maka
dibutuhkan
pengukuran
pada faktor six big losses terhadap tingkat prioritas yang dianggap beresiko tinggi
dengan menentukan nilai RPN (Risk Priority Number) angka prioritas beresiko pada
FMEA (Failure Mode and Efect Analysis).
Beberapa Penelitian terdahulu terkait dengan peningkatan efektivitas pada mesin
dengan diantaranya dilakukan oleh: kholid, et al (2012) Melakukan analisa dan
memberi usulan perbaikan untuk meningkatlkan performasi peralatan produksi
dengan perhitungan OEE dikarenakan sering mengalami kerusakan dengan load time
yang tinggi pada mesin, sehingga dilakukan menghitung nilai OEE pada mesin dan
membuat usulan perbaikan untuk meningkatkan nilai OEE. Rizkia, et al (2015)
Melakukan pengukuran kinerja mesin Widing NT-880 menggunakan metode Overall
Equipment Effectiveness (OEE) dan Failure Mode And Analysis (FMEA) untuk
meminimasi Six Big Losses. Triwardani (2013) Menganalisis losses pada mesin
produksi Dual Filter DD07 menggunakan metode Overall Equipment Effectiveness
(OEE) dan FMEA untuk mengetahui penyebab kegagalan dan urutan prioritas
perbaikan.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis akan melakukan penelitian tentang
efektivitas mesin pada PLTD Lueng Bata dengan metode OEE untuk mengetahui
faktor-faktor yang terdapat dalam six big losses dan mengurangi tinggkat potensi
kegagalan dengan menurunkan nilai RPN (Risk priority Number) yang dominan
mempengaruhi terhadap efektivitas mesin PLTD. Total Productive Maintenance
(TPM) yang digunakan sebagai dasar rekomendasi perbaikan perawatan mesin
Sulzer 12 zv 40 untuk mengoptimasi keefektifan peralatan dan mesin, mengurangi
kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba (breakdown).
D. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan ini maka dibuat batasanbatasan masalah sebagai berikut:
1. Losses apakah yang memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap
penurunan OEE pada mesin Sulzer 12 ZV 40.
2. Losses apakah yang memberikan pengaruh sangat signifikan terhadap besarnya
nilai Risk Priority Number FMEA pada mesin Sulzer 12 ZV 40.
3. Bagaimana perbaikan perawatan mesin yang
dapat direkomendasikan
berdasarkan hasil analisis nilai OEE dan FMEA.
E. Tujuan dan Manfaat Tugas Akhir
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
Ada dua persoalan umum yang dihadapi perusahaan dalam penerapan perawatan
yaitu masalah teknis dan ekonomi. Adapun masalah teknis adalah segala upaya
untuk menyiapkan mesin atau peralatan agas siap pakai.
2.1 Jenis Maintenance
Maintenance atau perawatan dibagi beberapa jenis, diantaranya adalah:
a. Planned Maintenance (Pemeliharaan terencana)
Planned Maintenance(Pemeliharaan terencana) adalah pemeliharaan yang
diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran masa panjang, pengendalian dan
pencatatan sesuai dengan rencana yang telah dilakukan sebelumya. Oleh
karena itu program maintenance yang akan dilakukan harus dinamis dan
memerlukan pengawasan, pemeliharaan secara aktif dengan memerlukan
informasi dari catatan riwayat mesin. Kegiatan planned maintenance sebagai
berikut:
a) Preventive Maintenance
Tindakan perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kerusakan-kerusakan yang tidak diduga atau kerusakan secara
tiba-tiba selama mesin beroperasi. Kegiatan pemeliharaan tersebut
dilakukan seara rutin satau secara priodik (terjadwal). Menurut Kurniawan
(2013) sistem perawatan preventive adalah perawatan yang efektif dalam
memelihara mesin atau peralatan industri, aktivitas perawatan ini yaitu
perawat berkala, dimana hal tersebut dapat mengantisipasi potensi
kerusakan atau kegagalan sistem.
b) Corrective Maintenance
Suatu kegiatan perawatan yang dilakukan untuk perbaikan dan
meningkatkan kondisi fasilitas atau peralatan, sehingga mencapai standar
yang dapat diterima. Dalam perbaikan dapat melakukan peningkatanpeningkatan
sedemikian
rupa,
seperti
melakukan
perubahan
atau
mendiagnosa mesin atau peralatan yang akan mulai rusak atau perlu
diperbaiki sehingga dapat mencegah idle dan terjadinya breakdown
(Kiurniawan, 2013).
b. Unnplanned Maintenance (Pemeliharaan tak terencana )
Biasanya pemeliharaan tersebut berupa breakdown
maintenance
availability mesin dibutuhkan nilai dari operation time, loading time dan
downtime.
Nilai dapat dihitung derngan rumus sebagai berikut:
Operationtime
Availability=
x 100 ...........................................(1)
Loading time
Loading time = Total availability Planned downtime
Operation time = Loading time waktu downtime mesin
Downtime = Breakdown + setup
Loading time adalah waktu yang tersedia (availability) per hari atau per bulan
di kurang dengan waktu downtime direncanakan (planned downtime).
Planned downtime adalah jumlah waktu downtime mesin pada saat dilakukan
pemeliharaan .
Operation time adalah waktu operasi yang tersedia (available time).
3.2 Performance Rate
Performance rate merupakan suatu ratio yang menggambarkan kemampuan
dari peralatan dalam menghasilkan barang. Rasio ini merupakan hasil dari
operating speed rate dan net operating rate. Operating speed rate peralatan yang
mengacu pada perbedaan antara kecepatan ideal (berdasarkan desain peralatan)
dan kecepatan operasi aktual.
Net operating rate mengukur pemeliharaan dari suatu kecepatan selama
priode tertentu. Dengan kata lain, mengukur apakah suatu operasi tetap stabil
dalam priode selama peralatan beroperasi pada kecepatan rendah. Formula
pengukuran rasio ini adalah:
Performance=
3.3 Quality
Rate of Quality merupakan rasio jumlah produk yang lebih baik terhadap
jumlah total produk yang di proses, maka Rate of Quality adalah hasil perhitungan
dengan menggunakan dua faktor yaitu:
Processed amount (jumlah produk yang diproses).
Defect amount (jumlah produk yang cacat).
Rate of Quality dapat dihitung sebagai berikut:
Quality Rate=
Total setupadjusment
x 100 ..............(5)
Loading time
..............(7)
4.3 Defect
a. Process Defect Losses
Process Defect Losses yaitu kerugian yang disebabkan karena adanya
produk cacat maupun karena kerja produk diproses ulang. Untuk menghitung
process defect losses digunakan rumus:
Process Defect =
desain
dengan
tingkat
(keseriusan),
merupakan
konsekuensinya
dan
suatu
Rating
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
b. Onccurrence
Occurrence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan atau kegagalan.
Occurence berhubungan dengan estimasi jumlah kegagalan kumulatif yang
muncul akibat suatu penyebab tertentu pada mesin. Nilai rating Occurrence
antara 1 sampai 10. Nilai Occurence secara umum dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2. Nilai Occurrence
Rating
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Probability of Occurrence
Lebih besar dari 50 per jam penggunaan
35-50 per 7200 Jam penggunaan
31-35 per 7200 Jam penggunaan
26-30 per 7200 Jam penggunaan
21-25 per 7200 Jam penggunaan
15-20 per 7200 Jam penggunaan
11-15 per 7200 Jam penggunaan
5-10 per 7200 Jam penggunaan
Lebih kecil dari 5 per 7200 Jam penggunaan
Tidak pernah sama sekali
c. Detection
Deteksi diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini yang
memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyebab atau mode kegagalan. Nilai
rating deteksi antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang
terjadi sangat sulit terdeteksi. Nilai Detection secara umum dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3. Nilai Detection
Rating
10
8
7
6
5
4
3
2
1
G. Metode Penlitian
1. Tempat dan Waktu
Adapun tempat dan waktu dilaksanakan penelitian ini yaitu pada salah satu
Pembangkit
Listrik
Tenaga
Diesel
PLTD
milik
PT.PLN
(Persero)
(JIPM), perhitungan
untuk
mengindentifikasi kerugian yang terdapat pada faktor six big losses yaitu:
equipment failure (Kerugian akibat kerusakan peralatan), setup and
adjustment (kerugian penyetelan dan penyesuaian), idle and minor
stoppage (kerugian karena menganggur dan penghentian mesin), reduced
speed (kerugiuan karena kecepatan operasi rendah), defect in process
(kerugian cacat produk dalam proses), reduced yield (kerugian akibat hasil
rendah). Dari six big loses tersebut kerugian mana yang tebesar
mempengaruhi dalam kinerja pada mesin sehingga dapat diidentifikasi
potensi penyebab kegagalan peralatan dengan menganalisis menggunakan
FMEA (failure mode and efect analysis)
h. Analisis dan Evaluasi perbaikan
Menganalisa hasil dari pengolahan data perhitungan dan perbandingan,
analisis losses terbesar dari nilai perhitungan six big losses yang paling
H. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel 1. Tabel jadwal kegiatan penelitian
BULAN
No
Kegiatan
3
Studi Literatur
Pengambilan Data
Seminar Proposal
Poengolahan Data
Seminar Hasil
Penyusunan TGA
II
III
Minggu
1 2 3 4
IV
I. Daftar Pustaka
Ansor, Nachnul dan Mustajab, M. Imron. 2013. Sistem Perawatan terpadu. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Anwar, Jetta. 2013. Penerapan TPM Untuk Meningkatkan Efesiensi Produk
Dengan Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness.Universitas Mercu
Buana. Jakarta.
Al-Ghofari, Ahmad Kholid. 2012. Upaya Peningkatan Performasi Mesin Pada
Industri Manufaktur. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Borris, Steven. 2006. TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE-Proven
strategies and techniques to keep equipment running at peak efficiency. The McGraw
Hill Companies. United States of America.
Chrysler, LLC. 2008. Potential Failure Mode And Efect Analysis (FMEA). Ford
Motor Company and General Motors Corporation.
Fakhrurrazi et al. 2013. Pengukuran dan Analisis Overal Equipment Effectiveness,
Universitas Indonesia, Depok.