTUK BERHASILNYA PENELITIAN


Penelitian yang efektif tidak dapat terjadi seenaknya saja, tetapi harus didukung oleh
faktor-faktor serta penunjang serta sarana dan prasarana yang cukup. Kita lihat misalnya,
penelitian yang direncanakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Filipina di Los Banos. Sejak
tahun 1940-1942, dan 1947-1959 telah dikerjakan 163 buah penelitian. Akan tetapi, antara
1942-1947 tidak ada satu penelitian pun yang dikerjakan oleh fakultas tersebut. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut.
- Atmosfir untuk penelitian tidak memungkinkan.
- Data penelitian sebelumnya telah berhilangan akibat perang dunia ke-2
- Perangsang untuk mengadakan penelitian menurun, karena kekurangan sarana penelitian,
kurangnya dana, tidak ada ketenangan jiwa, serta kurang jaminan atas keselamatan diri dari
peneliti.
- Perhatian peneliti lebih banyak dicurahkan untuk mencari nafkah sehari-hari untuk
menambah pendapatan, karena gaji tidak memadai.

Somers (1959) memberikan beberapa syarat agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan
lancar. Syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Adanya kesadaran masyarakat tentang pentingnya penelitian untuk suatu negara ataupun
daerah.
2. Harus ada sarana dan pembiayaan yang cukup.
3. Hasil penelitian harus dengan segera diterapkan
4. Harus ada kebebasan dalam melakukan penelitian
5. Peneliti harus mempunyai kualifikasi yang diperlukan

1. Adanya kesadaran masyarakat


Masyarakat harus disadarkan tentang perlunya penelitian serta pentingnya penelitian dalam
pembangunan. Peneliti tidak dapat bekerja dalam suasana hampa. Ilmuwan menghendaki
laboratorium, lapangan percobaan, alat-alat, bahan-bahan serta kesempatan untuk mengikuti
konferensi dan kegiatan ilmiah.

2. Harus Ada Pembiayaan yang memadai


Untuk penelitian, diperlukan biaya. Biaya ini harus datang dari rakyat, pemerintah maupun
dari pihak swasta. Dengan adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya penelitian, maka
dana untuk penelitian akan lebih mudah diperoleh. Biaya penelitian, secara relatif memang
mahal, tetapi biaya tersebut akan selalu dikembalikan dengan jumlah yang lebih besar
dengan berhasilnya penelitian. Pengeluaran untuk penelitian bukanlah pengeluaran yang
sia-sia. Biaya penelitian adalah investment yang kelak akan membuahkan keuntungan.

3. Hasil Penelitian Harus Diterapkan


Penerapan hasil penelitian dengan segera merupakan suatu perangsang bagi si peneliti.
Banyak kejadian, hasil hasil penelitian tidak dengan segera diterapkan, tetapi penemuan
tersebut hanya tinggal dalam laporan saja dan di simpan dalam arsip institut, tanpa diketahui
oleh masyarakat apa kiranya hasil penelitian tersebut.

4. Harus Ada Kebebasan Dalam Meneliti


Penelitian akan berhasil baik, jika dalam meneliti terdapat kebebasan, walaupun kebebasan
ini tetap berada dalam batas-batas moral yang diterima masyarakat. Tiap peneliti harus
bebas memilih masalah serta bebas melapor hasil penelitiannya, tanpa ada tangan-tangan
halus yang akan menjurus atau mendikte penemuan tersebut untuk memuaskan keinginan
sekelompok orang saja.
5. Peneliti Harus Memenuhi Syarat
Faktor lain yang harus diperhatikan untuk mensukseskan penelitian adalah faktor si peneliti
sendiri sebagai the man behind the gun.
Tingkat efisiensi serta efektifitas dari penelitian tentu tidak sama. Efisiensi penelitian sangat
bergantung dari beberapa hal, antara lain : keterampilan peneliti dan teknisian; organisasi
penelitian serta kepemimpinan dan hubungan antar unit dalam meneliti; orientasi kegiatan
penelitian terhadap masalah ekonomi yang dihadapi.
Kualifikasi peneliti harus didasarkan kepada intelegensia, kekuatan bekerja serta sifat jujur
dan rajin. Whitney (1960) memberikan beberapa kriteria yang harus dipunyai oleh peneliti,
yaitu sebagai berikut.
a. Daya nalar. Seorang peneliti harus mempunyai daya nalar yang tinggi, yaitu adanya
kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara induktif
maupun secara deduktif.
b. Orisinalitas. Peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan harus kreatif. Peneliti harus
brilian, mempunyai inisiatif yang berencana serta harus subur dengan ide-ide yang rasional
dn menghindarkan ciplakan.
c. Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu ekstensif dan
logis. Dapat dengan sigap melayani serta menguasai fakta-fakta.
d. Kewaspadaan. Seorang peneliti harus secara tepat dapt melakukan pengamatan terhadap
perumahan yang terjadi atas sesuatu variable atau suatu sifat fenomena. Ia harus sigap dan
mempunyai intaian yang tajam, serta responsif terhadap perubahan atau kelainan.
e. Akurat. Seorang peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta tingkat perhitungan
yang akurat , tajam, serta tidak cepat muak.
f. Konsentrasi. Seorang peneliti harus mempunyai kekuatan konsentrasi yang tinggi, kemauan
yang keras, serta tidakcepat muak.
g. Dapat bekerja sama. Peneliti harus mempunyai sifat kooperatif, dapat bekerja sama dengan
siapa pun. Harus mempunyai keinginan untuk berteman secara intelektual, dan dapt bekerja
secara team-work. Ini menjurus kepada adanya sifat leadership dari sipeneliti.
h. Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat, baik jiwa maupun fisik. Peneliti harus stabil, sabar,
dan penuh vitalitas.
i. Semangat. Kesehatan sipeneliti harus ditunjang pula oleh adanya semangat untuk meneliti.
Peneliti harus mempunyai kreativitas serta hasrat yang tinggi.
j. Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual, mempunyai
moral yang tinggi, beriman, dan dapat dipercaya.
Dinegara-negara yang sedang yang berkembang, pengembangan penelitian sangat
ditentukan oleh tingkat pengetahuan, keterampilan, serta kualifikasi sipeneliti. Langkahnya
peneliti serta rendahnya tingkat keterampilan telah membuat jenis serta arah penelitian yang
berbeda-beda.
Tingkat keterampilan dalam melaksanakan penelitian dapat dikategorikan atas 4 tingkat
(Boyce dan Evenson, 1975), yaitu sebagai berikut
1. Keterampilan inventif
2. Keterampilan teknis (Engineering)
3. Keterampilan teknis ilmiah
4. Keterampilan ilmiah-konseptual

1. Keterampilan inventif (inventive skill)


Keterangan inventif merupakan sifat umum dari manusia. Seorang petani yang sederhana
dapat menemukan sesuatu dengan pengalaman. Keterampilan dinamakan keterampilan
inventif . Keterampilan jenis ini tidak memerlukan penataran ataupun training secara
formal.

2. Keterampilan teknis-engineering
Sarjana-sarjana lulusan universitas mempunyai keterampilan ini. Keterampilan ini adalah
hasil dari terapan dari text book untuk memecahkan masalah-masalah teknis yang dihadapi.
Secara umum, peneliti-peneliti dinegara berkembang, mem[punyai keterampilan jenis ini.

3. Keterampilan teknis-ilmuah
Keterampilan teknis-ilmiah biasanya diperoleh sesudah menamatkan program magister
pada perguruan tinggi. Keterampilan ini berjenis-jenis tingkatnya dan keterampilan yang
diperoleh dapat menguasai teknik dan cukup kemampuan ilmiah serta ackground teori
dalam mengadakan analisis.

4. Keterampilan ilmiah konseptual


Dengan meningkatnya deraja keilmuan seseorang dan semakin dekatnya seseorang
mencapai scientific frontier of knowledge serta pengalaman yang cukup banyak, maka
sipeneliti telah memperoleh keterampilan konsepsional. Skill ini dipunyai oleh peneliti yang
cukup berpengalaman dan oleh Doktor-doktor Filosofi.

Anda mungkin juga menyukai