Anda di halaman 1dari 20

DAKWAH KEPADA PENGANUT BUDDHA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Dakwah

Nama:
MUHAMMAD TAUFIQ RAMADHAN
[NIM: B71218073]
KELAS A3

Dosen:
Prof. Dr. H. MUH. ALI AZIZ M. Ag
Asisten Dosen:
ATIK NURSYAFAAH, M.Kom.I
SAMSURIYANTO, S. Kom I, M. Sos

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


JURUSAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUANAN AMPEL SURABAYA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat nikmat dan karunianya sampai detik ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita
dari zaman gelap gulita menuju zaman terang benderag seperti sekarang ini.
Penyusuan makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ilmu
Dakwah” pada jenjang pendidikan semester 2 dalam program studi Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
Tak lupa ucapan teria kasih kami sampaikan kepada dosen mata kuliah
Ilmu Dakwah Bapak Prof. Dr. H. Muh. Ali Aziz M.Ag serta asisten dosen Ibu Atik
Nursyafah M.Kom I dan Bapak Syamsuriato M. Kom atas bimbingan dalam
penyusunan makalah ini sehingg penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “DAKWAH PADA PENGANUT BUDHA”.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena itu,
saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang dikemukakan dari
berbagai pihak dan saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Surabaya, 16 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................ i

Daftar Isi.................................................................................................................. i

BAB I PROBLEMATIKA MASYARAKAT MULTIKULTURAL

A. Agama Buddha........................................................................................1

B. Sejarah Agama Buddha...........................................................................2

C. Ajaran Agama Buddha......……………………………………............. 6

1. Ajaran Buddha……………………………………….……………….

2. Ajaran Dharma………………………………………….…………….

3. Ajaran Sangha………………………………….……………………..

BAB II METODE DAN PESAN DAKWAH PADA PENGANUT BUDDHA

A. Metode Dakwah pada Penganut Buddha............................................... 8

B. Pesan Dakwah pada Penganut Buddha…….......................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 13

B. Saran .....................................................................................................13

iii
BAB I

PROBEMATIKA PEMELUK BUDDHA

A. Agama Buddha

Di Indonesia terdapat beberapa agama resmi yang eksistensinya diakui


oleh Negara sehingga penyebarannya juga secara sah menurut perundang-
undangan yang berlaku, dengan dasar inilah maka agama yang diakui
keberadaannya secara sah dapat melakukan penyebaran, meskipun telah diatur
dengan aturan perundang-undangan yang sudah disepakati. 1

Agama Buddha merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia


selain 5 Agama lain yaitu Islam, Kristen katholik, Kristen Protestan dan Hindu.
Sebagai salah satu agama minoritas, penganut agama Buddha di Indonesia tak
lebih dari 4,13 juta penganut. Dalam praktinya penganut Agama Buddha
menyembah seorang Tuhan bernamaa Sidharta Gautama atau lebih dikenal
dengan Buddha Gautama.

Dalam agama Buddha, kehadiran Buddha di tunjukkan secara simbolik


dengan sebuah pohon (pencerahan), dengan sebuah roda (dharma) atau dengan
jejak kaki, karna ia khawatir setelah kematian orang akan memuja suatu
gambaran yang berbentuk pribadi (fitriana, 2012: 32). Yang akan membuat
prilaku manusia akan lebih cenderung melakukan hal yang salah, sehingga
lebih cenderung mengajar sebuah etika kepada para pengikutnya. Umat
Buddha senantiasa mencari mata penghasilan dengan hal-hal yang baik, dan
melarang melakukan dengan hal yang salah dengan cara rendah yaitu
meramalkan, aka nada hujan yang lebat, kurang hujan, panen akan baik atau
buruk,akan terjadi kedamaan, akan terjadi kekacauan, meramal tanpa
menjumlah dengan cepat hal ini tidak dilakukan oleh Buddha Gautama (Kitab
Suci Tripitaka, 1998: 13)2
1
Masmuddin, Dakwah dalam Mewujudkan Interaksi dan Kerukunan Antar Umat Beragama Di
Palopo Sulawesi Selatan Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12, No. 2, Juli - Desember 2018
2
Toharudddin, Konsep Ajaran Buddha Dharma tentang Etika, Intelektualita, Volume 5, Nomor 2,
Desember 2016. Hal. 191

iv
Sama seperti Agama yang lain dalam agama Buddha juga terdapat
beberapa Aliran. Dua aliran Buddhisme yang masih ada dan diakui oleh para
Ahli yaitu Hinayana, dan Mahayana. Pada waktu diadakan muktamar di
vaicali, seratus tahun sesudah Buddha meninggal, timbulah perpecahan dalam
Agama Buddha yaitu:

1. Hinayana
Artinya kendaraan kecil yaitu nama dari Budhisme yang asli terdapat
di Ceylon, Birma dan Siam. Mazhab ini lebih mendekat pelajaran Budha
yang semula. Dalam hinayana ada anggapan bahwa kelak akan ada Buddha
Gautama dengan maitrenya beribu-ribu tahun. Hinayana menganggap,
bahwa budha gautama meliebihi para dewa.

Menurut mazhab ini, hidup harus menurut petunjuk –petunjuk yang


diberikan oleh Budha untuk mencapai Nirwana tiap-tiap orang harus
berusaha sendiri dengan tidak mengharapkan pertolongan dari siapapun.
Jadi dalam hinayana ini titik berat diletakkan kepada usaha sendiri untuk
mencapai nirwana, dengan tidak mengharapkan bantuan lain orang. Oleh
karena itu hanya beberapa orang yang dapat memasuki Nirwana.3

2. Mahayana
Dua kata yang seolah-oleh menjadi kunci bagi ajaran Mahayana,
karena kedua kata itu hampir terdapat pada tiap halaman tulisan-tulisan
Mahayana, kata-kata itu adalah Bodhisattwa dan Sunyata.

Secara harafiah Boddhisattwa berarti orang yang hakekat atau


tabiatnya adalah Bodhi (hikmat) yang sempurna, sebelumMahayana timbul
pengertian Bodhisattwa Jiikudah dikenal juga dan dikenakan juga kepada
udha Gautama, yaitu sebelum ia menjadi Buddha.

Hal kedua yang memberi ciri Mahayana ialah ajaran tentang Sunyata,
yang artinya kekosongan. Hal ini berarti tiada yang mendiaminya oleh
karena itu unyata berarti, tiada pribadi (yang mendiami orang). Segala
sesuatu adalah kosong, oleh karena itu tiada yang dapat dinginkan atau
3
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama. (Jakerta: Rineka Cipta, 1991), 140

v
dicari. Bukan hanya dunia yang kosong, melainka juga Nirwana bahkan
dharma juga kosong.kebenaran yang tertinggi adalah kosong oleh karenanya
tak dapat dijadikan sasaran kepercayaan. Yang mutlak tak dapat dipegang,
seandainya ia dapat dipegang, tak dapat dikenalnya, sebab yang mutalak
tidak memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan yang lain.4

B. Sejarah Agama Buddha.

Banyak sekali kitab yang menjadi sumber pengetahuan tentang agama


Buddha. Sayangnya, sudah banyak yang hilang. Yang inggal hanya petilan-
petilan atau fragmen-fragmen saja. Kitab-kitab tersebut ditulis dalam Bahasa
pali, dan Bahasa cina dan ada yang ditulis dalam bahasa Sansekerta.5

Menurut para ahli barat, budha Gautama pendiri agama budha


dilahirkan 563 SM dan wafat pada tahun 483 SM. Ia adalah anak raja
suddhodana, yang memerintah atas suku sakya. Ibunya bernama Maya. Budha
lahir di Lumbini, ditemukan pada 1895 oleh karena tiang batu peringatan oleh
Raja Asoka, penganut Agama Buddha yang terbesar. Ia dibesarkan di Ibu Kota
keraajaan yaitu kapilawastu.6

Sidharta dilahirkan pada bulan purnama pada hari Vaisakh (April-


Mei). Dibawah sebuah pohon sala yang sedang berbunga di taman Lumbini.
Ketika Maya dalam perjalanan dari Kapilwaistu mengunjungi orang tuanya di
Dewadaha.7

Pada waktu di kapilawastu diadakan perayaan-musim panas, sang


permaisuri Maya bermimpi, bahwa beliau diangkat dan dibawa ke gunung
himalaya. Sesudah beliau dimandikan serta kepadanya dikenakan pakaian
sorgawi, datanglah sang Buddha seperti seekor gajah putih dngan membawa
bunga teratai putih pada bealainya. Sesudah itu gajah itu berputar-putar

4
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971),70.
5
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 49
6
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 50
7

vi
mengitari sang permaisuri hingga tiga 3 kali, masuklah Ia ke dalam kandungan
Maya dengan melalui pinggang kanan.8

Beberapa oarang suci mengatakan bahwa hal itu berarti bahwa sang
permaisuri akan melahirkan seorang anak laki-laki yang jika tidak menjadi
Raja, akan menjadi seorang Buddha.

Benarlah ramalan para Brahmana. Maya melahirkan seorang Putera.


Pada saat kelahirannya terjadi beberapa mukjizat, di antaranya: kelahiran
caloon isterinya, colon muridnya, calon pelannya, calon kendaraannya dan
tumbuhlah pohon Budhi, namun, seminggu setelah kelahiran Budha, maya
wafat.

Sejak lahir, sidharta dipelihara baik-baik diasuh dengan segala


kesabaran dan kenikmatan serta kemewahan. Maksud ayahnya agar
menjauhkannya dari pemikiran menjadi pemimpin agama. Akan tetapi sidharta
tidak merasa senang dengan hidup seperti itu. Hidupnya tertarik pada hidup
pertapaan. Beliau tidak boleh meninggalkan istana sesuka hati, jika ingin pergi,
ia harus diikui oleh para pegawal kerajaan. Setelah dewasa ia memiliki isti
bernama Gopa (Yosudhara) dan kemudian memiliki anak laki-laki bernama
Rahula.9

Suatu hari Buddha melakukan perjalanan di dalam kota. Dalam


perjalanannya, Buddha melihat kehidupan rakyatnya secara langsung, ia
berjumpa dengan orang tua, dan seorang mati. Hal itu menimbulkan rasa sedih,
dan pilu dalam hati siddharta. Beliau tidak tahan lagi hidup mewah di dalam
istana, dank arena itu beliau meninggalkan istana, anak dan istrinya. Sejak
itulah sidarta hidup sebagai petapa, mencari ilham dan pembebasan dari
penderitaa. Dan sejak itu pulalah sidharta enjadi Budha yang artinya “yang
disinari”.

8
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971), 50
9
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama. (Jakerta: Rineka Cipta, 1991), 134

vii
C. Ajaran Agama Buddha
setelah mendapatkan ilham dan menjadi seorang Buddha, mulailah ia
mengajarkan ajaran-ajaran pokoknya yang merupakan khutbah yang pertama
bagi Budha, yaitu sebagai berikut:

 Lahir, menjadi tua, dan meninggal dunia itu menderita. Begitu pula hanya
dengan bersedih hati, menyesal mengaduh, berkesal hati dan berputus asa.
Berhubung dengan hal yang tidak enakpun menderita. Tidak dapat apa
yang diinginkan menderita pula.

 Penderitaan itu disebabkan oleh hati yang tidak ikhlas ddn hawa nafsu,
hawa nafsu untuk mencari kesenangan, hawa nafsu untuk hidup.

 Penderitaan akan lenyap, kalau hati tidak ikhlas dan hawa nafsu dapat
dihilangkan

 Cara untuk dapat melenyapkan penderitaan itu hanya dengan menjalani


delapan jalan kebenaran yang diberikan oleh Buddha, yaitu:

- percaya yang benar

- cita-cita yang benar

- ucapaan yang benar

- perbuatan yang benar

- hidup yang benar

- mempelajari hokum yang benar

- Ingatan yang benar

- Tafakur atau smadhi yang benar.10

Dalam sebuah buku yang berjdul Ajaran Hindu dan Budha (Harun Hadi
Wijoyo:1971) Disebutkan bahwa Ajaran Agama Buddha dapat dirangkumkan
didalam apa yng disebut: Triratna (tiga batu pertama) yaitu, Buddha, Dharma,
Sangha.

10
Abu Ahmadi, Perbandingan Agama. (Jakerta: Rineka Cipta, 1991), 135

viii
1. Ajaran Buddha
Menurut keyakinan Budhis, sebelum zaman sekarang, sudah ada
tahap zaman-zaman yag tak terbilang banyaaknya. Setiap zaman memiliki
Buddhanyaa sendiri-sendiri. Setiap budha dilahirkaan pada diri yang
berbeda. Sama dengan nasib tiap orang, ia mengalami kelaahiran kembali
yang benyak sekali. Ia pernah dilahirkan kembali sebagai binatang, sebagai
manusia dan sebagai dewa . Untuk itu ajaran Buddha dapat diartika sebagai
sifat kebuhaan yang dimiliki oleh setiap manusia.11

Sebagai perlindungan pertama, mengandung arti bahwa setiap


orang mempunyai benih kebuddhaan dalam dirinya, bahwa setiap orang
dapat mencapai apa yang telah dicapai oleh Sang Buddha. "Seperti sayalah
para penakluk yang telah melenyapkan kekotoran batin" (Ariyapariyesanâ
Sutta, Majjhima Nikâya). Sebagai perlindungan, Buddha bukanlah pribadi
Petapa Gotama, melainkan para Buddha sebagai manifestasi daripada Bodhi
(kebuddhaan) yang mengatasi keduniawian (lokuttara).12

2. Ajaran Dharma
Dharma dapat di artikan sebagai doktrin atau pokok ajaran. Inti
ajaran Budha dapat dirumuskan sebagai Aryasatyani atau kebenaran yang
mulia. Terdiri dari 4 kataa yaitu: Dukha, samudaya, nirodha dan marga.13

Dukkha, merupaakan penderitaan hidup. Hidup adalah menderita


Kelahiran adalah menderita, umur tua adalah penderitaan, sakit adalah
penderitaan, mati adalah penderitaan, disatukan dengan yang tidak dikasihi
adalah penderderitaan, tidak mencapai yang diinginkan adaah penderitan;
dengan singkat, kelima pelekatan pada dunia ini adalah penderitaan.

Samudaya, adalah sebab penderitaan adaalah sebabnya. Yang


menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah keinginan pada hidup,

11
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1971),
hal. 70.b
12
Toharudddin, Konsep Ajaran Buddha Dharma tentang Etika, Intelektualita, Volume 5, Nomor 2,
Desember 2016. Hal. 194
13

ix
dengan disertai nafsu yang mencari kepuasan di sana-sini, yaitu kehausan
pada kesenangan, kehausan pada yang ada, kehausn pada kekusaan.

Nirodha, ialah pemadaman. Pemadhaman kesengsaraan teerjadi


dengan penghapusan keinginan secara sempurnaa, pembuangan
keinginanitu, penyangkala terhadapnya, pemisahannya dari dirinya, dan
tidak memberi tempat kepadanya.

Marga, adalah jalan kelepasan (nirwana) Jalan menuju pemadaman


penderitaan adalah kelepasan dalam hidup. Secara harafiah nirwana berarti
pemadaman dan pendinginan. Apa yang padam tiada lagi yaitu apai.
Didalam ajaran Buddha seluruh dunia memang dipandang sebagai terbakar,
yaitu terbakr oleh hawa nafsu (raga), api kejahatan (dosa), api khayaan, api
kelahiran umur tuaa, mati, skit, keluhan, penderitaan, kesusahan dan
keputusasaan. Oleh krena itu maka kelepasa yang dicapai oleh seorang arhat
ialaah pemadamaan, nirwana yaitu pemadaman nafsu dan sebagainya.

3. Ajaaran tentang Sangha


Inti dari ajaran ini merupakan tentang para pengikut Buddha.
Pengikut Buddha di bagi menjadi 2 yaitu para Bikhsu atau para rahib dan
para kaum awam.

Yang pertama seorang rahib harus hidup di dalam kemiskinan. Ia


tidak boleh memiliki sesuatu kecuali jubahnya. Tidak boleh berkeluarga atau
dalam kata lain harus hidup membujang, bahkan tidak boleh berhubungan
dengan wanita kesusilaan rahib dicantumkan dalam dasasila, yang
prakteknya mewujudkan 10 larangan, yaitu larangan untuk: membunh,
mencuri, hidup mesum, berdusta, minum-minuman keras, makan pada
waktu terlarang, mengunjungi tempat keramaian duniawi, bersolek, tidup
pada tempat tidur yang enak, dan menerima hadiah.

Siapa saja dapat menjadi rahib, baik laki-laki maupun perempuan,


asal Ia tidak dikuasai oleh orang lain, misalnya: seorang soldadu, orang
yang memiliki hutang, sorang budak, seorang yang belum dewasa, dan

x
sebagainya. Juga orang-orang yang berpenyakit menular, dan memiliki
caacat.14

Pengikut Buddha yang kedua ialah para kaum awam.. mereka adalah
orang-orang yang mengakui Buddha, sebagai pemimpin keagamaanya, yang
menerima ajarannya, namun tetap hidup didalam masyarakat dengan
berkeluarga. Pada hakekatnya para kaum awam tak dapat mencapai nirwana
dalam hidupnya.

Tugas para kaum awam selanjutnya diuraikan sebagai berikut: para


orang tua harus mengendalikan anak-anaknya terhadap yang jahat, melatih
mereka kepada perbuatan yang baik, mengejrkan pengetahuan dan kesenian,
mencarikan jodoh yang baik baginya, dan seterusnya. Para anak harus
membantu orang tuana, merawat miliknya, melayakkan diri untuk menjadi
warisnya, dan seterusnya. Para murid harus menghormati gurunya, para
guru harus memberi pelajaran kepada muridnya dan sebagainya.

14

xi
BAB II

METODE DAN PESAN DAKWAH

A. Metode Dakwah Pada Pemeluk Buddha


Dakwah adalah kegiatan yang bersifat mengajak, menyeru, memanggil
orang untuk taat, dan beriman kepada Allah SWT. Dakwah disebut juga
komunikasi Islam, memiliki beberapa unsur seprti Da’I, media (wailah), metode
(uslub), materi (mawdu’), sasaran (mad’u) dan tujuan dakwah.15 Berdakwah
bukan hanya kewajiban untuk para alim ulama, kiyai, ustad, dan sebagainya.
Namun, tugas dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Setiap pribadi
muslim yang telah baligh dan berakal, baik laki-laki maupun perempuan memiliki
kewajiban untuk mengemban tugas dakwah. Setiap individu dari umat Islam
dianggap sebagai penyambung tugas Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam
untuk menyampaikan dakwah. Allah SWT berfirman:

‫ف كويكننكهنوكن كعرن انلممننككرر ۚ كومأو للكئركك مهمم انلممنفلرمحوكن‬


‫كونلتكمكنن رمننمكنم أمممةة يكندمعوكن إركلىَ انلكخنيرر كويكأنمممروكن رباِنلكمنعمرو ر‬
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” [Ali Imran/3 : 104]16

Mendakwahi orang kafir untuk masuk Islam, hukumnya fardhu kifayah,


artinya jika sebagian sudah mendakwahi mereka maka yang lain gugur
kewajibannya. Karena mendakwahi mereka berarti telah mengeluarkan mereka
dari kegelapan menuju cahaya.

Untuk itu dalam berdakwah kepada pemeluk Buddha, haruslah


menggunakan metode yang tepat. Sehingga pesan dakwah yang kita sampaikan
kepada mitra dakwah kita dapat tersampaikan dengan efekif. Selain itu supaya
pada saat menyampaikan pesan dakwah tidak ada kesan memaksa dan tidak
menyinggung hati mitra dakwah yang notabene adalah pemeluk Agama Buddha.

15
Azyumardi Azra, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011, hlm 1.
16
Al-Quran dan Terjemahannya

xii
Metode dakwah terbagi menjadi tiga, yakni bil hikmah, al-maw’izah al-hasanah,
dan bil mujadalah17 Metode bil hikmah adalah metode dakwah melalui ilmu
pengetahuan, kecapakan memilih materi dakwah, dan pandai memilih bahasa
sehingga mad’u tidak merasa berat dalam menerima Islam. Metode al-maw’izah
al-hasanah merupakan metode dakwah yang meresap ke hati dengan halus dan
lemah lembut. Tidak bersikap menghardik, memarahi, mengancam, dan tidak
membuka aib atau kesalahan mad’u. Ketiga yakni metode bil mujadalah. Dakwah
pada metode ini adalah dengan cara debat. Debat yang dimaksud adalah debat
yang tidak membawa pertikaian melainkan membawa kebenaran. Dakwah dalam
bentuk ini adalah dengan cara debat terbuka, argumentatif, dan jawaban dapat
memuaskan masyarakat luas. Dakwah mujadalah sangat bergantung pada maksud
yang dikandugnya. Mujadalah dapat mempunyai aspek positif jika maksud yang
menyertainya baik, dan sebaliknya justru akan tercela dan seruppa degan al-
mira’18

Dalam makalah ini, penulis memilih menggunakan metode dakwah


dengan ceramah untuk berdakwah kepada penganut Buddha. Metode ceramah
atau muhadlarah atau pidato ini telah dipakai oleh semua rasul Allah dalam
menyampaikan ajaran Allah. Sampai sekarang pun masih merupakan metode yang
paling sering digunakan oleh para pendakwah sekalipun alat komunikasi modern
telah tersedia. Umumnya, ceramah diarahkan kepada suatu public, lebid dari
seorang. Oleh sebab itu, metode ini disebut public speaking (berbicara di depan
public). Sifat komunikasinya lebih banyak searah (monolog) dari pendakwah ke
audiensi, sekalipun sering juga diselingi atau diakhiri dengan komunikasi dua arah
(dialog) dalam bentuk tanya jawab. Umumnya, pesan-pesan dakwah yang
disampaikan dengan ceramah bersifat ringan, informative, dan tidak mengundang
perdebatan. Dialog yang dilakukan juga terbatas pada pertanyaan, bukan
sanggahan. Penceramah diperlakukan sebagai pemegang otoritas informasi
keagamaan kepada audiensi.19

17
Azyumardi Azra, Pengembangan Metode Dakwah, hlm 9-11.
18
Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Jurnal Ilmu Dakwah, Surabaya: Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2006, hlm 88-89.
19
Moh. Ali Aziz, Imu Dakwah, Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2017, hlm 307-
308

xiii
Berdakwah dengan cara ceramah sudah sangat umum dilakukan khususnya di
Indonesia. Disetiap sudut kota,bahkan desa sering sekali menyelenggarakan acara
dengan mendatangkan penceramah khususnya di hari-hati besar keajgamaan.
Namun, berdakwah dengan cara ceramah bukan hanya bias dilakukan melalui
acara tabigh akbar dan sebagainya yang terkesan hanya bias dilakukan oleh
seseorag yang memiliki nama atau disegani di daerahnya seperti ustadz, ustadzah,
kiyai dan sebagainya. Namun, kita sebagai umat biasa juga bias berdakwah, dalam
kehidupan sehari-hari.

2. Pesan Dakwah Pada Penganut Buddha

JANGAN GUNDAH, ISLAM ITU MUDAH

‫سلكمم كعلكنيمكنم كوكرنحكمةم ار كوبككرككاِتمهم‬


‫ال م‬

‫ستكنهردنيره كونكمعومذ رباِلر رمنن‬‫ستكنغفرمرنه كونك ن‬‫ستكرعنينمهم كونك ن‬‫إرمن انلكحنمكد رملر نكنحكممدهم كونك ن‬
‫ضمل لكهم كوكمنن‬‫ كمنن يكنهردره ام فكلك مم ر‬،ِ‫ت أكنعكماِلركنا‬ ‫سييكئاِ ر‬‫سكناِ كورمنن ك‬ ‫شمرنورر أكننفم ر‬‫م‬
‫شكهمد أكمن ممكحممددا كعنبمدهم‬‫شكهمد أكنن لك إرلكهك إرلم ا كوأك ن‬ ‫ أك ن‬.‫ي لكمه‬‫ضلرنل فكلك كهاِرد ك‬ ‫يم ن‬
‫سلينم كوكباِررنك كعكلىَ ممكحممدد كوكعكلىَ آلرره كو ك‬
‫صنحبرره‬ ‫صيل كو ك‬ ‫ كاللممهمم ك‬.‫سنولممه‬ ‫كوكر م‬
‫ أكمماِ بكنعد‬.‫كوكمرن انهتككدىَ برمهكداهم إركلىَ يكنورم انلقركياِكمرة‬
Agama merupakan pedoman hidup bagi umat manusia dalam rangka
memperoleh kebahagiaan, hal tersebut dapat diperoleh melalui perbuatan
manusia, baik kehidupan dimensi jangka pendek di dunia ini maupun pada
kehidupan dimensi jangka panjang akhirat kelak (Jirhanudin, 2010: 3). Dalam
Agama terdapat suatu kewajiban yang harus dilakukan manusia, baik itu
hubungan antara manusia dengan Tuhan, bahkan hubungan manusia dengan
manusia terutama masalah etika bersosial, baik di lingkungan masyarakat maupun
di lingkungan keluarga. Seseorang bisa mengoptimalkan prilaku dengan baik

xiv
maka dia akan menjadi orang yang baik di mata Tuhan maupun dilingkungan
sosialnya.20

Ketika sudah memutuskan untuk memeluk agama islam, tentunya ada


beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai hamba Allah. Mungkin
sebagai permulaan, saudara sekalian bisa mempelahjari terlebih dahulu mengenai
beberapa ibadah yang diwajibkan dalam islam, misalnya seperti shalat. Semua
umat islam wajib melaksanakan shalat 5 kali dalam sehari.

Namun jangan khawatir akan dibebankan dengan segala macam tuntutan


beribadah dalam agama Islam. Demikianlah agama Islam. Ia adalah agama yang
mudah, baik dalam akidah maupun amalan. Akidah Islam mudah dicerna oleh
akal pikiran, seperti tentang keesaan Allah, keberhakan-Nya untuk diibadahi
karena Dia sebagai Pencipta alama semesta, tidak beranak dan tidak
diperanakkan dan tidak ada seorang yang setara dengan-Nya (lihat surat Al
Ikhlas), berbeda dengan keyakinan trinitas yang dianut orang-orang Nasrani dan
penuhanan makhluk yang keadaannya lebih lemah daripada penyembahnya
seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrik. Demikian pula dalam amalan,
syariat Islam seluruhnya mudah, bahkan kewajiban menjadi gugur ketika
seseorang tidak mampu melaksanakannya. Bahkan mengikuti sunnah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mempraktekkannya dalam
keseharian adalah hal yang mudah bagi mereka yang dimudahkan
Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu sekalian yang berbahagia,

Berikut beberapa contoh kringanan kemudahan yang diberikan oleh Allah dan
rasulnya kepada pemeluk agama Islam adalah sebagai berikut:

1. Keringanan untuk meninggalkan sholat berjamaah ketika makan malam


telah dihidangkan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

20
Toharuddin, ”Konsep Ajaran Buddha Dharma tentang Etika”, Jurnal Intelektualita Vol.
5, No.2 (Desember 2016), 189

xv
“Apabila makan malam telah tersedialalu azan shalat isya
dikumandangkan maka nikmatilah segera hidangan malam tersebut!” 21

2. Di perbolehkan tidak berpuasa jika dalam uzur syar’i seperti sedang


dalam masa haid, sakit, atau dalam perjalanan. Namun juga harus tetap di
ganti puasanya di luar bulan ramadhan sesuai dengan jumlah hari yang
ditnggalkannya.

Firman Allah SWT:

‫ضاَّ أرنو رعرلىَ رسرفمر فرعميدة ممنن أرياَّمم أرخرر‬


‫رورمنن ركاَّرن رممري ض‬
Artinya : “Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al Baqarah:
185)

Atau, jikaa kita sanggup kita bisa memilih antara berpuasa atau
tidak berpuasa saat berpergian sesuai dengan sabna Rasulullah SAW:22

‫ةحجدوي ث‬
‫ث ةعاَئجةشةة زوو ج‬
‫ج‬

3. Pengguguran kewajiban dalam keadaan tertentu, misalnya tidak wajibnya


melakukan ibadah hajji bagi yang tidak mampu . Allah SWT :

‫ت رمرقناَّأم مإبننررامهينرم رورم ننن ردرخلرنهأ رك ناَّرن آممنضناَّ رولملينمه رعلرننىَ النيناَّمس‬
‫ت برنيننرناَّ ة‬
‫مم‬
‫في نه آيرناَّ ة‬
‫نن رعنمن النرعناَّلرممي‬ ‫ت ممن استرطراَّ م‬
‫م‬ ‫م‬
‫ع إملرنيه رسمبيضل رورمننن ركرفنرر فرنمإين اللينهر رغ م ن‬
‫حجج انلبرنني ر ن ر‬
Artinya: padanya terdapat tanda tanda yang nyata, (diantaranya) maqam
Ibrhim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia;
mengerjkan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya
( tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.
21
Muhammad Mushthafa Al A’zhami, Saahih Ibnu Khuzaimah, (Jakarta: Pustaka Azzam 2008) 173
22
Muhammad Fua’ad Bin Abdul Baqi, Hadits Shahih Bukhari Muslim, (Depok: PT. Fthan Prima
Media, 2017) Hal.289

xvi
Dalam sebuah haadits Rasulullah SAW juga bersabda yang
diriwatkan oleh Abu Sa’id al-Khudri yang Artinya “seorang hamba yang
telah kuberi kesehatan jasmani dan klapangan rezeki namun sama sekali
tidak datang kepada-Ku (untuk berhaji) padahal sudah lewat lima tahun,
maka sungguh dia tidak mendapat rahmat-Ku”.23

4. Pengurangan kadar dari yang telah ditentukan, seperti meng-qashar


shalat bagi orang yang sedang melakukan perjalanan. Hal ini berdasarkan
firman Allah SWT:

‫ضرربننتأنم روإمرذا ممرن‬


‫ض مف ر‬
‫صأروان رأن أجنراَّةح رعلرنيأكنم فرنلرنيس الرنر م‬
‫ر‬ ‫ترننق أ‬
.‫صلرمة‬
‫ال ي‬
Artinya: Dan apabila kalian berpergian di muka bumi, maka tidaklah
mengapa kalan mengqhassar shalat (mu) [Q.S. An-Nisa: 101]

Dan Sabda Rasulullah SAW:

‫م‬
.‫صردقرةة‬ ‫صردقرنترهأ فراَّقننبرنلأوُا رعلرنيأكنم براَّ الليهأ تر ر‬
‫صيدرق ر‬ ‫ر‬
Artinya: Qashar shalat itu sedekah yang Allah berikan kepada kalian.
Maka terimalah sedekah tersebut.” (HR. Muslim no. 686)24

5. Penukaran kewajiban yang satu dengan yang lainnya. Misalnya,


kewajiban wudhu’ dan mandi diganti dengan tayammum ketika tidak bisa
menggunakan air. Seperti yang pernah di katalkan Rasulullah SAW:

‫ رجمريننةر رعنن رعطراَّمء بنمن‬،َ‫ف بنأن أمنوُرسى‬ ‫م‬


‫رحيدثَّرننراَّينأنوُأس أ‬،‫ي بنأن إمنسراَّعنيرل‬
‫رحيدثَّرننراَّ انلأرس ن أ‬
‫مم‬ ‫مم‬ ‫اليساَّئم م‬
‫ رعمن ابنمن رعبياَّمس م نف قرننوُله )رومإن أكنأتم يمنر ر‬،‫ رعنن رسعنيد بنمن أجبرن نمي‬،‫ب‬
َ‫ضرى‬

23
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu: puasa, iktikaf, zakat, haji umrah, (jakarta: Gema
Insani, 2011), 373
24
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim: Konsep Hidup ideal dalam Islam,
(Jakarta: Darul Haq, 2015) hal.429

xvii
‫ت بماَّليرأجمل انلمررارحةأ م نف رسمبيمل الليمة أروالنأقأرنو ةح‬
‫َ إمرذا ركاَّنر ن‬:‫أرنو رعرلىَ رسرفمر(ٍ قراَّرل‬
‫ت إممن انغتررسرل يرنترنيريمأم‬ ‫م‬ ‫أرمو انلأردمر ج‬
‫ف أرنن ريأنوُ ر‬
‫ فرنيررخاَّ أ‬،‫ب‬ ‫ فرنيأنجن أ‬،‫ي‬
Artinya: Al Husain bin Isma’il menceritakan kepada kami Yusud bin
Musa menceritakan kepada kami, Jarir mengabarkan kepada kami, dari
Atha’ bin As-S’ib, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas tentang ayat:
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir”. Ia mengatakan . “jika
seorang mempunyai luka karena perkara fi sabilillah ata koreng atau cacar
lalu junub, kemudian ia takut mati apabila harus manddi, maka ia boleh
bertayamum.25

Hadirin yang di Rahmati Allah SWT,

Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Rasul -Nya telah memberi keringanan


bagi kita, ketika kita membutuhkan keringanan itu dan ketika adanya kesulitan
dalam mengikuti (melaksanakan perintah) yang sebenarnya. Hanya bagaimana
kita sebagai Hambanya memanfaatkan keringanan-keringanan yang telah
diberikan oleh Allah dan Rasulnya tersebut.

Demikian ceramah singket yang bisa saya sampaikan, semiga kita semua
termasuk orang-orang yang diberikan Taufiq dan Hidayah dari Allah sehingga kita
semua dapat berkumpul di surga nya Allah SWT Amiin ya Rabbal ‘alamiin.

‫ب لرنراَّ اليسرعاَّردرة روالعميزرة روالتيننوُفمنيرق‬ ‫م‬ ‫م م مم‬


‫قرننبرل ختراَّرم رهذه الأطنبرة نرندعأنوُ الر رعيز رورجيل أرنن يرنكتأ ر‬
‫ل المردايرةر روالتيننوُفمنيمق‬
‫ت روالأ رو ي‬ ‫واسترننغمفر ال مل ولرأكم وملمميمع السلمممي والسلمماَّ م‬
‫ر أ ر ن ر ن ر ر ن أ ن نر ر أ ن ر‬
‫رواليسلرأم رعلرنيأكنم وررحَة ال وبركاَّته‬

BAB III

PENUTUP
25
Ali bin Umar Ad-Daraquthni, Sunan Ad-Adaraquthni, (Jakarta: Pustaka Azzam 2007) 469

xviii
A. Kesimpulan

1. Agama Buddha merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia.


Dalam praktinya penganut Agama Buddha menyembah seorang Tuhan
bernamaa Sidharta Gautama atau lebih dikenal dengan Buddha
Gautama.

2. Metode dawah pada pengnt Buddha ini adalah Metode ceramah


melalui tausiah agama.

3. Pesan Dahwah pada Penganut Buddha dengan judul “Jangan Gundah,


Islam itu Mudah”

B. Saran

Penulis berharap semoga makalah ini dapat membantu dan


bermanfaat bagi pembaca. Penulis juga berharap kritik dan saran dari
pembaca, khususnya dosen pengampu mata kuliah untuk kesempurnaan
dalam tugas penulis selanjutnya. Terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

xix
Masmuddin, Dakwah dalam Mewujudkan Interaksi dan Kerukunan Antar Umat
Beragama Di Palopo Sulawesi Selatan Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol. 12,
No. 2, Juli - Desember 2018

Ali bin Umar Ad-Daraquthni, Sunan Ad-Adaraquthni, (Jakarta: Pustaka Azzam


2007) 469

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu: puasa, iktikaf, zakat, haji umrah,
(jakarta: Gema Insani, 2011), 373

Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, Minhajul Muslim: Konsep Hidup ideal dalam
Islam, (Jakarta: Darul Haq, 2015) hal.429

Muhammad Fua’ad Bin Abdul Baqi, Hadits Shahih Bukhari Muslim, (Depok: PT.
Fthan Prima Media, 2017) Hal.289

Muhammad Mushthafa Al A’zhami, Saahih Ibnu Khuzaimah, (Jakarta: Pustaka


Azzam 2008) 173

Toharuddin, ”Konsep Ajaran Buddha Dharma tentang Etika”, Jurnal Intelektualita


Vol. 5, No.2 (Desember 2016), 189

Moh. Ali Aziz, Imu Dakwah, Jakarta: PT. Fajar Interpratama Mandiri, 2017, hlm
307-308

Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, Jurnal Ilmu Dakwah, Surabaya: Fakultas
Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2006, hlm 88-89.

Azyumardi Azra, Pengembangan Metode Dakwah, Jakarta: PT RajaGrafindo


Persada, 2011, hlm 1.

Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1971),

Abu Ahmadi, Perbandingan Agama. (Jakerta: Rineka Cipta, 1991),c

xx

Anda mungkin juga menyukai