TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja merupakan hasil kerja dari individu maupun kelompok Untuk mencapai sebuah
tujuan dalam organisasi. Dalam manajemen kinerja terdapat beberapa definisi yang telah
dikemukan oleh para ahli yang merupakan istilah populer yang diartikan sebagai hasil kerja,
prestasi kerja, dan performance. Kinerja merupakan penampilan hasil dari invidu atau
kelompok yang tidak terbatas kepada seseorang yang memiliki jabatan fungsional maupun
struktural, tetapi juga pada keseluruhan jajaran personel di dalam sebuah organisasi (Rianto,
2010).
Menurut Mangkunegara dalam (Rianto, 2010), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui
Keberhasilan Kinerja induvidu atau kelompok dalam suatau organisasi dapat diketahui
dan diukur melalui suatau standar atau indicator-indikator keberhasilan yang telah di
tetapkan. Moeheriono menyebutkan bahwa arti kinerja sebenarnya berasal dari kata job
performance dan disebut actual performance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya
kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan sumber daya manusia
untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi atas siensi dan efektivitas tindakan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja memiliki arti “(1) sesuatu yang
dicapai; (2) prestasi yang diperlihatkan; (3) kemampuan kerja”. kemudian,alam bahasa
Inggris, istilah kinerja adalah performance. Performance merupakan kata atau verb. Salah
satu hasilnya adalah “thing done” (sesuatuhasil yang telah jakan). Arti Performance atau
kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan
Menurut Robbins dalam Rivai (2005:15) kinerja diartikan sebagai fungsi dari interaksi
1. Kemampuan (Ability)
adalah suatu kondisi yang menunjukkan unsure kematangan yang berkaitan pula dengan
pada situasi dan kondisi. Pendapat tersebut dapat diasumsikan bahwa kemampuan
merupakan kekuatan berupa fisik dan nonfisik dari seorang pegawai atau sekelompok
pegawai untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan yang disesuaikan dengan situasi
2. Motivasi (Motivation)
Menurut Hasibuan (2006:141) Motivasi berasal dari kata Latin “Movere” yang berarti
“dorongan atau daya penggerak” motivasi ini hanya diberikan kepada Manusia,
khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi ini penting karena dengan
motivasi diharapkan setiap individu karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk
mencapai produktivitas yang tinggi. Tingkah laku seseorang di pengaruhi serta diransang
Pendapat diatas diartikan bahwa motivasi merupakan alat pendorong seorang pegawai
untuk bekerjasama dengan pegawai lainnya sehingga dapat menciptakan kinerja yang
terintegrasi dan menghasilkan hasil produksi yang mencapai tingkat kepuasan yang
maksimal.
individu didorong untuk bertindak. Pendapat tersebut diartikan bahwa motivasi berasal
dari keinginan-keinginan dari dalam diri pegawai sehingga dapat menimbulkan perasaan
berate pemberian motif pertimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan atau
motivasi tindakan atau perbuatan yang berkaitan dengan kinerja seseorang atau
sekelompok pegawai yang didasarkan atas motif-motif tertentu baik itu yang berasal dari
dalam diri pegawai ataupun yang berasal dari organisasi tempat mereka bekerja.
Berdasarkan beberapa pendapat para pakar di atas maka dapat disimpulakan bahwa
motivasi merupakan hal yabng dapat mendorong pegawai untuk bekerja lebih baik
dibandingkan yang sebelumnya sesuai dengan tugas dan tanggungjawab yang diberkan
sebelumnya yang didasarkan atas motif internal pegawai maupun motif eksternal
pegawai.
3. Peluang/Kesempatan (Opportunity)
kesempatan (opportunity) kerja ialah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian
Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu,boleh saja ada rintangan yang
menjadi penghambat. oleh sebab itu semakin tinggi kemampuan, motivasi dan
kesempatan pegawai makan akan dapat menciptakan kinerja yang tinggi pula.
sistem yang ada dalam sebuah organisasi, baik itu sifatnya formal maupun nonformal
yang dapat mempengaruhi intensitas kinerja pegawai dalam artian apabila kemampuan
dan motivasi kerja tidak sesuai dengan sistem yang ada di dalam organisasi tersebut,
maka intensitas kinerja pegawia tersebut akan berkurang, sebaliknya apabila kemampuan
dan motivasi kerja pegawai sesuai dengan sistem yang ada dalam organisasi tersebut
yang menuntut pengukuran secara aktual keseluruhan kinerja organisasi, efisiensi atau
dimensi fisik, tetapi juga dimensi non fisik (intangible). menurut Rummler dan Brache
a) Kinerja organisasi; merupakan pencapaian hasil (outcome) pada level atau unitanalisis
organisasi. Kinerja pada level organisasi ini terkait dengan tujuan organisasi, dan
manajemen organisasi.
b) Kinerja proses; merupakan kinerja pada proses tahapan dalam menghasilkan produk
atau pelayanan. Kinerja pada level proses ini dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan
pegawai atau pekerjaan. Kinerja pada level ini dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan,
(Sudarmanto, 2009).
Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah hasil
kerja nyata yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya sesuai dengan kriteria dan tujuan yang ditetapkan oleh organisasi.
2.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
2) Dorongan
3) Kemampuan
Sedangkan, menurut Kasmir (2016) disebutkan pula bahwa ada faktor-faktor yang
2) Pengetahuan
3) Rancangan Kerja
4) Kepribadian
5) Motivasi Kerja
6) Kepemimpinan
7) Gaya Kepemimpinan
8) Budaya Organisasi
9) Kepuasan Kerja
11) Loyalitas
12) Komitmen
Terdapat tiga kelompok variable yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja
yaitu: variabel individu, variable psikologis, dan variabel organisasi (Ilyas, 2001).
a. . Variabel Individu
Variabel individu merupakan faktor utama yang berpengaruh dengan perilaku dan
fisik, dan ketrampilan merupakan kecakapan yang perlu dimiliki individu guna
4) Status perkawinan
5) Faktor umur dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Hal ini berhubungan dengan
6) Jenis kelamin dinyatakan tidak memiliki perbedaan yang berarti dalam kinerja
pria atau wanita. Namun, jenis kelamin ikut menentukan pekerjaan seseorang
sehingga, pekerjaan tertentu lebih cocok dilakukan oleh wanita maupun
sebaliknya.
b. Variabel Psikologis
1) Persepsi
2) Sikap
Perasaan positif atau negatif yang selalu diatur, dipelajari melalui pengalaman-
3) Kepribadian
umum dan perilakunya yang dapat dipengaruhi oleh keturunan, budaya, dan faktor
osial.
4) Belajar
Belajar dapat didefinisikan adanya proses perubahan perilaku yang relative permanen
dan menjadi hasil dari pengalaman hidup. Pembelajaran melibatkan adanya perubahan.
5) Motivasi
c. Variabel Organisasi
Variabel organisasi memiliki efek secara tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.
1) Sumber daya
Faktor yang mempengaruhi kinerja secara langsung dan tidak langsung, serta dapat
bersumber dari dalam ataupun luar individu. Hal ini meliputi, sumber daya manusia, sarana
2) Kepemimpinan
Kepemimpinan yang efektif penting untuk diterapkan guna mendapatkan kinerja individu,
kelompok, maupun organisasi demi tercapainya tujuan organisasi. Hal ini perlu dilakukan
dengan melihat berbagai faktor agar terbentuk kepemimpinan yang baik pada organisasi
tersebut.
Hal yang cukup penting dalam mempengaruhi kinerja individu adalah sistem balas jasa
4) Struktur
Struktur keorganisasian yang formal dan hal ini menunjukkan hubungan antar sub
5) Desain pekerjaan
Penjelasan dan penjabaran tugas masing-masing pegawai dan hubungan mereka untuk
d. Penilaian Kinerja
Menurut Fahmi (2012), Penilaian Kinerja adalah suatu penilaian yang dilakukan kepada
pihak manajemen perusahaan baik para karyawan maupun manajer yang selama ini telah
melakukan pekerjaannya. Kemudian, menurut Malthis dan Jackson dalam (Irfan, 2012),
pekerjaan mereka.
Untuk melakukan suatu penilaian kinerja dibutuhkan metode penilaian yang memiliki
tingkat dan analisa yang representatif. Menurut Griffin dalam (Irfan, 2012), terdapat dua
Metode objektif (objective methods) menyangkut dengan sejauh mana seseorang bisa
bekerja dan menunjukkan bukti kemampuan ia bekerja sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Bagi banyak pihak metode objektif bisa memberikan hasil yang tidak begitu
akurat atau mengandung bisa karena bisa saja seorang karyawan memiliki kesempatan
yang bagus maka ia terlihat mampu bekerja dengan sangat baik dan penuh semangat,
sedangkan ada karyawan yang tidak memiliki kesempatan dan ia tidak bisa menunjukkan
kemampuannya secaramaksimal.
menggunakan nilai ranking. Nilai ranking yang tinggi maka berarti ia memiliki kualitas
kinerja yangbagus dan begitu pula sebaliknya. Sistem penilaian ranking dianggap
memiliki kelemahan jika seorang karyawan ditempatkan dalam kelompok kerja yang
memiliki ranking yang bagus maka penilaiannya akan mempengaruhi posisinya sebagai
salah satu karyawan yang dianggap baik, begitu pula sebaliknya jika seseorang
ditempatkan dalam kelompok dengan ranking buruk maka otomatis rankingnya juga tidak
bagus. Penentuan standar atau metode penilaian kinerja adalah penetapan standar
pelaksanaan yang menjadi satuan pengukuran untuk digunakan sebagai patokan dalam
penilaian hasil yang menjadi tujuan perusahaan, apakah sasaran, target, atau kuota yang
dijadikan standar, lebih khusus lagi seperti: sasaran produksi, target penjualan; anggaran;
3) Standar waktu, yang meliputi kecepatan produksi, tenggat waktu yang harus diselesaikan.
Ilyas (2001) menyebutkan obyek penilaian kinerja pada dasarnya ada dua aspek yang
dapat dinilai yaitu: keluaran dan proses atau perilaku. Kedua aspek tersebut dipergunakan
tergantung pada jenis pekerjaan dan fokus penilaian yang dilakukan. Sehingga, kinerja
Standar kinerja biasanya telah menentukan target waktu penyelesaian tugas, sehingga
ketika pegawai dapat menyelesaikan tepat waktu maka pegawai tersebut dapat
Guna mencapai tujuan organisasi, tiap individu harus bekerjasama dan berinteraksi
sesama pegawai.
4) Kedisiplinan pegawai
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Disiplin juga dapat diartikan bilamana
pegawai datang dan pulang tepat waktunya, mengerjakan semua pekerjaannya dengan
2.1.3
2.1.4
perorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat public (public goods)
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
lainnya.
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods)
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan
rawat inap
Upaya peningkatan mutu pelayanan Puskesmas merupakan suatu proses anajemen yang
dilakukan secara sistematis, obyektif, terpadu, dan berkesinambungan serta erorientasi pada
kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, standar
prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan
dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam
Penilaian kinerja Puskesmas (PKP) adalah suatu upaya untuk melakukan enilaian hasil
hasilnya (Sulaeman, 2014). 2.1.3.4.1 Tujuan Umum Penilaian Kinerja Puskesmas Tercapainya
tingkat kinerja Puskesmas yang berkualitas secara optimal dalam mendukung pencapaian tujuan
1) Mendapatkan gambaran tingkat pencapaian hasil cakupan dan mutu kegiatan serta
penyusunan rencana kegiatan Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota untuk tahun yang akan
datang.
pelayanan Puskesmas yang dulunya dikelompokkan dalam tiga komponen penilaian yaitu
program pokok, inovatif, dan manajemen. Namun, mulai tahun 2017, penilaian menjadi dua
Penilaian ini mencakup beberapa kegiatan yaitu program kesehatan ibu anak/keluarga
kesehatan yang meliputi kampanye perilaku hidup bersih dan sehat, kampanye
Kemudian untuk UKP meliputi: pelayanan farmasi, Kesehatan Gigi dan Mulut, Penyakit
Kesehatan Olahraga, Klinik VCT, Rawat inap, Rawat Bersalin, Kesehatan Mata/ Indra,
Kesehatan Kerja, Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual), Institusi Penerima Wajib Lapor
manajemen mutu, mutu pelayanan KIA, mutu pelayanan gizi, dan inovasi Puskesmas.
Pengendalian, dan Penilaian (P3) yang merupakan salah satu fungsi manajemen
mengukur hasil kinerja pegawai dan Puskesmas meliputi hasil cakupan kegiatan program
serta mutu pelayanan kesehatan dalam aspek kuantitas, kualitas, biaya, dan waktu. Standar
pelaksanaan bersumber dan dikembangkan dari tujuan dan target Puskesmas yang
pegawai, mekanisme dan tata kerja/ prosedur kerja pegawai dan organisasi Puskesmas
petunjuk dan peraturan pelaksanaan, serta target kegiatan program Puskesmas. Kemudian,
dilakukan pengukuran hasil kerja aktual yang dilakukan sebagai proses berulang dan terus
memerhatikan aktivitas pegawainya. Hal yang diobservasi seperti metode/cara kerja yang
dilaksanakan, kuantitas dan kualitas pekerjaan, sikap para pegawai dan observasi lapangan
2) Laporan lisan – dapat berupa wawancara, pertemuan kelompok, rapat/dinamisasi staf atau
tertulis.
Puskesmas dengan standar layanan kesehatan yang telah ditetapkan melalui pengujian secara
pengukuran kinerja tersebut berlangsung dengan akurat, maka perlu dilakukan pemantauan
kinerja (Sulaeman, 2014). Penilaian pegawai Puskesmas yang telah menjadi aparatur sipil
Capaian perencanaan demi sebuah tujuan yang telah direncanakan di tentukan dari
proses yang di buktikan dengan implementasi yang didasarakan pada kerja pegawai atas
pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman untuk dapat menyelesaikan suatu tugas
pekerjaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku ditentukan oleh. Pengalaman kerja, masa
pemecahan masalah (problem solving), Keterampilan sesuai keahlian, petunjuk teknis, bakat
dan inisiatif
kemampuan kerja, penghargaan atas prestasi kerja. Pengarahan, yang meliputi dorongan
pelaksanaan pekerjaan oleh pimpinan, pemberian pengarahan dalam hal pekerjaan oleh
pimpinan, Rangsangan materiil, yang meliputi pemberian intensif, kemudian upah yang
yang meliputi pembagian tugas dari pelaksanaan tugas Wewenang, yang meliputi batasan-
batasan tugas/pekerjaan
2.3.3
2.3.4
2.3.5
Variabel Independent
1. Kepemimpinan
2. Budaya organisasi
3. Lingkungan kerja
4. Komitmen
Keterangan :
2.3.2
2.3.3
2.3.4
2.3.5 Xzmvfkldgsd
1.3.5.1
2.4
2.5
2.6
2.7
KEMAMPUAN
Pengalaman Kerja
Pendidikan
Kerjasama
Keterampilan
MOTIVASI
Penghargaan KINERJA
Pengarahan
PEGAWAI
Rangsangan Materiil
PELUANG
Pendistribusian Pekerjaan
Wewenang
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir menurut teori Robbin dalam Rivai (2005:15)
1. Motivasi
2. Peluang
3. kemampuan
Variabel Dependent