Anda di halaman 1dari 20

1.

Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi yang cukup signifikan khususnya bidang teknologi
pada sistem kontrol. Berkembangnya teknologi ini dapat dimanfaatkan untuk
pemakaian energi listrik pada sistem penerangan sehingga energi yang dipakai
dapat disesuaikan dengan kebutuhan manusia, pada pusat perbelanjaan Maluku
City Mall (MCM) menjadi salah satu tempat yang ramai dijumpai masyrakat kota
Ambon, letaknya MCM yang berhadapan dengan jalan raya sehingga pejalan kaki
membutuhkan jembatan penyebrangan sebagai fasilitas untuk menyebrang jalan,
fasilitas ini pada saat malam hari sangat membutuhkan energi listrik sebagai
penerangan akan tetapi kebutuhan energi tersebut perlu dibatasi pemakaiannya,
cara yang tepat untuk mengatasi hal tersebut ialah dengan menggunakan teknologi
berbasis kontrol, teknologi ini berperan penting untuk membatasi penerangan
secara otomatis sehingga energi listrik yang dipakai di jembatan tersebut dapat
digunakan dengan sehemat mungkin dalam arti lain tidak terjadi pemborosan
energi. Dilihat dari sisi pemborosan yaitu pada waktu yang sudah larut malam
pengguna jembatan penyebrangan menjadi berkurang sehingga bila tidak orang
yang menggunakan jembatan penyebrangan maka energi yang dipakai untuk
penerangan akan terbuang percuma sehingga terjadi pemborosan energi listrik
yang cukup besar pada area jembatan tersebut.
Tentunya penghematan energi penerangan pada jembatan penyebrangan
dapat dipenuhi dari pendekatan teknologi sistem kontrol yang memanfaatkan
saklar otomatis sebagai salah satu cara operasi untuk mengendalikan beban listrik.
Ide penggunaan saklar otomatis ini muncul sebagai upaya menghindari
pemborosan energi listrik, saklar otomatis juga memudahkan operasi penggunaan
energi listrik menjadi terkontrol.
Dengan wujud dan respon perkembangan teknologi itu sendiri maka
pencegahan pemborosan energi listrik dapat ditangani dengan cara yaitu adalah
merancang pemasangan sistem kontrol berupa sensor PIR (Passive Infrared
Sensor) dan sensor LDR (Light dependent Resistor) pada jembatan penyebrangan,
sehingga sensor dapat memberikan intruksi kepada relay untuk menyalakan
lampu, dan apabila pada malam hari Sensor LDR akan bekerja untuk
menghubungkan sumber kepada sensor PIR dari sisi kerjanya sensor PIR

1
pendeteksi perubahan/perbedaan suhu pada manusia sehingga apabila ada orang
melewati jembatan maka sensor akan mendeteksi suhu tubuh lampu penerang
jembatan akan aktif, begitu juga sebaliknya apabila tidak ada orang yang melewati
jembatan maka lampu penerang akan tetap berada dalam keadaan padam.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya sistem kontrol untuk
menyalakan dan memadamkan lampu secara otomatis, dengan latar belakang
tersebut, maka penulis merancang pemasangan alat kontrol yang dapat
merealisasikan respon teknologi pada lokasi penerangan yang telah disebutkan di
atas dengan judul:
“DESAIN SISTEM KONTROL PENERANGAN PADA JEMBATAN
PENYEBRANGAN ORANG MCM TANTUI (KOTA AMBON)”

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah yang didapat
adalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sensor LDR dapat bekerja pada intensitas cahaya yang tidak
stabil akibat cuaca.
2. Bagaimana sensor PIR dapat mendeteksi adanya aktivitas manusia pada
jembatan penyeberangan
3. Apakah sistem dapat mengurangi pemakaian energi yang digunakan lampu
penerang jembatan

3. Batasan Masalah
Untuk mempermudah dan tidak terlalu meluas pembahasannya, maka
perlu adanya batasan masalah penulis membatasi penjelasan antara lain. Cara
kerja sensor sensor LDR apabila tidak adanya cahaya matahari (gelap) maka
sensor LDR akan bekerja dan menghubungkan sumber ke sensor PIR begitu juga
sebaliknya apabila adanya cahaya matahari (terang) maka sensor LDR akan
memutuskan sumber listrik ke sensor PIR, dan cara kerja sensor PIR apabila
manusia terdeteksi oleh sensor maka secara otomatis lampu akan aktif (menyala)
dan apabila sensor mendeteksi tidak adanya manusia maka lampu tetap berada
dalam kedaan off (padam).

2
4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam pembuatan sistem kontrol penerangan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk menghemat pemakaian energi listrik sesuai dengan kebutuhan
manusia
2. Mempermudah operator dalam mengontrol penerangan
3. Lebih ekonomis dari segi pembayaran listrik

5. Teori Penunjang
Tata letak geografis dari lokasi yang penulis ambil adalah lokasi Jembatan
Penyebrangan Orang (JPO) Tantui Ambon, penulis mengambil objek ini dengan
alasan tingkat kebutuhan penerangan pada lokasi sangat dibutuhkan khususnya
bagi pengguna jembatan penyebrangan jalan raya, akan tetapi sistem penerangan
yang bersifat manual dapat memberi efek pemborosan pada energi listrik, maka
penulis akan merancang dan melakukan pemasangan rangkaian sistem kontrol
pada objek yang penulis ambil, dengan membuat sistem control ini perlu adanya
teori penunjang sebagai bahan pendukung dalam pembuatan sistem kontrol ini.

Berikut penjelasan teori yang penulis ambil sebagai perancangan sistem kontrol :

5.1 Sensor Gerak Passive Infrared Receiver (PIR)


PIR (Passive Infrared Receiver) merupakan sebuah sensor berbasiskan
infrared. Di dalam sensor PIR ini terdapat bagian-bagian yang mempunyai
perannya masing-masing, yaitu Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor,
amplifier, dan comparator, sensor PIR bekerja dengan menangkap energi panas
yang dihasilkan dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki setiap benda
dengan suhu benda diatas nol mutlak. (S. Ahadiah, 2017)
Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh
pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga
menyebabkan pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat
dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Jadi, ketika seseorang berjalan
melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar inframerah pasif yang
dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari
3
lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan
arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar inframerah pasif
tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus tersebut
yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan output.
Modul sensor gerak PIR HC-SR501 adalah sebuah modul yang berfungsi
untuk mendeteksi gerakan di sekitar sensor dengan memanfaatkan teknologi
infrared. Modul ini dapat diatur tingkat sensitifitas dan juga tingkat delay sensor.
Tegangan kerja dari modul ini adalah +5 Volt DC, di tunjukan pada Gambar 1.

Gambar 1. Sensor Gerak Passive Infrared Receiver (PIR)


Sensor ini biasanya digunakan dalam perancangan detektor gerakan
berbasis PIR. Karena semua benda memancarkan energi radiasi, sebuah gerakan
akan terdeteksi ketika sumber infra merah dengan suhu tertentu (misal: manusia)
melewati sumber infra merah yang lain dengan suhu yang berbeda (misal:
dinding), maka sensor akan membandingkan pancaran infra merah yang diterima
setiap satuan waktu, sehingga jika ada pergerakan maka akan terjadi perubahan
pembacaan pada sensor.
Sensor PIR terdiri dari beberapa bagian yaitu :
1) Fresnel Lens
Lensa Fresnel pertama kali digunakan pada tahun 1980an. Digunakan
sebagai lensa yang memfokuskan jangkauan pendek atau panjang untuk
membaca objek.
2) IR Filter
IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang
sinar infrared pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang
gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9
sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor. Sehingga
Sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja.
4
3) Pyroelectric Sensor
Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 320 C, yang
merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran
sinar infra merah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor
yang inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan pyroelectic sensor
yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate
menghasilkan arus listrik. Mengapa bisa menghasilkan arus listrik? Karena
pancaran sinar infra merah pasif ini membawa energi panas. Material
pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas
yang dibawa oleh infrared pasif tersebut.
4) Amplifier
Sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus yang masuk pada
material pyroelectric.
5) Komparator
Setelah dikuatkan oleh amplifier kemudian arus dibandingkan oleh
komparator sehingga mengahasilkan outpu.

5.2 Sensor cahaya (LDR)


Sensor cahaya LDR adalah salah satu jenis resistor yang dapat mengalami
perubahan resistansi apabila mengalami perubahan penerimaan cahaya. Besarnya
nilai resistansi pada Sensor cahaya LDR tergantung pada besar kecilnya cahaya
yang diterima oleh LDR itu sendiri, LDR merupakan alat atau sensor yang berupa
resistor peka terhadap cahaya. (Abdillah, 2015)
Seperti halnya resistor konvensional, pemasangan LDR dalam suatu
rangkaian sama persis seperti pemasangan resistor, di tunjukan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bentuk Sensor Cahaya Light Dependent Resistor (LDR)

5
Prinsip Kerja LDR
Resistansi Sensor cahaya LDR akan berubah seiring dengan perubahan
intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Biasanya LDR
terbuat dari cadmium sulfida yaitu bahan semikonduktor yang resistansinya
berupah-ubah menurut banyaknya cahaya (sinar) yang mengenainya. Dengan
bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang
dilepas atau arus listrik meningkat, artinya resistansi bahan telah mengalami
penurunan. Resistansi LDR pada tempat gelap biasanya mencapai sekitar 10 MΩ,
dan ditempat terang resistansi LDR turun menjadi hanya sekitar 150 Ω s/d 1 KΩ.

5.3 Komponen pendukung rangkaian


Adapun beberapa komponen yang digunakan sebagai pendukung pembuatan
rangkaian sistem kontrol penerangan otomatis dengan sensor cahaya (LDR) dan
sensor gerak (PIR) berikut komponen yang akan digunakan pada rangkaian :

5.3.1 Resistor
Hampir semua proyek elektronika menggunakan tahanan yang satu ini,
tahanan mungkin digunakan lebih banyak daripada komponen yang lainnya,
tahanan digunakan sebagai menghambat atau membatasi arus yang pada rangkain
elektronik. Sebuah tahanan biasanya terlihat seperti silinder kecil dengan kawat
pada tengah-tengah kedua ujungnya. Harga tahannya dinyatakan dengan satuan
sistem kode warna. Tahanan berbentuk tabung kecil ini mempunyai tempat pita
warna yamg melingkarinya. (R. A. Pefold, 2006)
Sesuai dengan namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen
elektronika dalam kategori komponen pasif. Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi
berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya. Selain nilai
resistansinya (Ohm) resistor juga memiliki nilai yang lain seperti nilai toleransi
dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya. Semua nilai yang berkaitan
dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam perancangan suatu
rangkaian elektronika, di tunjukan pada Gambar 3.

6
Gambar 3. Bentuk Resistor
5.3.2 Transistor
Transistor merupakan komponen yang paling umum digunakan pada
rangkaian elektronika, terdapat dua tipe jenis transistor dasar NPN dan PNP.
Kedua transistor jenis ini mirip satu sama lainnya, perbedaan utamanya adalah
bahwa mereka membutuhkan tegangan suplay polaritas yang berbeda (rangkaian
NPN umunya bermassa negatif sedangkan PNP bermasa positif), terminal dari
transistor disebut base, emitor dan kolektor. (R. A. Pefold, 2006)
Komponen ini terbuat dari bahan semikonduktor dan mempunyai tiga
elektroda (triode) yaitu dasar (basis), pengumpul (kolektor) dan pemancar
(emitor). Dengan ketiga elektroda (terminal) tersebut, tegangan atau arus yang
dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2
terminal lainnya, di tunjukan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bentuk Transistor

Ada 2 jenis transistor yaitu transistor tipe P – N – P dan transistor jenis N


– P – N. Transistor NPN adalah transistor positif dimana transistor dapat bekerja
mengalirkan arus listrik apabila basis dialiri tegangan arus positif. Sedangka
transistor PNP adalah transistor negatif,dapat bekerja mengalirkan arus apabila
basis dialiri tegangan negative, di tunjukan pada Gambar 5.

7
Gambar 5. Jenis Transistor NPN dan PNP
Fungsi transistor ini adalah sebagai berikut:
 Sebagai sebuah penguat (amplifier).
 Sirkuit pemutus dan penyambung (switching).
 Stabilisasi tegangan (stabilisator).
 Sebagai perata arus.
 Menguatkan arus.
 Membangkitkan frekuensi rendah maupun tinggi.

5.3.3 Dioda
Dioda adalah alat sederhana semikonduktor, alat ini dirancang pada suatu
rangakaian untuk mengstabilizir tegangan arus DC, dioda berguna untuk
mengalirkan arus dalam satu arah (rectifier). Struktur dioda tidak lain adalah
sambungan semikonduktor berbahan P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor
dengan tipe-p dan satu sisinya yang lain adalah tipe-n. (R. A. Pefold, 2006)
Dengan struktur demikian, di tunjukan pada Gambar 6.

Gambar 6. Bentuk Dioda

8
5.3.4 Relay
Relay adalah saklar eletromagnetik yang mempunyai beberapa parameter
penting sebagai berikut: tahanan gulungan, tegangan oerasi gulungan masimum
dan minimum, jumlah dan tipe kontak, ranting tegangan dan arus kontak. Syarat
prinsip erja relay, gulungan akan bekerja pada tegangan nominal yang diminta,
gulungan tidak mempunyai tahanan yang lebih kecil. Dari jenis yang disyaratkan,
kontak yang digunaan pada komponen mempunyai ranting yang hampir sama.
Onta tambahan dan ranting yang lebih tinggi, tidak menjadi masalah, asalkan
tentu saja komponennya tidak terlalu besar. (R. A. Pefold, 2006)
Relay memiliki fungsi sebagai saklar elektrik. Namun jika
diaplikasikan ke dalam rangkaian elektronika, relay memiliki beberapa fungsi
yang cukup unik. Fungsi komponen relay saat diaplikasikan ke dalam sebuah
rangkaian elektronika dapat mengendalikan sirkuit tegangan tinggi dengan
menggunakan bantuan signal tegangan rendah, menjalankan fungsi logika alias
logic function, dan sebagainya, di tunjukan pada Gambar 7.

Gambar 7. Bentuk Relay


Relay merupakan komponen listrik yang memiliki prinsip kerja magnet
dengan induksi listrik. Relay terdiri atas bagian-bagian utama sebagai berikut.
1. Coil atau Kumparan, merupakan gulungan kawat yang mendapat arus
listrik. Adalah sejenis saklar yang pergerakannya tergantung dari ada
tidaknya arus listrik di coil.
2. Contact atau Penghubung, adalah sejenis saklar yang pergerakannya
tergantung dari ada tidaknya arus listrik di coil. Contact ada 2 jenis:
Normally Open (kondisi awal sebelum diaktifkan open), dan Normally
Closed (kondisi awal sebelum diaktifkan close).

9
Cara kerja relay sebagai berikut :
1. Pada saat Coil mendapatkan energi listrik (energized) akan
menimbulkan gaya elektromanetik
2. Gaya magnet yang ditimbulkan akan menarik plat atau lengan kontak
(armature) yang berpegas (bersifat berlawanan), menghubungkan 2
titik kontak

5.4 Lampu pijar


Lampu pijar (incandescent lamp) merupakan komponen yang menggunakan
filament tipis di dalam bola kaca yang hampa udara. Arus listrik mengalir dan
memanaskan filamen. Pada suhu yang sangat tinggi, cahaya akan berpijar pada
filamen tersebut. Apabila bohlam bocor dan oksigen menyentuh filamen panas,
reaksi secara kimia akan terjadi sehingga lampu rusak dan tidak dapat digunakan
lagi. Cahaya lampu pijar dibangkitkan dengan mengalirkan arus listrik dalam
suatu kawat halus. Dalam kawat ini, energi listrik diubah menjadi panas dan
cahaya. Kalau suhu ditingkatkan, panjang gelombangakan bergeser. Maksimum
grafik energi akan bergeser ke arah gelombang yang lebih pendek, kearah warna
ungu. (Jimy Hartono saputra, 2016)
Bola lampu pijar terdiri dari hampa udara atau berisi gas, yang dapat
menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten/wolfram, namun tidak akan
menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan tungsten yang
terua pkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif dingin. Dengan
adanya gas inert, akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar berat
molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan.

5.4.1 Pengertian bola lampu


Merupakan Bola lampu, atau lebih dikenal dengan lampu pijar (bohlam)
adalah sumber cahaya buatan yang dihasilkan melalui penyaluran arus listrik
melalui filamen yang kemudian memanas dan menghasilkan foton. Kaca yang
menyelubungi filamen panas tersebut menghalangi oksigen di udara berhubungan
dengannya, sehingga filamen tidak akan langsung rusak akibat teroksidasi.

10
5.4.2 Cara kerja lampu pijar
Saat bola lampu pijar di hidupkan, arus listrik akan mengalir dari Electrical
contact menuju filamen dengan melewati kawat penghubung. Akibatnya akan
terjadi pergerakan elektron bebasdari kutub negatif ke kutup positif. Elektron di
sepanjang filamen ini secara konstan akan menabrak atom pada filamen.
Energinya akan mengetarkan atom atau arus listrik memanaskan atom. Ikatan
elektron dalam atom-atom yang bergetar ini akan mendorong atom pada tingkatan
tertinggi secara berkala. Saat energinya kembali ketingkat normal, elektron akan
melepaskan energi ekstra dalam bentuk poton. Atom-atom yang dilepaskan ini
dalam bentuk poton-poton sinar infrared yang tidak mungkin dilihat oleh mata
manusia. Tetapi bila dipanaskan sampai temperatur 2.2000 C, cahaya yang
dipancarkan dapat kita lihat seperti halnya bola lampu pijar yang sering kita pakai
sehari-hari.

5.4.3 Konstruksi
Komponen utama dari lampu pijar adalah bola lampu yang terbuat dari
kaca, filamen yang terbuat dari wolfram, dasar lampu yang terdiri dari filamen,
bola lampu, gas pengisi, dan kaki lampu, di tunjukan pada Gambar 8.

Gambar 8. Lampu Beserta Kontruksinya

11
Berikut kontruksi pada lampu :
a. Gan tekanan rendah (argon, neon, nitrogen)
b. Filamen wolfram
c. Kawat penghubung ke kaki tengah
d. Kawat penghubung ke ulir
e. Kawat penyangga
f. Kaca penyangga
g. Kontak listrik di ulir
h. Sekrup ulir
i. Isolator
j. Kontak listrik di kaki tengah

5.4.4 Adaptor
Adaptor adalah sebuah rangkaian elektronika yang bekerja dengan
mengubah tegangan AC yang tinggi menjadi DC yang rendah. Jadi dengan adanya
alat ini, rangkaian elektronik yang membutuhkan catu daya baterai bisa diganti
dengan adaptor, selain sebagai pengganti baterai, adaptor juga banyak digunakan
sebagai pencatu daya (power supply) dan charger baterai. Oleh sebab itu, alat ini
menjadi sangat penting dalam dunia elektronika. (Gunawan, 2017)
Sebab jika alat tersebut tidak ada, maka listrik dirumah hanya akan
digunakan untuk menyalakan lampu, dan peralatan listrik lainnya Saat ini adaptor
yang sering dikenal pengguna adalah jenis adaptor power supply, karena jenis
adaptor ini biasa ditemukan pada perangkat elektronik lainnya, ditunjukan pada
gambar 9.

Gambar 9. Bentuk Adaptor


12
5.5 Penjelasan rangkaian control
1. Rangkaian kontrol yang tediri dari sensor cahaya (LDR), di tunjukan
pada Gambar 10.
R1

RL 1

R2
DC

Q2 NPN

LDR

Gambar 10. Rangkaian Aplikasin Kontrol Sensor LDR


2. kontrol yang tediri dari sensor gerak (PIR), di tunjukan pada Gambar 11

D1
RL 2

DC

Q2 NPN

Gambar 11. Rangkaian Aplikasin Kontrol Sensor PIR


Rangkaian kontrol yang menggunakan sensor gerak LDR dan sensor PIR,
dengan komponen pendukung, resistor, transistor, dioda, relay, dengan suplay
tegangan 5V DC dan 220V AC, di tunjukan pada Gambar 12.

13
Gambar 12. Rangkain Kontrol Penerangan

Prinsip kerja rangkaian :


Saat malam hari (saat LDR tidak terkena cahaya) LDR akan memiliki tahanan
yang sangat besar sehingga tidak bisa di aliri arus listrik. Kondisi ini akan
menyebabkan arus listrik memilih Resistor ohm sebagai tempat mengalir, ketika
arus listrik mengalir ke basis transistor maka transistor akan bekerja seperti
sebuah saklar tertutup. Akibatnya akan ada arus listrik mengalir dari kolektor ke
emitor yang menyebabkan relay (RL1) bekerja, dengan bekerjanya relay kontak
NO RL1 menghubungkan arus listrikn ke sensor gerak (PIR) dengan mendeteksi
gerak manusia sensor akan bekerja output sensor mengirim sinyal ke basis
transistor maka transistor akan bekerja sebagai saklar tertutup sehingga arus akan
mengalir ke relay yang menyebabkan RL2 bekerja dengan bekerjanya RL2 kontak
NO RL2 menghubungkan sumber 220V ke lampu, lampu akan aktif.

6. Metodologi Penelitian
Uraian metodologi pada Bidang Kelistrikan (Instalasi Listrik) meliputi :

6.1 Alat dan Bahan


Untuk mempermudah dalam proses peracangan alat, maka dibutuhkan alat-
alat kerja untuk digunakan sebagai penunjang dalam perancangan dan pembuatan
alat, di tunjukan pada Tabel 1.

14
Tabel 1. Data Alat-Alat Kerja
No Nama Alat Spesifikasi

1 Toolbox 1 set

2 Solder 1 buah

3 Tima solder 1 rol

4 Gergaji besi 1 buah

5 Pisau cater 1 buah

6 Mistar ukur 1 buah

7 Lem Tembak 1 buah

8 Mistar siku 1 buah

9 Meter ukur 1 buah

Dalam perancangan pemasangan alat ada beberapa bahan yang akan digunakan
sebagai bahan utama, di tunjukan pada Tabel 2.

Tabel2. Daftar Bahan


No Nama bahan Spesifikasi

1 Sensor gerak (PIR) 5 volt 8 buah

2 Sensor cahaya (LDR) 5 volt 1 buah

3 Relay 5 volt 1 chanel 8 buah

4 Kabel penghubung Secukupnya

5 Power suplay 9 V DC 1 buah

6 Konektor secukupnya

7 Lampu pijar 220 volt 8 buah

9 Papan PCB 5 x 10 cm 8 papan

10 AVO meter 1 buah

11 Kotak lampu 10 x 20 cm 7 buah

15
6.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang diambil oleh penulis adalah metode riset dan
pengembangan yang ditinjau dari merancang dan pengembangan alat.

6.3 Jenis Data


Jenis data yang dipakai dalam melakukan penilitan ini adalah:
 Data Primer

Data utama yang diperoleh dari hasil pengujian dalam Laboratorium


Jurusan Teknik Elektro.
 Data Sekunder
Data yang dipakai dari hasil studi pustaka dan digunakan sebagai data
pendukung

6.4 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data adalah sebagai berikut :
1. Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, studi dokumentasi, dan
data pengukuran, di Taman Lapangan Merdeka untuk menentukan titik-
titik penerangan yang akan dipasang sistem kontrol
2. Literatur
Membaca teori-teori yang berhubungan dengan judul penelitian dari
refrensi buku, artikel, dan lain-lain
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan berkomunikasi langsung dengan pihak-
pihak yang terkait maupun ahli dalam hubungannya dengan sistem
perancangan sistem kontrol
4. Dokumentasi
Dilakukan dengan menuliskan hasil penelitian kedalam suatu laporan
yang tersusun secara jelas berdasarkan data dan hasil pengamatan
5. Analisa data
Analisa data dilakukan dengan menuliskan dan menganalisa hasil kerja
sistem kontrol, dalam hal ini yaitu kinerja sensor LDR dan sensor PIR

16
dalam proses menghidupkan dan memadamkan lampu secara otomatis
berdasarkan hasil adanya cahaya matahri dan pancaran suhu dari
manusia, serta menguji kinerja sistem kontrol, dan keakuratan dari
sistem tersebut.

6.5 Diagram alir penelitian


Berikut adalah diagram alir penelitian yang akan di pakai untuk
mempermudah penulis dalam penelitian, di tunjukan pada Gambar 13.

Gambar 13. Digram Alir Penelitian

17
6.5.1 Diagram blok rangkaian
Diagram blok rangkaian kontrol sebagai alir komponen dari sumber ke
sensor cahaya (LDR), sensor gerak (PIR), dan relay, ditunjukan pada Gambar 14.

Gambar 14. Blok Diagram Rangkaian

6.5.2 Diagram kerja rangkaian


Diagram kerja rangkaian menjelaskan tahap cara kerja dari rangkaian
kontrol, ditunjukan pada Gambar 15.

Gambar 15. Alir diagram kerja rangkaian

7. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses pembuatan usulan tugas akhir ini maka
penulis membagi sistem penulisan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan berisi uraian teori-teori, fungsi komponen yang digunakan.
Temuan dan rumusan yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir kemudian
bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan guna mendukung pembuatan
laporan akhir ini.
BAB III RANCANG BANGUN ALAT
Pada bab ini akan membahas metodologi penelitian dalam bidang kelistrikan
meliputi alat dan bahan, metode penelitian, jenis data, teknik pengambilan data,
diagram alir penelitian, sistematika penulisan, rencana kegiatan, dan daftar
pustaka.

8. Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan aktivitas tugas akhir, di tunjukan pada tabel 3.

Tabel. 3 Rencana kegiatan aktifitas tugas akhir


Agustus September Oktober November
NO KEGIATAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Identifikasi
1 Masalah
Analisis Kebutuhan
2 Sistem
3 Pengumpulan Data
Membuat
4 Rancangan Sistem
Implementasi
5 Program
Uji Coba Program
6 (Testing)
Revisi Konsep,
Desain Rancangan,
7 Kode Program
Penyusunan
Laporan Penulisan
8 TA
9 Sidang TA
10 Revisi TA

19
9. Daftar Pustaka

S. Ahadiah, M. A. (2017). Implementasi sensor PIR pada peralatan elektronik


berbasis microcoroller. Tugas akhir, 11.

Abdillah, M. (2015). Macam-macam sensor dan aplikasinya pada sistem


otomatis. Pontianak: Yayasan kemajuan teknik.

Gunawan, R. (2017). Perancangan alat dan sistem smart charger pada smartphone
menggunakan arduino. Tugas akhir, 13.

Jimy Hartono saputra, T. S. (2016). Analisa penggunaan lampu LED pada


penerangan dalam rumah. Tugas akhir, 15.

R. A. Pefold, A. S. (2006). Dasar-dasar eletronika untuk pemula. Bandung:


Pionir jaya.

20

Anda mungkin juga menyukai