Disusun Oleh:
[KELAS A3]
Dosen Pengampu:
2019
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr. Wb
Puji syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
nikmat dan karunianya sampai detik ini sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman gelap gulita menuju zaman
terang benderag seperti sekarang ini. Penyusuan makalah ini ditunjukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Komunikasi Antar Pribadi” pada jenjang pendidikan
semester 2 dalam program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Tak lupa ucapan teria kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
Sosiologi Ibu Dr. Hj. Luluk Fikri Zuhriyah, M.Ag atas bimbingan dalam penyusunan
makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“EFEKTIVITAS KOMUNIKASI”.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang dikemukakan dari
berbagai pihak dan kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Beakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah…………….......................................……………............3
C. Tujuan……………...................................................………………..............3
BAB II PEMBAHAAN
A. Kesimpulan...............................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDHULUAN
A. Latar Belakang
2
Joseph Prokopenko. Productivity Management : A Practical Handbook (geneva : ILO. 1987), h. 5.
3
Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T. Mowday, Managing Effective Organizations: An
Introduction (Boston. Massachusetts: Kent Publishing Company, 1993), h. 346.
1
aktivitas manajemen dan kelompok atau organisasi. Efektivitas selalu mengacu
kepada tujuan organisasi dan sekaligus kepada kelangsungan hidup organisasi.
Oleh karena itu efektivitas harus diukur dengan produk dari suatu organisasi
yang mencakup jumlah dan mutunya (seberapa banyak dan seberapa baik),
diukur dengan aspek kemanusiaan baik yang menjadi unsur penggerak maupun
unsur konstituen dari organisasi. Efektivitas juga diukur dengan bagaimana
anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya (kecerdasan dan
keterampilan) dalam melakukan tugas-tugas organisasi.
Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas dari: faktor tujuan, faktor manusia,
faktor nilai-nilai dan faktor sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan
dengan kondisi waktu, target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas
ternyata bersifat multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk
meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari
permasalahan yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu
yang efektif belum tentu efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum
tentu efektif, namun perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau
aktivitas telah terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan
efisiensinya.
4
Stephen Robbins. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001.h.55
2
anggota suatu organisasi dikembangkan kemampuannya (kecerdasan dan
keterampilan) dalam melakukan tugas-tugas organisasi.
Untuk itu efektivitas tidak boleh lepas dari: faktor tujuan, faktor manusia,
faktor nilai-nilai dan faktor sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan
dengan kondisi waktu, target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas
ternyata bersifat multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk
meningkatkan efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari
permasalahan yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu
yang efektif belum tentu efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum
tentu efektif, namun perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau
aktivitas telah terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan
efisiensinya.
B. Rumusan Masalah
A. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui devinisi dari efekivitas komunikasi
2. Untuk mengetahui beberpa indikator komunikasi yang efektif
3. Untuk mengtahui apa saja faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi
4. Untuk memahami fungsi Komunikasi yang efektif
5. Untuk mengetahui langkah-langkah efekivitas komunikasi
6. Untuk mengetahui apa saja hambatan efektivitas komunikasi
7. Untuk mengetahui Apa saja contoh komunikasi yang efektif dan tidak
efektif
BAB II
PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Efektivitas Komunikasi
1. Efek Kognitif, yaitu terjadi jika ada perubahan pada apa yang diketahui,
dipahami, dan dipersepsi oleh khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, kepercayaan, atau informasi.
2. Efek Afektif, yaitu timbul jika ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak, yang meliputi segala yang berkaitan dengan
emosi, sikap, serta nilai.
3. Efek Behavioral, yaitu merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang
meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan tindakan berperilaku.5
Efektivitas tidak boleh lepas dari: faktor tujuan, faktor manusia, faktor
nilai-nilai dan faktor sistem organisasi itu sendiri yang dihubungkan dengan
kondisi waktu, target, jumlah, dan kualitas. Dengan demikian efektivitas ternyata
bersifat multidimensional, sehingg strategi yang dipilih untuk meningkatkan
efektivitas tergantung pada kekhususan atau spesifikasi faktor dari permasalahan
yang hendak dipecahkan. Yang perlu digaris bawahi bahwa sesuatu yang efektif
belum tentu efisien, demikian sebaliknya sesuatu yang efisien belum tentu
efektif, namun perlu ditegaskan kembali bahwa jika sesuatu kegiatan atau
aktivitas telah terbukti ketidak efektifannya maka tidak perlu lagi mempersoalkan
efisiensinya.
5
Wahyu Ilaihi, M.A., Komunikasi Dakwah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010, Cet. 1, hal. 21
4
B. Indikator Keefektivan Komunikasi
a) Keterbukaan (openess)
Untuk menunjukkan kualitas keterbukaan dari komunikasi interpersonal ini
paling sedikit ada tiga aspek. Pertama yaitu aspek keinginan untuk terbuka
bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Aspek kedua adalah
keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang. Aspek
ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pemikiran6, maksudnya ialah
mengakui bahwa perasaan dan pemikiran yang dilontarkan adalah memang
milik sang penyampai pesan, dan bertanggung jawab atas hal tersebut. Cara
terbaik untuk menyatakan tanggung jawab tersebut ialah dengan pesan
menggunakan kata ‘saya’ (kata ganti orang pertama tunggal).
b) Empati (Empathy)
Menurut De Vito, empati adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan
apa yang dialami orang lain pada moment-moment tertentu. Untuk dapat
menimbulkan empati pada diri seseorang adalah dengan merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain. Disisi lain, simpati adalah ikut merasakan perasaan
sebagaiamana bersedih, namun empati adalah merasakan yang sama, berada
disituasi yang sama, dan merasakan dengan cara yang sama. Orang yang bisa
berempatik mampu memahami perasaan orang lain, mampu memberi motivasi
dan semangat. Dalam komunikasi antar pribadi, empati diperlukan agar dua
pribadi bisa saling memahami satu sama lain.
6
Abdulloh Sattar, Samsul Arifin, Komunikasi Antar Pribadi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014),
79.
5
Dalam komunikasi interpersonal, kualitas positif ini paling sedikit terdapat
tiga aspek perbedaan atau unsur. Pertama, komunikasi interpersonal akan
berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang. Kedua,
komunikasi interpersonal akan terpelihara baik jika perasaan positif terdapat
orang lain dikomunikasikan. Ketiga, suatu perasaan positif dalam situasi
komunikasi umum amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama.
e) Kesetaraan (equality)
Kesetaraan merupakan karakteristik yang istimewa, karena kenyataannya
manusia tidn ak ada yang sama. Komunikasi interpersonal akan efektif jika
orang-orang yang berkomunikasi itu terdapat kesamaan. Antara pihak satu
dengan yang lain berbeda, manusia satu lebih kaya, satunya tidak. Satunya
lebih pandai, atau yang lainnya. Maka itu perlu ada pengakuan dari kedua
pihak bahwa mereka setara, bahwa mereka sama-sama bernilai dan berharga.
7
Lunandi, Komunikasi mengena: meningkatkan efektivits komunikasi antar pribadi (yogyakarta:
penerbit knsius, 1987) hal. 21-29
6
Komunikasi antarpribadi dianggap efektif jika orang lain memahami pesan
anda dengan benar dan memberikan respon sesuai dengan yang anda inginkan.
Fungsi utama komunikasi ialah mengendalikan lingkungan guna memperoleh
imbalan-imbalan tertentu berupa fisik, ekonomi dan sosial.
1. Respect
Bahkan menurut Dale Carnegie dalam bukunya How to win friends and
influence people, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam
berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penhargaan yang jujur dan
tulus.
2. Empathy
7
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau
kondisi yang sedang dihadapi orang lain. Salah satu persyaratan utama dalam
memiliki sikap empati adalah untuk mendengarkan dan mengerti terlebih dahulu
sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Sikap ini perlu kita tekankan
dalam hubungannya dengan komunikasi antarpribadi, karena kita sebgai penyalur dan
penerima pesan yang akan disampaikan akan lebih mempermudah proses
komunikasi.
Jadi, sebelum kita menyampaikan pesan kita, kita perlu mengerti dan
memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga pesan yang ingin kita
sampaikan akan diterima oleh penerima tanpa adanya hambatan psikologis atau
penolakan dari penerima.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan
baik. Jika empati kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima
umpan balik, maka audible berarti pesan yang ingin kita sampaikan itu harus dapat
diterima oleh penerima pesan. Langkah ini pesan harus disampaikan melalui media
atau delivery channel hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima. Langkah ini
mengacu kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan
atau alat bantu visual audio yang akan membantu kita agar pesan kita dapat diterima
oleh penerima. Dala komunikasi personal berarti pesan yang disampaikan dengan
cara atau sikap yang dapa diterima oleh penerima pesan.
4. Clarity
Selain dari pesan harus dimengerti dengan baik, maka langkah yang keempat
adalah kejelasan psan yang ingin disampaikan agar tidak terjadi multi interprestasi
atau berbagai penafsiran yang tidak berkaitan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan
atau transparan. Dalam komunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak
ada yang perlu ditutupi atau disembunyikan) sehingga dapat meningkatkan rasa
percaya dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena jika ada sedikit saja
sesuatu yang kita sembunyikan itu akan menimbulkan sikap saling curiga dan pada
akhirnya akan membuat semangat kelompok menjadi menurun.
5. Humble
8
lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih
besar.
Jika komunikasi yang kita gunaka didasari dari lima langkah pokok
komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi komunikator yang handal dan
akhirnya kita dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh
dengan penghargaas (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan
jangka panjang yang salaing menguntungkan dan saling menguatkan.
2. emosi
Kalau yang satu ini tidak dikendalikan oleh pikiran sehat, komunikasi bisa meleset
jauh tanpa sengaja. Sebab hati yang mendidih tergodok emosi akan susah
mendorong orang mengatakan sesuatu atau berbuat sesuatu.
3. permusuhan
Sikap bermusuhan tau memusuhi biasanya sukar ditekan. Kalau sudah memusuhi
seseorang, kita sibuk mencari kesalahannya dan membutakan diri dari
kebaikannya.
4. stereotip
Seorang yang masa lalunya terkenal tidak baik maka selamanya akan dikenang
tidak baik. misalnya suka berbohong. Komuikasi tidak akan berjalan dengan baik
jika terdapat prasangka buruk terhadap orang yang kita komunikasikan.
6. Pikiran melayang
8
Lunandi, Komunikasi mengena: meningkatkan efektivits komunikasi antar pribadi (yogyakarta:
penerbit knsius, 1987) hal. 48-50
9
G. Contoh Komunikasi yang Efektif dan Tidak Efektif
b. Makna Ambigu
Kata yang tidak jelas merupakan salah satu indikator dari proses
komunikasi yang tidak efektif. Sebagai contoh, seseorang mungkin berusaha
menciptakan singkatan-singkatan tertentu yang kurang lazim. Pada akhirnya,
penerima pesan harus menanyakan ulang apa yang disampaikan oleh
pengirim pesan.
e. Mencampur Bahasa
10
Hampir mirip dengan penggunaan kalimat yang bertele-tele, terlalu
banyak kata-kata juga akan memicu terjadinya pergeseran makna dari
komunikasi yang sedang dilakukan. Ada baiknya seseorang lebih melatih
untuk menggunakan kata yang secukupnya dan merepresentasikan informasi
yang ingin disampaikan kepada orang lain.
g. Hambatan Semantik
h. Ketidaksesuaian Makna
11
Latar belakang komunikan juga perlu diketahui ini dalam rangka untuk
mempermudah proses komunikasi yang akan kita lakukan. Perhatikan
bahasa apa yang komunikan gunakan, termasuk adakah hal-hal tertentu
yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengannya.
h. Evaluasi Komunikasi
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Sebagai makhluk sosial, manusia masih sangat memerlukan bantuan orang
lain dalam hidupnya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan
cara berkomunikasi baik itu berkomunikasi secara verbal ataupun non-verbal.
Supaya meujudkan komunikasi yang efektif, hendaknya kita menerapkan beberapa
poin yang dapat meningkatkan keefektifan komunikasi yang telah penulis
sebutkan sebelumnya. agar tidak lagi terjdi miss-communication yang dapat
merusak kehidupan manusia.
13
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh Sattar, Samsul Arifin, Komunikasi Antar Pribadi, Surabaya: UIN Sunan
Ampel Press, 2014
Lunandi, Komunikasi mengena: meningkatkan efektivits komunikasi antar pribadi,
yogyakarta: penerbit knsius, 1987
Prokopenko, Joseph. Productivity Management : A Practical Handbook, geneva :
ILO. 1987
Richard M. Steers. Gerald R. Ungson and Richard T. Mowday, Managing Effective
Organizations: An Introduction, Boston. Massachusetts: Kent Publishing
Company, 1993
Siagian, sondang P. Filsafat Adminstrasi . Jakarta: Rineka Cipta, 1997
Stephen Robbins. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Prenhallindo, 2001
Wahyu Ilaihi, M.A., Komunikasi Dakwah, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2010,
14