Anda di halaman 1dari 5

Jangan Main-Main Dengan Hubungan, Karma Itu Ada

Oleh: Annisa Annastia Azzahra

Telah tiba saatnya, kita harus berpisah. Meski lara dihati tak terhenti. Setidaknya
kita telah menoreh setitik konstribusi terhadap aksi yang tak ternilai, walau tak
berjalan lagi. Setiap diri akan memilih masa sendiri, tanpa ada batasan imaji.
Mawas diri dan terus teruji jika suatu saat nanti mandat menghampiri.

Perkenalkan nama ku wulan Sri Wahyuni yang biasa disapa wulan, kelahiran
Bandung tahun 2000. Kini aku berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi di
Surabaya. Disini, Aku akan bercerita tentang kisah ku saat SMA dengan
seseorang yang tak bisa ku lupakan hingga kini. Dia adalah orang yang sangat
sederhana tapi bisa membuat ku sangat bahagia. Dia juga tak banyak bicara,
humoris, dan menyenangkan. Namanya Septian Putra, kelahiran Malang tahun
1999.

Saat SMA aku menjadi salah satu primadona di sekolah. Segudang


prestasi yang kutorehkan membuatku menjadi salah satu siswi yang di pandang.
Aku juga menjadi ketua osis. Bisa dibayangkan betapa sibuknya aku. Dan tanpa
disadari, segudang kesibukanku malah menghancurkan hubungan percintaanku
kala itu.

Rasa rindu menyelimuti hati ku yang sepi saat ini. Duduk di tempat
pertama kali kita bertemu. Di tempat, dimana saat-saat kita tertawa, berlarian,
menangis bahkan bertengkar. Mengenang saat itu semua. Saat dimana sesuatu
yang manis bercampur aduk dengan kepahitan.

"Kringggggg..........." Bunyi bel sekolah berbunyi. Seperti biasanya Putra


mengunjungi kelasku untuk mengajakku pulang bersama. "Wulannn!" Sahut Putra
dengan keras. "Iyaaa, tunggu bentar aku beresin buku." Jawab ku.
Setelah itu kami pergi ke parkiran untuk mengambil sepeda motor milik
putra dan pulang bersama. Aku dan Putra sudah satu tahun menjalani hubungan.
Keluargaku sudah mengenal baik Putra, begitu juga sebaliknya.

Hari-hari berlalu berbagai masalah masalah datang silih berganti, tetapi


kami selalu menyelesaikannya dengan baik. Singkat cerita sampai pada suatu saat
aku merasa Putra sangat berubah entah apa alasannya. Putra menjadi orang yang
sangat asing bagiku, dia tak pernah lagi memberi kabar kepada ku, walaupun
hanya melalui pean sngkat. Mengapa Putra berubah? Apakah aku berbuat salah?
gumam ku setiap melihatnya yg sedang duduk bersama teman-temannya. Semua
pertanyaan-pertanyaan itu ku simpan, karna aku takut ketika menanyakannya
kepada Putra, dia akan marah dan memutuskan hubungannya dengan aku. Aku
hanya memilih untuk diam dan memendam perasaan ku.

Sebulan sudah Putra tidak memberi kabar, pulang bersama, ataupun


berjumpa hanya untuk saling menyapa. Akhirnya, aku pun memberanikan diri
untuk menanyakan hal tersebut kepada Putra. "Put, bisa gak habis pulang sekolah
kita ketempat biasa, tempat pertama kali kita ketemu aku mau bicara," ucap ku
lewat chatting. Dengan singkat Putra menjawab "Oke, sipp!".

Setelah pulang sekolah aku pun langsung menuju tempat pertama kali
kami bertemu, yaitu di Taman dekat sekolah. Aku melihat sekeliling ku ternyata
Putra belum dating. Setengah menunggu aku hanya bisa duduk di kursi taman
sambil memainkan ponsel ku.

Tak lama kemudian dengan motor ninja nya Putra pun datang dan duduk
disebelah ku. Aku menatap mata Putra dengan lekat. "mau ngomongin apa nih?.."
tanya Putra dengan santai. "Kamu kemana aja sebulan ini? Kok gak ngabarin aku
sama sekali?" tanya ku balik. "Aku sibuk, jarang megang hp, jadi gaada waktu
buat ngabarin kamu" jawab Putra. "Tega kamu Put,! Satu menit aja kabarin aku
gak bisa emang?!"tanyaku dengan degan sdikit menaikkan suara. "Enggak, aku
sibuk" jawab Putra tak acuh. "Aku salah apa?! Coba bicara biar aku ngerti dan
bisa perbaiki semuanya! Aku capek Put, liat kamu gini terus ke aku!," bentakku
lagi dengan air mata yang menetes dari pelupuk mata
"Sekarang gini, aku sayang kamu lan, tapi aku gak bisa lanjutin hubungan
ini, bersama mu aku bahagia tapi jika kita bertahan, lantas aku dan kamu terluka,
untuk apa? aku ngerasa bahwa menjauh dari mu itu salah, tapi kalau harus tetap
bersama, juga percumaa!! Perasaan yang kita punya tidak keliru. hanya waktu
yang tidak tepat untuk kita bisa sama-sama kayak dulu, kamu mau aku bahagia,
aku juga mau kamu dapat hal yang sama, tapi secara gak sadar perpisahan kita
jauh lebih baik dari itu semua. banyak yang bilang, jatuh cinta juga bahagia itu
sederhana, tapi kenapa harus aku dan kamu yang dapat susahnya?! Tapi jujur, aku
sangat amat serius waktu bilang mau kamu bahagia, walau bukan aku orangnya"
jawab Putra.

"Aku nggak ngerti kamu bicara apa, bisa nggak kamu ceritain aku salah
apa, terus kite perbaiki lagi hubungan kita" jawab ku dengan air mata yang sudah
mengalir deras. "Tak ada yang perlu kita bicarakan lagi, semuanya sudah jelas,
aku pulang, kamu sehat-sehat" Jawab Putra lagi. Makin deraslah air mata ku
mendengar ucapan Putra, aku tak tau aku salah apa, Putra tak mengizinkan ku
untuk berpendapan sedikit pun. Setelah setengah jam menangis ditaman, aku pun
pulang dengan lesu. Seharian ini aku hanya dikamar, tak makan, tak mandi, tak
sekolah. Aku hanya berdiam diri menatap jalanan yang sepi dibalik jendela.

Memang menurutku selama pacaran, aku selau ngerepoti dia dengan


segudang kesibukanku dan tak jarang juga aku lupa memberi kabar. Namun ku
anggap itu biasa saja karna putra juga tidak pernah protes akan hal itu. Mungkin
saat ini kesabarannya sudah tidak tertahan lagi hingga akirnya dia tega berbuat
seperti ini padaku.

Aku tak habis pikir dengan apa yang Putra katakan di taman kemarin.
Sejahat itu dia, hingga tega memutuskan hubungan ku dengan nya yang sudah
terjalin setahun lebih. Keesokan harinya aku pun bersekolah seperti biasa, tak ada
yang ingin kutemui lagi disekolah, jadi aku akan bersikap layaknya murid biasa.
Siang itu juga aku mendapat kabar, bahwa putra sudah mendapat pacar baru, saat
mendengar berita itu aku sangat hancur, ingin ku menangis lagi didepan teman-
teman ku tapi aku tahan, tak apa, mungkin semua kata-kata yang dia bilang
kemarin itu sengaja untuk menghancurkan hubungan yang ada, mungkin dia
sudah bosan dengan ku, atau apalah. Aku tak ambil pusing, sekarang yang penting
aku harus tetap semangat menjalani semuanya.

Aku sadar, mungkin ini semua balasan yang pantas aku dapatkan karna
selama ini aku sering mengabaikannya dan sering membuatnya repot dengan
tugas dan kesibukanku. Tanpa sadar aku sering sekali meminta tolong yang
terkesan menyuruh-nyuruhnya tanpa berfikir betapa lelahnya dia.

Aku percaya karma itu ada. Karna aku merasa aku seperti ini karena buah
dari perbuatanku selama ini kepada Putra. Putra yang sangat penyabar hanya bisa
memendam semuanya selama ini. Sekarang aku sadar, aku pantas mendapatkan
semua ini. Dan sekali lagi aku tidak mau lagi main-main dengan suatu hubunga
karena aku yakin benar kalau karma itu ada.

Jujur, hari-hari pertama ku tanpa Putra adalah hari-hari yang sangat berat,
tak ada yang membuat ku tertawa, tak ada yang akan menggangguku, tak ada
yang akan menghiburku disaat sedih. Tapi, semua itu aku hadapi dengan penuh
semangat. Hingga akhirnya kami pun lulus dan masuk ke kampus yang
diinginkan. Aku pindah bersama kedua orang ku ke Surabaya, dan masuk ke salah
satu perguruan tinggi yang ada disana. Disini, aku menemukan orang-orang baru
yang sangat hebat, dan lebih bisa membahagiakan daripada Putra.

Saat libur semester, aku sengaja berlibur ke Bandung untuk melihat SMA
ku dulu. Aku pergi ke taman tempat pertama kali ku bertemu dengan nya. Aku
duduk dan mengingat semua kenangan-kenangan yang indah bersama putra.
Hingga akhirnya, aku terlelap dengan waktu yang tidak disadari saat itu sudah
hampir malam, matahari sudah mulai meredup. Aku pun bergegas untuk pulang.

Disepanjang perjalanan yang ku ingat hanya Putra, Putra, dan Putra, tak
ada yang lain. Aku rindu padaya, sudah dua tahun lebih aku tidak menemuinya,
setelah kejadian itu. Untuk putra terima kasih pernah membuat ku begitu bahagia,
dan akhirnya kau pergi. Aku dan kamu masi kita kok. Iyaa.. kita yang dulu pernah
sama-sama. bagaimanapun juga hubungan kita mungkin hanya sebatas itu saja.
Aku tak tau nanti, tapi kalau sekarang mungkin kita punya cerita sendiri. Kita
ditakdirkan bertemu tapi tidak untuk bersatu. Kalau kita beretemu, aku masih bisa
menikmati senyummu kan?. Kamu juga boleh kok begitu, walaupun alasan
senyum kita karna dia. Entah itu dianya kamu, ataupun dianya aku. Tapi yang
pasti, aku sangat bahagia kita pernah sama-sama. Kamu sangat baik put, maafkan
aku yang selama ini sangat jahat kepadamu. Semoga wanita yang kinui
bersamamu juga sama baiknya sepertimu. Makasih ya atas semua kenangam
manisnya :)

Anda mungkin juga menyukai