Anda di halaman 1dari 4

HUBUNGAN RISET DENGAN TEORI

Arti dan Kegunaan Riset Serta Hubungannya Dengan Teori


Riset ialah suatu kegiatan untuk memilih judul, merumuskan persoalan, kemudian
diikuti dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisa data yang dilakukan dengan
metode ilmiah secara efisien dan sistimatis yang hasilnya berguna untuk mengetahui sesuatu
keadaan/persoalan dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk membuat
keputusan dalam rangka pemecahan persoalan.

Definisi dari penulis mencakup 2 hal yaitu :


1. Hasil riset dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, yang sering disebut
riset dasar/murni (basic pure research).
2. Hasil riset dipergunakan untuk membuat keputusan dalam rangka memecahkan
persoalan atau menguji hipotesa
Maksud menjalankan riset ialah untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan atau soal-soal melalui aplikasi suatu prosedur ilmiah, (scientific procedures) yang
sistematis. Prosedur ilmiah ini telah dikembangkan sedemikian rupa dengan maksud untuk
memperbesar kemungkinan bahwa data/informasi yang dikumpulkan akan ada hubungannya
dengan perso¬alan yang akan dipecahkan (relevant data/information).
Sedangkan hubungan antara teori dan riset adalah merupakan suatu kombinasi yang
timbal balik (mutual contributions). Artinya ialah, bahwa teori dapat menunjukkan daerah-
daerah mana suatu riset harus dilakukan sehingga hasil riset dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Selain itu dapat juga dipergunakan sebagai dasar untuk membuat ringkasan hasil
penemuan suatu studi, serta memberikan dasar untuk memperoleh keterangan-keterangan
yang lebih banyak serta nilai-nilai ramalan yang berguna untuk waktu yang akan datang,
sebagai dasar untuk berbagai perencanaan.
Sebaliknya hasil penemuan riset dapat dipergunakan untuk menguji kebenaran teori
yang telah ada, dapat memperjelas konsep-konsep teoritis, serta dapat membantu didalam
merumuskan teori yang baru atau memperluas teori yang lama.
http://vandesayuz.blogspot.com/2010/02/hubungan-riset-dengan-teori.html?
zx=f2f52e29900102c8

PENGANTAR: GEJALA SOSIAL DAN ILMU SOSIAL


GEJALA SOSIAL
Manusia adalah makhluk multidimensional, meliputi dimensi individual, sosial, dan
makhluk moral. Ketiga dimensi tersebut bisa dibedakan, namun dalam membentuk eksistensi
manusia tidak terpisah satu dengan lainnya. Dimensi individual menunjukkan bahwa manusia
adalah makhluk yang mampu menyadari keberadaan dirinya sendiri dan bertanggung jawab
secara pribadi terhadap dirinya itu. Dimensi sosial manusia berupa kesadaran bahwa
eksistensi seorang individu tidak akan ada artinya tanpa eksistensi individu lainnya dalam
bentuk kelompok manusia. Sedangkan dimensi moral menunjukkan kelebihan manusia
dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya, yakni manusia menyadari bahwa eksistensi
kehidupannya tidak hanya berada dalam dimensi kesendirian ataupun kekelompokannya
(hewanpun seperti itu), namun juga memiliki seperangkat tata-nilai (values) yang turut
menentukan kualitas hidupnya. Tata-nilai itu menurut ilmu filsafat meliputi logika (tata-nilai
“benar” atau “salah”), etika (tata-nilai “pantas” atau “tidak pantas”), dan estetika (tata nilai
“indah” atau “tidak indah”). Adapun hewan dan makhluk hidup lainnya tidak memiliki
perangkat tata-nilai tersebut, tau dengan kata lain tidak mempunyai “daya pilih” atau daya
seleksi dalam menentukan kualitas kehidupannya.
Dengan demikian salah satu dimensi yang harus difahami oleh manusia adalah dimensi
sosial, tanpa melepaskan hubungan imanen (melekat)–nya dengan dimensi-dimensi lainnya.
Mempelajari dimensi sosial manusia berarti menekankan perhatian pada aspek manusia
dalam kerangka kekelompokannya dengan manusia lain, tanpa mengabaikan hubungan dan
kesalingpengaruhannya dengan dimensi lainnya tersebut.

Untuk memahami “gejala sosial” kita akan melihat contoh berikut:


Dalam ilmu eksakta, misalnya matematika, terdapat persamaan sederhana:
X + X = 2X
X + X + X + X + X = 5X
Jika X dianggap sebagai variabel (pengganti) dari individu manusia, hasilnya bisa berbeda
dengan persamaan matematis di atas:
Misalnya X = gadis yang takut melewati sekelompok pemuda
Jika ada lima orang gadis (5X), maka kelima orang gadis tadi tidak lagi setakut X (gadis
sendirian) malahan mungkin sudah tidak takut lagi melewati sekelompok pemuda tersebut.
Jadi:
X + X + X + X + X = 5Y
Di mana Y = gadis yang tidak takut melewati sekelompok pemuda

Dengan demikian terdapatlah “perubahan” dari eksistensi individu menjadi eksistensi


kelompok. Dalam kelompok manusia akan muncul sebuah “gejala sosial” yang tidak bisa
dipahami sebagai sekadar “penjumlahan” (atau perkalian, pengurangan, atau pembagian) dari
individu-individu yang ada di dalam kelompok tersebut.

Contoh-contoh “gejala sosial” yang lain:


- keluarga
- kerabat
- suku
- marga
- koperasi
- klub sepakbola
- ensemble musik atau orkes
- peperangan
- partai politik
- parlemen
- migrasi

Dengan sedikit mengerutkan kening saja kita akan bisa memberikan banyak sekali
contoh-contoh perkelompokan sosial, gejala sosial, dan menerangkan tentang “kekuatan-
kekuatan” sosial yang muncul akibat perkelompokanperkelompokan tersebut. Begitu
banyaknya gejala sosial yang ada di alam manusia ini, sehingga untuk memahami dan
mempelajarinya diperlukan sebuah upaya yang giat, tekun, teliti, jujur, dan tertata.
Singkatnya diperlukan seperangkat ilmu pengetahuan untuk memahami gejala sosial tersebut.
Ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami gejala sosial itu itu disebut Ilmu-ilmu
Sosial (Social Sciences).

ILMU-ILMU SOSIAL
Menurut Ensiklopedia Encarta, pengertian “ilmu-ilmu sosial” adalah sebagai berikut:
Social Sciences are academic disciplines concerned with the origin and development of
human society, and the institutions, relationships, and ideas involved in social life.
Included in the social sciences are anthropology, archaeology, sociology, political
science, economics, history and histography, law, psychology, criminology, and social
psychology.1

(Ilmu-ilmu Sosial adalah sejumlah disiplin akademis yang menekankan perhatian utama pada
asal-usul dan perkembangan masyarakat manusia, dan lembagalembaga, hubungan-
hubungan, serta gagasan-gagasan yang terdapat dalam kehidupan sosial. Yang termasuk ke
dalam disiplin ilmu-ilmu sosial yakni Antropologi Sosial, Arkeologi, Sosiologi, Ilmu Politik,
Ekonomi, Sejarah dan Histografi, Hukum, Psikologi, Kriminologi, dan Psikologi Sosial).
1"Social Sciences," Microsoft® Encarta® 99 Encyclopedia. © 1993-1998 Microsoft Corporation. All rights
reserved.

Dunia Ilmu Sosial mengalami perdebatan mengenai apakah ilmu sosial itu bisa
dipelajari secara ilmiah sebagaimana ilmu alam. Bahkan beberapa ilmuwan masih
meragukan apakah studi sosial itu sebuah ilmu?

UNSUR-UNSUR KEILMUAN DALAM ILMU SOSIAL


Terdapat tiga unsur keilmuan dalam ilmu sosial:
(1) Konsep
(2) Variabel
(3) Definisi Operasional
Hubungan antara ketiga unsur tersebut:
KONSEP ---------------------proposisi---------------------- KONSEP

VARIABEL ---------------------hipotesis----------------------- VARIABEL

DEFINISI -----------------hipotesis statistik----------------DEFINISI


OPERASIONAL
OPERASIONAL
Keterangan:
Tugas ilmuwan adalah menemukan hubungan antara fakta yang satu dengan fakta
yang lain (realitas yang satu dengan realitas yang lain). Fakta atau realitas itu
ditampilkan dalam bentuk KONSEP, yakni abstraksi tingkat pertama terhadap fakta
atau realita. KONSEP tersebut belum bisa diukur karena baru berupa "definisi
konseptual" yang menyebutkan/mengidentifikasikan realitas.
Untuk dapat diukur, suau konsep harus diubah dalam bentuk VARIABEL
(artinya konsep yang memiliki variasi nilai). Dan untuk mengoperasionalisasikan
pengukuran itu, berdasarkan atribut-atribut yang ada pada variabel, setiap
atributnya diterjemahkan dalam definisi operasional, yakni "serangkaian prosedur
yang harus ditempuh untuk mengetahui nilai empirik suatu konsep."

Misalnya, konsep BELAJAR akan dihubungkan dengan konsep PRESTASI.


PROPOSISI: Keseriusan belajar berhubungan erat dengan prestasi

Variabel yang bisa dibuat untuk konsep BELAJAR: Jumlah jam belajar
Variabel yang bisa dibuat untuk konsep PRESTASI: Indeks Prestasi
HIPOTESIS: Semakin banyak jumlah jam belajar setiap hari, prestasi akan semakin
tinggi
DO dari Jumlah jam belajar adalah: "waktu yang digunakan secara efektif untuk
belajar selama satu hari di luar jam untuk belajar di sekolah/kuliah dalam satuan
jam."
DO dari indeks prestasi yakni: "indeks yang menunjukkan perbandingan
antara bobot nilai kredit kali jumlah SKS setiap mata kuliah dibandingkan dengan
jumlah seluruh nilai kredit yang ditempuh dalam skala 4."
HIPOTESIS STATISTIK: pengujian dengan rumus statistik untuk membuktikan
bahwa kedua hal tersebut berkorelasi signifikan atau tidak signifikan. Jika hubungan
antarkonsep itu signifikan, maka bisa dibuat GENERALISASI bahwa antara jumlah
jam belajar dengan prestasi itu berhubungan erat, bahkan bisa dibuktikan bahwa
yang menyebabkan prestasi tinggi adalah karena jumlah jam belajar yang banyak.
Generalisasi yang kemudian dikaitkan dengan generalisasi-generalisasi lain
menghasilkan TEORI, yakni seperangkat hubungan antarkonsep yang sistematis
sehingga membentuk suatu rangkaian hubungan yang komprehensif untuk
memaparkan, menjelaskan, dan memprediksikan suatu gejala sosial.
TEORI adalah kerangka berpikir yang menuntun ilmuwan untuk menciptakan
HIPOTESIS dengan cara mendeduksikannya. HIPOTESIS tersebut pada gilirannya
akan dibuktikan melalui proses verifikasi (observasi).

Teori itu penting sebagai orientasi yang membatasi jumlah fakta yang harus dipelajari.
Teori memberikan pedoman yang dapat memberikan hasil terbaik.
Teori memberikan sistem mana yang harus dipakai dalam mengartikandata yang tepat.
Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta-fakta.

Anda mungkin juga menyukai