Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dalam organisasi

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena dapat digunakan

sebagai ukuran terhadap keberhasilan atau tingkat pencapaian hasil oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, melalui tingkat

efektifitas serta kualitas layanan yang diterapkan dalam rangka upaya

mencapai tujuan suatu organisasi.

Untuk lebih jelasnya dalam menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota

Dumai serta faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja pada Dinas

Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Dumai dapat penulis uraikan

secara teoritis dalam penelitian ini dan hubungan-hubungan antara

konsep teori tersebut.

1. Pengertian Kinerja

Sangatlah sulit untuk menetapkan suatu definisi kinerja yang

dapat memberikan pengertian yang komprehensif. Penggunaan kata

kinerja sendiripun kadang disamaartikan dengan prestasi kerja, efektivitas

kerja, hasil kerja, pencapaian tujuan, produktifitas kerja, dan berbagai

istilah lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja merupakan

sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja


12

(tentang peralatan). Kinerja berawal dari pencapaian seorang individu

atau pegawai dengan segala kemampuan dan keterampilan yang dimiliki

dalam sebuah organisasi untuk menghasilkan tingkat keberhasilan

organisasi. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap

kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan

penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin terwujud

tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan

begitu canggihnya, Hasibuan (2014:9).

Kinerja merupakan konsep atau pemikiran yang penting dalam

pengukuran sebuah keberhasilan atau pencapaian organisasi terhadap

apa yang telah dikerjakan dalam periode waktu tertentu sehingga ada

upaya untuk lebih meningkatkan maupun melakukan perbaikan apabila

mengalami penurunan dalam pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Smith dalam Sedarmayanti (2009:50), menyatakan

bahwa performance atau kinerja adalah “output drive from processes,

human or otherwise”, jadi di katakannya bahwa kinerja merupakan hasil

atau keluaran dari suatu proses.

Dapat di jelaskan bahwa pengertian kinerja sebagai hasil

mempunyai hubungan erat dengan masalah produktivitas karena

merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk

mencapai tingkat produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.

Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang di

hasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumber daya yang
13

digunakan. Sehubungan dengan hal tersebut maka upaya untuk

mengadakan penilaian terhadap kinerja disuatu organisasi merupakan hal

penting.

Menurut Rivai, Basri dalam Sinambela (2012:6), mengatakan

bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang atau

keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas

dibandingkan dengan berbagai kemungkinan , seperti standar hasil kerja,

target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan

telah disepakati bersama.

Menurut Miner dalam Sutrisno (2010:170), mengatakan bahwa

kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan

berperilaku sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya.

Dapat di jelaskan bahwa setiap harapan mengenai bagaimana

seseorang harus berperilaku dalam melaksanakan tugas, berarti

menunjukkan suatu peran dalam organisasi. Tercapainya tujuan

organisasi hanya di mungkinkan karena upaya para pelaku yang terdapat

pada organisasi tersebut. Dalam hal ini sebenarnya terdapat hubungan

yang erat antara kinerja perorangan (individual performance) dengan

kinerja organisasi. Dengan perkataan lain bila kinerja pegawai baik maka

kemungkinan besar kinerja organisasi juga baik.

Menurut Suntoro dalam Nawawi (2013:212), mengatakan bahwa

kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau

kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan


14

tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi

yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral dan etika.

Menurut Prawirosentono dalam Sinambela (2012:5),mengatakan

bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai

atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral dan etika.

Dapat di jelaskan bahwa kinerja merupakan tingkat keberhasilan

seseorang atau lembaga dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing secara legal

sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan tidak bertentangan

dengan moral dan etika yang berlaku secara umum sehingga tujuan

organisasi dapat tercapai.

Menurut Wibowo (2009:3), menjelaskan bahwa kinerja adalah

implementasi dari rencana yang telah disusun sebelumnya. Implementasi

kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan,

kompetensi, motivasi dan kepentingan. Bagaimana organisasi menghargai

dan memperlakukan sumber daya manusianya akan mempengaruhi sikap

dan perilakunya dalam menjalankan pekerjaan.

Menurut Soepriyanto (2009:278), mengatakan bahwa kinerja

instansi pemerintah adalah gambaran tingkat pencapaian sasaran yang


15

digambarkan dalam visi, misi dan strategi dari instansi pemerintah dan

mengidentifikasi tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan dan

kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan.

Menurut Mahsun (2016:25), mengatakan bahwa kinerja

merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning organisasi.

Menurut Mangkunegara dalam Pasolong (2017:204), mengatakan

bahwa kinerja adalah merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan fungsinya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Dapat di jelaskan bahwa kualitas adalah bagaimana seseorang

dalam menjalankan tugasnya, yaitu mengenai banyaknya kesalahan yang

di buat, kedisiplinan dan ketepatan sedangkan kuantitas adalah hasil yang

dapat di hitung sejauh mana seseorang dapat berhasil mencapai tujuan

yang telah di tetapkan sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing

dalam mencapai tujuan yang sudah di tetapkan oleh organisasi.

Menurut Geary dan Brache dalam Sudarmanto (2009:7),

mengatakan bahwa ada 3 (tiga) level kinerja, yaitu:

1. Kinerja Organisasi merupakan pencapaian hasil (output) pada level

atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait

dengan tujuan, rancangan organisasi dan manajemen organisasi,

berfokus pada hasil. Faktor kinerja adalah lingkungan, kepemimpinan,


16

struktur organisasi, pilihan strategi, teknologi, kultur organisasi dan

proses.

2. Kinerja proses merupakan kinerja pada proses tahap dalam

menghasilkan produk atau pelayanan dan berfokus pada perilaku.

Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan

proses, dan manajemen proses. Faktor kinerja adalah keeratan tim,

kepemimpinan, kekompakan/solidnya tim, struktur tim, peran tim dan

norma.

3. Kinerja individu/pekerjaan merupakan pencapaian atau efektivitas pada

tingkat pegawai atau pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh

tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan manajemen pekerjaan

serta karakteristik individu. Berfokus pada pelaku (performer), faktor

kinerja adalah knowledge, skill, motivasi dan peran.

Menurut Haynes dalam Sinambela (2012:8), mengatakan bahwa

untuk membangun kinerja dapat dioptimumkan melalui petetapan

deskripsi jabatan yang jelas dan terukur bagi setiap pejabat (pegawai),

sehingga mereka mengerti apa fungsi dan tanggung jawabnya. Dalam hal

ini deskripsi jabatan yang baik akan dapat menjadi landasan untuk:

1. Penentuan gaji

Hasil deskripsi jabatan akan berfungsi menjadi dasar untuk

perbandingan pekerjaan dalam suatu organisasi dan dapat dijadikan

sebagai acuan pemberian gaji yang adil bagi pegawai dan sebagai data

pembanding dalam persaingan dalam perusahaan.


17

2. Seleksi pegawai

Deskripsi jabatan sangat dibutuhkan dalam penerimaan, seleksi

dan penempatan pegawai. Selain itu juga merupakan sumber untuk

pengembangan spesifikasi pekerjaan yang dapat menjelaskan tingkat

kualifikasi yang dimiliki oleh seorang pelamar dalam jabatan tertentu.

3. Orientasi

Deskripsi jabatan dapat mengenalkan tugas-tugas pekerjaan yang

baru kepada pegawai dengan cepat dan efisien.

4. Penilaian kinerja

Deskripsi jabatan menunjukkan perbandingan bagaimana

seseorang pegawai memenuhi tugasnya dan bagaimana tugas itu

seharusnya dipenuhi.

5. Pelatihan dan pengembangan

Deskripsi jabatan akan memberikan analisis yang akurat

mengenai pelatihan yang diberikan dan perkembangan untuk

membantu pengembangan karir.

6. Uraian dan perencanaan organisasi

Perkembangan awal dari deskripsi jabatan menunjukkan dimana

kelebihan dan kekurangan dalam pertanggung jawaban. Dalam hal ini

deskripsi jabatan akan menyeimbangkan tugas dan tanggung jawab.

7. Uraian tanggung jawab

Deskripsi jabatan akan membantu individu untuk memahami

berbagai tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.


18

Bernardin dalam Sudarmanto (2009:12), menyampaikan ada 6

kriteria dasar atau dimensi untuk mengukur kinerja, yaitu;

1. Quality terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna/ ideal

dalam memenuhi maksud atau tujuan.

2. Quantity terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan.

3. Timeliness terkait dengan waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan

aktivitas atau menghasilkan produk.

4. Cost-effectiveness terkait dengan tingkat penggunaan sumber-sumber

organisasi (orang, uang, material, teknologi) dalam mendapatkan atau

memperoleh hasil atau pengurangan pemborosan dalam penggunaan

sumber-sumber organisasi.

5. Need for supervision terkait dengan kemampuan individu dapat

menyelesaikan pekerjaan atau fungsi-fungsi pekerjaan tanpa asistensi

pimpinan atau intervensi pengawasan pimpinan.

6. Interpersonal impact terkait dengan kemampaun individu dalam

meningkatkan perasaan harga diri, keinginan baik, dan kerja sama di

antara sesama pekerja dan anak buah.

Mitchell dalam Sedarmayanti (2009:51), menyatakan bahwa

dalam melihat pencapaian kinerja ada beberapa aspek yang

mempengaruhinya, yaitu:
19

1. Quality of work

Merupakan tingkat baik atau buruknya sesuatu pekerjaan yang di

terima bagi seorang pegawai yang dapat dilihat dari segi ketelitian dan

keterampilan kerja dan kecakapan.

2. Promptness

Berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian

pekerjaan dengan target waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan

diusahakan untuk selesai sesuai dengan rencana agar tidak

mengganggu pada pekerjaan yang lain.

3. Initiative

Melingkupi beberapa aspek seperti kemampuan untuk mengambil

beberapa langkah yang tepat dalam menghadapi kesulitan,

kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan tanpa bantuan,

kemampuan untuk mengambil tahapan pertama dalam kegiatan.

4. Capability

Meliputi beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang,

ternyata yang dapat diintervensikan atau di terapi melalui pendidikan

dan pelatihan adalah faktor kemampuan yang dapat dikembangkan.

5. Communication

Merupakan interaksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan

untuk mengemukakan saran dan pendapatnya dalam memecahkan

masalah yang dihadapi. Komunikasi akan menimbulkan kerjasama

yang baik dan akan terjadi hubungan-hubungan yang semakin


20

harmonis diantara pegawai dan para atasan, yang juga dapat

menimbulkan perasaan senasib dan sepenanggungan.

2. Kinerja Organisasi

Organisasi merupakan suatu struktur pembagian kerja dan

struktur tata hubunga kerja antara sekelompok orang pemegang posisi

yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan

tertentu. Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh

beberapa aspek seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama

dengan perwujudan eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap

masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang dapat

diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan

kontribusi seperti pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat

sebagai anggota-anggotanya sehingga menekankan angka

pengangguran.

Menurut Surjadi (2009:7), mengatakan bahwa kinerja organisasi

adalah totalitas hasil kerja yang dicapai suatu organisasi. Tercapainya

tujuan organisasi berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat

dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang

didasarkan pada tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Sobandi (2006:176), mengatakan bahwa kinerja

organisasi merupakan sesuatu yang telah dicapai oleh organisasi dalam

kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input , output, outcome,

benefit, maupun impact.


21

Hasil kerja yang dicapai oleh suatu instansi dalam menjalankan

tugasnya dalam kurun waktu tertentu, baik yang terkait dengan input ,

output, outcome, benefit, maupun impact dengan tanggung jawab dapat

mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Adanya hasil

kerja yang dicapai oleh instansi dengan penuh tanggung jawab akan

tercapainya peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.

Selanjutnya Sobandi (2006:197), mengemukakan indikator kinerja

organisasi yaitu:

1. Keluaran (Output)

2. Hasil

3. Kaitan usaha dengan pencapaian

4. Informasi penjelasan

Dwiyanto dalam Soepriyanto (2009:19), mengemukakan beberapa

indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja organisasi publik,

yaitu:

1. Produktivitas

2. Kualitas layanan

3. Responsivitas

4. Responsibilitas

5. akuntabilitas

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja dalam lingkup organisasi adalah hasil kerja yang telah

dicapai oleh suatu organisasi dalam melakukan suatu pekerjaan dapat


22

dievaluasi tingkat kinerjanya. Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam

organisasi tergantung bagaimana proses kinerja itu dilaksanakan. Kinerja

organisasi tidak lepas dari faktor-faktor yang dapat memengaruhi.

Berhasil tidaknya tujuan dan cita-cita dalam sebuah organisasi,

tergantung bagaimana proses kinerja itu di laksanakan, dimana kinerja

tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagaimana di

kemukakan oleh Mangkunegara (2014:13), yang menyatakan ada

beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja, sebagai berikut:

1. Faktor Kemampuan

Secara psikologi, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya, pimpinan

dan karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) apalagi IQ

superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang

memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan

sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

2. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan

terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya. Mereka

yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan

motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra)

terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah.

Dari pernyataan yang dikemukakan diatas, jelas bahwa untuk

mendapatkan gambaran tentang kinerja, maka diperlukan pengkajian


23

khusus tentang kemampuan dan motivasi. Di antara beberapa faktor yang

mempengaruhi kinerja seseorang, ternyata yang dapat diintervensikan

atau diterapi melalui pendidikan dan pelatihan adalah faktor kemampuan

yang dapat dikembangkan serta faktor motivasi yang merupakan

pendorong untuk menggerakkan seorang pegawai untuk melakukan tugas

dan tanggung jawabnya.

Menurut mahmudi (2015:18), faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja adalah:

1. Faktor personal/individual, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill),

kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang dimiliki

oleh setiap individu.

2. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,

semangat, arahan, dan dukungan yang di berikan manajer dan team

leader.

3. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan

oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim,

kekompakan dan keeratan anggota tim.

4. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur

yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja

dalam organisasi.

5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan

lingkungan eksternal dan internal.


24

Dari penjelasan di atas terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja dalam pencapaian pelaksanaan tugas yang

dilakukan untuk mencapai sasaran organisasi.

Menurut Timple dalam Mangkunegara (2014:15), mengatakan

bahwa faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal (disposisional) yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-

sifat seseorang. Misalnya, kinerja seseorang baik disebabkan karena

mempunyai kemampuan tinggi dan seseorang itu tipe pekerja keras,

sedangkan seseorang mempunyai kinerja jelek disebabkan orang tersebut

mempunyai kemampuan rendah dan orang tersebut tidak memiliki upaya-

upaya untuk memperbaiki kemampuannya. Sedangkan faktor eksternal

yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal

dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap dan tindakan-tindakan rekan kerja,

bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Faktor

internal dan faktor eksternal ini merupakan jenis-jenis atribusi yang

mempengaruhi kinerja seseorang.

Dalam melakukan pengukuran terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota

Dumai, maka penulis menggunakan konsep teori dari Mahmudi (2015:18)

tersebut diatas sebagai landasan teori yang mencakup lima faktor atau

indikator yang dapat dilihat sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja.
25

B. Operasional Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah yang menjadi objek

pengamatan penelitian atau merupakan faktor-faktor yang berperan dalam

peristiwa atau gejala yang diteliti, dalam hal ini adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota

Dumai. Berdasarkan teori-teori yang membahas masalah tersebut maka

dalam penelitian ini penulis menetapkan variabel penelitian adalah faktor-

faktor yang mempengaruhi kinerja pada Dinas Ketahanan Pangan dan

Pertanian Kota Dumai.

Untuk menghindari kesalahan dalam pemahaman terhadap

penggunaan konsep penelitian, maka penulis mengemukakan konsep

operasional variabel yang akan digunakan sebagai landasan dalam

penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pada Dinas Ketahanan

Pangan dan Pertanian Kota Dumai, yaitu:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Yang di maksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ialah

hal keadaan atau peristiwa yang ikut menyebabkan atau mempengaruhi

terjadinya sesuatu.

2. Kinerja

Yang dimaksud dengan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil

kerja atau dengan kata lain hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang

atau sekelompok orang pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

Kota Dumai, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-


26

masing dengan memperhatikan aspek efektivitas, kualitas layanan, serta

responsivitas dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan organisasi.

3. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Dumai

Yang di maksud dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

Kota Dumai adalah Dinas yang bertanggung jawab kepada Walikota

Dumai melalui Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota

Dumai.

Dalam penelitian ini untuk melihat Faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja, akan diteliti melalui indikator yang di kemukakan

oleh Mahmudi (2015:18), sebagai berikut:

1. Faktor personal/individual

Yang dimaksud dengan faktor personal/individual dalam indikator

ini adalah pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan

diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap pegawai yang

bekerja pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Dumai. Untuk

melihat faktor personal/individual dari faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja dapat di lihat dari sub indikator di bawah ini, yaitu:

a. Terdapatnya pengetahuan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Terdapatnya keterampilan pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan

sesuai dengan tupoksi yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Terdapatnya kemampuan pegawai dalam menerapkan perkembangan

teknologi terhadap pelaksanaan pekerjaan.


27

2. Faktor kepemimpinan

Yang di maksud faktor kepemimpinan dalam indikator ini adalah

meliputi kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan

dukungan yang diberikan oleh pimpinan terhadap pegawai yang bekerja

pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Dumai. Untuk melihat

faktor kepemimpinan dari faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dapat

dilihat dari sub indikator dibawah ini, yaitu:

a. Terdapatnya kemampuan pimpinan dalam memberikan motivasi

kepada pegawai.

b. Terdapatnya kemampuan pimpinan dalam memberikan arahan yang

bersifat mendidik terhadap pegawai yang bekerja.

c. Terdapatnya kemampuan pimpinan dalam mengawasi pegawai saat

bekerja.

3. Faktor tim

Yang di maksud dengan faktor tim dalam indikator ini adalah

meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan kerja,

kepercayaan terhadap sesama pegawai, kekompakan dan kerukunan

pegawai yang bekerja pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota

Dumai. Untuk melihat faktor tim dari faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja dapat dilihat dari sub indikator dibawah ini, yaitu:

a. Terdapatnya kemampuan pegawai untuk saling memberi dukungan dan

semangat dalam pelaksanaan pekerjaan.


28

b. Terdapatnya kemampuan pegawai untuk saling mempercayai satu

sama lain dalam pelaksanaan pekerjaan.

c. Terdapatnya kemampuan pegawai untuk membangun kekompakan

dalam pelaksanaan pekerjaan.

4. Faktor sistem

Yang di maksud dengan faktor sistem dalam indikator ini adalah

meliputi sistem kerja, fasilitas kerja, atau infrastruktur yang di berikan oleh

organisasi kepada pegawai yang bekerja pada Dinas Ketahanan Pangan

dan Pertanian Kota Dumai. Untuk melihat faktor sistem dari faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja pegawai dapat dilihat dari sub indikator di

bawah ini, yaitu:

a. Terdapatnya ketersediaan prosedur kerja yang sesuai dengan standar

kerja.

b. Terdapatnya ketersediaan fasilitas kerja yang dapat menunjang

keberhasilan pegawai.

c. Terdapatnya ketersediaan ruang kerja yang memadai untuk

melaksanaan pekerjaan.

5. Faktor kontekstual

Yang di maksud dengan faktor kontekstual dalam indikator ini

adalah meliputi tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal

yang terjadi pada Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Dumai.

Untuk melihat faktor kontekstual dari faktor-faktor yang mempengaruhi

kinerja pegawai dapat dilihat dari sub indikator di bawah ini, yaitu:
29

a. Terdapatnya kemampuan pegawai dalam menyesuaikan perubahan

lingkungan internal.

b. Terdapatnya kemampuan pegawai dalam menyesuaikan perubahan

lingkungan eksternal.

c. Terdapatnya kemampuan pegawai dalam mengantisipasi masalah yang

mungkin akan muncul.

Untuk mengukur jawaban atau tanggapan dari responden tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pada Dinas Ketahanan Pangan

dan Pertanian Kota Dumai berdasarkan sub indikator yang dilakukan

dengan menggunakan angket penelitian dan menggunakan skala

pengukuran menurut Sugiyono (2017:113) dengan bentuk pengukuran

Rating Scale dengan pengukuran sebagai berikut:

Baik : Diberi skor 3

Cukup Baik : Diberi skor 2

Tidak Baik : Diberi skor 1

Anda mungkin juga menyukai