Anda di halaman 1dari 21

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Efektivitas

1. Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang

berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Kamus ilmiah populer mendefenisikan efektivitas sebagai ketetapan

penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “KBBI”, efektivitas ialah

daya guna, keaktifan serta adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan

antara seseorang yang melaksanakan tugas dengan tujuan yang ingin

dicapai.

Efektivitas adalah suatu tingkat keberhasilan yang dihasilkan

oleh seseorang atau organisasi dengan cara tertentu sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai. Dengan kata lain, semakin banyak rencana

yang berhasil dicapai maka suatu kegiatan dianggap semakin efektif.

a. Efektivitas ialah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh

mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang

diharapkan. Artinya apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan

sesuai dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun

mutunya maka dapat dikatakan efektif. (Mufida, Damayanti, &

Prastyo, 2018)

b. Efektivitas adalah penilaian yang dibuat sehubungan dengan

prestasi individu, kelompok dan organisasi. Semakin dekat prestasi

mereka terhadap prestasi yang diharapkan “standar” maka mereka

dinilai semakin efektif. (Mufida, Damayanti, & Prastyo, 2018)


c. Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan atau dapat

juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output,

kebijakan dan prosedur dari organisasi. Efektivitas juga

berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada

sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif, jika

kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap

kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan

sasaran yang telah ditentukan. (Aryani, Idris, & Laming, 2020)

2. Ukuran Efektifvitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat

sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang

dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya.

Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi

memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan

kuantitas (output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara

rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah

diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang

dilakukan tidak tepat sehingga menyebabkan tujuan tidak tercapai atau

sasaran yang diharapkan, maka hal itu dikatakan tidak efektif.

Budiani dalam Khadafi dan Mutiarin (2017) menyatakan bahwa

untuk mengukur efektivitas suatu program dapat dilakukan dengan

menggunakan variabel-variabel sebagai berikut (Sari, 2021) :

a. Ketepatan sasaran program

Yaitu sejauh mana peserta program tepat dengan sasaran yang

sudah ditentukan sebelumnya.


b. Sosialisasi program

Yaitu kemampuan penyelenggara program di dalam melakukan

sosialisasi program maka informasi mengenai pelaksanaan program

bisa tersampaikan untuk masyarakat pada umumnya serta sasaran

peserta program pada khususnya.

c. Tujuan program

Yaitu sejauh mana kesesuaian antara hasil pelaksanaan program

dengan tujuan program yang telah ditetapkan sebelumnya.

d. Pemantuan program

Yaitu kegiatan yang dilakukan setelah dilaksanakannya program

sebagai bentuk perhatian kepada peserta program.

3. Kriteria Efektivitas

Suatu kegiatan atau aktivitas dapat dikatakan efektif bila

memenuhi beberapa kriteria tertentu. Efektivitas sangat berhubungan

dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan,

ketepatan waktu, serta adanya usaha atau partisipasi aktif dari

pelaksana tugas tersebut.

Secara umum beberapa kriteria efektivitas ialah sebagai berikut:

a. Efektivitas keseluruhan yaitu sejauh mana seseorang atau

organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya.

b. Produktivitas yaitu kuantitas produk atau jasa pokok yang dihasilkan

seseorang kelompok atau organisasi.

c. Efisiensi yaitu ukuran keberhasilan suatu kegiatan yang dinilai

berdasarkan besarnya sumber daya yang digunakan untuk

mencapai hasil yang diinginkan.


d. Laba yaity keuntungan atas penanaman modal yang dipakai untuk

menjalankan suatu kegiatan.

e. Pertumbuhan yaitu suatu perbandingan antara keadaan organisasi

sekarang dengan keadaan masa sebelumnya “tenaga kerja,

fasilitas, harga, penjualan, laba, modal, market share dan lainnya”.

f. Stabilitas yaitu pemeliharaan struktur, fungsi dan sumberdaya

sepanjang waktu, khususnya dalam masa-masa sulit.

g. Semangat kerja yaitu kecenderungan seseorang berusaha lebih

keras mencapai tujuan organisasi, misalnya perasaan terikat,

kebersamaan tujuan dan perasaan memiliki.

h. Kepuasan kerja yaitu timbal-balik atau kompensasi positif yang

dirasakan seseorang atas peranannya dalam organisasi.

i. Penerimaan tujuan organisasi yaitu diterimanya tujuan-tujuan

organisasi oleh setiap individu dan unit-unit di dalam suatu

organisasi.

j. Keterpaduan yaitu adanya komunikasi dan kerjasama yang baik

antar anggota organisasi dalam mengkoordinasikan usaha kerja

mereka.

k. Keluwesan adaptasi yaitu kemampuan individu atau organisasi

untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan.

l. Penilaian pihak luar yaitu penilaian terhadap individu atau

organisasi dari pihak-pihak lain di suatu lingkungan yang

berhubungan dengan individu atau organisasi tersebut.


4. Aspek-Aspek Efektivitas

Aspek-aspek efektivitas berdasarkan pendapat Muasaroh (2010 :

13), efektivitas dapat dijelaskan bahwa efektivitas suatu program dapat

dilihat dari aspek-aspek antara lain (T, 2016):

a. Aspek Peraturan/Ketentuan

Peraturan dibuat untuk menjaga kelangsungan suatu kegiatan

berjalan sesuai dengan rencana. Peraturan atau ketentuan

merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar suatu kegiatan

dianggap sudah berjalan secara efektif.

b. Aspek Fungsi/Tugas

Individu atau organisasi dapat dianggap efektif jika dapat

melakukan tugas dan fungsinya dengan baik sesuai dengan

ketentuan. Oleh karena itu setiap individu dalam organisasi harus

mengetahui tugas dan fungsinya sehingga dapat melaksanaannya.

c. Aspek Rencana/Program

Suatu kegiatan dapat dinilai efektif jika memiliki suatu rencana yang

akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Tanpa adanya rencana atau program maka tujuan tidak mungkin

dapat tercapai.

d. Aspek Tujuan/Kondisi Ideal

Yang dimaksud dengan kondisi ideal atau tujuan ialah targer yang

ingin dicapai dari sutu kegiatan dengan berorientasi pada hasil dan

proses yang direncanakan.

5. Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kerja

Menurut O'reilly (2003), terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi efektivitas kerja, yaitu sebagai berikut:


a. Waktu, ketepatan waktu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan

merupakan faktor utama. Semakin lama tugas yang dibebankan itu

dikerjakan, maka semakin banyak tugas lain menyusul dan hal ini

akan memperkecil tingkat efektivitas kerja karena memakan waktu

yang tidak sedikit.

b. Tugas, bawahan harus diberitahukan maksud dan pentingnya

tugas-tugas yang didelegasikan kepada karyawannya.

c. Produktivitas kerja yang tinggi dalam bekerja tentunya akan dapat

menghasilkan efektivitas kerja yang baik demikian pula sebaliknya.

d. Motivasi, pimpinan dapat mendorong pegawainya melalui perhatian

pada kebutuhan dan tujuan mereka yang sensitif.Semakin

termotivasi karyawan untuk bekerja secara positif semakin baik pula

kinerja yang dihasilkan.

e. Evaluasi kerja, pimpinan memberikan dorongan, bantuan dan

informasi kepada bawahannya, sebaliknya pegawai harus

melaksanakan tugas dengan baik dan menyelesaikan untuk

dievaluasi tugas terlaksana dengan baik atau tidak.

f. Pengawasan, dengan adanya pengawasan maka kinerja pegawai

dapat terus terpantau dan hal ini dapat memperkecil resiko

kesalahan dalam melaksanakan tugas.

g. Lingkungan Kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan

pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang

sewaktu bekerja.

h. Perlengkapan dan Fasilitas adalah suatu sarana dan peralatan yang

disediakan oleh pimpinan dalam bekerja. Fasilitas yang kurang

lengkap akan mempengaruhi kelancaran pegawai dalam bekerja.


B. Konsep Program Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM)

1. Pengertian Program Pemerintah

Program sering dikaitkan dengan perencanaan, persiapan, dan

desain atau rancanagan. Desain berasal dari bahasa Inggris yaitu dari

kata decine. Jadi desain dalam perspektif pemerintahan adalah rencana

pemerintahan. (Mudasir, 2012) Rencana pemerintahan disebut juga

dengan program pemerintahan. Biasanya suatu program mencakup

seluruh kegiatan yang berada di bawah unit administrasi yang sama,

atau sasaran-sasaran yang saling bergantung dan saling melengkapi,

yang semuanya harus dilaksanakan secara bersamaan atau berurutan.

Sebagai suatu instrumen yang dibuat oleh pemerintah, kebijakan

publik dapat berbentuk aturan-aturan umum dan atau khusus baik

secara tertulis maupun tidak tertulis yang berisi pilihan-pilihan tindakan

yang merupakan keharusan, larangan dan atau kebolehan yang

dilakukan untuk mengatur seluruh warga masyarakat, pemerintah dan

dunia usaha dengan tujuan tertentu.

Sedangkan pengertian program itu sendiri, Program merupakan

pernyataan yang berisi kesimpulan dari beberapa harapan atau tujuan

yang saling bergantung dan saling terkait, untuk mencapai suatu

sasaran yang sama. Dalam pengertian tersebut menggambarkan bahwa

program-program adalah penjabaran dari langkah-langkah dalam

mencapai tujuan itu sendiri. (Muhaimin, Suti'ah, & Prabowo, 2009)

Dalam hal ini, program pemerintah berarti upaya untuk mewujudkan

kebijakan-kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan. Program-

program tersebut muncul dalam Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga atau Rencana Kerja Pemerintah (RKP).


2. Pemulihan Ekonomi Nasional

Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan

kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan

melakukan upaya rehabilitasi.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan salah satu

rangkaian kegiatan untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap

perekonomian. Selain penanganan krisis kesehatan, Pemerintah juga

menjalankan program PEN sebagai respon atas penurunan aktivitas

masyarakat yang berdampak pada ekonomi, khususnya sektor informal

atau UMKM.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional bertujuan melindungi,

mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku

usaha dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19.

Berbagai program bantuan sosial yang langsung tunai yang

dijalankan pemerintah bukan saja tidak memadai tapi sangat penting

ditransformasi menjadi program dan kegiatan yang lebih bersifat

mendidik dan produktif guna pemulihan di sektor ekonomi yang akan

berdampak pula pada pemulihan sektor sosial.

Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang diarahkan untuk

mendorong perekonomian di Indonesia, yaitu :

a. Program perlindungan sosial (perlinsos) yang mencakup Program

Keluarga Harapan (PHK), penyaluran bantuan sosial, Bantuan

Sosial Tunai (BST), Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD).

b. Program Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM).


c. Program padat karya kementerian/lembaga (K/L) pada Kementerian

PUPR, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP), dan Kementerian Perhubungan.

d. Insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan

bermotor dan PPN perumahan yang mulai diberlakukan pada Maret

2021 yang diharapkan mampu mengungkit permintaan masyarakat

kelas menengah.

e. Percepatan program vaksinasi tahap kedua untuk menciptakan

kepercayaan pada masyarakat.

3. Dasar Hukum Program Pemulihan Ekonomi Nasional

a. Secara Nasional di Indonesia

Upaya pemerintah dalam rangka menangani dampak

signifikan pandemi Covid-19 terhadap perekonomian negara di


tetapkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020

tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam

Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk

Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)

dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan

Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan serta

Penyelamatan Ekonomi Nasional.

Kemudian Dasar Hukum penetapan Peraturan Pemerintah

Nomor 43 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Program

Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung Kebijakan

Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang

Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem

Keuangan Serta Penyelamatan Ekonomi Nasional (PP 43/2020),

yaitu sebagai berikut:

1) Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia 1945.

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor I

Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas

Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi

Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional

dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.


b. Secara Khusus di Kota Palangka Raya

Menindaklanjuti Perpres nomor 82 tahun 2020 tentang Komite

Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19) dan Pemulihan

Ekonomi Nasional (PEN). Dengan dikeluarkannya Perpres 82

Tahun 2020, Pemerintah secara resmi membentuk Komite

Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, untuk

menggantikan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

Nasional. Maka itu, upaya pemulihan ekonomi masyarakat terus

dijalankan melalui kegiatan yang dilaksanakan Perangkat Daerah

Teknis sebagaimana tercantum dalam Surat Keputusan Wali Kota

Nomor : 188.45/251.1/2020.

Dalam SK Wali Kota Palangkaraya tersebut, di dalamnya juga

memuat tentang Penetapan Pengguna Belanja Tak Terduga Status

Tanggap Darurat Bencana Non Alam Covid 19 di Wilayah Kota

Palangka Raya serta Program Pemulihan Perekonomian

Masyarakat agar bisa bangkit kembali hingga stabil. Tujuannya agar

dapat memberikan manfaat nyata kepada masyarakat dan pelaku

usaha khususnya di sektor padat karya.

4. Prinsip Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Peraturan pemerintah Republik Indonesia No 23 Tahun 2020, pasal 3 :

a. Asas keadilan sosial

b. Sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

c. Mendukung pelaku usaha

d. Menerapkan kaidah-kaidah kebijakan yang penuh kehati-hatian, serta

tata kelola yang baik, transparan, akseleratif, adil, dan akuntabel

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan


e. Tidak menimbulkan moral hazard, yaitu resiko moral yang dapat

memicu terjadinya peningkatan suatu resiko yang dapat merugikan

(pemerintah dalam hal ini) dikarenakan ketidakjujuran dari si

pemangku kepentingan.

f. Adanya pembagian biaya dan risiko antar pemangku kepentingan

sesuai tugas dan kewenangan masing-masing.

5. Sumber Modal Program Pemulihan Ekonomi Nasional

a. Penyertaan Modal Negara (PNM). Untuk BUMN yang permodalannya

terdampak dan penugasan khusus.

b. Penempatan Dana. Untuk perbankan yang terdampak restrukturisasi

c. Penjaminan. Untuk kredit modal kerja

d. Investasi Pemerintah. Untuk modal kerja

e. Belanja Negara. Antara lain untuk Subsidi Bunga UMKM melalui

lembaga keuangan.

6. Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM)

Di tengah pandemi yang sedang berlangsung, berbagai sektor

perekonomian tanah air terguncang. Tidak terkecuali UMKM atau Usaha

Kecil Mikro dan Menengah yang selama ini menjadi tulang punggung

penggerak. Untuk mengembalikan kembali gairah perekonomian para

pelaku UMKM, pemerintah meluncurkan bantuan BPUM.

BPUM atau Banpres (Bantuan Presiden) Produktif Usaha Mikro

adalah salah satu jenis BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang diberikan

oleh pemerintah. BPUM merupakan bagian dari program Kementerian

Koperasi dan UKM yang ditunjukan untuk mengatasi ekonomi nasional


saat pandemi Covid-19. Dengan target para pengusaha mikro, kecil dan

menengah, bantuan dengan total Rp2,4 juta pada tahun 2020 dan pada

tahun 2021 menyusut menjadi Rp 1,2 juta.

Program BPUM di dasari dari Peraturan Menteri Koperasi dan

UKM No 2/2021 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan

Pemerintah bagi Pelaku Usaha Mikro untuk Mendukung Pemulihan

Ekonomi Nasional dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang

Membahayakan Perekonomian Nasional Serta Penyelamatan Ekonomi

Nasional pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Adapun untuk terdaftar sebagai penerima BPUM, maka pelaku

usaha mikro, kecil dan menengah harus menenuhi

sejumlah syarat daftar yang telah ditentukan untuk dapat BLT UMKM.

Uang BLT UMKM nantinya bisa digunakan untuk mengembangkan usaha

mikro, kecil, dan menengah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

7. Kriteria Penerima Pogram Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM)

a. Berdasar Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 6/2020 pasal 4,

bahwa BPUM di berikan kepada Pelaku Usaha Mikro yang tidak

sedang menerima kredit atau pembiayaan dari perbankan.

b. Berdasar Peraturan Menteri Koperasi dan UKM No. 6/2020 pasal 5,

yaitu:

Pelaku Usaha Mikro penerima BPUM harus memenuhi persyaratan :

1) Warga Negara Indonesia;

2) Memiliki Nomor Induk Kependudukan;


3) Memiliki Usaha Mikro yang dibuktikan dengan surat usulan calon

penerima BPUM dari pengusul BPUM beserta lampirannya yang

merupakan satu kesatuan; dan

4) Bukan Aparatur Sipil Negara, anggota Tentara Nasional

Indonesia, anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia,

pegawai BUMN, atau pegawai BUMD.

8. Langkah-langkah Mendaftarkan Diri Menjadi Penerima Pogram

Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM)

Ada beberapa cara pendaftaran yang bisa dilakukan yakni:

a. Langsung datang ke Dinas Koperasi dan UMKM berdasarkan alamat

domisili.

b. Diusulkan. Calon penerima bantuan bisa diusulkan oleh beberapa

lembaga pengusul antara lain koperasi, kementerian atau lembaga

dan bisa juga dari lembaga perbankan atau perusahaan pembiayaan

yang terdaftar resmi di Otoritas Jasa Keuangan.

Selanjutnya, pastikan telah melengkapi data diri yang diminta

termasuk NIK (Nomor Induk Kependudukan, nama lengkap, alamat

sesuai dengan yang tertera di KTP dan bidang usaha). Bagi calon

penerima bantuan yang alamat usahanya berbeda dengan alamat

domisili, bisa melampirkan Surat Keterangan Usaha (SKU) dalam berkas

pengajuan. Tidak semua berkas yang masuk akan diterima karena

Kemenkop UMKM juga melakukan seleksi dokumen. Untuk mengecek

apakah termasuk salah satu penerima, kamu bisa membuka layanan e-

form BRI.
Jika mengalami kendala, pemerintah juga menyediakan beberapa

saluran pengaduan. Pertama melalui hotline di 1500-857. Kedua melalui

WhatsApp di nomor 0811-1450-587. Pengaduan dan permintaan

informasi khusus juga bisa dilakukan melaui halaman situs

https://www.lapor.go.id/instansi/kementerian-koperasi-dan-usaha-kecil-

menengah.

9. Pencairan Pogram Banpres Produktif Usaha Mikro (BPUM) Tahun

2021

Bantuan yang tadinya direncanakan hanya untuk tahun 2020

kembali diperpanjang. Berdasarkan Peraturan Kemenkop UKM Nomor 2

Tahun 2021, bantuan PBUM tahun ini akan disalurkan oleh Bank BUMN,

BUMD dan cabang PT Pos Indonesia yang sudah ditentukan. Nilai

bantuan yang akan diberikan tahun ini adalah sebesar Rp1,2 juta untuk

setiap usaha.

Bagi pengusaha UMKM yang memenuhi syarat, dana BPUM akan

disalurkan langsung ke rekening. Hanya saja untuk penyaluran kali ini

hanya akan diberikan pada mereka yang belum mendapatkan bantuan

BPUM sebelumnya atau bantuan serupa pada tahun anggaran

sebelumnya.
C. Pelaku UMKM

1. Definisi UMKM

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi

yang berbeda pada setiap literatur menurut beberapa instansi atau

lembaga bahkan undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang

nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah,

UMKM didefinisikan sebagai berikut:

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha

Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha

Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud

dalam Undang-Undang ini.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha

yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, ataupun menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar

dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan

sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini.

Prof. Ina Primiana dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Padjajaran mendeskripsikan UMKM sebagai aktivitas usaha skala kecil

yang mendukung pergerakan pembangunan serta perekonomian


Indonesia. Sementara itu, M. Kwartono Adi menggunakan definisi lebih

spesifik, yaitu badan usaha dengan profit kurang dari 200 juta Rupiah,

dihitung dari laba tahunan.

2. Peran UMKM bagi Perekonomian

a. Meningkatkan Peluang Kerja

Setiap UMKM yang didirikan merupakan peluang baru bagi orang

yang mencari pekerjaan. Tidak seperti perusahaan besar, UMKM

cenderung memajang syarat lebih ringan saat mencari tenaga kerja.

Hal ini memperluas kesempatan kerja bagi lebih banyak orang

sehingga mengurangi jumlah pengangguran.

UMKM juga memberi kesempatan bagi orang-orang yang ingin

mendapat uang tambahan tetapi sulit meninggalkan aktivitas harian.

Hal ini terlihat dari usaha mikro dan kecil berbasis komunitas,

misalnya usaha kerajinan dan kuliner di kalangan ibu rumah tangga.

b. Mendorong Perekonomian Lebih Merata

UMKM adalah cara menciptakan perekonomian yang lebih merata,

bahkan di kota kecil dan pedesaan. UMKM memungkinkan


masyarakat mengakses berbagai produk dan jasa tanpa harus pergi

ke area yang lebih besar dan sibuk. Bayangkan jika kamu tinggal di

kota kecil dan harus pergi ke kota besar hanya

untuk membeli makanan atau pakaian! UMKM memenuhi

kebutuhan dengan harga lebih murah.

c. Meningkatkan Devisa

Devisa negara bisa meningkat dengan kehadiran UMKM yang

dikelola secara baik. Devisa bisa datang dari berbagai sumber,

mulai dari hasil ekspor produk ke pelanggan luar negeri, hingga

penjualan produk lokal ke pengunjung atau pembelanja asing,

misalnya lewat kios daring.

d. Mendorong Perekonomian dalam Periode Sulit

Sifat UMKM yang fleksibel sekaligus sangat vital membuatnya ideal

sebagai pendorong perekonomian saat situasi sulit. UMKM

merupakan sektor yang terus berjalan ketika krisis

moneter menghantam Asia Tenggara (termasuk Indonesia) pada

tahun 1997. Saat pandemi COVID, banyak pengusaha UMKM yang

menjual produk yang dibutuhkan masyarakat dengan sistem online,

mulai dari makanan, masker kain, alat rumah tangga, hingga

mainan dan buku.

e. Memenuhi Kebutuhan Secara Tepat Sasaran

UMKM biasanya lebih paham kebutuhan masyarakat sekitar.

Produk yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan, menggunakan

bahan baku yang diperoleh dari lingkungan terdekat atau produsen

local. Hal ini memberi keuntungan bagi masyarakat setempat yang

menjadi konsumen.
3. Fungsi UMKM

Fungsi dan peran Usaha Kecil dan Menengah sangat besar

dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Fungsi dan peran itu meliputi:

a. Penyediaan barang dan jasa

b. Penyerapan tenaga kerja

c. Pemerataan pendapatan

d. Sebagai nilai tambah bagi produk daerah

e. Peningkatan taraf hidup masyarakat

4. Karakteristik UMKM di Indonesia

Dalam karateristik disini ada empat alasan yang menjelaskan

posisi strategis UMKM di Indonesia. Pertama, UMKM tidak memerlukan

modal yang besar sebagaimana perusahaan besar sehingga

pembentukan usaha ini tidak sesulit usaha besar. Kedua, tenaga kerja

yang diperlukan tidak menuntut pendidikan formal tertentu. Ketiga,

sebagian besar berlokasi di pedesaan dan tidak memerlukan infrastruktur

sebagaimana perusahaan besar. Keempat, UMKM terbukti memiliki

ketahanan yang kuat ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi.

5. Peraturan perundangan UMKM

Peraturan perundangan UMKM di atur oleh UU (Undang-Undang)

No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Di dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM ini telah diatur beberapa

hal yang berkaitan dengan UMKM yang meliputi pengertian UMKM,

pemberdayaan UMKM, kriteria UMKM, penumbuhan iklim dan

pengembangan usaha, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan dan

koordinasi, serta sanksi administratif.


D. Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai