Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dalam pengoperasian suatu unit mesin pembangkit listrik, baik itu Pusat

Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA), Pusat Listrik
Tenaga Gas (PLTG), maupun Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU). Masalah
keandalan operasi dan efisiensi produksi adalah merupakan hal pokok yang harus
mendapatkan perhatian khusus. Karena baik dan tidaknya kinerja (performance)
dari mesin pembangkit listrik sangat ditentukan oleh keandalan operasi dan
efisiensi produksi dari mesin pembangkit listrik tersebut. Kedua hal tersebut
umumnya sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur yang diantaranya adalah umur
mesin, cara pengoperasian dan pemeliharaannya.
Untuk mendapatkan kinerja mesin yang baik, maka antara keandalan dan
efisiensi harus benar-benar seimbang. Menjaga keseimbangan antara keandalan
operasi dan efisiensi produksi suatu unit pembangkit diperlukan monitoring yang
meliputi pengamatan, perkembangan, dan mengevaluasi baik pada sisi keandalan
maupun sisi efisiensinya, yang kemudian dari hasil evaluasinya dapat memberikan
suatu produk yang dapat lebih meningkatkan kinerja dari mesin tersebut. Tetapi
umumnya untuk kelistrikan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah antara
kebutuhan listrik masyarakat dan suplai listriknya masih seimbang, bahkan
terkadang masih kurang. Maka untuk unit-unit pembangkit listrik di daerah
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah khususnya untuk Pusat Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) masalah keandalan operasi cenderung lebih diutamakan daripada

efisiensi,

karena

sistem

kelistrikan

yang

masih

sangat

membutuhkan

beroperasinya pembangkit listrik secara kontinyu.


Untuk itulah dalam pengoperasian suatu Pusat Listrik Tenaga Diesel
(PLTD) masalah keandalan operasi harus mendapat perhatian yang sangat serius,
tanpa harus mengesampingkan segi efisiensi produksinya. Karena itulah sebisa
mungkin keandalan operasi harus benar-benar dijaga konstan atau bahkan bisa
ditingkatkan.
Langkah-langkah untuk menjaga keandalan operasi tersebut diantaranya
adalah dengan cara melaksanakan pemeliharaan dan pengoperasian dengan tepat
dan benar, serta tentunya tetap memperhitungkan faktor ekonomis dari biaya
operasi.
Adapun salah satu indikator utama daripada keandalan dari unit Pusat
Listrik Tenaga Diesel (PLTD) adalah faktor ketersediaan unit pembangkit listrik
untuk menghasilkan listrik yang dalam kinerja di PT PLN (Persero) disebut
Equivalent Availability Factor (EAF). Nilai EAF suatu pembangkit listrik di PT
PLN (Persero) sangat dipengaruhi oleh keandalan beroperasinya mesin. Semakin
jarang terjadinya gangguan pada mesin PLTD, maka semakin tinggi nilai kinerja
EAF PLTD tersebut. Begitu juga sebaliknya semakin sering terjadinya gangguan
mesin yang menyebabkan tidak bisa beroperasinya mesin PLTD, maka semakin
rendah nilai kinerja EAF pembangkit listrik tersebut.
Salah satu gangguan yang terjadi pada mesin PLTD khususnya mesin
PLTD Trisakti yang membuat mesin shut down / tidak bisa beroperasi adalah
gangguan pada sisi cylinder head mesin. Adapun gangguan - gangguan yang

terjadi pada sisi cylinder head yang menyebabkan mesin PLTD shut down / trip
antara lain :

Kebocoran pendingin exhaust housing


Kebocoran pendingin pada rumah cylinder head
Gangguan pada distributor pelumas cylinder head
Gangguan pada distributor pelumas exhaust housing valve
Gangguan pada distributor Pelumas inlet valve
Gangguan pada rocker arm
Untuk gangguan yang disebutkan terakhir, yaitu gangguan pada rocker

arm sering terjadi pada mesin - mesin di PLTD Trisakti khususnya mesin Stork
Wartsila Diesel (SWD) yang berdampak pada shut down unit / tripnya mesin
PLTD. Sehingga akan mengganggu pasokan listrik ke sistem kelistrikan
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Oleh karena itu, penulis akan mengupas serta menganalisa penyebab
penyebab yang menjadikan gangguan rocker arm pada mesin Stork Wartsila
Diesel (SWD) di PLTD Trisakti, yaitu dengan melakukan Analisa Penyebab
Gangguan Rocker Arm untuk Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di PLTD
Trisakti.

1.2.

Identifikasi Masalah
Di PLTD Trisakti khususnya untuk mesin Stork Wartsila Diesel (SWD)

setiap silinder terdiri dari satu set rocker arm, yaitu rocker arm inlet valve dan
rocker arm exhaust valve. Kemudian tiap sisi rocker arm mempunyai needle
bearing, terdiri dari 2 buah needle bearing inlet valve dan 2 buah needle bearing
exhaust valve yang totalnya menjadi 4 buah needle bearing tiap silinder.
Belakangan ini di PLTD Trisakti, khususnya untuk mesin Stork Wartsila
Diesel (SWD) baik untuk mesin SWD 16TM 410R maupun SWD 9TM 620C
3

untuk sisi needle bearing rocker arm sangat sering terjadi gangguan aus (biasa
disebut kocak). Dengan ausnya (kocak) needle bearing rocker arm tersebut, maka
gerak rocker arm untuk menekan inlet valve dan exhaust valve tidak simetris atau
lurus secara vertikal lagi. Gerak rocker arm yang seharusnya simetris lurus
vertikal tadi berubah menjadi gerak tidak simetris seperti gelombang.
Hal ini berdampak terhadap pembukaan inlet valve untuk masuknya bahan
bakar ke dalam ruang bakar tidak berlangsung sempurna, serta untuk pembukaan
exhaust valve untuk keluarnya gas buang dari hasil pembakaran di ruang bakar
juga tidak sempurna. Jika hal ini dibiarkan secara terus menerus, maka lama kelamaan akan mengganggu performance mesin PLTD itu sendiri. Tindakan
penanggulangan yang dilakukan biasanya yaitu dengan cara break down
maintenance (dilakukan pemeliharaan jika terjadi gangguan) dengan mengganti
needle bearing rocker arm yang tentunya memerlukan shut down mesin beberapa
jam setiap ada gangguan rocker arm tersebut.
Berdasarkan data gangguan mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) PLTD
Trisakti selama satu tahun di tahun 2014, dapat dilihat sebagai berikut :

Jumlah
Gangguan

Gambar 1.1 Data Gangguan Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) PLTD
Trisakti Tahun 2014
Sumber : Form Kinerja Pembangkit PLTD Trs 2014

Dari diagram di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan yang paling


sering terjadi adalah gangguan rocker arm. Agar keandalan operasi mesin di
PLTD Trisakti dapat terjaga, maka perlu dilaksanakan penanganan masalah
gangguan yang berulang pada rocker arm, sehingga topik ini kemudian dijadikan
penulis sebagai judul skripsi, kemudian bersama rekan kerja di kantor akan
melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) untuk membahas dalam mencari
akar permasalahan (Root Cause Problem Solving) penyebab seringnya terjadi
gangguan rocker arm di PLTD Trisakti.
1.3.

Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut:


1. Apa yang menjadi penyebab sering terjadinya gangguan rocker arm
khususnya untuk mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di PLTD Trisakti?
2. Tindakan - tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk menanggulangi
seringnya terjadi gangguan rocker arm di PLTD Trisakti?
1.4.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi penyebab seringnya terjadi
gangguan rocker arm untuk mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di PLTD
Trisakti
2. Dapat melakukan action / tindakan pencegahan berulangnya terjadi gangguan
di mesin PLTD Trisakti Sektor Pembangkitan Barito
1.5

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari analisis ini adalah

1. Sebagai bahan kajian dalam menganalisis penyebab sering terjadinya


gangguan rocker arm pada mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di PLTD
Trisakti Sektor Pembangkitan Barito.
2. Dapat melakukan tindakan lebih lanjut untuk ide perbaikan dalam
mengurangi terjadinya gangguan rocker arm pada mesin Stork Wartsila
Diesel (SWD) yang nantinya bertujuan meningkatkan keandalan operasi
mesin di PLTD Trisakti dalam menyuplai listrik ke Kalimantan Selatandan
Kalimantan Tengah secara kontinyu.
3. Pemadaman listrik khususnya di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah akan berkurang.
4. Sebagai referensi penelitian lanjutan.

1.6.

Parameter dan Variabel


Dalam penelitian ini parameter yang ingin dicapai oleh penulis yaitu

pengaruh gangguan rocker arm terhadap keandalan operasi mesin PLTD Trisakti
khususnya mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di PLTD Trisakti yang berdampak
keluarnya mesin PLTD Trisakti dalam menyuplai sistem kelistrikan di sistem
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Oleh karena itu, penulis menetapkan variabel sebagai fokus dalam
penelitian. Variabel yang diambil adalah sebagai berikut :
-

Jam operasi mesin

Data gangguan rocker arm

Frekuensi terjadinya gangguan rocker arm

Durasi (lamanya) gangguan rocker arm


Variabel variabel di atas, akan diambil dalam 2 kali tahapan, yaitu :

1. Tahapan pertama yaitu pengambilan variabel / data sebelum dilakukannya


analisa penyebab masalah.
2. Tahapan kedua pengambilan variabel atau data setelah dilakukan analisa dan
action action perbaikan dari hasil analisa masalah tadi.
1.7.

Batasan dan Ruang Lingkup


Batasan permasalahan ini dibatasi pada

1. Mengacu pada satu pokok bahasan, yaitu menganalisa penyebab penyebab


apa saja yang menyebabkan sering terjadinya gangguan rocker arm untuk
mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) di PLTD Trisakti Sektor Pembangkitan
Barito.
2. Bagian mesin yang ditinjau sebagai objek penelitian adalah bagian utama
yang terdapat pada kepala silinder (cylinder head) yaitu pada kepala pelatuk
(rocker arm) mesin Stork Wartsila Diesel (SWD di PLTD Trisakti Sektor
Pembangkitan Barito.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Prinsip Kerja Mesin Diesel

2.1.1. Proses Kerja Mesin Diesel


Proses kerja mesin diesel, khususnya mesin 4 langkah mempunyai proses
kerja yang merupakan 1 (satu) siklus kerja mesin diesel yaitu :

Langkah pengisian.

Langkah kompressi.

Proses pengabutan bahan bakar.

Langkah usaha.

Proses pembilasan.

Langkah pembuangan.

Pada mesin 4 langkah kerja pengisian, kompressi, usaha dan pembuangan


masing-masing mempunyai langkah. Kemudian proses injeksi bahan bakar terjadi
saat piston sebelum mencapai Titik Mati Atas (TMA) pada langkah kompresi dan
proses pembilasan terjadi saat piston sebelum mencapai Titik Mati Atas (TMA)
pada langkah pembuangan.

Dari penjelasan di atas untuk menghasilkan usaha diperlukan bahan bakar


yang dikabutkan pada derajat tertentu dalam ruang bakar sebelum torak mencapai
Titik Mati Atas (TMA) agar bahan bakar terbakar seluruhnya dan mendapatkan
tekanan pembakaran tinggi. Proses pembilasan pada mesin 4 (empat) langkah
pembilasan terjadi beberapa derajat sebelum torak mencapai Titik Mati Atas
(TMA) pada akhir langkah pembuangan dan awal langkah pengisian.

2.1.2. Proses Kerja Mesin 4 Langkah


Mesin Diesel merupakan mesin yang proses penyalaan bahan bakarnya
terbakar sendiri tanpa bantuan alat untuk penyalaan. Proses ini terjadi akibat
tekanan kompresi yang tinggi, sehingga temperatur dalam ruang bakar naik,
kemudian bahan bakar dikabutkan, dan bahan bakar mudah menyala dengan
sendirinya. Mesin diesel disebut

compression ignition engine (motor dengan

bahan bakar penyalaan sendiri).


Pada mesin diesel 4 langkah dengan jumlah silinder lebih dari 1 (satu),
proses kerja yang terjadi pada silinder nomor 1 (satu) dengan silinder yang
lainnya mempunyai urutan proses kerja yang sama seperti silinder nomor 1 (satu)
tetapi mempunyai urutan waktu proses kerja yang terjadi berbeda sesuai dengan
urutan yang telah ditentukan oleh pabrik pembuat mesin tersebut
Proses kerja mesin diesel 4 langkah adalah proses kerja mesin untuk
menghasilkan 1 (satu) kali pembakaran (kerja / usaha) torak bergerak 4 (empat)
kali. Gerakan torak dalam mesin dinamakan langkah torak yang mempunyai titik

berhenti torak bawah dan titik berhenti torak atas gerakan torak tersebut, secara
umum disebut Titik Mati Bawah (TMB) dan Titik Mati Atas (TMA).

Gambar 2.1 Gerakan Torak (Piston) Dalam Mesin


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 4

Karena gerakan torak yang menghasilkan kerja atau usaha berlangsung


secara berurutan dan terus menerus maka kegiatan untuk menghasilkan kerja /
usaha disebut siklus.

10

Untuk menyalurkan tenaga hasil pembakaran di atas permukaan torak


maka torak yang mempunyai gerakan lurus dirubah menjadi gerakan putar dengan
menggunakan poros engkol.
Dari penjelasan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
Satu) siklus kerja mesin diesel 4 langkah mempunyai 4 (empat) kali gerakan
torak dihubungkan dengan gerakan poros engkol terdiri dari :
T.M.B. - T.M.A.

poros engkol berputar

180 0

T.M.A.- T.M.B.

poros engkol berputar

180 0

T.M.B.- T.M.A.

poros engkol berputar

180 0

T.M.A.- T.M.B.

poros engkol berputar

180 0

Urutan langkah proses kerja torak adalah :


1. Langkah pengisian (langkah isap)
2. Langkah kompresi (langkah pemampatan)
3. Langkah kerja (langkah usaha)
4. Langkah pembuangan

(langkah buang)

Gambar 2.2. Proses Kerja Torak (Piston)


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 5

11

Proses kerja mesin 4 langkah untuk tiap silinder terlihat pada gambar dibawah ini
Langkah Pengisian

Katup Isap membuka


Katup Buang menutup
Torak bergerak dari TMA TMB

Langkah Kompresi

Katup Isap menutup


Katup Buang menutup
Torak bergerak dari TMB TMA

\
Langkah Usaha

Katup Isap menutup


Katup Buang menutup
Torak bergerak dari TMA TMB

langkah Pembuangan

Katup Isap menutup


Katup Buang membuka
Torak bergerak dari TMB TMA
12

Gambar 2.3. Proses Kerja Mesin 4 Langkah


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 6

Pengaturan masuk udara dan keluarnya gas bekas diatur oleh katup
(valve), yang disesuaikan dengan langkah torak. Jumlah katup (valve) pada tiap
silinder ditentukan oleh pabrik pembuat mesin sesuai dengan kebutuhan daya
yang akan digunakan, hal ini dapat terlihat pada mesin dengan jumlah silinder dan
kapasitas silinder yang sama tetapi ada yang menggunakan 2 buah katup (valve)
dan ada yang menggunakan 4 buah katup (valve) pada tiap silinder. Nama katup
(valve) tidak tergantung dari jumlah katup (valve) yang terdapat pada tiap silinder
berapapun jumlahnya katup (valve) tetap terdiri dari :
a. Katup isap (intake valve)
b. Katup buang

(exhaust valve)

Jumlah masing-masing katup pada tiap silinder dapat lebih dari 1 (satu)
dengan maksud agar aliran udara masuk dan gas buang lebih lancar. Yang
dimaksud aliran udara masuk dan gas buang lebih lancar adalah volume udara
masuk yang dibutuhkan lebih besar jika dibandingkan dengan yang menggunakan
1 (satu) katup (valve), kemudian untuk gas buang volume yang dikeluarkan lebih
besar sehingga kondisi dalam ruang bakar lebih bersih dari sisa-sisa pembakaran.
Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa kebutuhan udara bersih
(oksigen) untuk proses pembakaran harus sesuai dengan jumlah bahan bakar yang

13

dipakai dan ruang bakar harus bersih dari sisa-sisa pembakaran untuk dapat
menghasilkan daya mesin yang ideal waktu proses pembakaran.
Blok diagram proses kerja mesin 4 langkah yang dilengkapi dengan arah
gerakan torak, putaran poros engkol dan posisi katup (valve) :
Tabel 2.1. Proses Kerja Mesin Diesel 4 Langkah
Arah
Proses yang
No.

Derajat putaran
gerakan

terjadi

Posisi (Valve) Katup

poros engkol

Isap

Buang

torak
1

Pengisian

TMA TMB

180 0

Buka

Tutup

Kompresi

TMB TMA

180 0

Tutup

Tutup

Pengabutan

Derajat

Tutup

Tutup

bahan bakar

sebelum TMA spesifikasi mesin

Usaha

TMA TMB

180 0

Tutup

Tutup

Pembuangan

TMB TMA

180 0

Tutup

Buka

Pembilasan

Derajat

Buka

sebelum TMA spesifikasi mesin

Buka

ruang bakar

Sesuai dengan

Sesuai dengan

Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 9


2.1.3. Diagram P-V Mesin 4 Langkah
Perubahan tekanan dan volume dalam silinder pada mesin diesel 4
langkah, dijelaskan pada 2 (dua) diagram P-V dibawah ini.
a.

Diagram P-V - Ideal (Teoritis)

14

Diagram P-V Ideal (teoritis) menjelaskan proses kerja mesin diesel 4


langkah secara ideal dan digunakan oleh perencana mesin pada perhitungan
thermodinamika untuk menentukan besarnya daya mesin.

Gambar 2.4. Diagram P-V Ideal (Teoritis)


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 15

Uraian proses kerja mesin diesel 4 langkah tersebut dapat kita jelaskan pada
penjelasan dibawah ini :
Langkah 1 - 2 : Pengisian.

15

Yaitu udara luar masuk ke dalam silinder akibat pergerakan torak dari TMA ke
TMB sehingga ruang di dalam silinder menjadi vakum.
Langkah 2 - 3 : Kompresi.
Udara di dalam silinder dimampatkan sehingga tekanan udara dan temperatur
naik.
Proses 3 - 4

: Penyalaan Bahan Bakar.

Pada akhir langkah kompressi, bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder


melalui injektor dalam bentuk kabut agar mudah terbakar, maka di dalam silinder
terjadi pembakaran dengan tekanan dan temperatur tinggi
Langkah 4 - 5 : Usaha.
Gas pembakaran dengan tekanan dan temperatur yang tinggi, akan mendorong
torak ke bawah dan menghasilkan tenaga putar pada poros engkol.
Langkah 5 - 6 : Pembuangan.
Gas sisa pembakaran atau disebut gas buang di dorong oleh torak keluar silinder.
Proses 6 1

: Pembilasan.

Terjadi saat katup isap (inlet valve) mulai terbuka dan katup buang (exhaust
valve) masih terbuka, udara masuk terhisap ke dalam silinder akibat kecepatan.

b.

Diagram P-V - Indikator ( Aktual ).

16

Diagram P-V Indikator (aktual) merupakan diagram yang didapat dari


pengukuran dengan alat pengukur kondisi kerja dalam ruang bakar dan
pengukurannya dilakukan pada saat mesin diesel beroperasi. Alat ini dapat
mengetahui besamya tekanan udara masuk, tekanan kompresi, tekanan
pembakaran di dalam ruang bakar, dan besanya daya indikator dapat dihitung
melalui besaran yang ada pada diagram tersebut.

Gambar 2.5. Diagram P-V Indikator (Aktual)


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 17

17

2.2.

Bagian Bagian Utama Mesin Diesel

7
6

Gambar 2.6. Bagian Bagian Utama Mesin Diesel


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 44
Keterangan Gambar :
1. Piston & connecting rod assy.
2. Cylinder liner & engine block.
3. Crank shaft.
4. Cam shaft.
18

5. Transmission gear.
6. Cylinder head (Kepala Silinder)

2.2.1. Cylinder Head (Kepala Silinder)


Jenis - jenis kepala silinder (cylinder head) :
a. Kepala silinder (cylinder head) tunggal

Gambar 2.7. Kepala Silinder (Cylinder Head) Tunggal

19

Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 45

b. Kepala silinder (cylinder head) majemuk

Gambar 2.8. Kepala Silinder (Cylinder Head) Majemuk


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 46
Fungsi kepala silinder :
1.

Penutup silinder.

2.

Menempatkan katup.

3.

Menempatkan rocker arm.

20

4.

Menempatkan injector.

5.

Menempatkan valve starting (katup start).

6.

Tempat saluran udara masuk & gas buang.

2.2.2. Komponen Yang Terdapat Pada Kepala Silinder (Cylinder Head)


a) Injector (pengabut)

Gambar 2.9. Injector (Pengabut)


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 47

21

Kondisi kerja yang dibatasi pada injektor :


1.

Tekanan pengabutan.

2.

Besar butir bahan bakar yang dikabutkan.

3.

Arah pengabutan

b)

Rocker arm (pelatuk)

Gambar 2.10. Rocker Arm (Pelatuk)


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 48

Kondisi kerja yang dibatasi pada rocker arm :


1.

Kerapatan dengan katup.

2.

Keausan lubang dengan poros.

22

3.

c)

Kelonggaran arah aksial.

Intake valve & exhaust valve ( katup masuk & katup buang )

Gambar 2.11. Intake Valve & Exhaust Valve (katup masuk & katup buang)
Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 49

Kondisi kerja yang dibatasi pada exhaust dan inlet valve :


1.

Kerapatan rocker arm dengan katup.

23

2.

Keausan lubang dengan poros.

3.

Kelonggaran arah aksial.

4.

Bidang kontak katup.

5.

Kelonggaran bushing.

d)

Starting valve & motor stater

Gambar 2.12. Starting Valve & Motor Stater


Sumber : Buku Diklat PLTD Besar, Mesin Diesel hal 50

24

Kondisi kerja yang dibatasi pada starting valve :


1.

Kerapatan dudukan katup dengan katup.

2.

Kekerasan pegas penekan katup.

3.

Keausan bidang kontak

2.3.

Rocker Arm
Rocker arm adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari mekanisme

valve. Dengan tidak adanya rocker arm sudah bisa dipastikan bahwa mekanisme
valve tidak akan bekerja, dan pembakaranpun tak akan bisa terjadi.
Ada beberapa hal yang harus kita ketahui tentang rocker arm, beberapa
orang bengkel menyebutnya ini adalah komponen yang bernama pelatuk klep dan
klepnya tersebut tak lain adalah valve yang dikenal oleh dunia ilmu teknik. Untuk
penjelasan yang lebih mendalamnya, silakan simak uraian berikut di bawah ini.

25

Rocker Arm

Gambar 2.13. Rocker Arm dan Rocker Arm Shaft


Sumber : http://www.gz-a.biz/2014/11/rocker-arm-dan-rocker-arm-shaft.html

Struktur Fungsi Rocker Arm dan Rocker Arm shaft


Rocker arm terpasang pada rocker arm shaft dan dihubungkan dengan
push rod yang menggerakan intake valve dan exhaust valve. Pergerakan vertikal
dari push rod mengikuti gerak putar cam shaft dan ditransfer melalui rocker arm
ke valve stem dengan arah yang berlawanan. Kerenggangan antara rocker arm dan
valve stem dirancang untuk mengatasi pemuaian dari mekanisme penggerak.
Penyetelan valve clearance antara lain dilakukan dengan :
1. mengendorkan lock nut dan memasukkan feeler gauge antara rocker arm dan
valve stem dengan ketebalan sesuai ukuran standar.
2. Menggunakan derajat lock nut sesuai ukuran standar spesifikasi mesin
26

kemudian putar screw bolt untuk menyesuaikan kerenggangan. Untuk


penyetelan model empat valve, yang distel kerenggangan antara rocker arm
dengan cross head.

2.4.

Bearings
Bearing adalah suatu komponen yang berfungsi untuk mengurangi

gesekan pada machine atau komponen-komponen yang bergerak dan saling


menekan antara satu dengan yang lainnya.
Bila gerakan dua permukaan yang saling berhubungan terhambat, maka
akan menimbulkan panas. Hambatan ini dikenal sebagai gesekan (friction).
Gesekan yang terus menerus akan menyebabkan panas yang makin lama semakin
meningkat dan menyebabkan keausan pada komponen tersebut. Gesekan yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada komponen dan alat tidak bisa
bekerja.
Bearing digunakan untuk menahan / menyangga komponen-komponen
yang bergerak. Bearing biasanya dipakai untuk menyangga perputaran pada shaft,
dimana terjadi sangat banyak gesekan.
Fungsi bearing:

Mengurangi gesekan, panas dan aus.

Menahan beban shaft dan machine.

Menahan radial load dan thrust load.

27

Menjaga toleransi kekencangan.

Mempermudah pergantian dan mengurangi biaya operasional.

Pada gear shaft yang beroperasi pada machine, shaft tersebut menahan
beban machine yang bervariasi dan beban tersebut harus ditanggung oleh bearing.
Beban dari berat shaft dan gear 90 derajat dari center line shaft disebut radial
load. Sedangkan arah dari gerakan shaft ke kiri dan ke kanan karena putaran
disebut thrust load. Bearing menahan radial load dan thrust load untuk menjaga
supaya shaft tetap berputar.
Jenis-jenis bearing dibagi menjadi dua bagian yaitu:

Solid bearing
Anti-friction bearing

2.4.1. Solid Bearing


Pada solid bearing, shaft berputar pada permukaan bearing. Antara shaft
dan bearing dipisahkan oleh lapisan tipis oli pelumas. Ketika berputar pada
kecepatan operasional shaft ditahan oleh lapisan tipis oli bukan oleh bearing.
Yang termasuk solid bearing:

Sleeve / bushing bearing

Spit-half bearing.

a.

Sleeve Bearing
28

Bentuk yang sangat sederhana dari solid bearing adalah sleeve bearing
atau juga disebut bushings. Sleeve bearing umumnya dipakai pada shaft nya roda
yang bergerak dari awal.
Camshaft ditahan pada posisinya oleh sleeve bearing pada engine block.
shaft yang ditahan oleh bearing disebut journal, dan penahanan ke bagian luarnya
oleh sleeve. Bila journal dan sleeve terbuat dari logam (steel), dengan pelumasan
yang bagus memungkinkan sangat sedikit kontak yang terjadi antara dua
permukaan. Sleeve dari bearing kebanyakan dilapisi dengan bronze, atau babbitt
metal. Bronze sleeve bearing umumnya digunakan pada pompa dan motor
elektrik. Solid bearing dilapisi dengan metal yang lebih lunak dari shaft sehingga
apabila terjadi perputaran antara keduanya, maka yang mengalami keausan
adalah bearing, dan bukan shaft. sleeve bearing umumnya menggunakan
pelumasan bertekanan yang melewati lubang pada journal.
b.

Split-half Bearing
Tipe lain dari solid bearing adalah split half bearing. Split half bearing

lebih banyak dipakai pada outomotive engine yaitu pada crankshaft dan
connecting rod. Crankshaft rod bearing caps menggunakan split half bearing
yang menempel pada rod piston.
Bearing ini dapat diganti bila sudah aus. Split-half bearing umumnya
diberi tambahan lubang oli, sering berupa alur yang berfungsi untuk mengalirnya
oli yang akan melumasi seluruh permukaan bearing. Split half bearing juga
mempunyai locking tabs (bagian yang menonjol) yang akan ditempatkan pada

29

notches (coakan) pada bearing caps. Tabs ini berfungsi untuk mencegah bearing
bergerak horisontal pada shaft.
Split half bearing biasanya terbuat dari dua tipe metal, permukaan bearing
menggunakan aluminum yang lebih lunak dari logam dan menghantarkan panas
yang baik.
Manfaat dari solid bearing adalah:

Biaya penggantian lebih murah.

Menahan berat radial load.

2.4.2. Anti Friction Bearings

Anti friction bearing digunakan pada benda-benda yang berputar, untuk


mengurangi gesekan dan memperkecil gesekan awal pada permukaan bearing
yang rata / datar.
Anti friction bearing terdiri dari:

Ball bearing

Roller bearing,

Needle bearing

Anti friction bearing tersusun dari beberapa komponen yaitu: inner race, outer
race, balls atau roller, dan cage.

30

Inner race atau cone: cincin baja yang dikeraskan dengan diberi alur
untuk pergerakan roller atau ball di bagian luarnya, sering dipasang pada
shaft yang berputar sebagai penyangga bearing.

Outer race: outer race hampir sama dengan inner race, outer race adalah
cincin baja yang dikeraskan dengan alur untuk pergerakan ball atau roller di
bagian dalam.

Balls atau rollers: di antara inner race dan outer race ada komponen yang
berfungsi mengurangi gesekan yang dilakukan oleh balls, rollers atau tapered
rollers. Balls dan rollers ini terbuat baja yang dikeraskan. Balls atau rollers
bergerak bebas di antara inner dan outer race.

Cage: letak cage antara inner race dan outer race yang digunakan untuk
menjaga jarak ball atau roller yang satu dengan yang lainnya.
Anti friction bearing mengurangi panas dengan cara mengurangi kontak

area yang saling bergesekan. Balls mempunyai contact point antara inner dan
outer race untuk menahan beban sehingga memungkinkan berputar dengan
kecepatan tinggi. Lapisan oli lubrikasi berfungsi memisahkan komponen yang
saling berhubungan.
Yang termasuk anti friction bearing:

Straight roller, mempunyai line contact, yang memungkinkan bisa


menahan beban radial load yang lebih besar.

31

Tapered roller, cara kerjanya sama dengan straight roller. Tapered


bearing sering digunakan di bagian ujung shaft yang berputar bersama untuk
menahan radial load dan menahan gerak ke arah kiri, kanan shaft (thrust
load).

Needle bearing cara kerjanya sama dengan straight bearing dan tapered
bearing dengan line contact. Sebab dengan diameter yang lebih kecil, needle
bearing bisa digunakan pada pengaplikasian di tempat-tempat sempit.

Caged needle bearing mempunyai kemampuan beban yang lehih tinggi


dibandingkan dengan needle bearing dan aplikasinya terbatas pada celah
yang lebih kecil dari 10 inch (245 mm).

Keuntungan anti friction bearing:

2.5.

Tidak ada keausan pada shaft


Memperkecil tenaga yang terbuang.
Memungkinkan kecepatan yang lebih tinggi.

Trouble Shooting Mesin Diesel


Trouble shooting mesin diesel merupakan pengetahuan yang mempelajari

gejala -gejala penyimpangan kerja komponen mesin selama mesin beroperasi


dengan tujuan agar para operator dapat mengetahui adanya penyimpangan operasi
saat sebelum mesin hidup maupun saat mesin bekerja memikul beban.

32

Untuk lebih memahami kemungkinan gangguan suatu unit Pusat Listrik


Tenaga Diesel, para operator harus memahami prinsip kerja pada sistem yang ada
pada mesin diesel tersebut dengan batasan-batasan operasi yang di ijinkan oleh
pabrik pembuat mesin diesel tersebut.
Pengoperasian sistem-sistem mempunyai batasan yang terdiri dari
temperatur, tekanan, yang terbaca pada parameter yang terpasang pada setiap
mesin untuk memonitor kerja sistem-sistem tersebut
Pembahasan mengenai trouble shooting dipengaruhi oleh sistem-sistem
pada mesin diesel belum seluruhnya bisa dilengkapi sesuai dengan banyaknya
perubahan komponen pada sistem-sistem yang selalu diperbaharui untuk
meningkatkan keandalan sistem-sistem tersebut
Secara keseluruhan prinsip kerja sistem-sistem tidak banyak mengalami
perubahan, untuk memperkuat pengetahuan mengenai trouble shooting mesin
diesel, kita harus mempunyai dasar dasar mengenai standar operasi yang benar,
agar setiap terjadi perubahan pada sistem-sistem tersebut dapat diikuti dengan
mudah.

2.5.1. Pengertian Trouble Shooting


Suatu proses pemikiran yang sistematis dalam mengatasi
gangguan mesin sehingga diketahui sebab gangguan dan tindakan
perbaikan secara cepat dan tepat.
Untuk Pelaksanaan trouble shooting Perlu Memahami :
33

Sistem - sistem yang terdapat pada SPD.

Instalasi pemipaan dan instalasi kelistrikan.

Konstruksi dan bagian-bagian mesin.

Setting limit alat kontrol ( setting alarm dan setting trip )

Pengertian dan pembacaan terhadap indikasi yang timbul

2.5.2. Obyek Trouble Shooting


Obyek sistem sistem yang terganggu :
1.

Sistem udara masuk

2.

Sistem gas buang

3.

Sistem bahan bakar

4.

Sistem pelumas

5.

Sistem start

6.

Sistem pendingin

7.

Sistem kontrol

8.

Sistem proteksi
Obyek mempunyai struktur yang bertingkat, misalnya sistem bahan bakar

mempunyai sub sub sistem atau komponen atau bagian bagian sistem yang
banyak dan bertingkat pula. Untuk menentukan obyek yang terganggu dipilih
obyek yang paling luas ruang lingkupnya, selanjutnya melakukan lokalisir
untuk menuju ke obyek yang terganggu.

34

Panduan yang dipakai untuk nilai dari Indikator mesin yang sesuai
dengan operation manual book diantaranya :
1.

Tekanan pelumas

2.

Tekanan bahan bakar

3.

Frekuensi

4.

Putaran mesin

5.

Tekanan udara start

6.

Suhu bantalan

7.

Suhu air pendingin

8.

Tekana udara masuk

9.

Timing injection

10.

Kebisingan

Kemungkinan Sebab Adanya Trouble Pada Mesin


1.

Pembakaran tidak sempurna

Daya mesin turun

2.

Heat transfer terganggu

Suhu kerja mesin sangat tinggi

3.

Unbalance

Kesin bergetar

9. Seal rusak

Terjadi kebocoran

10. Eksitasi gagal Tegangan generator tidak keluar


11. Saluran tersumbat

Tekanan turun / tidak mengalir

35

Harga harga indikator mesin sesaat sebelum terjadi gangguan / kejadian


kejadian pada mesin yang tidak bisa terlihat pada indikator, tetapi dapat didengar
dan dirasakan oleh operator sebelum terjadi gangguan.
Contoh :
Log sheet / catatan mesin setiap jam atau Suara, Asap, Api, Cetuaka.
Pengambilan keputusan pada trouble shooting

Standar
Obyek penyimpangan
Kesimpulan / sebab gangguan
Kemungkinan
Sebab data
Kesimpulan merupakan hubungan yang logis antara penyimpangan,

standar, obyek, sebab, dan data. Seorang trouble shooter harus mempunyai
kemampuan untuk merangkai suatu kejadian menjadi suatu kesimpulan yang tepat
atas suatu gangguan yang didukung oleh kemampuan menguasai seluruh
prosesnya maupun bagian bagian unit pembangkit diesel.
2.5.3. Sebab Kegagalan dalam Trouble Shoting

Kurang memahami dalam menyusun kemungkinan


penyebab gangguan sehingga penyebab gangguan
tidak termasuk dalam daftar kemungkinan gangguan.

Kurang mengenal sistem yang terganggu

Kekurangan data pada saat sebelum gangguan terjadi.

36

Pencatatan data yang tidak sesuai dengan kondisi


operasi.

Kurang memahami prinsip kerja sistem-sistem yang


terdapat pada mesin yang dioperasikan.

Tidak ada perhatian terhadap perubahan nilai-nilai


yang terukur pada saat melakukan pencatatan data
operasi.

Belum

memahami

kondisi

operasi

secara

keseluruhan.

Kelengkapan peralatan ukur yang sudah rusak tidak


diperbaiki atau diganti.

Belum mampu membaca perubahan kondisi operasi


unit.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

37

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian


Tempat dan waktu penelitian dilakukan di PLTD Trisakti Sektor
Pembangkitan Barito, Banjarmasin. Jadwal penelitiannya direncanakan sebagai
berikut:

Tabel 3.1. Rencana Kegiatan


Bulan
Rencana Kegiatan

Des

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

201

201

201

201

201

201

201

201

Pengumpulan Data
Sebelum Dilakukannya
Penelitian
Melakukan Studi
Literatur & Focus
Group Discussion
Merumuskan Ide
Perbaikan
Melaksanakan
Perbaikan (Action)
Seminar Proposal
Pengumpulan Data
Setelah dilakukannya
Tindakan Perbaikan.

38

Pengolahan Data dan


Analisa Hasil
Pengambilan
Kesimpulan
Sidang Akhir

3.2

Metode Penelitian
Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data sebelum dilakukannya penelitian


Pengumpulan data sebelum dilakukannya penelitian ini bertujuan untuk
pengumpulan data histori gangguan apa saja yang menjadi penyebabnya tripnya
mesin PLTD Trisakti selama periode tahun 2014. Dari data tersebut dikerucutkan
gangguan yang paling sering adalah ganggguan Rocker Arm , yang nantinya
pembahasan tersebut menjadi topik utama penulis dalam penyusunan skripsi tugas
akhir ini.

2. Melakukan studi literatur & focus group discussion


sehingga topik ini kemudian dijadikan penulis sebagai judul skripsi,
kemudian bersama rekan kerja di kantor akan melaksanakan Focus Group
Discussion (FGD) untuk membahas dalam mencari akar permasalahan (Root
Cause Problem Solving) penyebab seringnya terjadi gangguan rocker arm di
PLTD Trisakti.
Kegiatan studi literatur ini bertujuan untuk mengetahui secara teoritis
permasalahan dari penelitian ini. Didalam studi literatur untuk mengetahui dan
39

memperoleh beberapa konsep tersebut diperoleh dari buku-buku referensi, jurnal,


dan artikel. Kemudian bersama rekan kerja di kantor akan melakukan Focus
Group Discussion untuk membahas dalam mencari akar permasalahan (Root
Cause Problem Solving) penyebab seringnya terjadi gangguan rocker arm di
PLTD Trisakti.
Sasaran utama studi literatur dan Focus Group Discussion

40

adalah mengetahui gambaran secara spessifik dan terperinci tentang penyebab apa
saja yang menimbulkan gangguan rocker arm pada mesin Stork Wartsila Diesel
(SWD) di PLTD Trisakti.
3. Merumuskan ide perbaikan
Setelah dilakukannya analisa penyebab penyebab gangguan rocker
arm, maka akan ditemukan ide ide perbaikan untuk mencegah atau mengurangi
frekuensi gangguan rocker arm untuk tindakan kedepannya.

4. Melaksanakan perbaikan (action)


Melakukan action / tindakan dari hasil perumusan ide ide perbaikan
yang sudah disepakati bersama.
5. Pengumpulan data setelah dilakukannya tindakan perbaikan
Pengumpulan data ini dilakukan untuk melihat hasil progress dari ide
ide perbaikan yang telah dilakukan.
6. Pengolahan data dan analisa hasil
Penyusunan laporan disertai data berupa data gangguan baik sebelum
maupun setelah dilakukannya tindakan perbaikan masalah, gambar, perhitungan,
tabel, dan grafik yang dapat membantu dalam penyampaian informasi hasil
analisis dari data-data yang didapat. Sehingga akan terlihat manfaat dari
dilakukannya analisa penyebab masalah gangguan rocker arm tersebut.
6. Pengambilan kesimpulan

41

Akan disimpulkan dengan melihat hasil dari progress dari data gangguan
mesin PLTD khususnya gangguan rocker arm, apakah mengalami penurunan
gangguan atau tidak setelah dirumuskannya analisa penyebab gangguan serta
dilakukannya tindakan tindakan perbaikan pada rocker arm untuk mesin Stork
Wartsila Diesel (SWD) PLTD Trisakti.

Pengambilan Kesimpulan
Pengumpulan Data Setelah
dilakukannya Tindakan Perbaikan

Melaksanakan Perbaikan (Action)

42

Pengolahan Data dan Analisa Hasil


SELESAI

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

Melakukan Studi Literatur & Focus G

3.3

Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 16 TM 410R di PLTD Trisakti Sektor


Pembangkitan Barito.

Merumus

Gambar 3.2. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 16 TM 410C

43

2. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 9 TM 620C di PLTD Trisakti Sektor


Pembangkitan Barito.

Gambar 3.3. Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 9 TM 620C


3. Rocker Arm Stork Wartsila Diesel (SWD) 16 TM 410R di PLTD Trisakti
Sektor Pembangkitan Barito.

Gambar 3.4. Rocker Arm Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 16 TM 410R

4. Rocker Arm Stork Wartsila Diesel (SWD) 9 TM 620C di PLTD Trisakti Sektor
Pembangkitan Barito.
44

Gambar 3.5. Rocker Arm Mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 9 TM 620C

5. Data gangguan rocker arm mesin Stork Wartsila Diesel (SWD) 16TM 410R &
9 TM 620C sebelum dan setelah dilakukannya analisis di PLTD Trisakti Sektor
Pembangkitan Barito.

45

Anda mungkin juga menyukai