Anda di halaman 1dari 20

REVIEW

TUGAS INDIVIDU

TEORI-TEORI ADMINISTRASI / MANAJEMEN PENDIDIKAN


“ Teori Klasik, Neo Klasik, Humanistik, Behavioristik,
Kontingensi, Teori Pendekatan Sistem”

(Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah Filsafat Dan Teori Administrasi Pendidikan
Yang Dibimbing oleh Ibu Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed, Ed.D
Dan Ibu Dr. Rifma, M.Pd)

OLEH:
H. HENDRI YAZID, S.Pd.I, MM
NIM. 20324014

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S3)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 2020
REVIEW
TEORI-TEORI ADMINISTRASI / MANAJEMEN PENDIDIKAN
“ Teori Klasik, Neo Klasik, Humanistik, Behavioristik,
Kontingensi, Teori Pendekatan Sistem”

Teori adalah suatu representasi yang disederhanakan mengenai suatu bagian terbatas dari
realitas (Pawar, 2009:1). Teori adalah usaha untuk menyediakan suatu representasi yang
digunakan untuk memberikan suatu gambaran yang tertata tentang beberapa fenomena di dunia
nyata.  Teori hanya merepresentasikan suatu bagian dari fenomena dunia riil sehingga teori
mempunyai ruang lingkup dan kondisi-kondisi yang membatasi.
Teori adalah seperangkat konvensi yang diciptakan oleh ahli teori, terdiri dari suatu
gugus asumsi yang relevan dan secara sistematis berhubungan satu sama lain. Suatu teori tidak
dilihat dari benar salahnya, melainkan dilihat apakah teori itu mempunyai kegunaan dalam
meramalkan suatu kejadian atau dapat menghasilkan konsep yang relefan yang dapat di
verifikasikan. (Calvin S. Hall dan Gardner Lindsey (1970).
Sedangkan menurut Donald J. Willower (1975) dalam Hoy and Miskel dalam bukunya
Educational Administration mengemukakan bahwa teori adalah suatu set konsep yang saling
berhubungan, asumsi, dan generalisasi yang secara sistematis menguraikan dan menjelaskan
keteraturan perilaku pada organisasi bidang pendidikan.

A. TEORI MANAJEMEN ALIRAN KLASIK


Awal sekali ilmu manajemen timbul akibat terjadinya revolusi industri di Inggris
pada abad 19, yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan suatu pendekatan
manajemen yang sistematik. Usaha-usaha pengembangan manajemen kemudian dilakukan
oleh para teoritis.
Aliran klasik ini berasumsi bahwa para pekerja atau manusia itu sifatnya rasional,
berfikir logik dan kerja merupakan suatu yang diharapkan. Oleh karena itu teori klasik
berangkat dari premis bahwa organisasi bekerja dalam proses yang logis dan rasional dengan
pendekatan ilmiah dan berlangsung menurut struktur / anatomi organisasi.
Para pemikir manajemen klasik rnemberikan perhatian terhadap masalah-masalah
manajemen yang timbul baik itu di kalangan usahawan, industri maupun masyarakat. Ada
dua tokoh manajemen yang mengawali munculnya sejarah teori dan aplikatif manajemen,
yaitu :
1. Robert Owen (1771 -1858)
Dimulai pada awal tahun 1800-an sebagai Manajer Pabrik Pemintalan Kapas di
New Lanark, Skotlandia. Robert Owen mencurahkan perhatiannya pada penggunaan
faktor produksi mesin dan faktor produksi tenaga kerja. Dari hasil pengamatannya
disimpulkan bahwa, bilamana terhadap mesin diadakan suatu perawatan yang baik akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan, demikian pula halnya pada tenaga kerja,
apabila tenaga kerja dipelihara dan dirawat (dalam arti adanya perhatian baik
kompensasi, kesehatan, tunjangan dan lain sebagainya) oleh pimpinan perusahaan akan
memberikan keuntungan kepada perusahaan. Selanjutnya dikatakan bahwa kuantitas dan
kualitas hasil pekerjaan dipengaruhi oleh situasi ekstern dan intern dari pekerjaan.
Robert Owen merupakan orang yang menentang praktek-praktek memperkerjakan
anak-anak usia 5 atau 6 tahun dan standar kerja 13 jam per hari. Tersentuh dengan
kondisi kerja yang amat menyedihkan itu, beliau mengajukan adanya perbaikan temadap
kondisi kerja ini. Pada tahun-tahun awal revolusi industri, ketika para pekerja dianggap
instrumen yang tidak berdaya, Owen melihat meningkatkan kondisi kerja di pabrik,
menaikkan usia minimum kerja bagi anak-anak, mengurangi jam kerja karyawan,
menyediakan makanan bagi karyawan pabrik, mendirikan toko-toko untuk menjual
keperluan hidup karyawan dengan harga yang layak, dan berusaha memperbaiki
lingkungan hidup tempat karyawan tinggal, dengan membangun rumah-rumah dan
membuat jalan, sehingga lingkungan hidup dan pabrik menjadi menarik. Sebab itu, beliau
disebut “Bapak Personal Manajemen Modem”. Selain itu, Owen lebih banyak
memperhatikan pekerja, karena  menurutnya, investasi yang penting bagi manajer adalah
sumber daya manusia. Selain mengenai perbaikan kondisi kerja, beliau juga membuat
prosedur untuk meningkatkan produktivitas, seperti prosedur penilaian kerja dan bersaing
juga secara terbuka.

2. Charles Babbage (1792 -1871)


Charles Babbage adalah seorang guru besar matematika yang tertarik pada usaha
penilaian efisiensi pada operasional suatu pabrik, dengan menerapkan prinsip-prinsip
ilmiah agar terwujud peningkatan produktivitas dan penurunan biaya. Beliau pertarna kali
mengusulkan adanya pembagian kerja berdasarkan spesialisasi pekerjaan yang sesuai
dengan keterampilan tertentu, sehingga pekerjaan dibuat rutin dan lebih mudah dapat
dikendalikan dengan alat kalkulator. Babbage  merupakan penemu kalkulator mekanis
pada tahun 1822, yang disebut “rnesin penambah dan pengurang (Difference Machine)”,
Prinsip-prinsip dasarnya digunakan pada mesin-mesin hitung hampir seabad kemudian.
Pada tahun 1833 beliau menyusun sebuah Mesin analitis (Analysical Machine), yaitu
sebuah komputer otomatis dan merupakan dasar komputer modern, sehingga beliau
sering dinamakan Bapak Komputer”.
Tulisannya dituangkan dalam buku yang berjudul “On the Economy Of Machinery
and Manufactures” (1832). Beliau juga tertarik pada prinsip efisiensi dalam pembagian
tugas dan perkembangan prinsip-prinsip ilmiah, untuk menentukan seorang manajer harus
memakai fasilitas, bahan, dan tenaga kerja supaya rnendapatkan hasil yang sebaik-
baiknya. Disamping itu Babbage sangat memperhatikan faktor manusia, dia menyarankan
sebaiknya ada semacam sistem pembagian keuntungan antara pekerja dan pemilik pabrik,
sehingga para pekerja memperoleh bagian keuntungan pabrik, apabila mereka ikut
menyumbang dalam peningkatan produktivitas. Beliau menyarankan para pekerja
selayaknya menerirna pembayaran tetap atas dasar sifat pekerjaan mereka, ditambahkan
dengan pembagian keuntungan, dan bonus untuk setiap saran yang mereka berikan dalam
peningkatkan produktivitas.
Menurut Babage, Pembagian kerja (devision of labour) mempunyai beberapa
keunggulan, yaitu :
1) Waktu yang diperlukan untuk belajar dari pengalaman-pengalaman yang baru.
2) Banyaknya waktu yang terbuang bila seseorang berpindah dari satu pekerjaan ke
pekerjaan lain akan menghambat kemajuan dan keterampilan pekerja, untuk itu
diperlukan spesialisasi dalam pekerjaannya.
3) Kecakapan dan keahlian seseorang bertambah karena seorang pekerja bekerja terus
menerus dalam tugasnya.
4) Adanya perhatian pada pekerjaannya sehingga dapat meresapi alat-alatnya karena
perhatiannya pada itu-itu saja.
Kontribusi lain dari Charles Babbage yaitu mengembangkan kerja sama yang saling
menguntungkan antara para pekerja dengan pemilik perusahaan, juga membuat skema
perencanaan pembagian keuntungan. Sebagai kontribusi lain, dia menemukan calkulator
mekanis pertama, mengembangkan program-program permainan bagi komputer.

Teori manajemen klasik ini dibagi menjadi dua aliran yaitu manajemen ilmiah dan teori
organisasi klasik.
a. Manajemen Ilmiah
Aliran manajemen ilmiah ditandai kontribusi-kontribusi dari Frederick W. Taylor, Frank dan
Lillian Gilbert, Henry L Gantt, dan Harrington Emerson, yang akan diuraikan satu persatu.
1) Frederick W. Taylor (1856 -1915)
Konsep manajemen ilmiah Taylor menekankan pentingnya struktur dan desain
dalam penyelesaian tugas organisasi.Tylor disebut juga sebagi “bapak manajemen
ilmiah”.Dalam buku-buku literature,manjemn ilmiah sering di artikan berbeda.Arti
pertama,manajemen ilmiah merupakan metode ilmiah pada studi,analisa dan pemecahan
masalah-masalahorganisasi.Sedang kan arti kedua,manajemen ilmiah adalah seperangkat
mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik – “a bag of tricks”- untuk meningkatkan kerja
efisiensi organisasi.
Taylor menuangkan gagasan-gagasannya dalam tiga judul makalah, yaitu Shop
Management, The Principle of Scientific Management dan Testimony Before the Spesial
House Comitte yang dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Scientific
Management.
Taylor telah memberikan prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan
ilmiah pada manajemen, dan mengembang kan sejumlah teknik-tekniknya dalam
mencapai efisiensi. Empat prinsip dasar filsafat Taylor yang dimilikinya yaitu :
1. Pengembangan metode-metode ilmiah dalam managemen, sebagai contoh metoda
yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
2. Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab
atas suatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
3. Pendidikan dan pengembangan ilmiah dan pengembangan ilmiah para karyawan
4. Kerja yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.
Penelitiannya memberi andil bagi pengembangan teknik manajemen dalam
standarisasi kerja, perencanaan tugas, studi waktu dan gerak, piece rate, dan penghematan
biaya dan terbentuknya bidang studi seperti pengawasan, teknik industri, manajemen
industri, dan manajemen personal.

2) Henry L Gant (1861 -1919)


Seperti Taylor, Henry L.Gantt mengemukakan gagasan-gagasan kerjasama yang
saling menguntungkan antara tenaga kerja dan manajemen, seleksi ilmiah tenaga kerja,
sistem insentif (bonus) untuk merangsang produktivitas, dan penggunaan instruksi-
instruksi kerja yang terperinci.
Kontribusi nya yang terbesar adalah penggunaan metoda grafik, yang dikenal
sebagai “bagan gantt” ( Gantt Chart ),untuk perencanaan,koordinasi dan pengawasan
produksi. Teknik-teknik scheduling modern dikembangkan atas metoda scheduling
produksi dari Gantt.

3) Harrington Emerson (1853 – 1931)


Pemborosan dan ketidak-efisienan adalah masalah-masalah yang dilihat Emerson
sebagai masalah sistem industri. Oleh karena itu Emerson mengemukakan 12 prinsip-
prinsip efisiensi sebagai berikut:
1. Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas
2. Kegiatan yang dilakukan masuk akal
3. Adanya staf yang cakap
4. Disiplin
5. Balas jasa yang adil
6. Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat dan dengan sistem informasi dan
akuntansi
7. Pemberian perintah-perencanaan dan pengurutan kerja
8. Adanya standar-standar dan skedul-skedul metoda dan waktu setiap kegiatan
9. Kondisi yang standardisasi
10. Opearasi yang standardisasi
11. Intruksi-intruksi praktis tertulis standar
12. Balas jasa efisiensi-rencana insentif

Metoda-metoda manajemen ilmiah telah banyak diterapkan pada macam-macam


organisasi, terutama dalam usaha peningkatan produktifitas. Teknik-teknik efisiensi
manajemen ilmiah, seperti studi gerak dan waktu, telah menyebabkan kegiatan dapat
dilaksanakan lebih efisian. Gagasan seleksi dan pengembangan ilmiah para karyawan
menimbulkan kesadaran akan pentingnya kemampuan dan latihan untuk meningkatkan
efektivitas karyawan.
Setelah “revolusi mental” yang dicanangkan Taylor terjadi dalam praktek, timbul
masalah-masalah sebagai keterbatasan penerapan manajemen ilmiah. Kenaikan
produktivitas sering tidak diikuti kenaikan pendapatan. Perilaku manusia yang
bermacam-macam menjadi hambatan. Pendekatan “rasional” hanya memuaskan
kebutuhan-kebutuhan ekonomis dan phisik, tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan
social karyawan.

b. Teori Organisasi Klasik


1) Henri Fayol (1841 – 1925)
Henry Fayol mengarang buku “General and Industrial management”. Pada tahun
1916, dengan sebutan teori manajemen klasik yang sangat memperhatikan produktivitas
pabrik dan pekerja, disamping memperhatikan manajemen bagi satu organisasi yang
kompleks, sehingga beliau menampilkan satu metode ajaran manajemen yang lebih utuh
dalam bentuk cetak biru. Fayol berkeyakinan keberhasilan para manajer tidak hanya
ditentukan oleh mutu pribadinya, tetapi karena adanya penggunaan metode manajemen
yang tepat.
Sumbangan terbesar dari Fayol berupa pandangannya tentang manajemen yang
bukanlah semata kecerdasan pribadi, tetapi lebih merupakan satu keterampilan yang
dapat diajarkan dari dipahami prinsip-prinsip pokok dan teori umumnya yang telah
dirumuskan. Fayol membagi kegiatan dan operasi perusahaan ke dalam 6 macam
kegiatan :
1. Teknis (produksi) yaitu berusaha menghasilkan dan membuat barang-barang
produksi.
2. Dagang (Beli, Jual, Pertukaran) dengan tara mengadakan pembelian bahan mentah
dan menjual hasil produksi.
3. Keuangan (pencarian dan penggunaan optimum atas modal) berusaha mendapatkan
dan menggunakan modal.
4. Keamanan (perlindungan harga milik dan manusia) berupa melindungi pekerja dan
barang-barang kekayaan perusahaan.
5. Akuntansi dengan adanya pencatatan dan pembukuan biaya, utang, keuntungan dan
neraca, serta berbagai data statistik.
6. Manajerial yang terdiri dari 5 fungsi: 
a. Perencanaan (planning) berupa penentuan langkah-langkah yang memungkinkan
organisasi mencapai  tujuan-tujuannya. 
b. Pengorganisasian dan (organizing), dalam arti mobilisasi bahan materiil dan
sumber daya manusia guna melaksanakan rencana. 
c. Memerintah (Commanding) dengan memberi arahan kepada karyawan agar dapat
menunaikan tugas pekerjaan mereka. 
d. Pengkoordinasian (Coordinating) dengan memastikan sumber-sumber daya dan
kegiatan organisasi berlangsung secara harmonis dalam mencapai tujuannya. 
e. Pengendalian (Controlling) dengan memantau rencana untuk membuktikan
apakah rencana itu sudah dilaskanakan sebagaimana mestinya.

Disamping itu Fayol juga mengemukakan empat belas prinsip manajemen yang secara
ringkas, sebagai berikut :
1. Pembagian kerja – adanya spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja
2. Wewenang – hak untuk memberi perintah dan dipatuhi
3. Disiplin – harus ada respek dan ketaatan pada peranan-peranan dan tujuan-tujuan
organisasi
4. Kesatuan perintah – setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang kegiatan
tertentu dari hanya seorang atasan
5. Kesatuan pengarahan – operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan
yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana
6. Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum – kepentinga
perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi
7. Balas jasa – kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil baik bagi
karyawan maupun pemilik
8. Sentralisasi – adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi
9. Rantai saklar (garis wewenang) – garis wewenang dan perintah yang jelas
10. Order – bahan-bahan (material) dan orang-orang harus ada pada tempat dan waktu
yang tepat
11. Keadilan – harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi
12. Stabilitas staf organisasi – tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi
pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi
13. Inisiatif – bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan
rencananya, walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi
14. Semangat korps – pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggaan,
kesetiaan, dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps
Fayol percaya bahwa melalui penguasaan keterampilan dan prinsip dasar manajemen
orang yang mendalaminya dapat menjadi manajer yang baik.

2) James D. Mooney
Menurut Mooney untuk merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah
dasar, yaitu (1) koordinasi – syarat-syarat adanya koordinasi meliputi wewenang, saling
melayani, perumusan tujuan dan disiplin, (2) prinsip scalar – proses scalar mempunyai
prinsip , prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan
definisi fungsional, (3) prinsip fungsional – adanya fungsionalisme bermacam-macam
tugas, dan (4) prinsip staf – kejelasan perbedaan antara staf dan lini.

3) Mary Pokker Follet (1868 – 1933)


Follet adalah ahli ilmu pengetahuan social pertama yang menerapkan psikologi
pada perusahaan, industri, dan pemerintah. Dia memberikan sumbangan besar dalam
bidang manajemen melalui aplikasi ilmu-ilmu social dalam administrasi perusahaan.Dia
brtindak sebagai “jembatan”antara teori klasik dan hubungan manusiawi,karena
pemikiran mereka berdasrkan kerangka klasik,tetapi memperkenalkan beberapa unsure-
unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi.

4) Chaster I. Barnard (1886 – 1961)


Chaster Barnard, presider perusahaan Bell Telephone di New Jersy, memandang
organisasi sebagai sistem kegiatan yang diarahkan pada tujuan. Fungsi-fungsi utama
manajemen menurut pandangan Barnard adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber
daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Barnad menekankan
pentingnya peralatan komunikasi untuk pencapai tujuan kelompok.Dia juga
mengemukakan teori penerimaan wewenang.Menurut teori nya, bawahan akan menerima
perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk menuruti
atasan.Barnard adalah pelopor dalam penggunaan”pendekatan system”untuk pengelolaan
organisasi.

B. Aliran Hubungan Manusiawi (NeoKlasik)


Pada tahap aliran perilaku atau hubungan manusiawi organisasi melihat pada
hakikatnya adalah sumber daya manusia. Aliran ini mernandang aliran klasik kurang lengkap
karena terlihat kurang mampu rnewujudkan efisiensi produksi yang sempurna dengan
keharmonisan di tempat kerja. Manusia dalam sebuah organisasi tidak selalu dapat dengan
mudah diramalkan prilakunya karena sering juga tidak rasional. Oleh sebab itu para manajer
perlu dibantu dalam menghadapi rnanusia, melalui antar lain ilmu sosiologi dan psikologi.
Ada tiga orang pelopor aliran perilaku yaitu:
1. Hugo Munsterberg (1863 -1916)
Sumbangannya yang terpenting adalah berupa pernanfaatan psikologi dalam
mewujudkan tujuan-tujuan produktivitas sarna seperti dengan teori-teori manajemen
lainnya. Bukunya “Psychology and Indutrial Efficiency”, ia memberikan 3 cara untuk
meningkatkan produktivitas:
a. Menempatkan seorang pekerja terbaik yang paling sesuai dengan bidang pekerjaan
yang akan dikerjakannya.
b. Menciptakan tata kerja yang terbaik yang memenuhi syarat-syarat psikologis untuk
memaksimalkan produktivitas.
c. Menggunakan pengaruh psikologis agar memperoleh dampak yang paling tepat
dalam mendorong karyawan.

2. Elton Mayo (1880-1949)


Manajemen personalia mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam bekerja,
hubungan manusiawi dalam organisasi adalah “baik”. Bila moral dan efisiensi memburuk
hubungan manusia dalam organisasi adalah “buruk”. Untuk menciptakan hubungan
manusiawi yang baik, manajer harus mengerti mengapa karyawan bertindak seperti yang
mereka lakukan dan faktor-faktor sosial dan psikologi apa yang memotivasi mereka.
Penemuan lainnya adalah bahwa kelompok kerja informal, lingkungan sosial
karyawan, juga mempunyai pengaruh besar pada produktifitas. Konsep “mahluk sosial”
dimotivasi oleh kebutuhan sosial, keinginan akan hubungan timbal balik dalam
pekerjaan, dan lebih responsif terhadap dorongan kelompok kerja pengawasan
manajemen, dan yang dimmotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan phisik manusia.

3. William Ouchi (1981)


William Ouchi, dalam bukunya “Theory Z -How America Business Can Meet The
Japanese Challen ge (1981)”, memperkenalkan teori Z pada tahun 1981 untuk
menggambarkan adaptasi Amerika atas perilaku Organisasi Jepang. Teori beliau
didasarkan pada perbandingan manajemen dalam organisasi. Jepang disebut tipe
perusahaan Jepang dengan manajemen dalam perusahaan Amerika disebut perusahaan
tipe Amerika.
Perbedaan organisasi tipe Amerika dan tipe Jepang dapat dilihat dari sumbangan
para ilmuan yang beraliran hubungan manusiawi ini terlihat dalam peningkatan
pemahaman terhadap motivasi perseorangan, perilaku kelompok, ataupun hubungan
antara pribadi dalam kerja dan pentingnya kerja bagi manusia. Para manajer diharapkan
semakin peka dan terampil dalam menangani dan berhubungan dengan bawahannya.
Bahkan muncul berbagai jenis konsep yang lebih mengaji pada masalah-masalah
kepemimpinan, penyelesaian perselisihan, memperoleh dan memanfaatkan kekuasaan,
perubahan organisasi dan konsep komunikasi. Walaupun demikian aliran ini tidak bebas
dari kritikan, karena di samping terlalu umum, abstrak dan kompleks, sukar sekali bagi
manajer untuk menerangkan tentang perilaku manusia yang begitu kompleks dan sukar
memilih nasehat ilmuwan yang mana yang sebaiknya harus dituruti dalam mencapai
solusi di dalam perusahaan.

C. Teori Humanistik
Sebagai suatu gerakan formal, humanistik dimulai di Amerika Serikat dan Eropa
pada tahun 1950-an, dan terus menerus tumbuh, baik dalam jumlah pengikut maupun dalam
lingkup pengaruhnya. Psikologi humanistik lahir dari ketidak puasan terhadap jalan yang
ditempuh oleh psikologi pada awal abad ke-20. Ketidakpuasan itu terutama tertuju pada
gambaran manusia yang dibentuk oleh psikologi modern, suatu gambaran yang partial, tidak
lengkap, dan satu sisi.
Terdapat prinsip-prinsip penting dalam humanistik, yang diadaptasi dari Lundin
(1996) dan Merry (1998) yang dapat dijadikan landasan manusia untuk mengembangkan
potensi-potensinya dan tidak terkungkung oleh kekuasaan, adalah sebagai berikut:
1. Manusia dimotivasi oleh adanya keinginan untuk berkembang dan memenuhi potensinya.
2. Manusia bisa memilih ingin menjadi seperti apa, dan tahu apa yang terbaik bagi dirinya.
3. Manusia dipengaruhi oleh cara pandangnya terhadap dirinya sendiri, yang berasal dari
cara orang lain memperlakukannya.
4. Sedangkan tujuan psikologi humanistik adalah membantu manusia memutuskan apa yang
dikehendakinya dan membantu memenuhi potensinya.

a. Pemikiran Humanistik Perspektif Barat


Terdapat beberapa tokoh dalam teori humanistik ini, antara lain adalah Arthur W.
Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Adapun pendapat-pendapatnya tentang teori
humanistik akan dijelaskan dibawah ini.
1. Arthur W. Combs (1912-1999)
Mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti)
adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan

dengan kehidupam mereka. Anak yang tidak bisa matematika atau sejarah bukan

bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk
itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.

2. Abraham Maslow (1908-1970)


Seorang teoris kepribadian yang realistik, dipandang sebagai bapak spiritual,
pengembang teori, dan juru bicara yang paling cakap bagi psikologi humanistik.
Terutama pengukuhan Maslow yang gigih atas keunikan dan aktualisasi diri
manusialah yang menjadi symbol orientasi humanistik.
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu
ada dua hal: (1) suatu usaha yang positif untuk berkembang, dan (2) kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk


memenuhi kebutuhan yang besifat hierarkis. Pada diri setiap orang terdapat berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut dengan apa yang sudah ia miliki, dan sebagainya.
tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri.

D. Teori Behavioristik
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.
Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan
oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah
stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang
diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
respon juga semakin kuat. Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
1. Reinforcement and Punishment
2. Primary and Secondary Reinforcement
3. Schedules of Reinforcement
4. Contingency Management
5. Stimulus Control in Operant Learning
6. The Elimination of Responses
Tokoh-tokoh aliran behavioristik adalah:
1. Ivan Petrovich Pavlov
Mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata  individu dapat
dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia
dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

3. Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau
hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran,
perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar
dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak
dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi
tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat
diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike dimana Ketiga hukum ini
menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon, yakni ;
a. Hukum efek
b. Hukum latihan
c. Hukum kesiapan

3. Watson
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang
tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris
murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika
atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh
mana dapat diamati dan diukur.

4. Clark Hull
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive
reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud
macam-macam. Penguatan tingkah laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan
dengan kondisi biologis.
5. Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-
stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti
oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel
hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar
terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan
tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil
belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan
belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan
pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

6. Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep
para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi
melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan
tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-
stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan
mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-
konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara
benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta
memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin
timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan
perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan
menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi,
demikian seterusnya.
Prinsip Dasar Behavioristik
Ciri dari teori behavioristik adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi
atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah
hasil belajar.
Dalam hal konsep pembelajaran, proses cenderung pasif berkenaan dengan teori
behavioris. Pelajar menggunakan tingkat keterampilan pengolahan rendah untuk
memahami materi dan material sering terisolasi dari konteks dunia nyata atau situasi.
Little tanggung jawab ditempatkan pada pembelajar mengenai pendidikannya sendiri.
Konsep dasar behaviorisme adalah sebagai berikut;
a. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari
jiwa atau mental yang abstrak
b. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem
untuk sciene, harus dihindari.
c. Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya
subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
d. Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi
oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan
akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior
tetap terjadi.
e. Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
f. Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam
dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
E. Pendekatan Kontingensi
Aliran manajemen kontingensi merupakan salah satu aliran modern. Aliran
kontingensi ini muncul setelah konsep manajemen klasik dan neo klasik dipandang memiliki
kekurangan, oleh karena para ahli mengkombinasikan antara aliran klasik dan neo klasik
untuk membuat konsep manajemen berdasarkan kondisi atau berdasarkan situasi.
Asumsi dasar pada teori kontingensi adalah:
1 Organisasi bukan entitas tunggal tapi mempunyai varian yang luas,
2 Tidak ada ‘tool universal’ yang cocok untuk semua varian organisasi,
3 Tugas manajer adalah menyesuaikan gaya manajemennya sesuai dengan varian
organisasinya,
4 Konflik dalam organisasi muncul karena ketidaktepatan gaya manajemen yang
diterapkan dengan varian organisasi yang dipimpinnya.

Ada tiga bagian utama dalam kerangka konseptual menyeluruh untuk pendekatan kontingensi
yaitu:
1). Lingkungan
2). Konsep dan teknik manajemen
3). Hubungan kontingensi antara keduanya
Aliran kontigensi dikembangkan oleh para pakar manajer, konsultan dan peneliti yang
mencoba untuk menerapkan konsep-konsep dari berbagai aliran manajemen dalam situasi
kehidupan yang nyata.

Tokoh-tokoh aliran kontingensia yaitu:


1 Frend Fiedler yang menyarankan pendekatan kontingensi pada studi kepemimpinan.
2 Kast & Rosenzweig, Burrel & Morgan yang merupakan penulis pada aliran kontingensi

Aliran kontingensi memiliki kelemahan di antaranya:


a) Metode dipakai bersifat kondisional maka setiap kondisi memerlukan satu metode
sehingga jika dipakai pada kondisi yang lain, maka tidak akan cocok.
b) Kurang memberi perhatian kepada hubungan manusia. Oleh karena itu, sangat cocok
untuk bidang perencanaan dan pengendalian, tetapi tidak dapat menjawab masalah-
masalah sosial individu seperti motivasi, organisasi dan kepegawaian.
c) Konsep dari aliran ini sebenarnya sukar dipahami oleh para manajer karena dapat
menyangkut kuantitatif sehingga para manajer itu merasa jauh dan tidak terlibat dengan
penggunaan teknik-teknik ilmu manajemen yang sangat ilmiah dan kompleks.

F. Pendekatan Sistem
Sebagai suatu prinsip fundamental, pendekatan sistem adalah sangat mendasar. Ini
secara sederhana berarti bahwa segala sesuatu adalah saling berhubungan dan saling
tergantung. Suatu sistem tersendiri dari elemen-elemen yang berhubungan dan bergantung
satu dengan yang lain, tetapi bila berbagai elemen tersebut berinteraksi maka akan
membentuk suatu kesatuan yang menyeluruh. Jadi, menurut definisi, hampir setiap
phenomena dapat dianalisa dan disjikan dari sudut pandangan sistem. Sistem-sistem biologis,
phisik, ekonomi dan soaial-budaya adalah beberapa contoh.
Pendekatan ini memandang organisasi sebagai satu kesatuan yang saling berinteraksi
yang tak terpisahkan. Sebagai suatu pendekatan sistem manajemen meliputi sistem umum
dari sistem khusus serta analisis tertutup maupun terbuka. Pendekatan sistem umum meliputi
konsep-konsep organisasi formal dan teknis, filosofis, sosiopsikologis. Analis sistem
manajemen spesifik meliputi struktur organisasi, desain pekerjaan, akuntansi, sistem
informasi, dan mekanisme perencanaan dan pengawasan
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, Haris Budoyono 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Atmodiwirio, Soebagio, Manajemen Pendidikan Indonesi, Cet. II, Jakarta: PT. Ardadizya Jaya,
2001.
Fatah, Nanang. 2000. Landasan Manajemen Pendidikan, Cet. 3, Bandung: Rosda Karya
McLeod, Raymond. 1996. Sistem Informasi Manajemen, Penerjemah, Hendra Teguh, Jakarta:
PT. Prenhallindo,
Nata, H. Abuddin. 2008. Manajemen Pendidikan, Ed. II, Cet. 3, Jakarta: Predana Media Group
Pidarta Made DR. 1988. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Rochaety, Eti. 2005. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Cet. 3, Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sule, Ernie Trisnawati, Kurniawan Saefulloh. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Prenada
Media Group.
T. Hani Handoko Dr, M.B.A.2009. Manajemen. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai