Disusun Oleh:
Nurul Hidayati
19/441125/SV/16477
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan karunia-nya,
Pelaksanaan kegiatan kerja praktik berlangsung dari Januari hingga September
2022. Kegiatan kerja praktik ini merupakan wadah bagi penulis untuk belajar secara
langsung mengenai masalah – masalah yang mungkin terjadi pada dunia industri,
terkait keilmuan di bidang teknik alat berat. Aplikasi ilmu yang telah dipelajari
dalam bangku kuliah merupakan aspek utama yang dilakukan selama melakukan
kerja praktik tersebut.
Laporan ini tentunya tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak ada
bantuan, dukungan dan bimbingan yang diterima penulis selama proses
pengerjaannya. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yaitu:
Penulis
2
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan........................................................................................................7
3
BAB 4 PENUTUP .................................................................................................28
4.1 Kesimpulan..............................................................................................28
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan suatu hal yang praktis sangatlah tinggi, pesatnya
pertumbuhan ekonomi diiringi dengan majunya teknologi membuat suatu hal
yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hal tersebut yang mendorong para
engineer/ahliuntuk mengembangkan alat yang dapat memudahkan pekerjaan
manusia. Kemudahan dalam melakukan suatu perkerjaan memiliki keuntungan
juga terhadap waktu yang digunakan menjadi lebih singkat. Salah satu
penerapan teknologi yang diterapkembangkan saat ini adalah penggunaan unit-
unit alat berat baik dalam bidang industri, konstruksi, pertambangan, dan
perminyakan. Penggunnaan unit alat berat bertujuan agar memudahkan dan
meringkas waktu pekerjaan sehingga pekerjaan yang dilakukan lebih efektif
dan efisien. Semakin canggih teknologi yang digunakan, maka semakin rumit
juga komponen yang diapalikasikan pada unit tersebut. Maka dari itu, untuk
megimbangi kecanggihan teknologi tersebut peningkatan kemampuan dan
keahlian setiap sumber daya manusia sangatlah dibutuhkan.
6
1.3 Tujuan
1. Mengetahui mekanisme penyemprotan bahan bakar pada mesin diesel
2. Mengetahui penyebab kerusakan pada unit Dunp Truck Canter HD 36
3. Mengetahui penyelesaian kerusakan pada unit Dunp Truck Canter HD 36
7
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Troubleshooting
Troubleshooting adalah suatu rangkaian kegiatan sistematis yang meliputi
mengamati gejala, mendiagnosis adanya kerusakan, melakukan pemeriksaan
dan pengukuran pada sistem dan komponen, mengidentifikasi kerusakan
berdasarkan hasil pemeriksaan dan pengukuran, serta menentukan langkah
perbaikan jika harus dilakukan perbaikan. Oleh karena itu troubleshooting dapat
digunakan sebagai acuan bagi para teknisi atau mekanik dalam perawatan dan
perbaikan engine.
8
Proses siklus tersebut yaitu:
6-1 = Langkah Hisap pada P – (isobaric)
1. Langkah Hisap
Katup hisap dibuka, katup buang ditutup, torak bergerak dari TMA ke
TMB muatan segar berisi udara terhisap masuk ke dalam silinder.
2. Langkah Kompresi
Katup isap dan katup buang ditutup Torak bergerak dari TMB ke TMA,
Piston menekan udara yang berada dalam silinder. Setelah piston mencapai
TMA, bahan bakar diinjeksikan melalui injector nozzle. Maka udara
tertekan di dalam silinder/ ruang bakar, tekanan dan temperatur naik.
3. Langkah Ekspansi
Katup isap dan katup buang ditutup, torak bergerak dari TMA ke TMB.
Ketika torak hampir mencapai TMA injektor menyemprotkan bahan bakar
9
ke dalam ruang bakar, karena temperatur tinggi bahan bakar terbakar
dengan sendirinya. Akibatnya tekanan di dalam silinder naik dengan tiba-
tiba dan akan mendorong torak bergerak dari TMA ke TMB. Gerakan torak
tersebut diteruskan oleh batang torak memutar poros engkol dengan
demikian poros engkol mempunyai energi gerak putar yang sebagian besar
digunakan untuk beban (yang digerakkan) dan sebagian disimpan oleh roda
daya (fly wheel) yang kemudian digunakan untuk melakukan langkah-
langkah yang lain (langkah buang, isap dan kompresi) sehingga proses dapat
berlangsung terus.
4. Langkah Buang
Katup buang di buka dan katup isap di tutup Torak bergerak dari TMB
ke TMA (akibat gaya kelembaman/inersia perputaran poros engkol dan roda
daya) maka gas bekas (pembakaran) begitu katup buang terbuka akan segera
keluar karena tekanan yang masih cukup tinggi dan kemudian sisanya
terdorong torak keluar silinder. Kemudian torak kembali ke langkah isap
lagi dan seterusnya berulang-ulang. Jadi torak bergerak 4 kali langkah yaitu
TMA ke TMB, TMB ke TMA, TMA ke TMB dan TMB ke TMA dan poros
engkol berputar 2 kali dengan putaran pertama untuk langkah isap dan
kompresi dan putaran ke dua untuk langkah tenaga dan langkah buang.
Fase–fase pembakaran untuk motor diesel secara umum bisa dibagi menjadi
tiga periode:
10
Gambar 2.3 Diagram Proses Pembakaran Mesin Diesel
11
2. Periode Pembakaran Cepat
Periode ini adalah periode dimana bahan bakar yang telah disemprotkan
ke dalam ruang bakar terbakar dengan cepat dan ini menghasilkan laju
kenaikan tekanan yang cukup cepat. Periode ini berlangsung sampai
beberapa derajat sesudah TMA, dimana jumlah bahan bakar yang
disemprotkan sudah mulai berkurang atau bahkan sudah berhenti. Disini
tidak dikehendaki adanya suatu laju kenaikan tekanan yang sangat tinggi
sebagai akibat dari banyaknya bahan bakar yang tertimbun dan terbakar
secara tiba-tiba, karena hal itu akan merusakan mesin itu sendiri. Laju
kenaikan tekanan yang sangat tinggi ini menimbulkan letupan dan ini yang
disebut dengan knocking pada mesin diesel.
3. Periode Pembakaran Terkendali
Pada periode ini masih terjadi kenaikan tekanan sampai tekanan
maksimum tercapai, tetapi disini laju kenaikan tekanan sudah tidak begitu
tinggi karena sudah diimbangi dengan gerakan dari Piston yang
memperbesar volume ruang bakar. Periode ini merupakan bagian yang
utama dari proses pembakaran diharapkan semua bahan bakar dapat
terbakar semua pada periode ini. Dari hasil eksperimen untuk memperoleh
efisiensi yang paling tinggi dengan delay period yang sependek-pendeknya
diusahakan agar tekanan gas maksimum terjadi pada 15º sampai 20º sudut
engkol sesudah TMA.
4. Periode Pembakaran Lanjutan
Periode pembakaran lanjutan ini merupakan periode yang tidak
dikehendaki dan diusahakan agar berlangsung dalam waktu yang sependek-
pendeknya. Dalam periode ini terjadi pembakaran dari sisa bahan bakar
yang belum sempat terbakar pada periode pembakaran terkendali, sebagai
akibat dari kurang sempurnanya pencampuran bahan bakar dan udara.
Periode ini bias diperpendek dengan mempertinggi aliran turbulen dari
udara di dalam ruang bakar.
12
2.5 Nozzle
2.5.1 Pengertian Nozzle
Nozzle atau pengabut adalah komponen paling akhir atau paling ujung
dari sistim bahan bakar pada mesin Diesel, sehingga merupakan alat yang
sangat menentukan dan fungsi utamanya adalah merubah energy potensial
tekanan tinggi dari bahan bakar menjadi energy kinetic dari bahan bakar
untuk menerobos masuk ke dalam ruang bakar yang berisi udara yang
bertekanan tinggi dan merubah bentuk bahan bakar cair menjadi kabut,
sedang fungsi yang lain adalah:
13
injector yang dilengkapi dengan jarum yang berfungsi untuk menutup atau
membuka saluran injector ini sehingga kelebihan bahan bakar yang tidak
mengabut akan dialirkan kembali kebagian lain atau ke tangki bahan bakar
sebagai kelebihan aliran (overflow).
2.5.3 Komponen-komponen pada Injector Nozzle
Keterangan:
Injektor nozzle harus dilumasi dengan bahan bakar diesel. Nozzle holder
memegang nozzle dengan retaining nut dan distance piesce, nozzle holder
terdiri dari adjusting washer yang mengatur kekuatan tekanan pegas untuk
menentukan tekanan membukanya katup nozzle.
14
2.5.4 Cara Kerja Injector Nozzle
1. Nozzle Sebelum Pengabutan Bahan Bakar
Bahan bakar yang bertekanan tinggi mengalir dari pompa injeksi
melalui saluran minyak pada nozzle holder menuju ke oil pool pada
bagian bawah nozzle body.
15
nozzle holder dan lain-lain, melumasi semua komponen dan kembali ke
over flow pipe seperti terlihat di atas, nozzle needle dan nozzle body
membentuk sejenis katup untuk mengatur awal dan akhir injeksi bahan
bakar dengan tekanan bahan bakar.
16
BAB 3
PEMBAHASAN
17
3.4 Langkah-langkah pemeriksaan nozzle engine diesel
Persiapan
Pemeriksaan
Analisa dan
Pembahasan
a. Persiapan Diri
18
b. Persiapan Perlengkapan
a) Tools Box
b) Torque Wrench
c) Kain Majun
19
d) Injector Nozzle
e) Operator’s Manual
20
3.6 Pemeriksaan Visual dan Disassembly
Pada tanggal 9 Februari 2022 terjadi troubleshooting pada unit Dump Truck
Canter HD 36 di PT Armada Hada Graha. Sebelumnya melakukan
pembongkaran, kami melakukan pengamatan dengan 2 tahap yaitu:
1. Filter kotor
2. Penyumbatan pada nozzle
3. Solar tercampur dengan kotoran
4. Tidak melakukan perawatan secara berkala
21
Gambar 3. 9 Pengkabutan Tidak Sempurna pada Nozzle
22
6. Melakukan identifikasi nozzle dengan mendengarkan suara pada mesin
setelah nozzle dibuka.
7. Setelah diidentifikasi, diketahui nozzle yang bermasalah yaitu nozzle nomor
3. Pada nozzle tersebut tidak dapat menyemprotkan bahan bakar dengan
sempurna.
8. Melepas nozzle dengan mengendorkan baut pada nozzle menggunakan
kunci pas 19.
.
10. Melepas baut saluran pipa menggunakan kunci pas 19.
23
11. Melepas baut clamp nozzle menggunakan kunci ring 14.
24
14. Memasang nozzle baru ke engine.
Syarat agar sistem injeksi dapat berjalan dengan baik, adalah sebagai
berikut (Ahmad Puji Nugroho et al., 2018):
1. Penakaran
25
Penakaran atau jumlah bahan bakar yang diberikan dalam silinder harus
sesuai dengan beban mesin dan jumlah yang tepat.
2. Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu sangat penting dalam proses pembakaran. Apabila waktu
penyemprotan lebih awal (maju), maka penyalaan akan diperlambat karena
suhu udara belum cukup tinggi sehingga tidak bisa menyebabkan proses
pembakaran. Apabila terlalu lama maka akan memberikan operasi yang
kasar dan berisik serta memungkinkan kerugian bahan bakar karena
pembasahan dinding silinder. Akibatnya bahan bakar menjadi moros dan
asap buang hitam dan tidak membangkitkan daya maksimum.
3. Kecepatan injeksi bahan bakar
Artinya adalah banyaknya bahan bakar yang diinjeksikan ke ruang bakar
dalam satu satuan waktu dalam satu derajat dari perjalanan engkol.
4. Pengabutan
Pengabtuan yang baik akan mempermudah pengawalan pembakaran dann
menjamin bahwa setiap butir kecil bahan bakar dikelilingi oleh partikel
oksigen yang dapat bercampur.
26
B. Nozzle tidak bekerja dengan baik
Analisis Gangguan Cara Mengatasi
a. Pemegang nozzle bocor a. Mengencangkan pemegang nozzle
b. Penyemprotan tidak baik b. Menambah ketebalan shim
c. Pegas nozzle patah c. Mengganti pegas nozzle
d. Jarum nozzle macet d. Membersihkan atau ganti nozzle
Jumlah bahan bakar yang diberikan pada tiap silinder harus sesuai dengan
beban mesin dan jumlah yang tepat (Ahmad Puji Nugroho et al., 2018). Nozzle
dapat tersumbat karena kotoran dalam bahan bakar kurang tersaring dengan
baik sehingga ikut masuk ke dalam sistem. Nozzle yang tersumbat akan
mempengaruhi seluruh sistem pembakaran di dalam ruang bakar karena bahan
bakar yang diinjeksikan ke ruang bakar tidak dalam jumlah yang tepat.
Akibatnya jumlah bahan yang disemprotkan tidak maksimal sehingga proses
pembakaran menjadi tidak sempurna karena ledakan atau pembakaran kurang
dari yang seharusnya.
27
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1. Memastikan kondisi nozzle dengan menggunakan nozzle tester agar lebih
valid dalam menentukan keputusan dalam perbaikan. Serta sebaiknya
disediakan alat pengukur tekanan pada nozzle.
2. Lebih baik jika mekanik menggunakan APD (alat pelindung diri) sesuai
standar agar menjamin keselamatan mekanik saat melakukan perbaikan.
3. Melakukan Preventive Maintenance secara teratur sesuai standard
Operation & Maintenance Manual (OMM), khususnya penggantian filter
bahan bakar sesuai dengan manual book.
4. Penggunaan genuine/authentic part harus selalu digunakan, karena untuk
menjaga performa dari unit, menghindari terjadinya kerusakan part lain
yang tidak diinginkan, dan dapat meminimalisirkan biaya dari pergantian
komponen.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Puji Nugroho, Darjono, & Okvita Wahyuni. (2018). Pengaruh Pengabutan
Bahan Bakar Terhadap Kualitas Pembakaran Pada Mesin Induk Di Mt.
Bauhinia. Dinamika Bahari, 9(1), 2204–2217.
https://doi.org/10.46484/db.v9i1.88
Ii, B. A. B., & Pustaka, T. (2002). BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN
PUSTAKA 2.1. 1–64. http://eprints.polsri.ac.id/3296/3/BAB II.pdf
Prameswari, D. (2014). Bab ii dasar teori 2.1. Pengaruh Perlakuan Panas Dan
Penuaan, 5–18. http://eprints.undip.ac.id/41566/3/BAB_II_giant.pdf
29