Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PEDAGOGI

Tentang
Kesukaran-kesukaran dalam Pendidikan dan Pembelajaran dalam bentuk observasi secara
langsung dan tidak langsung

Dosen Pengampu:
Dra. Ida Murni Saan, M.Pd

OLEH

KELOMPOK 4 :

Afri Rahmasari 18022104


Annisa Thaharah 18022003
Astri Sintia 18022108
rahmi kadri yuanda 18022129
Fadillah Elkhusnah 18022010
Anjeli Putri Ranti 18022001
Asryani delima 18022045
Desi wahyuni 18022059
Nisakhairani Sinaga 18022190

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti-hentinya kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Kesukaran
kesukaran dalam Pendidikan dan Pembelajaran dalam bentuk observasi secara langsung dan
tidak langsung”.

Kami menyadari bahwa makalah yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah saya ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal
sampai akhir. Semoga Allah SWTsenantiasa meridhai segala usaha kita semua. Aamiin

Padang, 18 Mei 2021

Penulis Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses untuk membuat manusia dalam mengembangkan


dirinya agar dapat menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang terjadi Keberhasilan
pembelajaran bukan hanya tanggung jawab lembaga pendidikan formal saja melainkan
tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah. Pemerintah berusaha
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan melalui perbaikan- perbaikan dari sarana
sampai prasarana pendidikan.

Menurut M.J. Langeveld, “Pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan”
(dalam Mahfud, 2011: 33). Sedangkan KH. Dewantara, menyebutkan, “Pendidikan adalah
usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu manusia (baca anak) menuju
kedewasaan” (dalam FKIP UMS, 2011: 2). Selain itu menurut Hendersen pendidikan
merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembanagan, sebagai hasil interaksi individu
dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia
lahir ( dalam Sadulloh, 2006: 2004)

Maka dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan itu merupakan suatu
bentuk usaha sadar yang diberikan pendidik kepada peserta didik.Dan dalam pelaksanaan
pendidikan itu direncanakan oleh penyelenggara pendidikan yaitu pemerintah yang
memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat, akan tetapi, penyelenggaraan
pendidikan nasional masih menghadapi berbagai permasalahan, yang salah satunya adalah
peningkatan kualitas pendidikan.

Pemerintah dengan berbagai kebijakan yang ada telah berupaya secara terus menerus
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan tingkat
Perguruan Tinggi. Baik pada penataan perundang-undangan, penataan kurikulum, penyediaan
sarana, peningkatan SDM, sampai dengan kebijakan penganggaran, namun perlu dipahami
pula bahwa salah satu komponen penting yang dapat menentukan kualitas pendidikan adalah
guru, karena peran mereka sangat sentral, terutama sebagai pemegang kendali dalam proses
pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kesukaran-kesukaran dalam Pendidikan?


2. Bagaimana Kesukaran-kesukaran dalam Pembelajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Kesukaran-kesukaran dalam Pendidikan?


2. Untuk mengetahui Kesukaran-kesukaran dalam Pembelajaran?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesukaran-kesukaran dalam Pendidikan


Kesukaran dalam pendidikan
1. Keras Hati dan Keras Kepala
Keras hati dan keras kepala adalah suatu sifat anak-anak yang sering sangat
menyulitkan para orang tua atau pendidik-pendidik lain. Anak yang keras hati
berbuat menurut nafsu dan kemauannya sendiri, bertentangan dengan tindakan
orang lain. Ia mengemukakan kemauannya terhadap kemauan si pendidik. Ia
berpegangan teguh pada tujuannya sendiri, dan tidak ingin melepaskannya untuk
tujuan lain.
Anak yang keras kepala tidak mau juga mengerjakan apa yang disuruhkan
kepadanya, tetapi ia tidak memiliki alasan yang betujuan. Yang ada hanyalah sifat
yang pasif, yaitu menolak kemauan orang lain. Sebab-Sebab Keras Hati sebagai
berikut:
a. Pembawaan anak
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dapati anak yang sedari kecilnya telah
menunjukkan sifat keras hati, anak yang demikian kelihatannya nakal dan
bandel,segala yang dilarang sama sekali tidak diacuhkannya; dan jika tidak
dituruti atau dilarang apa yang menjadi kehendaknya, lekas sekali timbul
marahnya yang meluap-luap.
b. Keadan badan yang terganggu
Tiap-tiap anak, dan barangkali juga tiap-tiap manusia, mempunyai
hasrat berbuat sebaliknya dari yang diminta orang lain kepadanya. Hasrat yang
demikian ini (keras hati) akan lebih besar jika ia sedang tidak sehat badannya,
untuk kalau ia kurang tidur umpamanya, atau baru sembuh dari sakit.
Demikian pula, anak yang penggugup dan mudah kena perangsang, sifat itu
tampak lebih besar lagi.
c. Perkembangan rohani anak
Ditinjau dari sudut perkembangan anak, sifat keras hati dan juga keras kepala
itu dapat kita pandang sebagai suatu hal yang sewajarnya. Kebanyakan ahli
ilmu jiwa berpendapat bahwa timbulnya trotz-periode pertama atau masa
menentang itu disebabkan anak itu mulai menyadari bahwa dirinya
mempunyai kemauan, kemauan anak mulai berkembang. Ia ingin selalu
mencoba kemauannya itu, yang biasanya berlawanan dengan kemauan orang
dewasa. Dalam hal ini pendidik harus bersikap sabar dan bijaksana.
Disamping itu, kita harus memimpin anak itu ke arah jalan yang benar,
yang bukan menurutkan hawa nafsunya saja. Dengan kata lain, hendaklah
kemauan yang sedang tumbuh pada anak itu kita pupuk, kita pimpin, dan kita
arahkan ke jalan yang semestinya.
d. Kesalahan-kesalahan dalam pendidikan
Kesalahan yang terdapat dalam pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya
antara lain ialah memanjakan, pendidikan yang tidak konsekuen, yang setiap
waktu berubah-ubah. Kadang-kadang pada suatu saat keras, tetapi pada saat
yang lain ia bersikap terlalu lemah dan terlalu manis. Pendidikan yang tidak
tegas dan tidak konsekuen akan mengakibatkan kebimbangan pada anak-anak
didiknya.

Sebab-Sebab Keras Kepala sebagai berikut:

a. Karena terlalu dimanjakan. Anak yang dimanja umumnya selalu dituruti apa
yang menjadi kehendaknya. Akibatnya anak itu mengalaami kesulitan dan
kesukaran dalam permainan maupun dalam pekerjannya sehari-hari.
b. Dapat juga keras kepala itu disebabkan karena iri hati terhadap adiknya yang
baru lahir. Ia merasa kasih sayang orang tuanya yang tadinya dicurahkan
kepadanya beralih kepada adiknya. Banyak kehendaknya yang tidak dapat
dilayani oleh ibunya. Ia merasa kesal, sering membantah atau tidak menuruti
perintah orang tuanya.
c. Keras kepala yang disebabkan karena pendidik itu sendiri. Umpamanya karena
anak itu banyak dicela atau ditertawakan, diejek ataupun dihina. Karena itu
orang tua/guru hendaknya jangan mencela atau menertawakan anak.
d. Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh kasih sayang, dapat pula
menimbulkan keras kepala.
e. Perasaan takut dan perasaan harga diri-kurang misalnya, anak yang takut
mendapat nilai buruk atau takut ditertawakan tidak mau melakukan perintah
gurunya.
f. Ada kalanya keras kepala itu timbul bila anak tidak dapat memecahkan soal
yang sulit-sulit dalam pelajaran di sekolah atau dalam permainannya.
g. Akhirnya, ada pula keras kepala yang semu (pura-pura) saja, bukan keras
kepala yang sebenarnya.

2. Anak Manja
Anak yang selalu mengharapkan perhatian berlebihan dari lingkungan
sekelilingnya, dan juga diikuti dengan keinginan untuk segera dituruti segala
kemauannya. Hal-hal yang menyebabkan pemanjaan itu antara lain adalah :
a. Karena ketakutan yang berlebih-lebihan akan bahaya yang mungkin
mengancam si anak.
b. Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan
kehidupan si anak.
c. Karena orang tua sendiri takut akan kesukaran, segan bersusah- susah,ingin
mudah dan enaknya saja.
d. Karena kebodohan orang tua, dalam hal ini dalam pola pengasuhan anak.

Akibat-akibat buruk memanjakan anak;

a. Anak akan mempunyai sifat mementingkan dirinya sendiri.


b. Kurang mempunyai rasa tanggung jawab.
c. Memanjakan juga dapat mengakibatkan anak menjadi mempunyai perssaan
harga diri kurang.
d. Di sekolah, anak yang manja itu selalu berusaha menarik perhatian guru atau
teman-temannya.
e. Karena tidak ada kemauan dan inisiatif; di sekolah anak yang manja itu
biasanya bersifat pemalas.

3. Perasaan Takut
Perasaan takut adalah sejenis naluri (insting). Perasaan takut terdapat pada semua
orang baik Orang tua, dewasa maupn anak-anak, kaya ataupun miskin, semua
mempunyai perasaan takut itu.kebanyakan perasaan atkut yang ada pada anak-
anak dan oran dewasa disebabkan karena pengaruh lingkungan. Adapun yang
dapat menimbulkan rasa takut pada anak-anak antara lain:
a. Sesuatu yang aneh-aneh, yang selama ini belum pernah dikenalnya, misalnya
suara kucing atau tikus di atas loteng rumahnya dan sebagainya.
b. Sesuatu yang telah dikenalnya, bercampur dengna hal yang amsih asing sekali
dan tidak masuk akal mereka.
c. Jika mereka terpisah dari orang yang mereka sayangi atau yang dikenalnya.
Anak menangis jika ditinggalkan sendirian dirumahnya.
d. Karena ditimbulkan karena pengaruh orang dewasa atau anak-anak yang
sudah agak besar.
e. Kesulitan-kesulitan yang dialami anak itu dalam kehidupan sehari- hari.

4. Dusta Anak
Dalam perkembangan anak sejak kecil, kita perhatikan bahwa sebenarnya mula-
mula anak itu tidak tahu dan tidak pernah berdust. Anak-anak selalu mengatakan
apa saja yang didengar dan dilihatnya dengan sesungguhnya. Ia mengatakan itu
apa adanya. Akan tetapi, disebabkan karena pengaruh- pengaruh lingkungan
sekitar dan karena kesalahan-kesalahan dalam pendidkan dilingkungan keluarga.
Sebab-sebab dusta yang sering terdapat pada anak-anak dan sebab-sebabnya.
a. Dusta karena takut. Kebanyakan dusta pada anak-anak adalah dusta karena
takut.Anak takut dimarahi oleh ayahnya atau gurunya, maka ia berdusta.
b. Dusta sosial. Dusta semacam ini dilakukan oleh anak untuk melindungi orang
lain. Seorang anak melakukan dusta tetrhadap gurunya dengan maksud supaya
dengan dusta itu temannya akan terhindar dari hukuman.
c. Dusta untuk kepentingan diri. Dusta macam ini hendaknya mendapat perhatian
yang besar dari para pendididk dalam memberantasnya. pemberian hukuman
kepada si pendusta merupakan hal yang sewajarnya pula. Termasuk dusta
macam ini terdapat pula dusta karena iri hati atau dengki kepada orang lain.
d. Dusta kompensasi. Dusta kompensasi adalah dusta yang dilakukan anak
disebabkan perasaan kurang harga diri. Anak-anak yang menderita perasan
kurang harga diri sering menganggap bahwa orang-orang yang disekitarnya
memandang rendah terhadap mereka.

5. Agresi dan Frustasi


Agresi adalah semua tindakan atau perilaku, baik secara fisik maupun verbal,
yang dilakukan secara sengaja dan terencana dengan tujuan untuk menyakiti,
merusak, menyengsarakan orang lain (individu maupun kelompok manusia).
Agresi disebabkan oleh hal yang bersifat rohaniah. Dalam batin kita tersembunyi
kekuatan-kekuatan yang mendorong kita ke arah yang tertentu, sedangkan kita
sendiri tidak sadar akan kekuatan-kekuatan itu. Bila hasrat batin itu demikian
kuat, tetapi terhalang oleh keadaan dan dunia luar, maka timbullah reaksi
menyerang terhadap penghalang itu, timbullah agresi. Jadi, agresi itu terjadi bila
seseorang dalam mencapai tujuannya, dihalang-halangi oleh orang lain.dan Sebab-
sebab lain dapat juga disebabkan karena iri hati, kebebasannya sangat dibatasi,
perintah dari seeorang yang menjengkelkan, tersinggung perasaan dan
kehormatannya, dihina orang lain dan sebagainya.
Frustrasi berasal dari bahasa Latin frustratio, yaitu perasaan kecewan atau jengkel
akibat terhalang dalam pencapaian tujuan Menurut aliran ilmu  jiwa modern
dikatakan bahwa di dalam diri manusia itu terdapat dorongan-dorongan batin yang
mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan manusia. Jika hasrat dalam batin kita
tak dapat diberi kepuasan, tidak dapat terpenuhi karena suatu rintangan, dan kita
merasa sangat kecewa karenanya, maka hal itu kita namakan frustasi. Jadi, frustasi
sebenarnya ialah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam jiwa, suatu
perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak dapat terpenuhi.dan
Demikianlah, kita dapat mengatakan bahwa agresi itu timbul karena adanya
frustasi. Tetapi tidak semua frustasi akan menimbulkan agresi pada seseorang.

B. Kesukaran-kesukaran dalam Pembelajaran

Kesulitan atau kesukaran belajar itu sendiri pada peserta didikbermacam-macam, yang
salah satunya yaitu rendahnya motivasi atau dorongan siswa untuk belajar.Hal inilah yang
menyebabkan terhambatnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran. Bahkan bisa
lebih fatal lagi dengan gagalnya siswa dalam belajar yang disebabkan oleh lemahnya
motivasi dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran.Maka, motivasi disini sangatlah
penting bagi keberhasilan siswa, karena siswa tersebut akan berhasil belajarnya manakala
dalam dirinya terdapat motivasi dan keinginan untuk belajar. (Mujianto, 2017)

Peran guru dalam membangkitkan dan meningkatkan motivasi siswa sangatlah penting,
mengingat bahwa keberhasilan siswa dalam belajar bergantung juga dengan baik dan
sesuainya guru dalam mengelola kelasnya. Maka guru harus mencari solusi yang tepat bagi
siswanya untuk membangkitkan semangat dan motivasi siswa pada waktu proses
pembelajaran berlangsung. Salah satu faktoryang dapat diberikan kepada siswa yang lemah
dalam motivasinya yaitu dengan melalui pemberian hadiah (reward)yang tepat bagisiswa
tersebut. Sehingga melalui pemberian hadiah (reward)tersebut,semangat dan motivasi siswa
dalam belajar dapat meningkat.(Chen et al., 2016)

Adapun beberapa kesukaran yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Keras hati dan keras kepala

a. Keras hati

Anak yang keras hati berbuat menurut nafsu dan kemauannya sendiri, bertentangan dengan
tindakan orang lain. Ia mengemukakan kemauannya terhadap kemauan si pendidik. Ia
berpegangan teguh pada tujuannya sendiri, dan tidak ingin melepaskannya untuk tujuan lain.
Sebab – sebab anak keras hati :

a) Karena pembawaan anak

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dapati anak yang sedari kecilnya telah
menunjukkan sifat keras hati, anak yang demikian kelihatannya nakal dan bandel; segala
yang dilarang sama sekali tidak diacuhkannya; dan jika tidak dituruti atau dilarang apa yang
menjadi kehendaknya, lekas sekali timbul marahnya yang meluap-luap.

Tentu saja dalam hali ini perlu sekali, pendidik yang tepat yang sesuai dengan tabiat
anak. Pendidik hendaklah dapat bertindak bijaksana; janganlah memerintah dan melarang
jika tidak benar-benar perlu.  

b) Karena keadaan badan terganggu

Tiap-tiap anak, dan barangkali juga tiap-tiap manusia, mempunyai hasrat berbuat
sebaliknya dari yang diminta orang lain kepadanya. Hasrat yang demikian ini (keras hati)
akan lebih besar jika ia sedang tidak sehat badannya, atau kalau ia kurang tidur umpamanya,
atau baru sembuh dari sakit. Demikian pula, anak yang penggugup dan mudah kena
perangsang, sifat itu tampak lebih besar lagi.

c) Karena perkembangan rohani anak

Ditinjau dari sudut perkembangan anak, sifat keras hati dan juga keras kepala itu
dapat kita pandang sebagai suatu hal yang sewajarnya.
Kebanyakan ahli ilmu jiwa berpendapat bahwa timbulnya trotz-periode pertama atau
masa menentang itu disebabkan anak itu mulai menyadari bahwa dirinya mempunyai
kemauan; kemauan anak mulai berkembang. Ia ingin selalu mencoba kemauannya itu, yang
biasanya berlawanan dengan kemauan orang dewasa. Dalam hal ini pendidik harus bersikap
sabar dan bijaksana. Disamping itu, kita harus memimpin anak itu ke arah jalan yang benar,
yang bukan menurutkan  hawa nafsunya saja. Dengan kata lain, hendaklah kemauan yang
sedang tumbuh pada anak itu kita pupuk, kita pimpin, dan kita arahkan ke jalan yang
semestinya

d) Karena kesalahan- kesalahan dalam pendidikan

Kesalahan yang terdapat dalam pendidikan orang tua terhadap anak-anaknya antara
lain ialah memanjakan, pendidikan yang tidak konsekuen, yang setiap waktu berubah-ubah.
Kadang-kadang pada suatu saat keras, tetapi pada saat yang lain ia bersikap terlalu lemah dan
terlalu manis. Pendidikan yang tidak tegas dan tidak konsekuan akan mengakibatkan
kebimbangan pada anak-anak didiknya.

Usaha pendidik untuk mengatasi keras hati:

a. Mempermudah anak-anak berlaku patuh dengan jalan membiasakan anak-anak  hidup


secara teratur dan tertib.
b. Perintah dan larangan hendaklah diberikan dengan lemah lembut dan dapat
membesarkan hati mereka jangan sekali-kali dengan keras dan kasar.
c. Hendaklah pendidik senantiasa ingat akan keadaan jasmani atau rohani anak pada
waktu itu.
d. Janganlah memanjakan anak. Bertindaklah dengan tegas yang konsekuen agar anak-
anak tahu apa yang menjadi pegangannya.
e. Dalam menghadapi anak yang keras hati itu kita harus bersikap tenang dan tegas,
jangan kehilangan ketenangan atau tergoyang kseimbangan batin kita; jadi kita harus
tetap sabar.
f. Pada anak-anak kecil kadang-kadang berhasil juga dengan membelokkan
perhatiannya ke arah yang lain
g. Sering dengna usaha”tidak begitu mengacuhkan” dapat berhasil juga. Dan
bagaimanapun juga, makin sedikit orang lain yang tahu sifat anak itu, makin baik.
h. Dengan memberikan hukuman kepada anak yang demikian itu, umumnya tidak
berhasil. Bagi anak-anak yang sudah agak besar dapat juga dengan memberikan
sedikit kata-kata nasehat yang singkat.

b. Keras kepala

Anak yang keras kepala tidak mau juga mengerjakan apa yang disuruhkan kepadanya,
tetapi ia tidak memiliki alasan yang betujuan. Yang ada hanyalah sifat yang pasif, yaitu
menolak kemauan orang lain. Umumnya sifat keras hati lebih banyak terdapat pada anak-
anak dalam lingkungan keluarga, dan jarang terdapat di sekolah terhadap gurunya. Akan
tetapi, di dalam pergaulan diantara anak-anak sesamanya sifat ini banyak terdapat.

Apa saja yang yang dapat menimbulkan keras kepala :

1. Karena terlalu dimanjakan. Anak yang dimanja umumnya selalu dituruti apa yang
menjadi kehendaknya. Akibatnya anak itu mengalaami kesulitan dan kesukaran dalam
permainan maupun dalam pekerjannya sehari-hari.
2. Dapat juga keras kepala itu disebabkan karena iri hati terhadap adiknya yang baru
lahir. Ia merasa kasih sayang orang tuanya yang tadinya dicurahkan kepadanya
beralih kepada adiknya.Banyak kehendaknya yang tidak dapat dilayani oleh ibunya.
Ia merasa kesal, sering membantah atau tidak menuruti perintah orang tuanya.
3. Keras kepala yang disebabkan karena pendidik itu sendiri. Umpamanya karena anak
itu banyak dicela atau ditertawakan,diejek ataupun dihina. Karena itu orang tua/guru
hendaknya jangan mencela atau menertawakan anak.
4. Tindakan yang keras dan kasar atau tidak menaruh kasih sayang, dapat pula
menimbulkan keras kepala.
5. Perasaan takut dan perasaan harga diri-kurang misalnya, anak yang takut mendapat
nilai buruk atau takut ditertawakan tidak mau melakukan perintah gurunya.
6. Ada kalanya keras kepala itu timbul bila anak tidak dapat memecahkan soal yang
sulit-sulit dalam pelajaran di sekolah atau dalam permainannya.
7. Akhirnya, ada pula keras kepala yang semu (pura-pura) saja, bukan keras kepala yang
sebenarnya

Usaha yang terutama dari pendidik ialah megetahui sebab-sebabnya dengan teliti agar
selanjutnya dapat bertindak dengan tepat dan bijaksana, umpamanya :
1. Jangan terlalu memanjakan anak atau terlalu banyak memberikan pertolongan.
Didiklah anak-anak ke arah dapat berdiri sendiri dengan kemampuan sendiri
2. Kalau keras kepala itu karena putus asa, gembirakan hati anak itu, jangan dicela atau
dihina, tetapi berikanlah kepaercayaan terhadap dirinya, besarkanlah hatinya.
3. Pendidik hendaknya ingat tabiat anak-anak dan keadannya pada waktu itu, lahir
maupun batinnya.
4. Janganlah memberi tugas atua pekerjaan yang terlalu sukar sehingga tidak dapt
terpecahkan oleh anak.
5. Pada anak yang masih kecil, usaha kita dapat pula berhasil dengan membelokkan
perhatian itu ke arah lain, apalagi kalau tanda-tanda keras kepala itu baru mulai
nampak.

2. Anak yang manja

Kita dapat memanjakan anak dengan bermacam-macam cara :

1. Meliputi si anak dengan seribu satu macam pemeliharaan dan menyingkirkan segala
kesulitan baginya
2. Memenuhi segala kebutuhan si anak. Apa saja yang menjadi kehendak dan keinginan
si anak biarpun akan merugikan atau menganggu kesehetan dan pertumbuhannnya
dituruti saja
3. Membiarkan dan membolehkan si anak berbuat skehendak hatinya;jadi tidak
membiasakan dia akan ketertiban, kepatuhan, peraturan, dan kebiasaan-kebiasaan
baik lainnya.

Umumnya kita sependapat bahwa kebanyakan anak yang diancam bahaya ‘dimanjakan”
ialah :

1. Anak tunggal
2. Anak sulung adiknya belum lahir
3. Anak bungsu
4. Anak yang termanis atau terpandai di antara saudara saudaranya
5. Anak yang sering sakit
6. Anak yang cacat
7. Seorang anak laki-laki yang saudaranya perempuan semua
8. Seorang anak perempuan yang saudara-saudaranya laki-laki semuanya
9. Anak yang diasuh oleh neneknya
10. Anak angkat

Hal-hal yang menyebabkan anak manja :

a. Karena ketakutan yang berlebih-lebihan akan bahaya yang mungkin mengancam si


anak.
b. Keinginan yang tidak disadari untuk selalu menolong dan memudahkan kehidupan si
anak.
c. Karena orang tua sendiri takut akan kesukaran, segan bersusah-susah,ingin mudah dan
enaknya saja.
d. Karena kebodohan orang tua, dalam hal ini dalam pola pengasuhan anak.

Akibat- akibat buruk memanjakan anak :

a. Anak akan mempunyai sifat mementingkan dirinya sendiri.


b. Kurang mempunyai rasa tanggung jawab
c. Memanjakan juga dapat mengakibatkan anak menjadi mempunyai perssaan harga diri
kurang.
d. Di sekolah, anak yang manja itu selalu berusaha menarik perhatian guru atau teman-
temannya.
e. Karena tidak ada kemauan dan inisiatif; di sekolah anak yang manja itu biasanya
bersifat pemalas

3. Perasaan takut pada anak

Perasaan takut adalah sejenis naluri (insting). Perasaan takut terdapat pada semua
orang ; baik rang tua maupun uda, dewasa maupn anak-anak, kaya ataupun miskin, semua
mempunyai perasaan takut itu.kebanyakan perasaan atkut yang ada pada anak-anak dan oran
dewasa disebabkan karena pengaruh lingkungan.

Sebab-sebab timbulnya rasa takut pada anak sebagai berikut :

a. Tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi disekitarnya


b. Kesukaran-kesukaran dalam kehidupan, yang menghilangkan kepercayaan terhadap
diri sndiri
c. Berpisah dengan orang yang dicintai dan dikenal
d. Pengaruh-pengaruh salah dari orang lain yang dilakukan dngna sadar atau tidak sadar.

Cara mengatasi rasa takut pada anak sebagai berikut :

a. Kenalkan anak-anak itu kepada hal - hal yang ditakutinya. Bila anak takut pada
sesuatu yang tidak dikenalnya, obatnya ialah mengajar anak itu mengenal
liingkungannya lebih baik
b. Bangkitkan kepercayaan keada diri sendiri pada anak itu
c. Usahakan agar hubungan pendidik (guru) dan anak didik selalu erat
d. Pendidik hendaklah bersikap tenang, jangan gugup jika menghadapi sesuatu hal yang
membehayakan atau menakutkan.

4. Dusta anak

Dalam perkembangan anak sejak keci, kita perhatan bahwa sebenarnya mula-mula
anak itu tidak tahu dan tidak pernah berdust. Anak-anak yang berusia 3-4 tahun selalu
mengatakan apa saja yang diengar dan dilihatnya dengna sesungguhnya. Ia mengatakan itu
apa adanya. Akan tetapi, disbabkan karena pengaruh-pengaruh lingkungan dan kaerna
kesalahan-kesalahan dalam pendidkan keluarga, banyak anak yang udah berbuat dusta.

Macam- macam dusta pada anak :

1. Dusta semu

Dikatakan dusta semu karena mereka belum mengetahui benar tentang buruk dan baik
dalam arti susila. Lagipula mereka tidak mempunyai tujuan menipu atau berdusta pada orang
lain. Suatu perbuatan dapat dikatakakn dusta yang sebenarnya jika yang melakukan itu :

a. menginsyafi benar bahwa ia berdusta


b. mempunyai tujuan untuk menipu orang lain
c. dengan dustanya itu ia mengharapkan mencapai suatu maksud.

Yang menyebabkan anak kecil itu melakukan dusta semu antara lain :

a. Pengamatannya yang belum sempurna : Orang tua atau guru janganlah cepat-cepat
mempercayai atau menganggap benar seluruh keterangan yang diajukan oleh anak-
anak dalam usia semuda itu, apalagi jika keterangna itu bersifat pengaduan mengenai
dirinya.Karena daya ingatan anak belum sempurna.
b. Karena daya ingatan anak belum sempurna
c. Karena fantasinya yang sangat kuat

Sikap orang tua/guru terhadap duta semu anak :

a. Tunjukkan kepada anak itu bahwa ia khilaf atau ia hanya berangan-angan saja
b. Bagi guru penting sekali memimpin anak agar dalam pelajaran mereka dibiasakan
mengamati sendiri dengan seksama, teratur dan objektif
c. Pendidik (terutama orang tua) tidak boleh mengatakan ,”Aah…bohong kamu! Saya
tidak percaya kepadamu!” kepada anak-anak yang dusta semu, sebab dengan kata-
kata tersebut anak-anak akan menjadi kurang kepercayaan terhadap pendidiknya.

2. Dusta sebenarnya

Macam-macam dusta yang sering terdapat pada anak-anak dan sebab-sebabnya.

1) Dusta karena takut

Kebanyakan dusta pada anak-anak adalah dusta karena takut.Anak takut dimarahi oleh
ayahnya atau gurunya, maka ia berdusta

2) Dusta social atau dusta altruistis

Dusta semacam ini dilakukan oleh anak untuk melindungi orang lain.  Seorang anak
melakukan dusta tetrhadap gurunya dengan maksud supaya dengan dusta itu temannya akan
terhindar dari hukuman.

3) Dusta untuk kepentingan diri sndiri dan dusta egoistis

Dusta macam ini hendaknya mendapat perhatian yang besar dari para pendididk dalam
memberantasnya. Peberian hukuman kepada si pendusta merupakan hal yang sewajarnya
pula. Termasuk dusta macam ini terdapat pula dusta karena iri hati atau dengki kepada orang
lain.

4) Dusta kompensasi
Dusta kompensasi adalah dusta yang dilakukan anak disebabkan perasaan kurang harga
diri. Anak-anak yang menderita perasan kurang harga diri sering menganggap bahwa orang-
orang yang disekitarnya memandang rendah terhadap mereka.

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning disability.
Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena learning artinya belajar dan disabiliti
artinya ketidakmampuan; sehingga terjemahan yang benar seharusnya  adalah
ketidakmampuan belajar Kesulitan belajar adalah suatu keadaan yang menyebabkan siswa
tidak dapat belajar sebagaimana mestinya (Dalyono, 1997 : 229). Definisi lain tentang
kesulitan belajar yaitu kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di sekolah.
(Sabri, 1995 : 88) Menurut Burton, siswa diduga mengalami kesulitan belajar, apabila siswa
tidak dapat mencapai ukuran tingkat keberhasilan belajar dalam waktu tertentu, siswa tidak
dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan dan tidak dapat mencapai tingkat penguasaan
materi. (Makmun, 1996 : 207) Dari beberapa definisi di atas menunjukkan bahwa siswa yang
mengalami kesulitan belajar, akan sukar dalam menyerap materi-materi pelajaran yang di
sampaikan oleh guru sehingga ia akan malas dalam belajar, serta tidak dapat menguasai
materi, menghindari pelajaran, mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru, penurunan
nilai belajar dan prestasi belajar rendah.

1. Faktor-faktor Kesulitan Belajar

    Faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar di sekolah itu banyak dan beragam.
Apabila dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperan dalam belajar, penyebab kesulitan
belajar tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu faktor yang berasal
dari dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor
eksternal).

GAdapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar itu, dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1). Faktor internal, yang meliputi: 

a. Faktor fisiologi
Faktor Fisiologi. Seorang anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami
kelemahan fisik, sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah akibatnya rangsangan
yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Anak yang kurang
sehat akan mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, pusing,
mengantuk,daya konsentrasinya berkurang dan kurang bersemangat dalam belajar.
Ahmad Thanthowi (1991 : 106) mengatakan: “Karena sakit-sakitan, maka menjadi
sering meninggalkan sekolah. Demikian juga dalam upaya belajar di rumah frekuensi
belajar dapat menjadi menurun. Maka badan yang sehat dan segar amat berpengaruh
bagi tercapainya sukses belajar.” Wasty Soemanto, mengatakan bahwa: “Orang yang
belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badanya sakit akibat
penyakit-penyakit tertentu serta kelelahan tidak akan dapat belajar dengan efektif.
Cacat fisik juga  mengganggu hal belajar.” (Soemanto,1990 : 121) Gangguan serta
cacat mental pada seseorang juga sangat mengganggu hal belajar orang yang
bersangkutan. Bagaimana orang dapat belajar dengan baik apabila ia sakit ingatan,
sedih, frustrasi atau putus asa.” Bila seorang anak mengalami sakit yang lama, maka
sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat mengikuti pelajaran untuk
beberapa hari dan pelajarannya pun tertinggal. Selain itu cacat tubuh pun dapat
menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar.

b. Faktor psikologi
Faktor Psikologi. Belajar memerlukan kesiapan rohani dan kesiapan mental
yang baik, dan yang termasuk dalam faktor psikologi adalah:
1. Inteligensi. Menurut David Wechsler, Intelegensi adalah:Kemampuan individu untuk
berfikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif (Sarwono, 1991 : 71). Faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap
kemajuan belajar anak. Bila ntelegensi seseorang memang rendah dan ia tidak
mendapat bantuan dari pendidik dan orang tuanya, maka usaha dan jerih payahnya
dalam belajar akan memperoleh hasil yang kurang baik atau mungkin tidak akan
berhasil.
2. Bakat. Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir (Ahmadi,
1991 : 78). Setiap individu memiliki bakat yang berbeda-beda dan seseorang akan
mempelajari sesuatu sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Apabila seorang anak
mempelajari suatu bidang studi yang bertentangan dengan bakatnya, maka ia akan
merasa bosan dan cepat putus asa.
3. Minat. Seorang anak yang tidak memiliki minat terhadap suatu pelajaran akan
menimbulkan kesulitan belajar. Minat yang timbul dari kebutuhan belajar siswa, akan
menjadi pendorong dalam melaksanakan belajar. “Ada tiga komponen yang harus
dimiliki anak, agar dirinya dapat melakukan kegiatan proses belajar yaitu: Minat,
Perhatian, Motivasi. (Surya, 2003 : 6).
4. Motivasi. Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar. ’Motivasi
berfungsi menimbulkan, mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar’ (Ahmadi,
1991 : 79). Seseorang yang motivasinya lemah tampak acuh tak acuh terhadap
pelajaran, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran dan sering
meninggalkan pelajaran yang mengakibatkan kesulitan dalam belajar

2). Faktor eksternal, yang meliputi:

a. Faktor orang tua


1. Faktor orang tua. Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi
dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Dalam hal ini orang tua
memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya,karena pandangan
hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari kedua orang
tuanya. “Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar
bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabi’at anak
sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lain.”
(Hasbullah, 1996 : 89) Yang termasuk faktor ini antara lain adalah:
2. Bimbingan dan didikan orang tua. Orang tua yang tidak tahu atau kurang
memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab kesulitan
belajar anak-anak memerlukan bimbingan orang tua agar bersikap dewasa dan
tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang bekerja dapat
mengakibatkan anak tidak memperoleh bimbingan atau pengawasan dari orang
tuanya, sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar.
3. Hubungan orang tua dan anak. Faktor ini penting sekali dalam menentukan
kemajuan belajar anak. Kasih sayang dari orang tua menimbulkan mental yang
sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional
insecurity. Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar apabila tidak ada atau
kurangnya kasih sayang dari orang tua.
4. Suasana rumah atau keluarga. Suasana rumah yang sangat ramai atau gaduh,
mengakibatkan anak tidak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu
konsentrasinya, sehingga sukar belajar.
5. Keadaan ekonomi keluarga. Keadaan ekonomi digolongkan dalam: – Ekonomi
yang kurang atau miskin  keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat
belajar, kurangnya biaya dan anak tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
Ketiga hal tersebut akan menjadi penghambat bagi anak untuk dapat belajar
dengan baik dan hal tersebut juga dapat menghambat kemajuan belajar anak. –
Ekonomi yang berlebihan (kaya). Keadaan ini sebaiknya dari keadaan yang
pertama, yaitu ekonomi keluarga yang melimpah ruah. Mereka akan menjadi
malas belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang mungkin orang tua tidak
tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah keadaan seperti ini akan
dapat menghambat kemajuan belajar.

b. Faktor sekolah
a. Guru. Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar apabila guru tidak
memenuhi syarat sebagai seorang pendidik, contohnya:  hubungan guru kurang
baik dengan siswa dan guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
Seorang guru dituntut harus dapat mengelola komponen-komponen yang terkait
dalam mendidik para siswa. “Dalam komponen- komponen yang berpengaruh
terhadap hasil belajar, komponen guru lebih menentukan karena ia akan
mengelola komponen lainnyasehingga dapat meningkatkan hasil proses belajar
mengajar.” (Ladjid, 2005 : 114)
b. Alat pelajaran. Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran
tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat
laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
c. Kondisi gedung. Apabila gedung sekolah dekat dengan keramaian, ruangan gelap
dan sempit maka situasi belajar akan kurang baik karena sangat mengganggu
konsentrasi sehingga kegiatan belajar terhambat. Dalam belajar dibutuhkan
konsentrasi penuh sehingga siswa akan dengan mudah dalam memahami pelajaran
yang sedang dibahas. “Ruang kelas yang kotor, berdebu, dan kurang ventilasi
dapat mengganggu kesehatan, terutama pernapasan sehingga proses belajar
mengajar dapat mengalami gangguan. Demikian juga situasi dalam kelas yang
bising, ribut, tidak memungkinkan tercapainya tujuan belajar yang
diinginkan”(Thonthowi, 1991 : 1005)
d. Kurikulum. Kurikulum dapat dikatakan kurang baik apabila bahanmaterinya
terlalu tinggi dan pembagian bahanmateri tidak seimbang. “Kurikulum yang baik
dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat dikatakan
kurikulum itu baik dan seimbang. Kurikulum ini juga harus mampu
mengembangkan segala segi kepribadian siswa. Di samping kebutuhan siswa
sebagai anggota masyarakat.”(Slameto, 2003 : 93).
e. Waktu sekolah dan disiplin kurang. Waktu yang baik untuk belajar adalah pagi
hari, karena kondisi anak masih dalam keadaan yang optimal untuk dapat
menerima atau menyerap pelajaran. Apabila sekolah masuk siang atau sore
kondisi siswa sudah tidak optimal lagi untuk menyerap pelajaran, karena energi
mereka sudah berkurang. Selain itu pelaksanaan disiplin yang kurang juga dapat
menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar
BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPILAN

Kesukaran-kesukaran pendidikan diantaranya keras hati dan keras kepala yang berakibat
buruk pada anak, untuk mecegah kesukaran itu terjadi perlunya bantuan dari orang tua dan
guru untuk pencegahannya

B. SARAN

Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah
sempurna. Oleh karena itu kami menerima saran maupun kritik yang membangun dan
mengembangkan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2007. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta :


DepDikBud dan Rieneka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT.
Rineka Cipta.

Bahri Saiful Djamaroh. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta :
Reinika Cipta.

C. Drew Edwards. 1999. Ketika Anak Sulit Diatur, Bandung : Kaifa.

Dimyati, Mudjiono. 2002. Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : DepDikBud dan Rieneka
Cipta.

Hamalik, Oemar.2005. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Edisi Ketiga Cetak
Ulang Pertama, Penerbit Tarsito

Chen, Y. P., Lee, H. F., & Wong, T. T. (2016). Epileptic seizure in primary intracranial
sarcoma: a case report and literature review. Child’s Nervous System, 32(9), 1709–
1714. https://doi.org/10.1007/s00381-016-3174-3

Mujianto, S. (2017). Analisis daya beda soal. taraf kesukaran, butir tes, validitas butir tes,
interpretasi hasil tes valliditas ramalan dalam evaluasi pendidikan. Jurnal Manajemen
Dan Pendidikan Islam 2, 2(2), 192–213.

Anda mungkin juga menyukai