Anda di halaman 1dari 24

pengertian efisiensi dan efektifitas kerja Februari 4, 2010

Posted by penulis in Uncategorized.


Tags: efektifitas kerja, efisiensi dan efektiftas kerja, efisiensi kerja, kinerja
trackback

Dikutip dari modul Audit Operasional tahun 1995 Efektifitas berkenaan dengan seberapa jauh
suatu program telah mencapai tujuan yang diinginkan. Penilaian efektifitas didasarkan atas
tujuan program sesuai dengan keinginan pembuat peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian pelaksanaan kegiatan dinyatakan efektif jika hasil yang dicapai sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Efisiensi berkenaan hubungan antara produk yang dihasilkan dengan sumber daya yang
digunakan. Penilaian diarahkan pada kecocokan, kelayakan, kataatan atas peraturan yang
berlaku. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan dinyatakan efisien jika pencapaian hasil
kegiatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan kegiatan dinyatakan efektif dan efisien jika hasil yang
dicapai dan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dikutip dari modul Airport Services 2005 Efektifitas adalah suatu perbandingan antara kinerja
unsur- unsur manajemen dengan tujuan yang ditetapkan dan Efisiensi adalah suatu
perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan.
Menurut Drs. Soekarno K. dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Manajemen.
Bahwa yang dimaksud dengan efisiensi ialah perbandingan yang terbaik antara masukan
(input) dan keluaran (output), atau antara daya usaha dan hasil, atau antara pengeluaran
dan pendapatan. Dalam pengertian manajemen yang sehat sudah tersimpul pengertian efisiensi
dan efektifitas, dalam arti bahwa segala sesuatu dikerjakan dengan berdaya-guna : artinya
dengan tepat, cepat, hemat, dan selamat.
1. Tepat : kena sasaran, apa yang dikehendaki tercapai, atau apa yang dicita-citakan
menjadi kenyataan.
2. Cepat : tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu, selesai tepat pada waktunya
atau sebelum waktu yang ditetapkan.
3. Hemat :
apapun.

dengan biaya yang sekecil-kecilnya, tanpa terjadi pemborosan dalam bidang

4. Selamat : segala sesuatu sampai pada tujuan yang dimaksud tanpa mengalami
hambatan-hambatan, kelambatan-kelambatan, ataupun kemacetan-kemacetan.
Selanjutnya menurut The Liang Gie, dalam bukunya yang berjudul Administrasi Perkantoran
Modern.

Bahwa pengertian efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara suatu kerja dengan hasil
yang dicapai oleh kerja itu. Selanjutnya bilamana suatu kerja dianalisis, dapatlah dibedakan
dalam 2 segi, yaitu intinya dan susunannya. Intinya ialah rangkaian aktivitas-aktifitasnya itu
sendiri yang wujudnya mengikuti tujuan yang hendak dicapai, sedang yang dimaksud dengan
susunannya ialah cara-caranya rangkaian aktivitas-aktivitas itu dilakukan. Jadi, setiap kerja tentu
mencakup sesuatu cara tertentu dalam melakukan tiap-tiap aktivitas, apapun tujuan dan hasil
yang ingin dicapai dengan kerja itu.

Sekretariat
ANJAB
Wednesday, 01 December 2010 13:35
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggaraan pemerintahan yang efisien dan efektif menjadi tuntutan di era globalisasi yang
sarat dengan persaingan dan keterbatasan di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut
profesionalisme sumber daya aparatur / pegawai negeri sipil dalam pelaksanaan urusan
pemerintahan, pembangunan dan pelayanan. Tuntutan terhadap profesionalisme pegawai negeri
disebabkan peranannya yang sangat sentral yaitu sebagai ujung tombak yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat.
Dengan kondisi tersebut memaksa pegawai negeri untuk harus mampu meningkatkan
profesionalisme. Upaya untuk mewujudkan kondisi seperti itu secara terus menerus telah
dilakukan dengan pembenahan kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian. Salah satu yang
menjadi acuan dalam penataan kepegawaian dilakukan berdasarkan analisis beban kerja dengan
mengacu kepada Permendagri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja.
Dengan analisis beban kerja diharapkan agar terpenuhinya tuntutan kebutuhan untuk
menciptakan efisiensi dan efektivita serta profesionalisme pegawai negeri sipil yang memadai
pada setiap instansi untuk mampu melaksanakan tugas - tugas umum pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat secara lancar

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud disusunnya pedoman ini sebagai acuan bagi setiap unit kerja dalam menghitung
beban kerja sehingga dapat diketahui kebutuhan pegawai dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi.
2. Tujuan pedoman ini memudahkan dalam melakukan analisis beban kerja.

C. Ruang Lingkup
Yang menjadi ruang lingkup dalam pelaksanaan analisis beban kerja ini adalah setiap jabatan
yang ada pada unit kerja.

BAB II
KONSEPSI DASAR
A. PENGERTIAN - PENGERTIAN :
1. Analisis Beban Kerja adalah suatu teknikmanajemen yang dilakukan secara sistematis
untuk memperoleh informasi mengenai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja organisasi
berdasarkan volume kerja.
2. Volume Kerja adalah sekumpulan tugas / pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu
1 tahun.
3. Efektivitas dan efisiensi kerja adalah perbandingan antara bobot / beban kerja dengan
jam kerja efektif dalam rangka penyelesaian tugas dan fungsi organisasi.
4. Beban Kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan / unit
organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.
5. Norma waktu adalah waktu yang wajar dan nyata-nyata dipergunakan secara efektif
dengan kondisi normal oleh seorang pemangku jabatan untuk menyelesaikan pekerjaan.
6. Jam Kerja Efektif adalah jamkerja yang harus dipergunakan untuk berproduksi /
menjalankan tugas.
7. Standar Prestasi Kerja adalah nilai baku kemampuan hasil kerja pejabat / unit kerja
secara normal.
8. Analisis Jabatan adalah proses, metode dan teknik untuk memperoleh data jabatan serta
mengolahnya menjadi informasi jabatan dan disajikan untuk kepentingan program
kepegawaian serta memberikan umpan balik bagi organisasi dan tatalaksana.
9. Uraian Tugas adalah rincian tugas sdr sehingga tercermin obyeknya atau apa yang
dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, dan tujuan melaksanakan tugas tersebut
10. Syarat Jabatan adalah syarat yang harus dipenuhi atau dimiliki oleh seseorang untuk
menduduki suatu jabatan, dimana syarat jabatan merupakan tuntutan kemampuan kerja
yang ditujukan dengan keahlian atau ketrampilan kerja yang diidentifikasi dari
pengetahuan kerja, pendidikan, pelatihan, pengalaman kerja serta kemampuan dari aspek
psikologi dan kekuatan fisik ( tingkat pendidikan minimal, bakat kerja, minat kerja dan
temperamen kerja, upaya fisik dan mental serta fungsi pekerja ).
11. Bakat adalah kemampuan alamiah yang sebaiknya dimiliki oleh seseorang untuk dapat
menjalankan sesuatu jabatan dengan sebaik-baiknya.
12. Minat Kerja adalah kecenderungan untuk menyerap suatu pengalaman dan
mengembangkannya.
13. Temperamen Kerja adalah kemampuan menyesuaikan diri dalam melaksanakan tugas.
14. Fungsi Pekerja adalah fungsi dalam melaksanakan tugas yang berhubungan dengan
benda, data dan orang.

BAB III
PELAKSANAAN ANALISIS BEBAN KERJA
A. Pengumpulan Data Jabatan

Pengumpulan data jabatan dengan melakukan inventarisasi mengenai tugas pokok dan fungsi,
struktur organisasi, daftar jabatan dan pemegang jabatan yang dilakukan dengan :
1. Formulir isian data jabatan.
2. Wawancara
3. Pengamatan langsung
4. Referensi
B. Pengolahan Data
1. Uraian tugas
a. Uraian Tugas adalah rincian tugas pemegang jabatan sehingga tercermin obyeknya atau apa
yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya, dan tujuan melaksanakan tugas tersebut
( What, How, Why ).
b. Menguraikan seluruh uraian tugas baik tugas manajerial, tugas teknis maupun tugas tambahan
( 10 % )yang terdapat dalam unit organisasi yang dimulai dari eselon terbawah / terkecil.
c. Titik tolak menentukan suatu jabatan adalah tugas karena isi material suatu jabatan adalah
tugas. Kelompok tugas yang dapat dijadikan suatu jabatan haruslah sekelompok tugas yang
penuh makna (meaningful) yaitu yang berdayaguna dan berhasilguna secara maksimal.
d. Pengelompokan tugas dalam suatu jabatan harus memenuhi empat kriteria yaitu :

Jumlahnya wajar yaitu sesuai dengan jenis dan tingkat jabatan serta terdiri dari antara 5
sampai dengan 12 uraian tugas.

Menggunakan awalan me pada setiap kata kerja untuk tugas manajerial, tugas teknis
maupun tugas tambahan.

Antara tugas yang satu dengan tugas berikutnya berada dalam suatu rangkaian proses
atau memikili kaitan proses yang jelas.

2. Syarat Jabatan
Syarat jabatan merupakan rumusan tentang kemampuan kerja yang dituntut untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan. Tuntutan kemampuan kerja tersebut dapat berubah :
a. Pendidikan / keahlian
b. Keterampilan kerja
c. Pengetahuan kerja
d. Diklat dan pengalaman kerja
e. Kondisi fisik atau kemampuan jasmani
f. Kondisi mental yang berupa bakat kerja, temperamen kerja dan minat kerja
g. Fungsi pekerja
h. Kondisi lingkungan kerja
i. Resiko bahaya

Syarat jabatan :
a. Pendidikan / keahlian
Tingkat pendidikan minimal yg seharusnya diikuti pemegang jab sebelum / sesudah memegang
jab tsb agar dpt melaksanakan pek jab dgn wajar
b. Keterampilan kerja ( Mental, fisik dan sosial)

Keterampilan adalah tingkat kemampun untuk melakukan suatu pekerjaan atau bagian
pekerjaan yang hanya dapat diperoleh dari praktek, baik melalui pelatihan maupun
pengalaman yang merupakan proses pembentukan pengalaman kerja keterampilan dan
pengetahuan kerja.

Keterampilan adalah tingkat kemampun untuk melakukan suatu pekerjaan atau bagian
pekerjaan yang hanya dapat diperoleh dari pengetahuan kerja.

c. Pengetahuan kerja
Pengetahuan yg harus dimiliki pemegang jab agar dapat melakukan pekerjaan dgn wajar.
Pengetahuan mendasari keterampilan :macamnya :

Produk, peralatan, bahan, prosedur & metode arus produk/proses pekerjaan

Tingkatannya :

Cukup mengetahui

Memahami

Menginformasikan

Mengajarkan

d. Diklat dan Pengalaman kerja


Diklat diberikan bertujuan untuk meningkatkan pengabdian, mutu, keahlian,kemampuan dan
keterampilan, berupa diklat kepemimpinan dan diklat teknis / fungsional.
Pengalaman kerja merupakan proses pelaksanaan kegiatan yg dialami seseorang dimasa lalu yg
menciptakan keterampilan dan pengetahuan kerja memantapkan mengembangkan :

Keterampilan kerja

Pengetahuan kerja

Sikap mental

Kebiasaan mental/fisik

e. Syarat kondisi fisik


Yang dimaksud syarat fisik adalah suatu syarat yang harus dipenuhi oleh pemangku jabatan agar
dapat melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya seperti jeniskelamin, tinggi dan berat badan.
f. 1). Bakat kerja
Kapasitas khusus / kemampuan potensial yg disyaratkan bagi seseorang untuk mempelajari /

memahami tugas pekerjaan macam nya


g. Intelegensia
v. Verbal
n. Numerik
s. Pandang ruang
p. Pencerapan bentuk
q. Ketelitian
k. Koordinasi motor
f. Kecekatan jari
m. Kecekatan tangan
e. Koordinasi mata, tangan, kaki
c. Memadukan/membedakan warna
2). Temperamen kerja
Syarat kemampuan penyesuaian diri yg harus dipenuhi pekerja untuk bekerja
tugas jab.
D. Memimpin

F. ide

I.

J.

Pengaruh

sesuai dgn

mental

M. Evaluasi

R. kecepatan

S. Resiko

T. standar

v. Variasi
3). Minat kerja
Kecenderungan untuk terserap dlm suatu pengalaman dan mengembangkannya
Penting karena :
Ada korelasi antara kemantapan /kepuasan orang jika ia berminat positif dlm type pek itu
Macam minat :
1a. Yang berhubungan dengan benda dan obyek.
2a. Kegiatan yang berhubungan dengan orang
3a. Kegiatan yang rutin,konkrit dan teratur.

4a. Kegiatan yang bersifat sosial baik bagi orang lain.


5a. Kerja yang menghasilkan prestise dan penghargaan orang

Teori Efektivitas
11Share

Menurut Ravianto (1989:113), pengertian efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang
dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti
bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya
maupun
mutunya,
maka
dapat
dikatakan
efektif.
Ndraha (2005:163), efisiensi digunakan untuk mengukur proses, efektivitas guna mengukur
keberhasilan mencapai tujuan. Khusus mengenai efektivitas pemerintahan, Ndraha (2005:163)
mengemukakan :
Efektivitas (effectiveness) yang didefinisikan secara abstrak sebagai tingkat pencapaian tujuan,
diukur dengan rumus hasil dibagi dengan (per) tujuan. Tujuan yang bermula pada visi yang
bersifat abstrak itu dapat dideduksi sampai menjadi kongkrit, yaitu sasaran (strategi). Sasaran
adalah tujuan yang terukur, Konsep hasil relatif, bergantung pada pertanyaan, pada mata rantai
mana dalam proses dan siklus pemerintahan, hasil didefinisikan. Apakah pada titik output?
Outcome? Feedback? Siapa yang mendefinisikannya : Pemerintah, yang-diperintah atau
bersama-sama?
Apapun penilaiannya, efektivitas birokrasi yang menyelenggarakan fungsi-fungsi pemerintah
menjadi hal yang sangat penting dalam proses penyelenggaaan pemerintahan daerah.
Barnard (dalam Prawirosoentono, 1997: 27) berpendapat Accordingly, we shall say that an
action is effective if it specific objective aim. It is efficient if it satisfies the motives of the aim,
whatever it is effective or not. Pendapat ini antara lain menunjukkan bahwa suatu kegiatan
dikatakan
efektif
apabila
telah
mencapai
tujuan
yang
ditentukan.
Mengutip Ensiklopedia administrasi, (The Liang
pemahaman entang efektifitas sebagai berikut :

Gie,

1967)

menyampaikan

Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai


terjadinya suatu efek atau akibat yang dikehendaki, kalau seseorang melakukan
suatu perbuatan denngan maksud tertentu yang memang dikehendaki. Maka orang
itu dikatakan efektif kalau menimbulkan atau mempunyai maksud sebagaimana
yang dikehendaki.
Dari diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu hal dapat dikatakan efektif
apabila hal tersebut sesuai dengan dengan yang dikehendaki. Artinya, pencapaian
hal yang dimaksud merupakan pencapaian tujuan dilakukannya tindak-tindakan
untuk mencapai hal tersebut. Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu proses
pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Suatu usaha atau
kegiatan dapat dikatakan efektif apabila usaha atau kegiatan tersebut telah
mencapai tujuannya. Apabila tujuan yang dimaksud adalah tujuan suatu instansi
maka proses pencapaian tujuan tersebut merupakan keberhasilan dalam
melaksanakan program atau kegiatan menurut wewenang, tugas dan fungsi
instansi tersebut.

Pada era globalisasi saat ini perkembangan dan kemajuan di berbagai bidang selalu
mengedepankan efektivitas kinerja para pegawai yang dapat menggerakkan sekaligus
menjalankan roda organisasi. Dewasa ini perubahan demi perubahan dalam meningkatkan
kualitas kerja pegawai selalu menjadi fokus utama dalam meningkatkan pelayanan prima bagi
masyarakat, hal ini dipandang penting guna meningkatkan kinerja para pegawai.
Uraian tentang kemajuan efektivitas kinerja pegawai di atas dalam memajukan
organisasi, dapat dilihat pada berbagai kegiatan penggalangan pelatihan ketatausahaan pada

lembaga pemerintah maupun swasta. Terciptanya Efektivitas Kinerja yang baik diharapkan
mampu untuk dapat menjamin percepatan, kelancaran, pelayanan terhadap masyarakat secara
baik dan tepat. Keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggara pemerintah maupun swasta dalam
meningkatkan profesionalitas kerja dalam organisasi. Tujuan utama dari perkembangan
pelayanan administrasi melalui efektivitas kinerja pegawai adalah bagaimana upaya suatu
instansi dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang baik dan tepat guna bagi masyarakat,
khususnya aparatur pemerintah agar lebih handal, professional, efektif dan efisien serta tanggap
terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta bagaimana menyikapi dinamika proses
perubahan lingkungan yang strategis yang bermutu dan mempunyai nilai positif dalam
memberikan pelayanan yang baik bagi peningkatan pelayanan.
Efektivitas adalah ukuran suatu organisasi, dimana kemampuan organisasi untuk
mencapai segalah keperluannya. Hal ini berarti organisasi mampu menyusun dan
mengorganisasikan sumber daya pegawai untuk mencapai tujuan. Sedangkan kinerja menurut
Prawiro Suntoro (dalam Tika,2006:121) adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi dalarn rangka mencapai tujuan. Sementara menurut
pendapat. Moh. Pabundu Tika, ( 2006:121) bahwa kinerja merupakan sebagai hasil-hasil fungsi
pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.
Dengan adanya aktivitas gambaran kinerja maka kemampuan seorang pegawai dapat
diukur kemampuan dan profesionalitas kerjanya jika dilihat dari konsep totalitas efektivitas
kinerja di atas perlu dilengkapi juga dengan dimensi kualitas yang bersifat strategis dalam
konteks pelayanan administrasi yang seutuhnya, yaitu kerja profesional, intelektual serta disiplin
dan efisien dalam bekerja. efektivitas kinerja merupakan modal dasar pelayanan administrasi
sekaligus menjadi tujuan dari peningkatan efektivitas kerja kearah yang lebih baik, melalui
berbagai bidang yakni bidang sosial, ekonomi, politik, budaya, ideologi serta pelayanan
terhadap kepentingan masyarakat umum.
Oleh sebab itu, peningkatan efektivitas kinerja pegawai sangat diharapkan guna
terciptanya tenaga pegawai yang handal dan trampil dalm melaksanakan segala tugas yang
dibebankan padanya. Dengan demikian diharapkan dengan adanya efektivitas kinerja yang baik
akan dapat membantu pengelolaan manajemen utamanya penyediaan informasi dan pelayanan

terhadap masyarakat. Sehingga tujuan efektivitas kinerja dalam suatu lembaga dapat tercapai
dengan baik
Akan tetapi efektivitas kinerja yang diharapkan dalam suatu organisasi, belum tentu dapat
diterapkan dengan baik dan maksimal. Hal inilah yang menjadi salah satu permasalahan pada
kantor Kementerian Agama yang merupakan suatu instansi pemerintah yang berada tingkat
kecamatan, serta memiliki tugas dan peran dalam memberikan pelayanan yang maksimal
terhadap masyarakat, baik secara langsung maupun melalui pemerintah desa dalam pelaksanaan
pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sehingganya kemampuan dan kualitas
kerja para pegawai merupakan suatu hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
Dari hasil pengamatan awal peneliti, kinerja pegawai pada kantor Kementerian Agama
menunjukkan belum berjalan secara efektif. Hal ini dapat dilihat dari masih ada pegawai yang
duduk sambil ceritra pada saat jam kerja. Sehingga waktu yang mereka lalui berlalu begitu saja
tanpa ada hasil yang maksimal. Sementara kinerja di Kabupaten Boalemo mendapat respon
positif dari pemerintah Kabupaten dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah yang menyebutkan
tentang Tunjangan Kinerja Daerah. Semua pegawai yang bekerja diberikan tunjangan kinerja
sebagaimana yang dianamatkan oleh Peraturan Pemerintah tersebut. Namun kenyataannya
semua pegawai baik yang bekerja maupun yang tidak bekerja menerima tunjangan tersebut
sesuai dengan pangkat dan golongan serta jabatan yang dipegangnya..
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan suatu penelitian dengan memformulasikan judul Efektivitas Kinerja Pegawai
Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boalemo.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian masalah diatas, maka perlu dilakukan identifikasi masalah sebagai
berikut : Kurang efektifnya kinerja pegawai pada Kantor Kementerian Agama, Rendahnya
kesadaran pegawai dalam meningkatan kinerjanya pada kantor Kementerian Agama, Pemberian
Tunjangan yang tidak sesuai dengan hasil kerja pegawai.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagaimana Efektivitas Kinerja Pegawai Pada Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Boalemo ?

1.4 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dalam penulisan karya ilmiah ini bertujuan
untuk mengetahui Efektivitas Kinerja Pegawai Pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Boalemo.

1.5 Manfaat Penelitian.


Penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi praktis
maupun teoritis, yaitu sebagai berikut :
1.

Secara Teoritis, penulisan karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan sosial, khususnya dibidang manajemen perkantoran.

2. Secara Praktis, yaitu sebagai bahan informasi dalam peningkatan efektifitas kinerja pegawai pada
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boalemo.

1.6 Metode Penelitian.


1.6.1

Objek Penelitian.
Yang menjadi penelitian penulisan karya ilmiah ini adalah Kantor Kementerian Agama.

1.6.1.1 Populasi. Dan Sampel.


1.6.1.2 Populasi.
Populasi adalah keseluruahn objek penelitian, (Arikunto,2006 :130 ). Sehingga dalam
penelitian ini, yang menjadi responden adalah seluruh pegawai Kantor Kementerian Agama yang
berjumlah 52 orang.

1.6.1.3 Sampel.
Menurut Wayan Ardhana ( 1991:102) adalah sebagian dari populasi yang terjangkau dan
memakai sifat yang yang sama dengan populasi, yang artinya sampel adalah sebagian obyek
yang diambil dari populasi.

Sedangkan oleh Arikunto (2006:134 ) dikemukakan bahwa apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sehinga
deangan demikian, dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan sampel dan menggunakan
populasi atau seluruh karakteristik penelitian.

1.6.2

Jenis Penelitian
Penulisan karya ilmiah ini adalah salah satu bagian dari penelitian ilmiah, sehingga
dalam penulisannya digunakan metode penelitian ilmiah.
Menurut data yang digunakan, penulisan karya ilmiah ini menggunakan jenis Deskriptif
Kualitatif. Pengertian Deskriftif menurut Sugiyono (2005:11) adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (Independen) tanpa
membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel lain.

1.6.3

Teknik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, penulis menggunakan
beberapa teknik dalam pengumpulan data, diantaranya sebagai berikut:

a.

Observasi.
Observasi atau pengamatan adalah tugas yang memerlukan suatu sistem pemikiran.
Tidaklah mungkin untuk mengamati dan mencatat semua hal yang terjadi dan jarang ada
gunanya hanya untuk menulis penjelasan yang sifatnya Deskriptif atas hasil pengamatan yang

diperoleh. Sedangkan pengamatan

menurut Maleong (2000:125) teknik observasi atau

pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya didalam pengumpulan data penelitian, dengan data


hasil pencatatan terhadap kata-kata dan tindakan.
b.

Angket
Di dalam pengumpulan data dengan cara apa pun, selalu diperlakukan suatu alat yang
disebut "instrumen pengumpulan data". Sudah barang tentu macam alat pengumpul data ini
tergantung pada macam dan tujuan penelitian.
Yang dimaksud dalam instrument pengumpulan data ini adalah angket. Angket di sini
diartikan sehagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, di mana
responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda - tanda tertentu, atau
yang sering juga disebut "daftar pertanyaan " (formulir).
Pentingnya angket sebagai alat pengumpul data adalah untuk memperoleh suatu data yang
sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Oleh karena itu, isi dari angket adalah sesuai dengan
hipotesis penelitian tersebut. Angket adalah bentuk penjabaran dari hipotesis.

c.

Wawancara.
Teknik wawancara yang dalam penelitian kualitatif menurut Lofland dan Lofland dalam
Maleong (2000:112) yaitu Sumber data utama ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan data pendukung lainnya. Data dalam bentuk kata-kata dan
tindakan tersebut, diperoleh dengan melakukan wawancara. Menurut Kerlinger (1990:767)
bahwa teknik wawancara merupakan metode yang paling luas digunakan dimana - mana untuk
memperoleh informasi dari orang banyak.

d. Dokumen.
Dokumen adalah cara pencatatan dokumen yang perlu dilakukan untuk menjaring data
data sekunder. Dokumen yang dimaksud adalah berupa catatan resmi, buku - buku serta laporan
yang dapat mendukung penelitian

1.6.4

Teknik Analisis Data


Analisis data disesuaikan dengan jenis penelitian yaitu teknik Deskriftif Kualitatif
berdasarkan data yag diperoleh melalui observasi dan dokumen. Menurut Maleong (2000:190)
Analisis Deskriftif Kualitatif melalui beberapa tahapan yaitu tahap pemprosesan satuan,
kategorisasi termasuk pemeriksaan keabsahan data, diakhiri dengan data dengan kata-kata.
Adapun tahapan analisisnya yaitu, pertama data yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi langsung dianalisis dan interpestasi data dilakukan pada waktu penelitian sedang
berlangsung maupun semua data yang diperlukan pada waktu penelitian sedang berlangsung
maupun setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Selama proses penelitian berlangsung,
penulis selalu memperhatikan dan menganalisis terhadap data baru yang diperoleh dalam proses
penyajian data, apabila terlihat data yang kurang relevan dilakukan reduksi data untuk
memudahkan proses analisis data agar melakukan penarikan kesimpulan sesuai dengan tujuan
penelitian. Setiap proses analisis data saling berhubungan dan senantiasa dilakukan dalam waktu
bersamaan.
Artinya hasil data yang telah diperoleh dilapangan melalui instrument angket selanjutnya
diolah dengan mengunakan Tabulasi data atas jawaban yang diberikan oleh respon dalam hal ini
pegawai atau staf kantor Kementerian Agama melalui proses penyelesaian pekerjaan, kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif yaitu menguraikan gambaran tentang
efektivitas kerja pegawai sesuai dengan tujuan penulisan karya ilmiah ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Efektivitas.
Seperti yang sudah dijelaskan dalam pembahasan latar belakang permasalahan bahwa

efektivitas kerja merupakan ukuran suatu organisasi dalam mencapai proses kinerja yang lebih
baik dalam menyelesaikan tugas. Berbagai literatur, konsep yang membahas efektivitas kinerja
menunjukkan hasil yang dicapai dalam arti bahwa efektivitas kerja adalah suatu kegiatan yang
diukur besar kecilnya penyesuaian antara tujuan dan harapan yang ingin dicapai dalam kerja
dengan hasil yang baik. Jelasnya jika sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya dapat disebut efektif Hal ini dijelaskan oleh Emerson dalam

Handayaningrat (1990;16) bahwa "Effectivitas is a measuring in term attaining prescribed goals


or objective " (Efektivitas adalah pengukuran dalam arti pencapaian sasaran atau tujuan yang
ditentukan sebelumnya). Sementara Cahyono

(1983 ..54) mengartikan "Efektivitas adalah

kemampuan dari setiap perangkat kerja manusia maupun bukan manusia dapat melahirkan suatu
hasil yang maksimal, yang digunakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan". Dalam pengertian
itu, berarti efektivitas diartikan sebagai keberhasilan organisasi dalam upaya untuk mencapai
tujuan yang sesuai dengan rencana.
Berdasarkan uraian teori di atas, dapat dijelaskan bahwa Efektivitas kerja sangat penting
peranannya sebagai salah satu cara dalam penyelesaian tugas dan tanggung jawab dalam kerja.
Pentingnya peranan pengunaan efektivitas kerja dapat diuraikan sebagai berikut :
a.

Dengan efektivitas kerja dapat memastikan pemahaman para pelaksana kerja dalam
menyelesaikan tugasnya, guna pencapaian kerja yang lebih efektif dan efisisen

b.

Mempermudah segalah pencapaian tugas sesuai rencana kerja yang disepakati dan ditetapkan
sebelumnya

c.

Memonitori dan mengevaluasi pelaksanaan kerja dan membandingkannya dengan rencana kerja
serta melakukan tindakan kerja yang lebih baik dan tepat dalam efisiensi kerja.

d.

Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksanaan tugas yang
telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja.

e.

Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja
dalam organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk terciptanya kinerja yang efektif dalam
menyelesaikan tugas maka setiap satuan organisasi kerja harus ;
a.

Membuat komitmen dalam aturan kerja dalam satuan kerja organisasi. Sedangkan satuan kerja
organisasi adalah segera memulai upaya efektivitas dan mengefisiensikan kinerja dan tidak perlu
mengharap mengektifkan dan mengefisiensikan kinerja akan berjalan dengan baik, tetapi lebih
pada bagaimana menerapkan efektifitas kerja yang baik dalam organisasi

b.

Perlakuan efektif dan efisiensi kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan. Efektif dan
efisiensi dalam kerja merupakan suatu proses yang bersifat tentative (berubah-ubah). Proses ini
merupakan suatu cerminan dari upaya satuan organisasi kepada pegawai guna pengembangan
kinerja yang lebih efektif.

Sedangkan bila ditinjau secara umum efektifitas dan efisiensi kerja dalam
penyelesaian tugas memiliki beberapa fungsi sebagai berikut ;
a.

Memperjelas tentang apa, kapan aktivitas kerja harus dilaksanakan

b.

Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan
interprestasi selama pelaksanaan kebijakan/ program/ kegiatan dalam penilaian kinerja para
pegawai

c.

Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja dalam satuan kerja yang
berlaku dalam organisasi.

2.1.2

Pengertian Efektivitas Kinerja.

Stoner, (dalam Tika,2006:121) mengemukakan bahwa kinerja adalah fungsi dari


motivasi, kecakapan, dan persepsi peranan.

Bernardin dan Russel (dalam Tika,2006:121) kinerja sebagai pencatatan hasil - hasil yang
diperoleh dari fungsi - fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
Handoko (dalam Tika,2006:121) mendefinisikan kinerja sebagai proses dimana
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

Pengukuran keberhasilan dalam penyelesaian kerja guna tercapaianya

keberhasilan dan

gambaran kegagalan pada satuan organsasi kerja, yang menjalankan tugas pokok dan fungsinya
sulit untuk dilakukan secara obyektif. Untuk menyukseskan program kerja dalam penyelesaian
tugas perlu terlebih dahulu menyusun dan menetapkan efektifitas kerja terlebih dahulu, hal ini
dianggap penting guna pencapaian tugas secara tepat. Berikut ini syarat syarat pencapaian
kinerja secara efektif ;
a.

Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan dalam
interprestasi penyelesaian kerja.
b

Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif

Pencapaian tugas penting dan berguna untuk menunjukkan keberhasilan memasukan, serta
mengeluarkan hasil dan manfaat.

Harus cukup fleksibel dan sensitife terhadap perubahan atau penyesuaian pelaksanaan dan hasil
pelaksanaan kegiatan kerja dalam organisasi.

e
f.

Relevansi terhadap tugas dan kegiatan dalam penyelesaian tugas dan tanggungjawab
Efektif, data atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dan bagaimana proses pengumpulan pengolahan dan analisis
yang tepat.

Efektivitas Kerja sebagaimana disimpulkan Nayono (2000;114) merupakan proses


kegiatan dari pada seorang pimpinan (Manager) dan anggota atau Pegawai yang dilakukan
dengan cara - cara yang baik dan tepat. Efektivitas Kerja merupakan salah satu sarana
penyampaian informasi secara efektif dan memiliki muatan penyampaian langsung maupun
pelayanan secara kelompok.
Untuk memudahkan pemahaman mengenai Efektivitas Kerja berikut ini pengertian
Efektivitas Kerja menurut Tannenbaum dalam Steers (1985:50) yang meninjau efektifitas dari
sudut pencapaian tujuan. Steers juga menjelaskan bahwa pada dasarnya teori teori tentang
efektivitas organisasi mencakup tiga konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya
diantaranya 1) Optimalisasi tujuan kerja 2) Pendekatan Sistem Kerja dan 3) Perilaku manusia
dalam organisasi.
Efektivitas Kerja adalah fungsi yang berhubugan dengan perolehan hasil tertentu dari
orang lain sebagai bentuk referensi (Sumber) yang dapat dijadikan sebagai bentuk pelayanan
yang maksimal dan memperoleh hasil yang baik.
Rumusan diatas agak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Etzioni (1985:12)
sebagai berikut : Efektivitas Kerja itu merupakan pengukuran sejauhmana pencapaian tugas
yang dicapai oleh pegawai.
Berdasarkan uraian pengertian diatas dapat dikatakan bahwa Efektivitas Kerja itu
merupakan kegiatan pimpinan dan Pegawai/staf dengan menggunakan segala sumber yang
diperlukan untuk mencapai tujuan organisasinya. Sumber - sumber tersebut terutama adalah
Human Resources (Sumber daya manausia), sebagaimana yang di kemukakan Barnard dalam
Gibson (1994:11) sebagai berikut : Efektivitas Kerja adalah pencapaian sasaran yang telah
disepakati

atau

usaha

bersama.

Melalui

perencanaan,

pengorganisasian,

pengarahan,

pengkoordinasian dan pengontrolan dari pada Human and natural resources (Terutama
Human Resources) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2. Kerangka Pemikiran
Dalam mengukur efektifitas kinerja pegawai kantor Kementerian Agama secara ringkas
kerangka dapat dinarasikan sebagai berikut :
Pegawai pada kantor Kementerian Agama dalam melaksanakan tugasnya senantiasa
mengedepankan efektifitas kerja dalam melayani masyarakat di wilayah Kementerian Agama.
Efektif pelayanan yang dimaksud dalam hal ini adalah efektif melayani masyarakat baik
dibidang Pemerintahan, Ketenteraman dan Ketertiban, Kesejahteraan Sosial, Pertanahan maupun
bidang Pendidikan, sehingga berdampak pada kepuasan masyarakat, efektifitas kinerja tersebut
dapat digambarkan sebagaimana pada kerangka sebagai berikut

Dalam meningkatkan efektifitas kinerja pegawai pada Kantor Kementerian Agama maka
kerangka pelayanannya adalah sebagai berikut :

Kerangka Pemikiran.
Efektifitas Kinerja Pegawai Pada Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Boalemo.

Gambar 1

BAB IV
PENUTUP.

4.1.

Kesimpulan.
Berdasarkan pembasan pada bab sebelumnya maka penulis menyimpulkan bahwa :
1.

Dengan efektivitas kerja dapat memastikan pemahaman para pelaksana kerja dalam
menyelesaikan tugasnya, guna pencapaian kerja yang lebih efektif dan efisisen

2.

Mempermudah segalah pencapaian tugas sesuai rencana kerja yang disepakati dan ditetapkan
sebelumnya

3. Memonitori dan mengevaluasi pelaksanaan kerja dan membandingkannya dengan rencana kerja
serta melakukan tindakan kerja yang lebih baik dan tepat dalam efisiensi kerja.
4.

Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksanaan tugas yang
telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja.Menjadi alat komunikasi antar bawahan
dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja dalam organisasi.

4.2.

Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan bahwa :
1. efektitas kinerja pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Boalemo perlu ditingkatkan
dengan mengoptimalkan sarana dan prasana
2.

DAFTAR PUSTAKA

Etzioni, Amitu. 1985. Organisasi Organisasi Modern, Terjemahan, Jakarta : UI Press dan Pustaka
Bradjaguna
Fred N.1990, Azas azas Penelitian Behavioural, Terjemahan,
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Maleong, Lexi J.,2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya
Manullang,1985.Dasar-Dasar Management. Ghalia Indonesia. Jakarta
Nayono, 1987. Mengenal Kehidupan Berorganisasi, BP. Kedaulatan Rakyat.
Yogyakarta
Syamsi, Ibnu,1994. Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara. Bina Aksara Jakarta
Suharsimi Arikunto.1991. Metode Penelitian Survai. LP3ES : Jakarta
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi, Terjemahan, Jakarta : Erlangga/LPPM
Wayan. Ardhana,1991. Metode Pengumpulan Data Kualitatif, Terjemahan. LP3ES

efektifitas dan efisien


Pengertian efektifitas dan efisien
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan
pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase
target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.
Sedangkan pengertian efektifitas menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35) adalah

sebagai berikut :
Efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara
membandingkan output anggaran atau seharusnya (OA) dengan output realisasi
atau sesungguhnya (OS), jika (OA) > (OS) disebut efektif .
Adapun pengertian efektifitas menurut Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah :
Efektifitas adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan
output yang diharapkan dari sejumlah input .
Dari pengertian-pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan
waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat
efektifitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :
Efektifitas = Ouput Aktual/Output Target >=1
Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama
dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektifitas
Jika output aktual berbanding output yang ditargetkan kurang daripada 1 (satu),
maka efektifitas tidak tercapai.
Seringkali kita berbicara mengenai dua kata yang sering dibicarakan secara
bersamaan. Kata Efektif dan efisiensi. Dimana ada kata efektif pasti juga ada kata
efisien. Tapi, apakah kita tahu makna dari masing-masing dari kedua kata tersebut.
Misalnya dalam kalimat, Dengan penerapan teknologi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas atau dengan penggunaan secara efektif dan
efisien dapat mengurangi pemborosan energi. Efektif dan efisien tersebut menjadi
kata yang tidak terpisahkan.
Efektif
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Kata efektif berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya); manjur atau mujarab (tt obat); dapat
membawa hasil; berhasil guna (tt usaha, tindakan); mulai berlaku (tt undangundang, peraturan). Sedangkan definisi dari kata efektif yaitu suatu pencapaian
tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian
alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya.
Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai
dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah
benar atau efektif.
Efisien
Sedangkan arti kata efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau
sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang
waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat,
berdaya guna, bertepat guna. Sedangkan definisi dari efisien yaitu Sedangkan
efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil
yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah
ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian
relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima. Misalnya
suatu pekerjaan dapat dikerjakan dengan cara A dan cara B. Untuk cara A dapat
dikerjakan selama 1 jam sedangkan cara B dikerjakan dengan waktu 3 jam. dengan
begitu dengan cara A (cara yang benar) baru bisa dikatakan cara yang efisien bila
dibandingkan dengan cara B.
Itulah perbedaan dari kata efektif dan efisien. Efektif lebih kearah melakukan
sesuatu dengan benar (do the thing right). Sedangkan efisien berarti melakukan
sesuatu yang benar (do the right thing). Jika kita melakukan sesuatu sebaiknya
secara efektif dan efisien. Do the Right thing Right atau melakukan sesuatu yang
benar dengan cara yang benar. Jika ada yang bertanya?? lebih bagus mana, Efisien
atau efektif? mungkin saya lebih memilih yang efektif. Karena efisien yang
dilakukan belum tentu efektif. Bagaimana menurut anda??

bahar rizky
Selasa, 15 Maret 2011
efektifitas dan efisien

Efisiensi Part II, Hubungan Efektifitas, Efisiensi


dan Produktifitas
Posted on Oktober 23, 2009 by safinnah

Hubungan Efektifitas, Efisiensi dan Produktifitas


Efisiensi selalu berkaitan dengan efektifitas, efisiensi bisa dikatakan dengan do the thing right
sedangkan efektifitas adalah do the right thing. Efisiensi dan efektifitas memang paket yang
kalo dipisahkan dalam pembahasan produktifitas akan menjadi hambar artinya.Oleh karena itu
seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, bahwa untuk membunuh nyamuk dalam kamar kita
banyak caranya, dalam tulisan sebelumnya ada 8 pilihan. Untuk suatu kondisi boleh jadi pilihan
no. 1 lebih efektif dan efisien daripada pilihan no. 3 atau sebaliknya. Hal tersebut menunjukan
bahwa kita mengatakan suatu hal itu efektif atau efisien juga tergantung situasi dan kondisi dan
tujuan.
Selanjutnya berkaitan dengan produktifitas, dimana letak hubungan efisiensi, efektifitas dan
produktifitas?

Berdasarkan beberapa tulisan yang saya baca, salah satunya


journal tentang work study yang dilakukan oleh AL Dharab, bahwa yang dinamakan
produktifitas adalah perbandingan output dan input dengan faktor pengali kualitas. Secara rumus
produktifitas dapat digambarkan sebagai berikut :
Produktifitas = (Output/Input) x Quality Factor
Lebih dalam lagi yang dimaksud dengan produktifitas meningkat adalah (1) Seseorang
menghasilkan output lebih banyak dengan input resources yang lebih sedikit (2) Seseorang
menghasilkan output lebih banyak dengan resources yang sama (3). Seseorang menghasilkan
output sama, dengan menggunakan resources yang lebih sedikit (4). Sesorang yang
mengahasilkan output yang sama dengan resources yang sama namun dengan kualitas outpunya
yang lebih baik.
Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa produktifitas tidak hanya berkaitan dengan efisien,
utilisasi saja namun lebih dari itu produktifitas juga berkaitan dengan kualitas. Paradigma yang

setingkat lebih maju, artinya sekarang semua hal dituntut untuk dihasilkan dengan waktu yang
cepet, resources yang minimal dengan kualitas yang optimal.
Berkaitan dengan efisiensi, utilisasi dan kualitas. Efisiensi merupakan perbandingan antara
manhours standard dibandingkan dengan aktual manhours kerja. Rumusan tersebut menunjukan
bahwa efisiensi berkaitan dengan seberapa orang dapat menyelesaikan target atau standar yang
sudah ditetapkan dengan menggunakan resources yang sudah ada. Apabila nilai efisiensi lebih
dari atau sama dengan satu, bisa dikatakan orang tersebut efisien, sebaliknya. nach kalo
dirumuskan efisiensi sebagai berikut :
Efisiensi : (standard hours of produced/actual worked hours) x 100%
Sedangkan yang dimaksud utilisasi adalah perbandingan antara jumlah waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan, task dan job dibandingkan dengan waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Nach kalo dirumuskan adalah sebagai berikut :
Utilisasi : (actual worked hours/available hours) x 100%
Dengan kedua pengertian tersebut maka dapat diturunkan yang namanya produktifitas.
Produktifitas adlah perbandingan output per input. Bagaimana hubungan rumus produktifitas
dengan efisiensi dan utilisasi. Berikut kutipan dari jurnal yang disampaikan oleh al dharab :
Produktifitas : Efisiensi x Utilisasi x Quality Factor
Produktifitas : (standard hours of produced/actual worked hours) x (actual worked
hours/available hours) x Quality Factor x 100%
Produktifitas : (standard hours of produced/available hours) x Quality Factor x 100%
Untuk memudahkan pemahaman berikut saya beri ilustrasi tentang hal tersebut.
Tono bekerja masuk kerja dari jam 07.30 sampai dengan 16.30, artinya available manhours untuk
tono 8 jam. Tono sekarang sedang melakukan pekerjaan ganti ban pesawat. untuk ganti ban
pesawat tersebut tono membutuhkan waktu 6 jam. Namun tono bekerja tidak sendirian, dia
dibantu oleh seorang temen tini. Tini mengerjakan ganti ban pesawat juga selama 6 jam.
Sedangkan standard manhours untuk ganti ban pesawat adalah 10 jam oleh 1 orang engineer.
Kira-kira berapa produktifitas tono dan tini? Produktifitas keduanya, dapat dihitung sebagai
berikut :
Efisiensi Tono atau Tini = 10/(62)= 10/12 = 0,83
Utilisasi Tono atau Tini = 12/(82) = 0,75
Quality Factor = 0,95 (Justifikasi kualitas pekerjaan yang dikerjakan oleh Tono dan Tini
dinilai oleh QA engineer)
Produktifitas Tono atau Tini = 0,75 x 0,83 x 0,95 = 0,59
Mengapa bisa demikian mari renungkan sendiri hehe.
Hv a + d

Anda mungkin juga menyukai