Anda di halaman 1dari 4

Aliran fenomenologi Dalam Epistemologi

a. Pengertian fenomenalogi
Secara harfiah fenomenalogi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang
mengangap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah suber pengetahuan dan kebenaran.
Fenomenalisme bergerak dibidang yang pasti.hal yang menempakan dirinya dirinya tanpa
meninggalkan bidang evidesi yang langsung.1 Fenomenalisme adalah metode pemikiran,” a
way of looking at things”. gejala adalah aktivitas contohnya seperti gejala gedung putuh
adalah gejala akomodasi, konvergensi, dan fiksasi dari mata yang melihat gedung itu ,
ditambah aktivitas lain yang perlu supaya gejala itu muncul. Fenomenalisme adalah
tambahan pada pendapatan brentanto bahwa subjek dan objek menjadi satu secara
dialeksi.fenomenalogi bersumber dari pembedaan yang dilakukan oleh immanuel kant antara
noumental (alam yang sesunguhnya ) dan phenomenal (yang tampak/ terlihat) dan juga
merupakan pengembangan dari phenomenology of spiritnya hegel. Hussert adalah juga
seorang ahli matematika yang mengembangkan filsafatnya dengan bertolak dari filsafat
ilmu2. Ia merasa betapa pentingnya memeberi landasan pemikiran filsafat kepada persoalan-
persoalan teoritis yang diajukan demi mencapai kebenaran. Dalam pengembangan metode
fenomenalogisnya itu, husserld menyadari betapa sulitnya membiarkan benda-benda itu
sendiri mengungkapkan hakikatnya dirinya yang murni, sesuai dengan realitas yang
sesunguhnya.menurut husserel, karena fenomena atau objek dalam hubungn dengan
kesadaran tidak secara langsung menampakan hakikatnya. Hakikat fenomena yang
sesunguhnya berada di balik yang menampakan diri itu. Pendekatan fenomenologis mula-
mula merupakan upaya membangun suatu metodologi yang berhubungan bagi studi agama.
Leih lanjutErricker menyatakan bahwa filsafat Hegel dapat menjadi dasar dibangunnya
pendekatan ini. Dalam karyanya yang berpengaruh sebagaimana oleh Erricker – The
Phenomenology of Spirit (1806).3 Hegel mengembangkan tesis bahwa esensi (wesen)
dipahami melalui penyelidikan atas penampakan dan manifestasi (erschinungen). Tujuan
Hegel adalah menunjukkan bagaimana karya ini membawa pada pemahaman bahwa seluruh
fenomena dalam berbagai keragamannya, bagaimanapun juga didasarkan pada satu esensi

1
Ali maksum, Pengantar filsafat dari masa klasik hingga postmodernisme, AR-RUZZ MEDIA, jojakarta,
2008,hlm.368
2
Jan Hendrik Rapar, pengantar Filsafat, kanisius, yogyakarta, 1996, hlm.119
3
Ibid, hlm 34
(hakikat) atau kesatuan dasar (geist atau spirit). Penekanan terhadap hubungan antara esensi
dan manifestasi ini menjadi suatu dasar untuk memahami bagaimana agama dalam
keragamannya pada dasarnya mesti dipahami sebagai suatu wujud yang berbeda.

b. problematika pendekatan fenomenalogi dalam agama islam

Kesulitan pertama yang dihadapi dalam upaya membangun suatu pendekatan


metodologis alternatif yang berakar pada ontologi Islami terletak pada penyingkiran wahyu
Tuhan dari wilayah ilmu. Benar bahwa penyingkiran ini memiliki asal-usul dalam batasan
tradisi ilmiah Barat sebagai akibat dari konflik internal antara keagamaan Barat dengan
komunitas ilmiah. Juga benar bahwa dalam tradisi Islam, wahyu dan ilmu tidak pernah
dipahami sebagai dua hal eksklusif. Namun seorang sarjana muslim hampir tidak pernah
dapat mengabaikan fakta bahwa wahyu ketuhanan berada di luar aktivitas ilmiah modern.

Serangan gencar terhadap wahyu, yang membawa penyingkirannya dari upaya ilmiah
Barat, terjadi melalui dua fase. Wahyu disamakan dengan metafisika yang tidak memiliki
landasan dan menetapkannya sebagai suatu rival pengetahuan, dipertentangkan dengan
pengetahuan yang dianggap benar oleh akal.4 Penyingkiran Barat modern terhadap wahyu
dari wilayah ilmu tidak didasarkan pada penolakan atas kenyataan bahwa wahyu Tuhan
membuat pernyataan yang tidak jelas tentang watak realitas. Penyingkiran itu lebih
didasarkan pada pernyataan bahwa hanya realitas empiris yang dapat dipahami. Karena
realitas non-empiris (metafisis) tidak dapat diverifikasi melalui pengalaman, maka ia tidak
dapat dimasukkan kedalam wilayah ilmu. Maka ditegaskan menurut Kant bahwa aktivitas
ilmiah mesti dibatasi pada realitas empiris, karena akal manusia tidak dapat menentukan
realitas absolut.
Argumen diatas adalah argumen yang sederhana dan keliru, karena ia mengabaikan
dan mengaburkan sifat dari bukti wahyu dan bukti empiris. Pertama, pengetahuan tentang
realitas empiris tidak didasarkan pada pengetahuan yang dipahami secara langsung dan
empiris dari lingkungan, tetapi pada teori-teori yang mendeskripsikan struktur dasar realita.
Struktur itu tidak segera dapat dipahama oleh indera. Kedua, argumen diatas gagal melihat
bahwa wahyu (paling tidak dalam bentuk final dan islami) mencari justifikasinya didalam
realitas empiris. Dari sudut pandang wahyu Tuhan, realitas empiris adalah manifestasi
realitas transendetal, oleh karenanya memiliki suatu makna hanya dalam kaitannya dengan
4
Lousy Safi, Sebuah Refleksi Perbandingan Metode Penelitian Islam dan Barat Ancangan Metodologi
Alternatif, Terj. Imam Khoiri, hlm 204.
yang transendental. Bahkan Al-Qur’an penuh dengan ayat-ayat (atau tanda) yang menyatakan
kesaling hubungan antara5 yang empiris dengan transendental. Yang paling penting, wahyu
menggaris bawahi pentingnya fakta bahwa yang empiris tidak memiliki makna ketika ia
dipisahkan dari totalitasnya, seperti yang ingin diakui oleh ilmu barat, melampaui batas-batas
realitas empiris.
Dengan demikian, wahyu harus didekati bukan sebagai sejumlah pernyataan yang
dapat diakses secara langsung, tetapi sebagai fenomena terberi yang terdiri dari tanda-tanda,
dimana untuk memahaminya dibutuhkan interpretasi dan sistematisasi yang konstan dan terus
menerus. Bahkan Al-Qur’an menjelaskan dengan gamblang bahwa ia terdiri dari tanda (ayat)
dimana pemahaman terhadapnya bergantung kepada proses pemikiran, kontemplasi dan
penalaran.

5
Ibid, hlm 211
Daftar Pustaka

 Ali maksum. 2008 . Pengantar filsafat dari masa klasik hingga postmodernisme.
Jojakarta : AR-RUZZ MEDIA

 Jan Hendrik Rapar. 1996. pengantar Filsafat. Yogyakarta : kanisius

 Lousy Safi. Sebuah Refleksi Perbandingan Metode Penelitian Islam dan Barat
Ancangan Metodologi Alternatif. Terj. Imam Khoiri.

Anda mungkin juga menyukai