Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“Tinjauan Filsafat Ilmu (Ontologi) tentang Administrasi Pendidikan”

KELOMPOK 1
Diodantara 2023012004
Eki Anisa Putri 2023012017
Elsy Triana 2023012007
Kartika Meilinda 2023014004
Khairina Hidayati 2023012020
Laili Fathia 2023012016
Sadita Wyddia Shiura 2023014001
Sonia Rahma Feberliantika 2023014002

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sudjarwo, M.S
Dr. Dedy Hermanto Karwan., M.M.

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BAB I

PENDAHULUAN

Membahas tentang filsafat manajemen pendidikan, tidak bisa kita pisahkan dengan sejarah

filsafat. Seperti kita ketahui filsafat mempunyai andil yang sangat besar terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan, segala ilmu pengetahuan lahir dari rahim filsafat. Bisa

dikatakan bahwa filsafat adalah induk segala ilmu pengetahuan. Pada fase awalnya filsafat

hanya melahirkan dua ilmu pengetahuan, yakni ilmu alam (Natural Philosophy) dan ilmu

sosial (Moral Philosophy) maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan

(Suriasumantri, 2005:92). Hal ini, menurut Ibnu Khaldun disebabkan oleh berkembangnya

kebudayaan dan peradaban manusia.

Dalam abad ke 18 dengan bermunculannya negara-negara maju dibelahan dunia, muncul

cabang ilmu pengetahuan baru yakni manajemen, yang semula masih segan diakui sebagai

ilmu pengetahuan. Hal ini bukanlah suatu yang baru. Ilmu kemasyarakatan (yang sejak

semula dinamakan sosiologi) harus memperjuangkan kedudukannya untuk menjadi ilmu

pengetahuan disamping ilmu-ilmu pengetahuan yang lain. Demikian pula halnya ilmu

”manajemen” yang menjadi bahan perbincangan kita sekarang. Barulah pada masa Taylor

dan Fuyol, seiring dengan tumbuhnya negara-negara industri ilmu manajemen itu

mulai dianggap sebagai ilmu. Kelahiran ilmu manajemen kemudian diadopsi oleh dunia

pendidikan yang kemudian disintesiskan menjadi menajemen pendidikan.

Filsafat seperti yang kita ketahui memiliki tiga cabang yaitu, Ontologi, Epistemologi,

Aksiologi. Akan tetapi untuk sekarang ini kami akan menitik-beratkan pembahasannya

kepada masalah ontologi yang mana membahas tentang apa obyek yang kita kaji, bagaimana

wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ontologi Dalam Filsafat Ilmu

Kata ontologi berasal dari perkataan yunani, yaitu Ontos: being, dan Logos: logic.

Ontologi adalah the theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai

keberadaan) atau ilmu tentang yang ada. Ontologi diartikan sebagai suatu cabang

metafisika yang berhubungan dengan kajian mengenai eksistensi itu sendiri. Ontologi

mengkaji sesuai yang ada, sepanjang sesuatu itu ada.

Clauberg menyebut ontologi sebagai “ilmu pertama,” yaitu studi tentang yang ada sejauh

ada. Studi ini dianggap berlaku untuk semua entitas, termasuk Allah dan semua ciptaan,

dan mendasari teologi serta fisika. Pertanyaan yang berhubungan obyek apa yang dikaji

oleh pengetahuan itu (ontologi), bagaimana cara mengetahui pengetahuan tersebut

(epistemologi), dan apa fungsi pengetahuan tersebut (aksiologi).

Ontologi menurut Gruber (1992) adalah suatu spesifikasi formal dan eksplisit dari

konseptualisasi yang dapat dibagi. Ontologi merupakan suatu deskripsi dari konsep-

konsep dan hubungan-hubungan yang mungkin ada bagi sebuah agent ataupun komunitas

agent (Gruber, 1995).

Kemudian dalam Ensiklopedi Britannica dijelaskan bahwa ontologi adalah teori atau

studi tentang yang ada (being/wujud) seperti karakteristik dasar dari seluruh realitas.

Ontologi sinonim dengan metafisika, yaitu studi filosofis untuk menentukan sifat nyata

yang asli (real nature) dari suatu benda untuk menentukan arti, struktur, dan prinsip
benda tersebut. Persoalan tentang ontologi menjadi pembahasan yang utama dalam

bidang filsafat, yang membahas tentang realitas. Realitas adalah kenyataan yang

selanjutnya menjurus pada sesuatu kebenaran. Realitas dalam ontologi ini melahirkan

pertanyaan-pertanyaan: apakah sesungguhnya hakikat realitas yang ada ini?; apakah

realitas yang tampak ini sesuatu realita materi saja? Adakah sesuatu di balik realita itu?

Apakah realitas ini terdiri dari satu bentuk unsur (monisme), dua unsur (dualisme) atau

pluralisme? Dalam pendidikan, kegiatan membimbing anak untuk memahami realita

dunia dan membina kesadaran tentang kebenaran yang berpangkal atas realita merupakan

stimulus menyelami kebenaran tahap pertama. Dengan demikian potensi berpikir kritis

anak-anak untuk mengerti kebenaran telah dibina sejak awal oleh guru di sekolah atau

pun oleh orangtua di keluarga.

Ontologi adalah bidang pokok filsafat yang mempersoalkan hakikat keberadaan segala

sesuatu yang ada, menurut tata hubungan sistematis berdasarkan hukum sebab-akibat.

Yaitu, ada manusia, ada alam, dan ada causa prima dalam suatu hubungan menyeluruh,

teratur dan tertib dalam keharmonisan. Jadi, dari aspek ontologi, segala sesuatu yang ada

ini berada dalam tatanan hubungan estetis yang diliputi dengan warna nilai keindahan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu

pengetahuan atau hakikat apa yang dikaji. Apa di sini adalah mengenai obyek dari suatu

peristiwa. Dalam pembahasannya, ada metafisika yang membahas mengenai basic atau

hal yang dasar. Faktor panca indra akan sangat berperan dalam mengkaji obyek-obyek

dalam kehidupan. Panca indra akan membantu mengkaji mengenai teori keberadaan, di

mana sesuatu yang ada pasti nyata dan ada (Suriasumantri, 2009).
B. Pengertian Ontologi Dalam Administrasi Pendidikan

Berbicara ontologi didalam kaitannya dengan disiplin ilmu administrasi pendidikan,

sering ditemukan tumpang tindih dengan istilah serupa lainnya, yaitu kepemimpinan dan

manajemen pendidikan. Nama keduanya memiliki perjalanan sejarah tersendiri di

Universitas Lampung. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

Depdiknas Nomor: 1072/D/T/2009 tanggal 29 Juni 2009 keluar surat izin operasional

penyelenggaraan Program Magister Manajemen Pendidikan di Universitas Lampung yang

sejak awal berdirinya dikenal dengan program studi Magister Manajemen Pendidikan.

Namun seiring perkembangan dunia pendidikan dewasa ini yang menuntut adanya

peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional dan

memiliki kompetensi tinggi dan berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan

Pendidikan Tinggi No.57 Tahun 2019 tentang Nama Program Studi pada Perguruan

Tinggi, sehingga adanya perubahan nama program studi dari Magister Manajemen

Pendidikan menjadi Magister Administrasi Pendidikan (MAP) yang memiliki fokus studi

yang sama hanya terjadi perubahan nama saja. Dalam makalah ini kami akan

menggunakan istilah administrasi dan manajemen pendidikan yang memiliki “pemaknaan

yang sama”

Sebelum kita memahami makna ontologi dari ilmu administrasi pendidikan, harus

dipahami terlebih dahulu secara tersendiri apa yang dimaksud dengan ontologi,

manajemen, pendidikan dan manajemen pendidikan.

 Telah kita ketahui bersama bahwasanya ontologi ialah suatu kajian keilmuan yang

berpusat pada pembahasan tentang hakikat. Ketika ontologi dikaitkan dengan


manajemen pendidikan, maka akan munculah suatu hubungan mengenai ontologi

dalam manajemen pendidikan.

 Manajemen berasal dari bahasa Perancis yaitu ‘menegement’ yang berarti seni untuk

mengatur atau mengelola sesuatu. Dalam bahasa Inggris, kata ‘manage’ berarti

mengendalikan atau mengelola. Secara umum, manajemen dikenal sebagai sebuah

proses yang mengatur kegiatan atau perilaku sehingga menimbulkan efek yang baik.

Secara etimologi, definisi manajemen adalah sebuah seni mengarahkan orang lain

untuk mencapai tujuan utama sebuah organisasi atau bisnis melalui proses

perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, dan pengawasan sumber daya dengan

cara yang efektif dan efisien.

 Pendidikan adalah suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Disini bermakna bahwa

adanya pendidikan bermaksud untuk mencapai tujuan, maka dengan ini tujuan

menjadi hal penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara umum dapat

dikatakan bahwa pendidikan dapat membawa anak menuju kepada kedewasaan,

dewasa baik dari segi jasmani maupun rohani. Dengan mengetahui makna

pendidikan maka makna ontologi dalam pendidikan itu sendiri. merupakan analisis

tentang obyek materi dari ilmu pengetahuan. Berisi mengenai hal-hal yang bersifat

empiris serta mempelajari mengenai apa yang ingin diketahui manusia dan obyek

apa yang diteliti ilmu.

 Menurut Husaini (2006:7) pengertian manajemen pendidikan adalah seni atau ilmu

mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaa, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

Manajemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola

sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan

pendidikan yang meliputi enam hal; (1) administrasi peserta didik; (2) administrasi

tenaga pendidik; (3)administrasi keuangan; (4) administrasi sarana dan

prasarana; (5) administrasi hubungan sekolah dengan masyarakat; dan (6) administrasi

layanan khusus.

 Diatas telah disebutkan bahwa pendidikan ditinjau dari sisi ontologi berarti

persoalan tentang hakikat keberadaan pendidikan. Fakta menunjukkan bahwa

pendidikan selalu berada dalam hubungannya dengan eksistensi kehidupan

manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa menjalankan tugas dan

kewajibannya di dalam kehidupan, pendidikan secara khusus difungsikan untuk

menumbuh kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada dalam diri

manusia. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa ontologi pendidikan berarti

pendidikan dalam hubungannya dengan asal-mula, eksistensi, dan tujuan kehidupan

manusia.

 Jadi hubungan ontologi dengan ilmu administrasi pendidikan yaitu membahasa

tentang obyek apa saja yang dikaji oleh administrasi pendidikan, mulai dari obyek

ilmu, wilayah studi, ruang lingkup dan fungsi administrasi pendidikan.

C. Obyek Ilmu Administrasi Pendidikan


Dalam filsafat ilmu, obyek ilmu meliputi obyek material (obyek benda yang dipelajari)
dan obyek formal (dimensi yang mana dari benda tersebut yang dipelajari / dimensi
ilmu) (Soeprapto, 2002a; Salam, 1997 dalam Siswanto, 2010).

Peran manajemen dimaksudkan untuk menggambarkan peran yang harus dilakukan oleh

seorang manajer atau pemimpin dalam mengelola dan menggerakkan organisasi.

Berdasarkan deskripsi tersebut, bisa diambil kesimpulan bahwa :

 obyek materil manajemen adalah beberapa orang (pemimpin atau manajer) dan

segala hal yang digerakkan oleh manajer. Sedangkan, yang dimaksud dengan obyek

materil dalam pelaksanaanya di bidang pendidikan adalah semua jenis kegiatan

manajemen yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan

mendidik seperti di sekolah. Namun karena kegiatan di sekolah tersebut tidak dapat

dipisahkan dari jalur-jalur lingkungan formal maupun nonformal, maka tentu saja

dibahas lingkup sistem pendidikan sampai ketingkat pusat. Ada 8 obyek garapan

yaitu:

1) Manajemen Siswa

Adalah suatu pencatatan siswa dari proses penerimaan hingga siswa tersebut tamat

dari proses penerimaan hingga siswa tersebut tamat dari sekolah atau keluar karena

pindah sekolah atau sebab lain. Pekerjaan mengenai siswa bisa dikatakan sebagai

manajemen siswa, dan kadang-kadang menjadi manajemen lain. Mengelompokkan

siswa untuk membentuk kelompok belajar termasuk administrasi kurikulum, tetapi

mencatat hasil belajar siswa dapat dikategorikan sebagai kegiatan manajemen siswa.

Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang

kesiswaan agar pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib ,teratur serta

mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Ada tugas utama manajemen kesiswaan yang
harus diperhatikan yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta

bimbingan dan pembinaan disiplin.

2) Manajemen Personil sekolah (baik tenaga kependidikan maupun tenaga

manajemen)

Adalah suatu ilmu dan seni untuk melakasanakan antara lain; planning, organizing

dan controlling sehingga efektivitas dan efisiensi personalia dapat ditingkatkan

semaksimal mungkin. Manajemen personalia diperlukan untuk meningkatkan

efektifitas sumber daya manusia dalam organisasi. Tujuannya adalah untuk

memberikan kepada organiasi saatuan kerja yang efektif. Untuk mencapai tujuan ini,

studi tentang manajemen personalia akan menunjukkan bagaimana seharusnya

sekolah dapat mengembangkan, menggunakan, mengevaluasi, dan memelihara sivitas

akademik dalam jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) yang tepat.

3) Manajemen Kurikulum

Kurikulum adalah segala sesuatu yang berlangsung dalam sekolah termasuk kegiatan

ekstra-kurikuler pembimbingan dan hubungan interpersonal. Jadi, bisa dikatakan

kurikulm merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan

institusioanal pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan

penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu dan berkualitas. Untuk menunjang

keberhasilan pelaksanaan kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang

manajemen atau pengelolaan kurikulum. Pengelolaan kurikulum pada tingkat lembaga

atau sekolah perlu dikoordinasi oleh pihak pimpinan dan pembantu pimpinan yang

dikembangkan secara integral dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

dan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Serta disesuaikan dengan visi dan

misi lembaga pendidikan yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
mempersiapkan manajemen sekolah bermutu terutama berkenaan dengan manajemen

kurikulum yang akan dilaksanakan pada tingkat satuan pendidikan di sekolah, baik itu

dilakukan oleh para guru, komite sekolah, dan pihak-pihak yang terkait dengan

pelaksanaan pendidikan.

4) Manajemen sarana prasarana atau material

Adalah sebagai proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana

pendidikan secara efektif dan efisien (Bafadal, 2003). Definisi ini menunjukkan

bahawa sarana dan prasarana yang ada di sekolah perlu di dayagunakan dan dikelola

untuk kepentingan proses pembelajaran di sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar

dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan

efisen. Dalam melaksanakan sarana prasarana di sekolah dibutuhkan suatu proses

yaitu ; mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pemeliharaan dan

pengawasan. Sarana pendidikan berkaitan dengan semua perangkat, peralatan, bahan,

dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar.

Sedangkan prasarana berkaitan dengan semua perangkat kelengkapan dasar yang

secara tidak langsung meunjang pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah, seperti;

perpustakaan, kantor sekolah, UKS, ruang OSIS, tempat parker, ruang laboratorium,

dll. Manajemen sarana prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah

yang bersih, rapih indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi

guru maupun siswa untuk berada di sekolah. Disamping itu diharapkan tersedianya

alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif , kualitatif dan relevan

dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses

pendidikan dan pengajaran baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid

sebagai pelajar.
5) Manajemen tatalaksana pendidikan atau ketata-usahaan sekolah

Dalam bukunya “Administrasi dan Supervisi Pendidikan”, Hartati

Sukirman (2009:33) menyatakan bahwa tata laksana atau tata usaha pendidikan yaitu

segenap proses kegiatan pengelolaan surat-menyurat yang dimulai dari menghimpun

(menerima), mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan semua

bahan keterangan yang diperlukan oleh organisasi.

Sedangkan menurut Muljani A. Nurhadi (1983:91) ketatalaksanaan pendidikan atau

tata usaha merupakan salah satu kegiatan administrasi pendidikan di sekolah yang

meliputi pembuatan surat, pengelolaan surat dan penataan arsip. Sedangkan

menurut William leffingwe dan Edwin Robinson yangt telah diterjemahkan

oleh The Liang Gie (2006:10) sebagai pekerjaan kantor atau ketatalaksanaan ini

pekerjaannya menyangkut segala usaha perbuatan menyangkut pembuatan warkat,

pemakaian warkat-warkat dan pemeliharaannya guna dipakai untuk mencari

keterangan di kemudian hari. Warkat adalah suatu surat atau dokumen tentang

keuangan. Jadi ketatalaksanaan pendidikan adalah kegiatan melakukan pencatatan

tentang segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi untuk digunakan sebagai bahan

keterangan bagi pimpinan.

6) Manajemen lembaga-lembaga pendidikan dan organisasi pendidikan

Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan kompleks

karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara

pendidikan. Tujuannya antara lain adalah mengorganisasikan segenap kegiatan

lembaga pendidikan yang termasuk diantaranya adalah pengolahan fungsi

kepemimpinan. Serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang


memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan,

mengembangkan, memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta

mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan

memperkaya kebudayaan nasional.

7) Manajemen hubungan masyarakat atau komunikasi pendidikan

Merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi baik itu

organisasi yang bersifat komersial (perusahaan) maupun organisasi yang non

komersial. Mulai dari yayasan perguruan tinggi, dinas militer, sampai dengan

lembaga-lembaga pemerintahan bahkan pesantren dan usaha bersama seperti gerakan

nasional orang tua asuh (GN-OTA) memerlukan humas.

Menurut definisi kamus terbitan Institut Of Public Relations (IPR) yakni sebuah

lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa terbitan bulan November 1987.

Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan

berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling

pengertian antara suatu organisasi dengan khalayaknya. Jadi, humas adalah suatu

rangkaian kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sebagai suatu rangkaian

kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara keseimbangan

dan teratur. Tujuan humas itu sendiri adalah untuk memastikan bahwa niat baik dan

kiprah organisasi yang bersangkutan senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang

berkepentingan. Frasa-frasa mengalisis kecenderungan mengisyaratkan bahwa dalam

humas kita juga perlu menerapkan teknik penelitian ilmu sosial dalam merencanakan

suatu program atau kampanye kehumasan. Definisi tersebut juga mengajarkan aspek

kehumasan dengan aspek ilmu sosial dari suatu organisasi yakni menonjolkan

tanggung jawab organisasi pada kepentingan publik atau kepentingan masyarakat


luas. Setiap organisasi dinilai berdasarkan sepak terjangnya. Humas itu jelas berkaitan

dengan niat baik dan reputasi. Apabila kita kembali memahami arti manajemen

pendidikan yakni adanya usaha bersama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,

maka usaha tersebut terjadi pada satu organisasi. Betapapun kecilnya suatu organisasi

pendidikan, tentu memiliki unsur-unsur dari A sampai B seperti telah disebutkan di

atas hanya proporsi dari masing-masing unsur saja yang tidak sama.

 Sedangkan untuk obyek formalnya adalah seluruh bentuk perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasann yang dilakukan (planning, organizing,

actuating, controlling).

D. Wilayah Studi Administrasi Pendidikan

Wilayah studi dalam sebuah bidang ilmu merupakan hal yang penting untuk diperhatikan

karena menjadi metode untuk memberikan pembatasan terhadap bidang ilmu tersebut.

Administrasi pendidikan memiliki tiga bidang utama wilayah studi, yaitu:

1. Sumber daya manusia, melalui siswa, tenaga kependidikan, dan pemangku

kepentingan dan masyarakat sebagai pengguna layanan pendidikan.

2. Sumber belajar, seperti alat melalui perencanaan yang akan digunakan sebagai media

atau kurikulum.

3. Fasilitas dan sumber daya keuangan, sebagai faktor pendukung yang membuat

pendidikan berlangsung dengan baik.

E. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan


Ruang lingkup manajemen pendidikan terkait dengan bagian-bagian penting yang

menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari konsep manajemen pendidikan itu

sendiri. Ruang lingkup yang dimaksud terdiri dari:


1. Tujuan pengembangan terkait

2. Merencanakan dan mengimplementasikan program

3. Administrasi

4. Mengatasi masalah

5. Pengembangan profesional

6. Evaluasi dan konsekuensinya.

F. Fungsi Administrasi Pendidikan

Dalam memahami konsep administrasi pendidikan, maka kita juga perlu memahami

fungsinya agar dapat memahami bagaimana bidang ilmu ini dapat bekerja. Proses

administrasi pendidikan terdiri dari empat fungsi dasar; seorang manajer menggunakan

fungsi-fungsi ini untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi pendidikan. Sebagian

besar penulis menyetujui empat fungsi administrasi pendidikan berikut:

1. Perencanaan

2. Organisasi

3. Mengarahkan

4. Mengendalikan

1) Planning (Perencanaan) adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya

untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang

ditetapkan.

 Tujuan perencanaan adalah (1) standar pengawasan, (2) Mengetahui kapan

pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan, (3) mengetahui siapa saja yang

terlibat, (4) mendapatkan kegiatan yang sitematis, (5) meminimalkan kegiatan

yang tidak produktif, (6) mendeteksi hambatan dan kesulitan yang ditemui, dan

(7) mengarahkan pada pencapaian tujuan.


 Manfaat dari perencanaan adalah :

a) sebagai standar pengaasan dan pengawasan

b) pemuilihan sebagai alterbatif terbaik

c) penyusunan skala proritas, baik sasaran maupun kegiatan

d) menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi.

e) membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.

f) alat yang memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait.

g) alat yang meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

2) Pengorganisasian adalah :

1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

organisasi,

2) proses perencanaan dan pengembangan suatu organisasi,

3) penguasaan tanggung jawab tertentu,

4) pendelegasian wewenangyang diperlukan untuk individu-individu dalam

melaksanakan tugas-tugasnya.

 Tiga komponen pengorganisasian:

1. ada kerja sama,

2. ada orang (pelaksana), dan

3. adanya tujuan bersama

 Manfaat Pengorganisasian adaah :

1. Mengatasi terbatasnya kemampuan, kemauan, dan sumber daya yang dimiliki.

2. untuk mencapai tujuan yang lebih efektif dan efesien,

3. wadah memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara bersama-sama.

4. wadah mengembangkan potensi dan spesialisasi yang dimiliki sesorang.


5. wadah mendapatkan jabatan dan pembagian kerja.

6. dawah mencari keuntungan bersama.

7. wadah mengelola lingkungan bersama-sama.

8. wadah menggunakan kekuasaan dan pengawasan

9. wadah mendapatkan penghargaan.

10.wadah memenuhi kebutuhan manusia.

11.wadah menambah pergaulan

3) Salah satu fungsi manejeman adalah pengerahan atau pelaksanaan. Setelah

melaksanakan perencaan dan pengorganisian yang terpenting adalah implementasi

dari perencaaan yaitu pelaksaan. Pelasanaan dalam program organisasi sangat

terggantung dari dua aspek, yaitu: Kepemimpinan, dan motivasi kerja anggota

organisasi. Antar pemimpin dan pelaksana mempunyai tugas dan bertanggung jawab

masing masing atas tugasnya. Program tidak akan berjalan sesuai dengan yang

diinginkan apabila tidak didukung oleh kepemimpinan yang kuat dan motivasi kerja

para anggota organisasi.

4) Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan perencanaan atas

pencapaian tujuan yang dicapai yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna

penyempurnaan lebih lanjut.

 Pengendalian sering disebut dengan pengawasan atau controlling. Tujuannnya

adalah:

1) menghentikan atau meniadakan masalah, penyimpangan, penyelewengan,

pemborosan, banbatan dan ketidak adilan.


2) Mencegah terulangnya kembali kesalahan penyimpangan, penyelewengan,

pemborosan, banbatan dan ketidak adilan.

3) menciptakan cara yang lebih baik untuk membina yang telah baik.

4) menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi dan akuntabilitas

organisasi.

5) meningkatkan kelancaran operasi organisasi.

6) memberikan opini atas kerja organisasi.

7) menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih.

 Manfaat pengawasan adalah menigkatnya akuntabilitas dan keterbukaan dalam

organisasi.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa :

1. Ontologi merupakan apa yang akan dikaji dalam ilmu pengetahuan atau hakikat apa

yang dikaji.

2. Hubungan ontologi dengan ilmu administrasi pendidikan yaitu membahasa tentang

obyek apa saja yang dikaji oleh administrasi pendidikan, mulai dari obyek ilmu,

wilayah studi, ruang lingkup dan fungsi administrasi pendidikan.

3. Obyek ilmu meliputi obyek material (obyek benda yang dipelajari) dan obyek formal

(dimensi yang mana dari benda tersebut yang dipelajari / dimensi ilmu).

4. Wilayah studi administrasi pendidikan memiliki tiga bidang utama wilayah studi,

yaitu: sumber daya manusia, sumber belajar dan fasilitas dan sumber daya keuangan.

5. Ruang lingkup administrasi terdiri dari: (1) tujuan pengembangan terkait, (2)

merencanakan dan mengimplementasikan program, (3) administrasi, (4) mengatasi

masalah, (5) pengembangan profesional, dan (6) evaluasi dan konsekuensinya.

6. Fungsi administrasi pendidikan, sebagian besar penulis menyetujui enam fungsi

administrasi pendidikan yaitu : (1) perencanaan, (2) organisasi, (3) mengarahkan, (4)

koordinasi, (5) mengendalikan dan (6) evaluasi.

B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, kami selaku penyusun tentunya memiliki banyak

kekurangan, untuk itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Oleh karena itu kami
selaku penyusun mengharapkan sumbang saran yang membangun sehingga makalah ini

dapat disempurnakan dan dijadikan referensi pembelajaran kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Kristiawan. 2016. Filsafat pendidikan; The choice is yours. Yogyakarta: Valia

Pustaka. hal. 141.

Nunu Burhanuddin. 2018. Filsafat Ilmu. Jakarta: Prenadamedia. hal. 49.

Saihu, S. (2019). Rintisan Peradaban Profetik Umat Manusia Melalui Peristiwa Turunnya

Adam As Ke-Dunia. Mumtaz: Jurnal Studi Al-Quran dan Keislaman, 3(2), 268-

279.

Saihu, S. (2019). Konsep Manusia Dan Implementasinya Dalam Perumusan Tujuan

Pendidikan Islam Menurut Murtadha Muthahhari. Andragogi: Jurnal Pendidikan

Islam dan Manajemen Pendidikan Islam. 1(2), 197-217.

Yunus Abu Bakar,. 2014. Filsafat Pendidikan. Surabaya: digilib uinsby. hal. 19.

Widya sari. 2013. Dimensi ontology, epistemology dan aksiologi dari manajemen

kependidikan. Vol.15(2),183-189.

Anda mungkin juga menyukai