Nama:
MUHAMMAD TAUFIQ RAMADHAN
[NIM: B71218073]
KELAS A3
Dosen:
Prof. Dr. H. MUH. ALI AZIZ M. Ag
Asisten Dosen:
ATIK NURSYAFAAH, M.Kom.I
SAMSURIYANTO, S. Kom I, M. Sos
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat nikmat dan karunianya sampai detik ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari zaman gelap gulita menuju zaman terang benderag seperti sekarang ini.
Penyusuan makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu
Dakwah” pada jenjang pendidikan semester 2 dalam program studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
Tak lupa ucapan teria kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
Ilmu Dakwah Bapak Prof. Dr. H. Muh. Ali Aziz M.Ag serta asisten dosen Ibu Atik
Nursyafah M.Kom I dan Bapak Syamsuriato M. Kom atas bimbingan dalam
penyusunan makalah ini sehingg penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “DAKWAH PADA PENGANUT BUDHA”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu,
saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang dikemukakan dari
berbagai pihak dan saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................. i
A. Agama Buddha........................................................................................1
1. Ajaran Buddha……………………………………….……………….
2. Ajaran Dharma………………………………………….…………….
3. Ajaran Sangha………………………………….……………………..
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran .....................................................................................................13
iii
BAB I
A. Agama Buddha
iv
Sama seperti Agama yang lain dalam agama Buddha juga terdapat
beberapa Aliran. Dua aliran Buddhisme yang masih ada dan diakui oleh para
Ahli yaitu Hinayana, dan Mahayana. Pada waktu diadakan muktamar di
vaicali, seratus tahun sesudah Buddha meninggal, timbulah perpecahan dalam
Agama Buddha yaitu:
1. Hinayana
Artinya kendaraan kecil yaitu nama dari Budhisme yang asli terdapat
di Ceylon, Birma dan Siam. Mazhab ini lebih mendekat pelajaran Budha
yang semula. Dalam hinayana ada anggapan bahwa kelak akan ada Buddha
Gautama dengan maitrenya beribu-ribu tahun. Hinayana menganggap,
bahwa budha gautama meliebihi para dewa.
2. Mahayana
Dua kata yang seolah-oleh menjadi kunci bagi ajaran Mahayana,
karena kedua kata itu hampir terdapat pada tiap halaman tulisan-tulisan
Mahayana, kata-kata itu adalah Bodhisattwa dan Sunyata.
Hal kedua yang memberi ciri Mahayana ialah ajaran tentang Sunyata,
yang artinya kekosongan. Hal ini berarti tiada yang mendiaminya oleh
karena itu unyata berarti, tiada pribadi (yang mendiami orang). Segala
sesuatu adalah kosong, oleh karena itu tiada yang dapat dinginkan atau
3
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama. (Jakerta: Rineka Cipta, 1991), 140
v
dicari. Bukan hanya dunia yang kosong, melainka juga Nirwana bahkan
dharma juga kosong.kebenaran yang tertinggi adalah kosong oleh karenanya
tak dapat dijadikan sasaran kepercayaan. Yang mutlak tak dapat dipegang,
seandainya ia dapat dipegang, tak dapat dikenalnya, sebab yang mutalak
tidak memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan yang lain.4
4
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971),70.
5
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 49
6
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 50
7
vi
mengitari sang permaisuri hingga tiga 3 kali, masuklah Ia ke dalam kandungan
Maya dengan melalui pinggang kanan.8
Beberapa oarang suci mengatakan bahwa hal itu berarti bahwa sang
permaisuri akan melahirkan seorang anak laki-laki yang jika tidak menjadi
Raja, akan menjadi seorang Buddha.
8
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 50
9
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama. (Jakerta: Rineka Cipta, 1991), 134
vii
C. Ajaran Agama Buddha
setelah mendapatkan ilham dan menjadi seorang Buddha, mulailah ia
mengajarkan ajaran-ajaran pokoknya yang merupakan khutbah yang pertama
bagi Budha, yaitu sebagai berikut:
Lahir, menjadi tua, dan meninggal dunia itu menderita. Begitu pula hanya
dengan bersedih hati, menyesal mengaduh, berkesal hati dan berputus asa.
Berhubung dengan hal yang tidak enakpun menderita. Tidak dapat apa
yang diinginkan menderita pula.
Penderitaan itu disebabkan oleh hati yang tidak ikhlas ddn hawa nafsu,
hawa nafsu untuk mencari kesenangan, hawa nafsu untuk hidup.
Penderitaan akan lenyap, kalau hati tidak ikhlas dan hawa nafsu dapat
dihilangkan
Dalam sebuah buku yang berjdul Ajaran Hindu dan Budha (Harun Hadi
Wijoyo:1971) Disebutkan bahwa Ajaran Agama Buddha dapat dirangkumkan
didalam apa yng disebut: Triratna (tiga batu pertama) yaitu, Buddha, Dharma,
Sangha.
10
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama. (Jakerta: Rineka Cipta, 1991), 135
viii
1. Ajaran Buddha
Menurut keyakinan Budhis, sebelum zaman sekarang, sudah ada
tahap zaman-zaman yag tak terbilang banyaaknya. Setiap zaman memiliki
Buddhanyaa sendiri-sendiri. Setiap budha dilahirkaan pada diri yang
berbeda. Sama dengan nasib tiap orang, ia mengalami kelaahiran kembali
yang benyak sekali. Ia pernah dilahirkan kembali sebagai binatang, sebagai
manusia dan sebagai dewa . Untuk itu ajaran Buddha dapat diartika sebagai
sifat kebuhaan yang dimiliki oleh setiap manusia.11
2. Ajaran Dharma
Dharma dapat di artikan sebagai doktrin atau pokok ajaran. Inti
ajaran Budha dapat dirumuskan sebagai Aryasatyani atau kebenaran yang
mulia. Terdiri dari 4 kataa yaitu: Dukha, samudaya, nirodha dan marga.13
11
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971),
hal. 70.b
12
Toharudddin, Konsep Ajaran Buddha Dharma tentang Etika, Intelektualita, Volume 5, Nomor 2,
Desember 2016. Hal. 194
13
ix
dengan disertai nafsu yang mencari kepuasan di sana-sini, yaitu kehausan
pada kesenangan, kehausan pada yang ada, kehausn pada kekusaan.
x
sebagainya. Juga orang-orang yang berpenyakit menular, dan memiliki
caacat.14
Pengikut Buddha yang kedua ialah para kaum awam.. mereka adalah
orang-orang yang mengakui Buddha, sebagai pemimpin keagamaanya, yang
menerima ajarannya, namun tetap hidup didalam masyarakat dengan
berkeluarga. Pada hakekatnya para kaum awam tak dapat mencapai nirwana
dalam hidupnya.
14
xi
BAB II
15
Azyumardi Azra, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011, hlm 1.
16
Al-Quran dan Terjemahannya
xii
Metode dakwah terbagi menjadi tiga, yakni bil hikmah, al-maw’izah al-hasanah,
dan bil mujadalah17 Metode bil hikmah adalah metode dakwah melalui ilmu
pengetahuan, kecapakan memilih materi dakwah, dan pandai memilih bahasa
sehingga mad’u tidak merasa berat dalam menerima Islam. Metode al-maw’izah
al-hasanah merupakan metode dakwah yang meresap ke hati dengan halus dan
lemah lembut. Tidak bersikap menghardik, memarahi, mengancam, dan tidak
membuka aib atau kesalahan mad’u. Ketiga yakni metode bil mujadalah. Dakwah
pada metode ini adalah dengan cara debat. Debat yang dimaksud adalah debat
yang tidak membawa pertikaian melainkan membawa kebenaran. Dakwah dalam
bentuk ini adalah dengan cara debat terbuka, argumentatif, dan jawaban dapat
memuaskan masyarakat luas. Dakwah mujadalah sangat bergantung pada maksud
yang dikandugnya. Mujadalah dapat mempunyai aspek positif jika maksud yang
menyertainya baik, dan sebaliknya justru akan tercela dan seruppa degan al-
mira’18
17
Azyumardi Azra, Pengembangan Metode Dakwah, hlm 9-11.
18
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Jurnal Ilmu Dakwah, Surabaya: Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2006, hlm 88-89.
19
Moh. Ali Aziz, Imu Dakwah, Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2017, hlm 307-
308
xiii
Berdakwah dengan cara ceramah sudah sangat umum dilakukan khususnya di
Indonesia. Disetiap sudut kota,bahkan desa sering sekali menyelenggarakan acara
dengan mendatangkan penceramah khususnya di hari-hati besar keajgamaan.
Namun, berdakwah dengan cara ceramah bukan hanya bias dilakukan melalui
acara tabigh akbar dan sebagainya yang terkesan hanya bias dilakukan oleh
seseorag yang memiliki nama atau disegani di daerahnya seperti ustadz, ustadzah,
kiyai dan sebagainya. Namun, kita sebagai umat biasa juga bias berdakwah, dalam
kehidupan sehari-hari.
ستكنهردنيره كونكمعومذ رباِلر رمننستكنغفرمرنه كونك نستكرعنينمهم كونك نإرمن انلكحنمكد رملر نكنحكممدهم كونك ن
ضمل لكهم كوكمنن كمنن يكنهردره ام فكلك مم ر،ِت أكنعكماِلركنا سييكئاِ رسكناِ كورمنن ك شمرنورر أكننفم رم
شكهمد أكمن ممكحممددا كعنبمدهمشكهمد أكنن لك إرلكهك إرلم ا كوأك ن أك ن.ي لكمهضلرنل فكلك كهاِرد ك يم ن
سلينم كوكباِررنك كعكلىَ ممكحممدد كوكعكلىَ آلرره كو ك
صنحبرره صيل كو ك كاللممهمم ك.سنولممه كوكر م
أكمماِ بكنعد.كوكمرن انهتككدىَ برمهكداهم إركلىَ يكنورم انلقركياِكمرة
Agama merupakan pedoman hidup bagi umat manusia dalam rangka
memperoleh kebahagiaan, hal tersebut dapat diperoleh melalui perbuatan
manusia, baik kehidupan dimensi jangka pendek di dunia ini maupun pada
kehidupan dimensi jangka panjang akhirat kelak (Jirhanudin, 2010: 3). Dalam
Agama terdapat suatu kewajiban yang harus dilakukan manusia, baik itu
hubungan antara manusia dengan Tuhan, bahkan hubungan manusia dengan
manusia terutama masalah etika bersosial, baik di lingkungan masyarakat maupun
di lingkungan keluarga. Seseorang bisa mengoptimalkan prilaku dengan baik
xiv
maka dia akan menjadi orang yang baik di mata Tuhan maupun dilingkungan
sosialnya.20
Berikut beberapa contoh kringanan kemudahan yang diberikan oleh Allah dan
rasulnya kepada pemeluk agama Islam adalah sebagai berikut:
20
Toharuddin, ”Konsep Ajaran Buddha Dharma tentang Etika”, Jurnal Intelektualita Vol.
5, No.2 (Desember 2016), 189
xv
“Apabila makan malam telah tersedialalu azan shalat isya
dikumandangkan maka nikmatilah segera hidangan malam tersebut!” 21
Atau, jikaa kita sanggup kita bisa memilih antara berpuasa atau
tidak berpuasa saat berpergian sesuai dengan sabna Rasulullah SAW:22
ةحجدوي ث
ث ةعاَئجةشةة زوو ج
ج
ت رمرقناَّأم مإبننررامهينرم رورم ننن ردرخلرنهأ رك ناَّرن آممنضناَّ رولملينمه رعلرننىَ النيناَّمس
ت برنيننرناَّ ة
مم
في نه آيرناَّ ة
نن رعنمن النرعناَّلرممي ت ممن استرطراَّ م
م م
ع إملرنيه رسمبيضل رورمننن ركرفنرر فرنمإين اللينهر رغ م ن
حجج انلبرنني ر ن ر
Artinya: padanya terdapat tanda tanda yang nyata, (diantaranya) maqam
Ibrhim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjkan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
( tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.
21
Muhammad Mushthafa Al A’zhami, Saahih Ibnu Khuzaimah, (Jakarta: Pustaka Azzam 2008) 173
22
Muhammad Fua’ad Bin Abdul Baqi, Hadits Shahih Bukhari Muslim, (Depok: PT. Fthan Prima
Media, 2017) Hal.289
xvi
Dalam sebuah haadits Rasulullah SAW juga bersabda yang
diriwatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri yang Artinya “seorang hamba yang
telah kuberi kesehatan jasmani dan klapangan rezeki namun sama sekali
tidak datang kepada-Ku (untuk berhaji) padahal sudah lewat lima tahun,
maka sungguh dia tidak mendapat rahmat-Ku”.23
م
.صردقرةة صردقرنترهأ فراَّقننبرنلأوُا رعلرنيأكنم براَّ الليهأ تر ر
صيدرق ر ر
Artinya: Qashar shalat itu sedekah yang Allah berikan kepada kalian.
Maka terimalah sedekah tersebut.” (HR. Muslim no. 686)24
23
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu: puasa, iktikaf, zakat, haji umrah, (jakarta: Gema
Insani, 2011), 373
24
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim: Konsep Hidup ideal dalam Islam,
(Jakarta: Darul Haq, 2015) hal.429
xvii
ت بماَّليرأجمل انلمررارحةأ م نف رسمبيمل الليمة أروالنأقأرنو ةح
َ إمرذا ركاَّنر ن:أرنو رعرلىَ رسرفمر(ٍ قراَّرل
ت إممن انغتررسرل يرنترنيريمأم م أرمو انلأردمر ج
ف أرنن ريأنوُ ر
فرنيررخاَّ أ،ب فرنيأنجن أ،ي
Artinya: Al Husain bin Isma’il menceritakan kepada kami Yusud bin
Musa menceritakan kepada kami, Jarir mengabarkan kepada kami, dari
Atha’ bin As-S’ib, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas tentang ayat:
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir”. Ia mengatakan . “jika
seorang mempunyai luka karena perkara fi sabilillah ata koreng atau cacar
lalu junub, kemudian ia takut mati apabila harus manddi, maka ia boleh
bertayamum.25
Demikian ceramah singket yang bisa saya sampaikan, semiga kita semua
termasuk orang-orang yang diberikan Taufiq dan Hidayah dari Allah sehingga kita
semua dapat berkumpul di surga nya Allah SWT Amiin ya Rabbal ‘alamiin.
BAB III
PENUTUP
25
Ali bin Umar Ad-Daraquthni, Sunan Ad-Adaraquthni, (Jakarta: Pustaka Azzam 2007) 469
xviii
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
xix
Masmuddin, Dakwah dalam Mewujudkan Interaksi dan Kerukunan Antar Umat
Beragama Di Palopo Sulawesi Selatan Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12,
No. 2, Juli - Desember 2018
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu: puasa, iktikaf, zakat, haji umrah,
(jakarta: Gema Insani, 2011), 373
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim: Konsep Hidup ideal dalam
Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2015) hal.429
Muhammad Fua’ad Bin Abdul Baqi, Hadits Shahih Bukhari Muslim, (Depok: PT.
Fthan Prima Media, 2017) Hal.289
Moh. Ali Aziz, Imu Dakwah, Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2017, hlm
307-308
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Jurnal Ilmu Dakwah, Surabaya: Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2006, hlm 88-89.
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1971),
xx