Anda di halaman 1dari 32

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR


PERANCANGAN TUNGKU ELEKTRIK
PELEBBURAN MATERIAL ALUMUNIUM
KAPASITAS 10 KG

Oleh:

Rizky Ananda Putra (12-2013-121)

Menyetujui,

Pembimbing

Yusril Irwan, MT.


i
ABSTRAK

Untuk menghasilkan kualitas alumunium yang baik diperlukan suatu


pengerjaan pengecoran yang berkualitas. Sebagian alumunium dileburkan dalam
tungku dipanaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil gas alam, minyak, atau
mungkin batubara. Namun penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi
untuk proses pencairan memiliki beberapa kelemahan selain efisiensi yang lebih
rendah, pembakaran menghasilkan partikel-partikel sisa asap yang
mengkontaminasi alumunium cair sehingga peleburan alumunium tidak merata.
Untuk mengurangi hal tersebut maka diperlukan sebuah tungku dengan
mengunakan energi listrik.
Tungku listrik adalah perlatan yang digunakan untuk proses pembuatan
logam atau peleburan logam,dimana besi bekas atau logam yang dipanaskan dan
dicairkan dengan perpindahan energi dari energi listrik ke energi panas dimana
pemindahan energi panas tersebut mengunakan koil pemanas yang disambungkan
ke arus listrik untuk memanaskan tungku atau tanur peleburan. Tungku yang
digunakan memerlukan suhu dengan titik cair alumunium 6600C. Tungku listrik
memiliki beberapa keunggulan diantaranya pemanasan merata, lingkungan tetap
bersih, tidak menimbulkan polusi asap akibat dari pembakaran, mudah dalam
mengatur dan mengendalikan temperatur. Efisiensi penggunaan energi panas
tinggi, dan mudah dipindah-pindahkan. Tungku listrik konvensional yang ada di
pasaran lebih mahal, kurang akurasi waktu dan temperature. Diharapkan
perancangan tungku ini dapat menjadi solusi dari masalah yang diuraikan.
Komponen- komponen utama tungku listrik terdiri atas batu tahan api, semen tahan
api, tungku crusibel , koil pemanas. Tahapan dalam perancangan tungku listrik dari
analisa masalah, studi literatur, perancangan konsep, pemilihan bahan dan
perhitungan serta menghasilkan gambar sketsa 2D dan 3D.
Kata kunci: Aluminium , Pemanasan merata , Tungku Listrik

ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Batasan Masalah ....................................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3

1.4. Ruang Lingkup ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

2.1. Proses Perancangan Mesin ....................................................................... 4

2.2. Klasifikasi Logam .................................................................................... 6

2.2.1. Ferro .................................................................................................. 6

2.2.2. Non Ferro .......................................................................................... 7

2.2.3. Alumunium ....................................................................................... 7

2.2.4. Paduan Aluminium : ......................................................................... 8

2.3. Tungku Peleburan ................................................................................... 10

2.4. Klasifikasi tungku ................................................................................... 11

2.5. Proses pengecoran logam ....................................................................... 17

2.6. Bagian-bagian utama tungku listrik........................................................ 17

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ v

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Diagram aliran perancangan............................................................... 4


Gambar 2. 2 Sifat-Sifat fisik dan mekanik Aluminium .......................................... 8
Gambar 2. 3 Diagram fasa Al-Cu ........................................................................... 8
Gambar 2. 4 Tungku tipe krusibel......................................................................... 12
Gambar 2. 5 Tungku tipe hearth ........................................................................... 13
Gambar 2. 6 Tungku tipe shaft .............................................................................. 14
Gambar 2. 7 Tungku tipe pembakaran minyak ..................................................... 15
Gambar 2. 8 Tungku tipe listrik heroult ................................................................ 15
Gambar 2. 9 Tungku Krus..................................................................................... 16
Gambar 2. 10 Tungku induksi jenis saluran.......................................................... 17
Gambar 2. 11 Bata tahan api ................................................................................. 18
Gambar 2. 12 Perbandingan SK batu tahan api .................................................... 19
Gambar 2. 13 Semen tahan api ............................................................................. 19
Gambar 2. 14 Semen api ....................................................................................... 20
Gambar 2. 15 Krusibel .......................................................................................... 22
Gambar 2. 16 Koil heater ...................................................................................... 22

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Untuk menghasilkan kualitas alumunium yang baik diperlukan suatu
pengerjaan pengecoran yang berkualitas. Penggunaan peralatan untuk pencairan
logam ini semakin beragam sehingga pengunaan sumber energi dipakai itu pun juga
mulai dipertimbangkan. Sebagian alumunium dileburkan dalam tungku dipanaskan
oleh pembakaran bahan bakar fosil gas alam, minyak, atau mungkin batubara.
Namun penggunaan bahan bakar fosil sebagai sumber energi untuk proses
pencairan memiliki beberapa kelemahan selain efisiensi yang lebih rendah,
pembakaran menghasilkan partikel-partikel sisa asap yang mengkontaminasi
alumunium cair sehingga peleburan alumunium tidak merata. Untuk mengurangi
hal tersebut maka diperlukan sebuah tungku dengan mengunakan energi listrik.
Seperti halnya tungku induksi namun dengan tungku tersebut tidak semua jenis
logam alumunium bisa dicairkan karena alumunium memiliki medan magnetnya
yang sangat rendah dan juga pengaturan suhu pada tungku induksi terhadap logam
alumunium juga sulit sehingga digunakan sistem mekanisme tahanan listrik untuk
pencairan tersebut.

Tungku listrik adalah perlatan yang digunakan untuk proses pembuatan


logam atau peleburan logam,dimana besi bekas atau logam yang dipanaskan dan
dicairkan dengan perpindahan energi dari energi listrik ke energi panas dimana
pemindahan energi panas tersebut mengunakan koil pemanas yang disambungkan
ke arus listrik untuk memanaskan tungku atau tanur peleburan. Tungku yang
digunakan memerlukan suhu dengan titik cair alumunium 6600C. Tungku listrik
memiliki beberapa keunggulan diantaranya pemanasan merata, lingkungan tetap
bersih, tidak menimbulkan polusi asap akibat dari pembakaran, mudah dalam
mengatur dan mengendalikan temperatur. Efisiensi penggunaan energi panas
tinggi, dan mudah dipindah-pindahkan. Tungku listrik konvensional yang ada di
pasaran lebih mahal, kurang akurasi waktu dan temperature. Diharapkan
perancangan tungku ini dapat menjadi solusi dari masalah yang diuraikan.
1
Komponen- komponen utama tungku listrik terdiri atas batu tahan api, semen tahan
api, tungku crusibel , koil pemanas. Tahapan dalam perancangan tungku listrik dari
analisa masalah, studi literatur, perancangan konsep, pemilihan bahan dan
perhitungan serta menghasilkan gambar sketsa 2D dan 3D.

Kinerja Tungku Elektrik sangat mengesankan, karena jumlah peleburan


untuk 100-130 ton telah disingkat dengan waktu 30-40 menit tungku yang
beroperasi. Dengan demikian, per jam dan tahunan produktivitas meningkat.
Tungku lisrik memiliki keunggulan penting atas tungku bahan baar fosil untuk
mencairkan potongan alumunium yang paling penting adalah logam lebih bersih
karena tidak ada produk pembakaran dilingkunan tungku listrik, kotoran logam
yang ikut dilebur jauh lebih sedikit ( Leissiter, 1997 ). Oleh karena itu kerugian
lebih rendah dan kemurnian logam dapat ditingkatkan. Pengadukan dari tungku
listrik meminimalkan gradien temperatur dalam melebur, dan meningkatkan
konsistensi ( Heine dan Gross, 1991). Tungku listrik akan lebih efisien dari pada
menggunakan gas atau tungku berbahan bakar minyak ( Fishman, 2002) terutama
dalam ukuran yang lebih kecil.

Tungku listrik ini diharapkan dapat menjadikan inovasi baru dalam sebuah
peleburan logam, khususnya aluminium dalam skala kecil, Untuk menjawab
permasalahan tersebut akan diproses lebih lanjut dengan melakukan perancangan
dan pembuatan tungku elektrik untuk peleburan material aluminium dengan sistem
yang sederhana, mudah pembuatannya, mudah dipindah-pindahkan , dan ekonomis.

1.2. Batasan Masalah


Batasan masalah pada perancangan dan pembuatan tungku busur listrik peleburan
alumunium ini adalah sebagai berikut :

1. Merancang kontruksi tungku listrik untuk peleburan material alumunium.


2. Komponen yang digunakan tungku listrik untuk peleburan material
alumunium.
3. Gambar rancangan tungku listrik untuk peleburan material alumunium 2D
dan 3D sesuai dengan hasil perancangan yang dilakukan.

2
1.3. Tujuan
Solusi untuk merealisasikan latar belakang yang menjadi permasalahan diatas,
menjadi tujuan untuk menjawab bagaimana solusinya. Tahapan-tahapan dari solusi
masalah diatas adalah sbagai berikut :

1. Mendapatkan hasil rancangan kontruksi tungku listrik peleburan material


alumunium.
2. Mendapatkan komponen yang tepat dari hasil rancangan rangkaian listrik
tungku listrik peleburan material alumunium.
3. Mendapatkan gambar rancangan 2D dan 3D tungku listrik sesuai hasil
rancangan yang didapatkan.

1.4. Ruang Lingkup


Dalam pembuatan tungku tanur listrik ini yang mana ruang lingkupnya meliputi :

Rancangan kontruksi tungku listrik untuk peleburan material alumunium.


Tungku yang digunakan crusibel yang sudah ada dipasaran
Koil pemanas yang digunakan yang sudah ada dipasaran
Untuk memanaskan alumunium

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Perancangan Mesin


Perancangan adalah kegiatan awal dari sebuah usaha dalam merealikasikan
sebuah produk yang keberadaannya diperlukan oleh masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya (Darmawan, 2004). Sebelum sebuah produk
dibuat, maka produk tersebut haruslah dirancang terlebih dahulu. Hasil rancangan
tersebut dapat berupa sebuah sketsa atau gambar sederhana dari produk atau benda
teknik yang akan dibuat. Kegiatan-kegiatan dalam proses perancanagan terdiri dari
beberapa fase. Fase-fase dalam proses peracangan berbeda satu dengan yang
lainnya. Fase-fase proses perancangan tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 2. 1 Diagram aliran perancangan

1. Definisi Proyek, Perencangan Proyek dan Penyusunan Spesifikasi Teknis


Proyek.
a. Pernyataan tentang masalah/produk yang akan dirancang.
b. Beberapa kendala yang membatasi solusi masalah tersebut.
c. Spesifikasi teknis produk.

4
d. Kriteria keterimaan dan kriteria lain yang harus dipenuhi oleh
produk.
e. Recana proyek

2. Perancangan Konsep Produk

Spesifikasi teknis produk hasil fase pertama prose perancangan menjadi dasar
fase berikutnya, yaitu fase perancangan konsep produk. Tujuan fase ini adalah
menghasilkan alternatif konsep produk sebanyak mungkin. Konsep produk yang
dihasilkan fase ini masih berupa skema atau dalam bentuk skets. Pada prinsipnya,
semua alternatif semuakonsep produk tersebut memenuhi spesifikasi teknik
produk. Pada akhirnya fase perancangaan konsep produk, dilakukan evaluasi pada
hasilrancangan konsep produk untuk memilih satu atau beberapa konsep produk
terbaik untuk dikembangkan pada fase ketiga fase perancangaan produk.

3. Perancangan Produk

Fase perancangan produk merupakan pengembangan alternatif dalam bentuk


skema atau skets menjadi produk atau benda teknik yang bentuk, material dan
dimensi elemen-elemenya ditentukan. Fase perancangan produk diakhiri dengan
perancangan detail elemen-elemenproduk, yang kemudian dituangkan dalam
gambar-gambar detail untuk proses pembuatan.

4. Dokumen Untuk Pembuatan Produk

Dokumen atau gambar hasil rancangan produk tersebut dapat dituangkan dalam
bentuk gambar tradisional diatas kertas (2 dimensi) atau gambar dalam bentuk
modern yaitu informasi digital yang disimpan dalam memori Komputer. Informasi
dalam bentuk digital tersebut dapat berupa print-out untuk menghasilkan gambar
tradisional atau dapat dibaca oleh sebuah software komputer. Gambar hasil
rancangan produk terdiri dari

a. Gambar semua elemen produk lengkap dengan geometrinya,


dimensinya, kekasaran/kehalusan permukaan dan material.
b. Gambar susunan komponen (assembly).
c. Gambar susunan produk

5
d. Spesifikasi yang membuat keterangan-keterangan yang
tidak dapat dimuat dalam gambar.
e. Bill of material

2.2. Klasifikasi Logam


2.2.1. Ferro
Ferro (Ferrous) digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan kadar karbon
(komposisi kimia) :

1. Besi Karbon Rendah


Besi karbon rendah (wrought iron) mengandung < 0,1% C dengan 1-3%
terak halus yang tersebar secara merata didalamnya.
2. Baja
Baja merupakan paduan, yang terdiri dari besi, karbon, dan unsur lainnya.
Baja dapat dibentuk melalui pengecoran, pencairan, atau penempaan.
Karbon merupakan salah satu unsur terpenting karena dapat meningkatkan
kekerasan dan kekuatan baja. Baja logam yang paling banyak digunakan
dalam teknik, dalam bentuk pelat, lembaran, pipa, batang, profil, dan
sebagainya. Berdasarkan unsur paduannya, klasifikasi baja mengikuti SAE
(Society of Automative Engineers) dan AISI (American Iron and Steel
Institute). Secara garis besar baja dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Baja Karbon
1) Baja karbon rendah ( < 0,30% C)
2) Baja karbon sedang (0,30<%C<0,70)
3) Baja karbon tinggi (0,70<%C<1,40)
b. Baja Paduan
1) Baja paduan rendah (jumlah unsur paduan khusus < 8,00%)
2) Baja paduan tinggi (jumlah unsur paduan khusus > 8,00%)
3. Besi Cor
Besi cor adalah paduan Besi (Fe), Karbon (C), dan silicon dengan unsur
tambahan lainnya. Kadar karbon tinggi sehingga besi cor bersifat rapuh dan
tidak dapat ditempa. Besi cor mempunyai sifat fisis atau mekanik yang

6
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh unsur paduan yang terdapat di
dalamnya seperti karbon, silicon,mangan, fosfot, dan belerang.
Besi cor terdiri dari 4 jenis, yaitu :
a. Besi Cor Putih
b. Besi Cor kelabu
c. Besi Cor Nodular
d. Besi Cor Malleable

2.2.2. Non Ferro


Non ferro (Non Ferrous) meliputi Aluminium, Timah putih,Tembaga, Nikel,
dam sebagai nya. Ciri logam bukan besi adalah memiliki daya tahan terhadap
korosi, daya hantar listrik yang baik, dan mudah dibentuk. Dalam penggunaannya
biasanya penggunaan logam non ferro dibentuk kedalam paduan. Pemilihan paduan
tergantung pada banyak hal, antara lain kekuataan, kemudahan dalam pemberian
bentuk, berat jenis,harga bahan baku, ongkos pembuatan, dan penampilan atau
estetika.

Kebanyakan logam non ferro tahan terhadap korosi ( air atau kelembapan ).
Magnesium tahan terhadap korosi dibawah baja biasa. Secara umum dapat
dikatakan bahwa makin berat suatu logam non ferro maka, korosi makin baik.

Aluminium merupakan pengecualian, pada permukaannya terbentuk suatu lapisan


oksida yang melindungi logam aluminium itu dari korosi selanjutnya. Disamping
itu warna asli logam non ferro seperti kuning dan abu-abu perak dapat menambah
nilai estetika logam-logam tersebut.

2.2.3. Alumunium
Alumunium merupakan logam ringan mempunyai ketahanan korosi yang
baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat
logam.

Alumunium Murni

Al didapat dalam keadaan cair dengan elektrolisasi, umumnya mencapai


kemurniaan 99,85% berat. Dengan mengelektrolisasi kembali dapat dicapai
kemurniaan 99,99, yaitu dicapai bahan dengan angka sembilannya empat.

7
Tabel 2.1 dan tabel 2.2 dibawah menunujukan sifat-sifat fisik dari aluminium dari
sifat-sifat mekanik dari Aluminium.

Gambar 2. 2 Sifat-Sifat fisik dan mekanik Aluminium

Ketahan korosi berubah menurut kemurnian, pada umumnya untuk


kemurniaan 99,0% atau diatasnya dapat dipergunakan di udara tahan dalam waktu
bertahun-tahun. Hantaraan listrik Al. Kira-kira 65% dari hantaran listrik tembaga,
tetapi massa jenisnya kira-kira sepertiganya sehingga memungkinkan untuk
memeperluas penampangnya. Oleh karena itu dapat dipergunakan untuk kabel
tenaga dan dalam berbagai bentuk umpamanya sebagai lembaran tipis (foil). Dalam
hal ini dapat dipergunakan Al dengan kemurniaan 99,9 %. Untuk refeltor yang
memerlukan reflektivitas yang tinggi juga untuk kondensor elektrolit dipergunakan
Al dengan angka sembilan empat.

2.2.4. Paduan Aluminium :


1) Al-Cu dan Al-Cu-Mg

Sebagai paduan Al-Cu-Mg paduan yang mengandung 4%Cu dan 0,5%Mg


dapat mengeras dengan sangat dalam beberapa hari oleh penuaan pada
temperatur biasa setelah pelarutan, paduan ini ditemmukan oleh Awilm dalam
usaha mengembangkan paduan Al yang kuat yang dinamakan duralumin.

8
2) Paduan Al-Mn

Mn adalah unsur yang memperkuat Al tanpa mengurangi ketahanan korosi,


dan dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi. Dalam diagram fasa Al-
Mn yang ada dalam keseimbangan dengan larutan padat Al adalah Al6Mn
(23,3%Mn), sistem ortorombik a= 6,498 Armstrong, b=7,552 Armstrong, dan
kedua fasa mempunyai titik eutektik pada 658,50C, 1,95%Mn. Kelarutan padat
maksimum pada temperatur eutektik adalah 1,82% dan pada 5000C
0,36%.sedangkan pada temperatur biasa kelarutannya hampir 0.

Sebernarnya paduan Al-1,2%Mn dan Al-1,2%Mn-1,%Mg dinamakan paduan


3003 yang dipergunakan sebagai paduan tahan korosi tanpa perlakuan panas.

3) Paduan Al-Si

Paduan Al-Si sangat baik kecairanya, yang mempunyai permukaan bagus


sekali,tanpa kegetasan panas dan sangat baik untuk paduan coran, sebagai
tambahan ia mempunyai ketahanan korosi yang baik, sangat ringan,koefesien
pemuaian yang kecil dan sebagai penghantar yang baik untuk listrik panas. Karena
mempunyai kelebihan yang menyolok,paduan ini sangan banyak dipakai, paduan
Al-12%-Si sangat banyak dipakai untuk paduan cor cetak. Tetapi dalam hal ini
modifikasi tidak perlu dilakukan. Sifat-sifat silinium sangat diperbaiki oleh
perlakuan panas dan sedikit diperbaiki oleh unsur paduan. Umumnya dipakai
paduan dengan 0,15-0,4% Mn dan 0,5%Mg. Paduan yang diberi pelakuan pelarutan
dan dituakan dinamakan silium , dan yang hanya ditemper saja dinamakan silium
. Paduan yang memerlukan perlakuan panas ditambah dengan Mg juga Cu serta
Ni untuk memberikan kekerasan pada saat panas, bahan ini biasa dipakai untuk
torak motor.

4) Paduan Al-Mg

Paduan Al-Mg mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik. Sejak lama
disebut hidronalium dan dikenal sebagai paduan yang tahan korosi Cu dan Fe
sangat berbahaya bagi ketahanan korosi, terutama Cu sangat memberikan
pengaruhnya, maka perlu perhatian khusus terhadap tercampurnya unsur pengotor.

9
Paduan dengan 2-3%Mg dapat mudah ditempa, dirol dan diekstruksi, dan
paduan 5052 adalah paduan yang biasa dipakai sebagai bahan tempaan. Paduan
5056 adalah yang paling kuat dalam sistem ini, dipakai setelah dikeraskan oleh
pengerasan regangan apabila diperlukan kekerasan tinggi. Paduan 5083 yang
diambil adalah paduan antara (4,5%Mg) kuat dan mudah dilas, oleh karena itu
sekarang dipakai sebagai bahan untuk tangki LPG.

5) Paduan Al-Mg-Si

Paduan dalam sistem ini mempunyai kekuatan kurang sebagai bahan tempaan
dibandingkan dengan panduan-panduan lainnya, tetapi sangat liat, sangat baik
mampu membentuknya untuk untuk penempaan , ekstrusi dan sebagai nya dan
sangat baik untuk mampu bentuk yang tinggi pada temperatur biasa. Mempunyai
mampu bentuk yang baik pada ekstrusi dan tahan korosi, dan sebagai tambahan
dapat diperkuat dengan perlakuan panas setelah pengerjaan. Paduan 6063
dipergunakan banyak untuk rangka-rangka kontruksi. Karena paduan dalam sistem
ini mempunyai kekuatan yang cukup baik tanpa mengurangi hantaran listrik, maka
dipergunakan untuk kabel tenaga. Dalam hal ini pencampuran dengan Cu,Fe dan
Mn perlu dihindari karena unsur-unsur itu menyebabkan tahanan listrik menjadi
tinggi.

2.3. Tungku Peleburan


Proses Peleburan

Proses peleburan logam adalah proses pemanasan suatu material (logam padat)
hingga temperatur cairnya, sehingga hasil akhir material yang diperoleh berupa
logam cair.

Tanur/Tungku (Furnace)

Dalam industri pengecoran logam,tanur merupakan salah satu alat yang paling
penting karena dengan tanur inilah proses peleburan dapat dilakukan. Tanur harus
dapat menghasilkan temperatur logam yang akan dileburkan atau dalam hal baja
dan alumunium harus dapat menghasilkan temperatur sampai fasa liquid-nya.

10
Selain itu terdapat juga tanur yang digunakan di industri yang hanya untuk
memanaskan material sampai suhu tertentu, tidak sampai mencairkannya. Tanur
jenis ini dapat disebut juga Metal heating furnace,sebagai contoh tanur ini
digunakan untuk memanaskan material yang akan dilakukan pengerjaan panas
seperti ekstrasi, rolling, bending dan pressing.

Proses tanur dihasilkan oleh suatu pembangkit panas, untuk itu terdapat dua metoda
dalam menghasilkan panas dalam suatu tanur,yaitu :

1. Pembakaran dengan menggunakan bahan bakar.


2. Mengubah energi listrik menjadi energi panas.

2.4. Klasifikasi tungku


Tungku dapat digrupkan beberapa cara sbb:

1. Menurut maksud,tujuan dan fungsinya misalnya untuk peleburan (melting)


dan pemanggangan (roasting).
2. Model pembakarannya (tungku gas, tungku kokas, tungku litrik)
3. Menurut bentuknya (dapur crucible, shaft)
4. Menurut metode pengumpanannya (charging) misalnya in-out, straight
through dan sebagainya.

Ada 3 klasifikasi utama untuk tungku-tungku metalurgi yakni:

1. Crucible Furnaces

Krusibel dapat di pakai pada pengecoran (foundry) dengan fungsi utama


untuk melebur logam ferrous atau non ferrous. Umpan dilebur dalam suatu
refractory atau logam yang berbentuk (umum) seperti pot dan bagian luar dapat
dipanaskan dengan batubara, kokas atau bagian dalamnya dipanaskan dengan gas.

11
Beberapa type tungku krusibel ini terlihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2. 4 Tungku tipe krusibel

a. Hearth Furnaces

Tungku hearth ini adalah yang paling banyak, ada yang tetap (fixed),
dapat di putar (tilting) dan yang bekerja sambil beputar (rotary), bahan bakarnya
dapat di pakai semua jenis bahan bakar dan biasanya dipakai untuk

Pemanggangan (roasting)
Peleburan (melting)
Pemanasan kembali (reheating)
Dan untuk tujuan lainnya misalnya reduksi/oksida.

Beberapa type terlihat sebagai berikut :

12
Gambar 2. 5 Tungku tipe hearth

b. Shaft Furnaces
Berupa dapur tegak, yang biasanya dipakai untuk peleburan (melting), melebur
dan memproses reduksi/oksidasi (smelting), calcining dan pemanggangan
(roasting).

13
Gambar 2. 6 Tungku tipe shaft

Tungku Jenis yang Lainnya

1. Jenis pembakaran minyak


Tungku ini merupakan tungku yang paling sederhana. Tungku dipanaskan
secara kontinu sampai menjadi merah kemudian logam yang akan di cairkan
dimasukan sedikit-sedikit kedalam tanur, setelah mencair baru sisanya
dimasukan.

14
Gambar 2. 7 Tungku tipe pembakaran minyak

2. Tungku Listrik Heroult


Tungku yang diperlihatkan dalam gambar di bawah ini adalah tungku yang
paling banyak dipakai. Tungku ini menggunakan arus bolak balik tiga fasa.
Energi panas diberikan oleh loncatan busur listrik antara elektroda karbon
cairan baja. Terak akan menutupi cairan dan mencegah absorpsi gas dan
udara luar selama pemurnian berjalan.

Gambar 2. 8 Tungku tipe listrik heroult

15
3. Tungku Induksi frekuensi rendah
Kebanyakan tungku induksi menggunakan frekuensi 50 sampai 60 Hz,
tetapi sekarang beberapa tungku menggunakan frekuensi sampai tiga kali
lipatnya (150 sampai 180 Hz). Tungku induksi dibagi menjadi dua yaitu:
Tungku jenis krus
Tungku ini disebut juga tungku tidak berinti. Ruangan tungku tempat logam
cair berbentuk krus seperti yang ditunjukan oleh gambar dibawah ini. Lilitan
kedua yang di inginkan air mengelilingi dan diluar lilitan diletakkan juk
yang terdiri dari pelat berlapis banyak, berfungsi untuk memusatkan fluks
magnit dan menahan lilitan. Keuntungan tipe ini adalah bentuknya
sederhana, bata api yang digunakan bersifat asam yang murah,
pembuatannya mudah tapi efisiensi tungku ini lebih rendah dari efisiensi
tungku jenis saluran.

Gambar 2. 9 Tungku Krus

Tanur induksi jenis saluran

Ruangan tungku dibagi menjadi dua daerah, daerah pemanasan dan daerah
krus seperti yang di tunjukan pada gambar. Tungku jenis saluran mengambil
tenaga lisrtik lebih sedikit, tetapi memerlukan bahan tahan api yang netral
berkualitan tinggi dan membutuhkan tenaga ahli dalam pembuatannya.

16
Tetapi harga peralatan lebih murah dari tungku jenis krus. Tungku ini cocok
untuk peleburan kontinu dan logam cair dapat dikeluarkan dengan sudut kemi

ringan yang kecil.

Gambar 2. 10 Tungku induksi jenis saluran

2.5. Proses pengecoran logam


Proses pengecoran logam adalah proses pencapaiaan bentuk dan ukuran
(geometri) akhir produk dengan cara menuangkan logam cair kedalam suatu rongga
cetak, yang diikuti dengan proses pembekuan (pendinginan) baik secara cepat
maupun lambat, menjadi logam padat yang berbentuk atau produk.

Jenis-jenis Tungku Peleburan bedasarkan Cara Pemanasannya

Ada beberapa cara pemanasan tungku peleburan bedasarkan sumber energi


yang di dapatkan :

1. Menggunakan bahan bakar LPG


2. Menggunakan bahan bakar cair (seperti minyak tanah, bensin, dsb.)
3. Menggunakan induksi listrik

2.6. Bagian-bagian utama tungku listrik


1. Struktur Rangka Tungku Krusibel

Kerangka tungku krusibel mendukung semua mekanisme operasi,


perlengkapan listrik . Kerangka harus dapat menahan beban mati dari luar,

17
beban hidup, gaya inorsi dll. Kerangka tungku krusibel harus dapat menjamin
kekuatan dan stabilitas konstruksi secara keseluruhan.

2. Batu Tahan Api

Batu tahan api digunakan untuk kerangka luar dari tungku krusibel. Macam-
macamnya ada dua yaitu bata api charmotte (SK 30, 32, 34). Pada table dapat
dilihat dari jenis-jenis SK tersebut terdapat temperatur lebur maksimum yang
semakin meningkat seiring kenaikan angka Sknya. Bahan bahan pembuatan
batu tahan api ini harus memiliki sifat:

Ringan
Refraktori yang baik sekali
Baik sebagai isolasi termal

Gambar 2. 11 Bata tahan api

18
Gambar 2. 12 Perbandingan SK batu tahan api

Bata tahan api alumina sebagai isolasi untuk temperatur tinggi terdiri dari 90-99 %
AI203, yang memiliki sifat khas :

Tahan korosi terhadap slag asam dan basa


Tahan terhadap gas pereduksi seperti gas H2
Taha rontok (spalling) yang sangat baik
3. Semen Api (Mortar)

Digunakannya semen mortar disini adalah sebagai isolator, bersama batu


tahan api tentunya yaitu untuk mencegah agar panas yang terjai pada waktu proses
peleburan berjalan, tidak keluar. Ada toleransi ketebalan tertentu antara semen api
dan batu tahan api, hal ini penting mengingat tingginya temperature yang terjadi
pada waktu proses peleburan sedang berlangsung.

19
Gambar 2. 14 Semen api

4. Krusibel

Krusibel adalah bahan anorganik bukan logam yang sukar leleh pada temperatur
tinggi dan digunakan dalam industri temperatur tinggi seperti bahan tungku, dan
sebagainya .

Sifat dan penggunaan krusible mempunyai variasi yang luas dan terlalu
banyaknya jenis sangat menyukarkan penggolongan yang sistematis. Krusibel
kemudian digolongkan berturut-turut bedasarkan bahan bakunya, moneral
penyusun utamanya, sifat kimia, penggunaan dan bentuknya. Yang mempunyai
bentuk khas di sebut bata tahan api dan lainnya tanpa bentuk khas disebut krusibel
bebas. Ini adalah penggolongan krusible secara morfologi.

Dibawah ini menunjukan penggolongan atas dasar bahan baku dan mineral
penyusun utama serta hubungan karakteristik dan penggunaan dari crusibel :

1. Bahan silika

Mempunyai kadar Si02 94-98% dengan kadar AI203 dan alkali yang kecil,
lebih baik. Sebagai bahan baku digunakan kuarsit alamiah, cert, kuarsa berurat dan
sebagainya .

Karakteristik :
20
a. Murah, masa jenis rendah

b. Kekuatan mekanik tinggi pada temperatur tinggi

c. Tidak ada penyusutan setelah lama pada temperatur tinggi

d. Anomali pemuian pada temperatur rendah dan koefisien muia rendah pada
temperatur rendah dan temperatur tinggi

e. Susah terjadi perontokan sturktur

f. Bersifat asam kuat, tahan terhadap slag asam dan cukup bagi slag basa.

Penggunaan :

Langit-langit dari klin umum, dinding tanur beban tinggi, perapian tungku
kokas, bata katup penyalur, dinding dan langit-langit perapian dari tanur perapian
terbuka.

2. Lempung api

Krusibel lempung dibuat terutama dari koalanit, pirofilit dan mineral lempung
lainnya dari alumunium selikat terhidrasi. Komponen kimia utama adalah Si02 dan
AI203. Secara umum kadar AI203 kurang dari 50%

Karakteristik :

Murah, mudah dibuat

Daerah mutu yang luas (komponen, sifat-sifat)

Pemuian termal dan koefisien konduksi rendah, massa jenis bulk rendah

Tidak terlalu sensitif terhadap semua kondisi (pemanasan/pendingin cepat,


keausan, kerugian fusi), dapat dipakai untuk kondisi biasa

Bersifat asam dan mudah terkorosi oleh slag biasa pada temperatur tinggi

Penggunaan:

Tahan sekali berbagai slag (secara kimia hampur netral, masih kental pada
saat mencair

21
Kekuatan mekanik tinggi penggunaan :

Bagian tungku yang terpanaskan tinggi, ketel uap, bagian klin putar yang
terpanaskan lebih tinggi, juga untuk kiln poros, tanur listrik pelebur gelas, dinding
dan langit-langit tanur pemurnian logam non ferro.

Gambar 2. 15 Krusibel

5. Koil Heater

Gambar 2. 16 Koil heater

Bentuknya yang tidak tertutup isolator ataupun pipa selongsong cocok untuk
memanaskan udara, panas yang dihasilkan langsung di transfer keudara sekitarnya,
pemasangan heater ini menggunakan support (pegangan) dengan bahan isolator
22
listrik yang baik dan tahan panas tinggi seperti : keramik, mika, asbes, fibrothal,
castable dll. Cocok untuk digunakan pada kompor listrik dan oven dan furnace
(tungku) dimana media yang akan dipanaskan tidak langsung mengenai gulungan
heater ini.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

Diagram Alir Perancangan

Mulai

Studi Literatur

Perancangan Konsep

Pemilihan Bahan dan


perhitungan

Perancangan
Produk

Membuat laporan

Dokumentasi Perancangan
Gambar 2D & 3D

Selesai

24
Berikut ini uraian dari diagram alir diatas:

1. Studi Literatur
Dalam tahap studi literatur ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai
literatur yang mendukung proses perancangan. Data yang dikumpulka buku,
makalah, artikel, karya-karya ilmiah, atau data data lain yang ilmiah atau bukan
hasil karangan yang berhubungan dengan alat yang akan dirancang.
2. Perancangan Konsep
Berdasarkan data dan kriteria produk yang harus dipenuhi maka dikemukakan
konsep konsep tungku yang akan menghasilkan produk yang diinginkan
3. Pemilihan Bahan dan Perhitungan
Dalam tahap ini memilih bahan yang sesuai dengan perhitungan yang
didapatkan dan ekonomis
4. Perancangan Produk
Dalam tahap ini didapat solusi solusi alternative dalam bentuk skets atau skema
yang dikembangkan lebih lanjut menjadi tungku yang diinginkan.
5. Pembuatan laporan
Setelah semua tahapan dilakukan, maka dilakukan pembuatan gambar dan
laporan akhir. Pembuatan laporan mencakup latar belakang, metode, proses dan
hasil. pembuatan gambar mencakup pembuatan gambar dari semua komponen
pada mesin
6. Dokumentasi gambar perancangan 2D & 3D
Pada tahapan ini, gambar sudah dibuat dan siap untuk diberikan ke pembuat
untuk di produksi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Febriani R, 2005 Perancangan dan Pembuatan Tungku Peleburan untuk


Aluminium Kapasitas 3 kilogram dengan Menggunakan Bahan Bakar LPG ,
Teknik Mesin, ITENAS,BANDUNG.
2. Surdia Tata,1986, Teknik Pengecoran Logam ,Pradnya Paramita,
JAKARTA.
3. Surdia Tata, 1987, Pengetahuan Bahan Teknik Pradnya Paramita,
JAKARTA.
4. Soedjono,Syabanto I, 1994, Mengecor Logam ,Penerbit Angkasa,
BANDUNG.
5. ASM Handbook Comitte, 1998, ASM Handbook vol 15 Casting
6. Harsokoesoemo, H. Darmawan, (2004). Pengantar Perancangan Teknik
(Perancangan Produk), Edisi II, ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai