Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN INKLUSI

“Peranan Dan Tanggung Jawab Orang Tua Dan Masyarakat

Dalam Pendidikan Inklusif ”

Oleh :

KELOMPOK IV

FAJRI GUSNINDA

MUHAMMAD ALDI ARRAHMAN

THASYA DJAHRATUL AINI

ANGGRAINI AGUSTIARA RISMA

ANNISA ULFA

KAMILA

Seksi :

18 BKT 10

Dosen : Setia Budi, S. Kep, Ns, M. Kep

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
Peranan Dan Tanggung Jawab Orang Tua Dan Masyarakat

Dalam Pendidikan Inklusif

A. Peranan Orang Tua Pada Pendidikan Inklusif

Disebutkan dalam pedoman pelaksanaan pendidikan inklusif pada White


Paper No. 6 tahun 2001 (Departemen Pendidikan Nasional), dinyatakan dengan
jelas bahwa keterlibatan aktif orang tua dalam proses belajar mengajar sangat
penting dalam pembelajaran dan pengembangan yang efektif bagi anak.
Keterlibatan tersebut mencakup pengakuan bagi orang tua sebagai pemberi
perawatan utama anak-anak mereka dan karena itu, orang tua adalah sumber
utama untuk sistem pendidikan. Secara umum, Hewett dan Frenk (1968)
menyebutkan bahwa peranan dan fungsi orang tua terhadap anak berkebutuhan
khusus sebagai berikut

1. Sebagai pendamping utama (as aids), yaitu sebagai pendamping utama


yang membantu tercapainya tujuan layanan penanganan dan pendidikan
anak.

2. Sebagai advokat (as advocates), yang mengerti, mengusahakan, dan


menjaga hak anak dalam kesempatan mendapat layanan pendidikan
sesuai dengan karakteristik khususnya.

3. Sebagai sumber (as resources), menjadi sumber data yang lengkap dan
benar mengenai diri anak dalam usaha intervensi perilaku anak.

4. Sebagai guru (as teacher), berperan menjadi pendidik bagi anak dalam
kehidupan sehari-hari di luar jam sekolah.

5. Sebagai diagnostisian (diagnosticians) penentu karakteristik dan jenis


kebutuhan khusus dan berkemampuan melakukan treatmen, terutama di
luar jam sekolah. dalam hal ini guru dan orang tua mempunyai tugas
untuk berkolaborasi dalam memberikan informasi tentang
perkembangan, keterampilan, motivasi, rentang perhatiannya,
penerimaan sosial, dan penyesuaian emosional anak, yang dapat
diperoleh dengan mengisi rating scale tentang perilaku anak pada waktu
identifikasi dan assesmen.

Berdasarkan peranan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus diatas,


maka terlihat bahwa keikutsertaan orang tua dalam pendidikan anak memang
menjadi faktor pendorong dan penentu dalam pengembangan pendidikan inklusif
di seluruh dunia.

Di Amerika Serikat misalnya, jumlah sekolah yang menerapkan pendidikan


inklusif dari tahun ke tahun terus terjadi peningkatan. kesuksesan tersebut tidak
terlepas dari peran advokasi para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan
khusus,. Peran partisipasi orang tua dalam pendidikan inklusi dijelaskan lebih
lanjut dalam Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) tahun 1990 dan
otorisasi resminya pada tahun 1997. Kebijakan tersebut mengesahkan peran orang
tua sebagai kolaborator dan merekomendasikan agar para profesional
menggabungkan pengetahuan orang tua tentang anak mereka saat memutuskan
masalah pendidikan dan mereka juga harus memberi tahu orang tua tentang hak
mereka.

Demikian juga di Afrika Selatan, para orang tua menjadi advokad dari
gerakan inklusi pada tahun 1990an. Mendukung penempatan anak-anak mereka
yang memiliki disabilitas di sekolah umum. Keterlibatan orang tua dalam sistem
pendidikan Afrika Selatan telah diakui dan telah diberikan izin dalam mengambil
bagian untuk memutuskan pendidikan anak-anak mereka. Peran advokasi yang
dilakukan oleh orang tua penyandang disabillitas dalam gerakan menuju
pendidikan inklusi di Afrika Selatan adalah suatu terobosan penting dalam
sejarah. Hal ini membuka jalan bagi orang tua untuk terlibat dalam proses
pembuatan keputusan mengenai penempatan sekolah dan program dukungan
belajar untuk anak-anak mereka

Dari gambaran di diatas dapat kita pahami bahwa peran orang tua dalam
pendidikan inklusi adalah :

 Advokasi bagi pendidikan anak mereka.


 Sebagai kolaborator dan rekomendator bagi para profesional untuk
memberikan pengetahuan dan pengalaman tentang cara mereka
menangani anak mereka dirumah agar mudah dalam memutuskan
masalah pendidikan bagi anak

 Memberikan sebuah pengakuan terhadap eksistensi anak, dengan


memberikan mereka akses untuk bisa hidup didalam kalangan yang
lebih umum

 Membantu memberikan keputusan mengenai penempatan sekolah dan


program dukungan belajar untuk anak-anak mereka.

 Melibatkan diri kedalam proses belajar mengajar anak secara aktif,


guna memberikan dukungan bagi pembelajaran dan pengembangan
yang efektif bagi anak.

Demikian pula, isu pernyataan untuk 'kebutuhan khusus' atau anak-anak


penyandang disabilitas, juga mendorong lebih banyak kemitraan antara orang tua
dan sekolah. Lebih lanjut lagi, Sue Stubss dalam bukunya Inclusive Education
(2002) menjelaskan bahwa kolaborasi antara orang tua dan guru dalam
mengembangkan program pendidikan inklusif, dianggap sebagai mitra kerja yang
setara dan terbukti memberikan kontribusi yang signifikan untuk anak mereka,
kontribusi tersebut meliputi:

1. Membantu dan memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada


guru tentang cara menangani anaknya

2. Menjadi pembicara dan berbagi pengalaman dalam seminar yang


dilaksanakan guru dan in-service training lainnya.

3. Para orang tua dapat bekerja sama dengan sekolah lain untuk
membantu mengembangkan pendidikan inklusif.

4. Bekerjasama dan membuat perencanaan bersama dengan


kelompokkelompok stakeholder utama lainnya: Federasi Nasional
Organisasi Penyandang disabilitas dan organisasi lainnya.
Berdasarkan dari pemaparan diatas dapat kita artikan bahwa peran orang
tua dalam pendidikan inklusif sangatlah mempunyai pengaruh yang sangat
signifikan, karena berangkat dari pemahaman bahwa orang tua lah yang paling
mengerti karakteristik anak mereka, yang mana catatan-catatan harian orang tua
mengenai karakteristik, kebiasaan dan kebutuhan anak mereka dapat di
informasikan kepada pihak sekolah agar guru dan profesional lainnya dapat
memfasilitasi dan membuat program pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak
mereka.

B. Peranan Masyarakat Pada Pendidikan Inklusif

Peran serta masyarakat yang terdiri dari orang tua, anggota keluarga, tokoh
masyarakat, para pengusaha, dan stakeholders telah diatur dalam UU nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa:
“Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan
memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya.” Pasal 8
menyatakan: “masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi program pendidikan.” Sedangkan pasal 9 berbunyi:
masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam
penyelenggaraan pendidikan.” Sedangkan peran serta organisasi kemasyarakatan
juga telah diatur dalam UU nomor 8 tahun 1985 tentang organisasi
kemasyarakatan. Bab I pasal 1 berbunyi: ...”yang dimaksud dengan Organisasi
Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat
warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan,
profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk
berperan serta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional...”.

Peran serta masyarakat yang berupa kerjasama kemitraan antara sekolah


dengan pemerintah, orang tua, dan kelompok-kelompok masyarakat serta
organisasi kemasyarakatan lainnya dilindungi oleh undang-undang atau peraturan-
peraturan pemerintah yang mendasari kerjasama kemitraan.
Wasliman (2009: 135) mengatakan peran serta masyarakat sangat penting
diwujudkan dalam implementasi pendidikan kebutuhan khusus, karena
masyarakat memiliki berbagai sumber daya yang dibutuhkan sekolah dan
sekaligus masyarakat juga sebagai pemilik sekolah di samping pemerintah.
Pemerintah telah membuat aturanaturan tentang pendidikan di Indonesia. Dalam
undang-undang terdapat beberapa aturan tentang dasar hukum yang mengatur
pada pendidikan tersebut. “Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan
sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan”. (Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 9).

Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang


meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui
dewan pendidikan dan komite sekolah. Indikator partisipasi masyarakat dalam
mendukung pelaksanaan pendidikan inklusif untuk anak berkebutuhan khusus
adalah sebagai berikut:

1) ikut serta mengajukan usul atau pendapat mengenai usaha-usaha


dalam pelasanaan pendidikan inklusif yang dilakukan langsung
maupun melalui lembaga-lembaga yang ada;

2) ikut serta bermusyawarah dalam mengambil keputusan tentang


penentuan program sekolah yang dianggap sesuai dan baik untuk
anak berkebutuhan khusus;

3) ikut serta melaksanakan apa yang telah diputuskan dalam


musyawarah termasuk dalam hal ini memberikan sumbangan, baik
berupa tenaga, iuran uang dan material lainnya;

4) ikut serta mengawasi pelaksanaan keputusan bersama termasuk di


dalam mengajukan saran, kritik dan meluruskan masalah yang tidak
sesuai dengan apa yang telah diputuskan tersebut;

5) dengan istilah lain ikut serta bertanggung jawab terhadap


berhasilnya pelaksanaan program yang telah ditentukan bersama;
6) ikut serta menikmati dan memelihara hasil-hasil dari kegiatan
tersebut.

C. Bentuk Kerja Sama Guru, Orang Tua, GPK dan Masyarakat pada
pendidikan inklusif

a) Peran dan Tanggung Jawab Guru Kelas


Guru kelas adalah guru yang mengikuti kelas pada satuan pendidikan
sekolah dasar atau yang sederajat, yang bertugas melaksanakan pembelajaran
seluruh mata pelajaran pada satuan pendidikan tersebut, kecuali pendidikan agama
dan olahraga.

1) Berkomunikasi secara berkala dengan keluarga, yaitu: orangtua atau wali


tentang kemajuan anak mereka dalam belajar dan berprestasi;
2) Bekerja sama dengan masyarakat untuk menjaring anak yang tidak
bersekolah, mengajak dan memasukkannya ke sekolah;
3) Menjelaskan manfaat dan tujuan lingkungan inklusi ramah terhadap
pembelajaran kepada orangtua peserta didik;
4) Mempersiapkan anak agar berarti berinteraksi dengan masyarakat sebagai
bagian dari kurikulum, seperti mengunjungi museum, memperingati hari-
hari besar keagamaan dan nasional;
5) Mengajak orangtua dan anggota masyarakat terlibat di kelas;
6) Mengkomunikasikan lingkungan inklusi ramah terhadap pembelajaran
kepada orangtua atau wali peserta didik, komite sekolah serta pemimpin
dan anggota masyarakat;
7) Bekerja sama dengan para orangtua untuk menjadi penyuluh lingkungan
inklusi ramah terhadap pembelajaran di lingkungan sekolah dan
masyarakat.

b) Peran dan Tanggung Jawab Guru Bidang Studi


                Guru mata pelajaran adalah guru yang bertanggung jawab
melaksanakan pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan
Sekolah Dasar dan yang sederajad, Sekolah Menengah Pertama dan yang
sederajat, Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat, serta Sekolah Menengah
Kejuruan atau Madrasah Aliyah Kejuruan. Tugasnya adalah membantu guru kelas
dan guru pembimbing khusus dalam pelaksanaan pembelajaran yang efektif bagi
siswa.

c) Peran dan Tanggung Jawab Guru Pembimbing Khusus (GPK)


Guru Pendidikan Khusus adalah guru yang berkualifikasi sarjana (S1)
pendidikan luar biasa (ortopedagog) yang memiliki tugas dan fungsi sebagai
pendamping, dan bekerja sama dengan guru kelas atau guru bidang studi dalam
memberikan assesmen, menyusu program pengajaran individuan.

Disamping itu GPK bertugas memberikan layanan pendidikan bagi anak


berkebutuhan khusus pada sekolah inklusif. Materi yang menjadi tanggung jawab
GPK meliputi layanan pembelajaran pra-akademik, layanan kekhususan dan
layanan pendidikan bagi anak berk4ebutuhan khusus yang mengalami hambatan
dalam pembelajaran akademik. Sesuai dengan tugas dan kewenangannya, maka
GPK haruslah berlatar belakang pendidikan khusus atau guru reguler yang telah
mendapatkan pelatihan yang memadai tentang layanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus.

Selain berperan seperti halnya guru pada umunya, GPK memiliki peran khusus
yaitu:

1) Mengembangkan dan memelihara kesepadanan optimal ABK dengan anak


lain.
2) Menjaga agar kehadiran ABK tidak mengganggu pelaksanaan program
endidikan sekolah umum.
3) Mengembangkan dan meningkatkan program pendidikan inklusi.
4) Mengusahakan keserasian suasana pendidikan di sekolah dan di tengah-
tengah keluarga anak berkebutuhan khusus.

Tugas Guru Pembimbing Khusus :


1. Tugas menyelenggarakan assesmen
Asesmen adalah penilaian yang mengacu pada berbagai Instrumen yang
dapat digunakan untuk memperoleh informasi seperti pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan tingkah laku anak. Proses pengumpulan
informasi tentang seorang anak yang akan digunakan untuk membuat
pertimbangan dan keputusan yang berhubungan dengan anak
Penyelenggaraan asesmen khusus bertujuan :

 Mengetahui jenis dan tingkat ABK.


 Mengetahui jenis dan tingkat kendala ABK.
 Mengetahui berbagai potensi yang dimiliki ABK.
 Mengetahui berbagai kebutuhan ABK.
 Mengetahui kemajuan atau hasil pencapaian ABK dalam proses
pelayanan kependidikan khusus.
         Tugas menyelenggarakan asesmen dilakukan secara bertahap meliputi:

 asesmen diagnostik, dilaksanakan pada waktu ABK mulai masuk


sekolah atau pada waktu mengalami kesulitan dalam proses belajar
mengajar.
 asesmen formatif, dilaksanakan bersamaan penyelenggaraan
bimbingan, latihan, pengajaran kompensatif.
 asesmen sumatif, dilaksanakan pada tahap akhir penyelenggaraan
pendidikan khusus.

2. Tugas menyelenggarakan kurikulum plus (pendidikan


kompensatoris)
Kurikulum tambahan ini tidak ada dalam kurikulum standar. Kurikulum
tambahan ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan kompensatoris yang
bersifat membimbing, melatih,dan membenahi anak berkebutuhan khusus
untuk mempersiapkan berintegrasi ke dalam klas bersama-sama anak awas.
Penyelenggaraan kurikulum plus bertujuan mencapai kesepadanan optimal
ABK dengan peserta didik lain.
3. Tugas menyelenggarakan layanan pembelajaran khusus
Pengajaran khusus adalah pengajaran yang diberikan kepada ABK yang di
dalam proses belajar mengalami ketidaksesuaian dengan tuntutan kurikulum
standar. Penyelenggaraan ini bertujuan mencapai kesesuaian optimal ABK
dengan tuntutan program pendidikan mereka.

Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan meliputi:

 Pengajaran remedial, diberikan jika ABK di dalam proses belajar


mengajar di klas mengalami ketidakjelasan, salah pengertian dan atau
kesalahan cara mengajar guru,
 Pengajaran akselerasi, diberikan kepada ABK yang mengalami
kecerdasan istimewa dan berprestasi luar biasa dalam pelajarannya,
 Pengajaran pengayaan, diberikan kepada semua ABK untuk
memperkaya pengalaman kongkret sesuai dengan program pengajaran
mereka.
 Pembelajaran individual dengan program pembelaaran individual
(PPI): dilaksanakan terhadap ABK dengan kecerdasan di bawah rata-
rata dan tidak mampu mengikuti pembelajaran dengan kurikulum
standar.

4. Tugas menyelenggarakan kunjungan rumah


Tugas menyelenggarakan kunjungan rumah adalah pelayanan
kepada orang tua dan anggota keluarga ABK untuk mengembangkan
pengertian dan sikap wajar terhadap ABK.

Penyelenggaraan kunjungan rumah bertujuan menyelaraskan,


menyerasikan, dan menyepadankan suasana pendidikan di rumah dan
suasana pendidikan & sekolah, yang tugas-tugasnya meliputi:

 Bimbingan kepada orangtua dan keluarga ABK.


 Bimbingan dan latihan-latihan kepada ABK terhadap hal-hal yang
sulit dilaksanakan di sekolah.
5. Tugas menyelenggarakan adaptasi media
Adaptasi media misalnya kegiatan mengalihhurufkan dari huruf
Braille ke huruf visual, atau sebaliknya, serta memperbesar ukuran huruf
untuk anak low vision. Penyelenggaraan adaptasi media bertujuan:

 Menghilangkan kesenjangan komunikasi tertulis/ lesan antara ABK


dengan para Guru Klas / Guru Bidang studi.
 Melengkapi bahan pelajaran tertulis yang relevan dengan ABK
(tunanetra: dalam huruf Braille dan atau huruf visual ukuran besar).

6. Tugas pengelolaan alat bantu/ paraga khusus/ buku khusus/


media khusus
Pengelolaan alat bantu/ peraga khusus adalah pengelolaan alat
pengajaran, alat peraga, dan buku-buku khusus bagi ABK, Pengelolaan alat
bantu/ peraga khusus bagi ABK bertujuan:

 Menjamin efisiensi optimal penggunaan alat bantu/peraga khusus


dan buku-buku ABK.
 Membebaskan para Guru Klas / Guru Bidang studi dari tugas
mengelola alat bantu/peraga khusus.

Tugas mengelola alat bantu/peraga khusus dan buku ABK meliputi:

 Menyimpan serta merawat alat bantu/peraga khusus dan buku


ABK.
 Mengatur penggunaan alat bantu/peraga khusus dan buku ABK.
 Mengurus pengadaan alat bantu/peraga khusus dan buku ABK.
 Mengembalikan alat bantu/peraga khusus dan buku ABK yang
sudah tidak digunakan secara aktif pada Pusat Material Pendidikan
Inklusi Tunanetra.
 Membuat alat bantu/peraga sederhana.

7. Tugas menyelenggarakan pengembangan program


Pengembangan program Pendidikan Inklusi adalah:

 Pembinaan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan tugas para GPK


dan guru kelas/ mata pelajaran/ BP.
 Pembinaan wawasan, sikap dan perilaku profesional di kalangan
para GPK dan guru kelas/ mata pelajaran/ BP.
 Melakukan bimbingan kepada guru kelas/ mata pelajaran dalam
mengadaptasi pembelajaran agar pembelajaran dapat dilakukan
mampu mengakomodasi kebutuhan semua peserta didik (termasuk
ABK).
 Melakukan bimbingan kepada guru kelas/ mata pelajaran dalam
mengadaptasi penilaian.
 Melakukan bimbingan kepada warga sekolah dalam
memperlakukan ABK dengan tepat.

8. Tugas menyelenggarakan administrasi khusus


Administrasi khusus adalah segala kegiatan administrasi yang
diperlukan bagi ABK dan yang tidak termasuk ke dalam administrasi
sekolah.

Tugas menyelenggarakan administrasi khusus meliputi:

 Menyusun jadwal tugas seminggu untuk masa pelaksanaan satu


semester/ tahunan, dan mengusahakan pengesahannya kepada
Kepala Sekolah.
 Menyusun laporan pelaksanaan tugas bulanan dan menyampaikan
kepada Kepala Sekolah serta pihak-pihak lain yang berkepentingan
 Merekam hasil asesmen dan evaluasi khusus, menyimpan dan
mengatur penggunaan dokumen-dokumen evaluasi khusus,
 Menyelenggarakan administrasi pelaksanaan kurikulum plus/
pengajaran kompensatif, kunjungan rumah, pengelolaan alat
bantu/peraga khusus, adaptasi media/ alat, serta menyelenggarakan
administrasi pengembangan program.
 Melaksanakan administrasi yang berkaitan dengan jabatan GPK .
 
d) Kerjasama Dengan Orang Tua Dan Masyarakat Dalam Pendidikan
Inklusif
1) Kerjasama dengan Orang Tua/Keluarga
 Mendukung pelaksanaan lingkungan inklusi ramah terhadap
pembelajaran di sekolah;
 Berpartisipasi aktif dalam mensosialiasikan lingkungan inklusi ramah
terhadap pembelajaran di berbagai komunitas;
 Bersedia menjadi narasumber sesuai keahlian dan profesi yang
dimiliki;
 Menginformasikan nilai-nilai positif dari pelaksanaan lingkungan
inklusi ramah terhadap pembelajaran kepada masyarakat secara luas;
 Bekerja sama dengan anggota komite sekolah atau pihak lain dalam
pengadaan sumber belajar;
 Aktif bekerja sama dengan guru dalam proses pembelajaran untuk
anak yang berkebutuhan khusus;
 Aktif dalam memberikan ide/gagasan dalam rangka peningkatan
kualitas pembelajaran.

2) Kerjasama dengan Masyarakat


 Mitra pemerintah dalam mendukung terlaksananya model pendidikan
inklusi;
 Memperluas akses pendidikan dan pekerjaan bagi anak berkebutuhan
khusus;
 Membangun dan mengembangkan kesederhanaan akan hak anak
untuk memperoleh pendidikan;
 Melakukan kontrol sosial akan kebijakan pemerintah tentang
pendidikan;
 Membantu mengidentifikasi anak yang berkebutuhan khusus yang
belum bersekolah di lingkungannya;
 Sebagai tempat wadah belajar bagi peserta didik;
 Merupakan sumber informasi, pengetahuan dan pengalaman praktis;
 Mendukung sekolah dalam mengembangkan lingkungan inklusi
ramah terhadap pembelajaran

3) Hubungan Sekolah dengan Keluarga dan Masyarakat

Banyak cara yang efektif untuk menjalin hubungan sekolah dengan


orangtua dan keluarga peserta didik serta masyarakat. Hubungan yang efektif
dimaksudkan untuk membantu pengembangan pendidikan anak dalam lingkungan
inklusif ramah terhadap pembelajaran. Hubungan efektif sekolah, orangtua dan
masyarakat dapat dilakukan melalui:

 Mengadakan pertemuan dengan keluarga dan kelompok masyarakat untuk


memperkenalkan diri anda. Jelaskan kepada mereka makna keragaman
dalam kelas dan pelajaran yang ramah.
 Jadwalkan diskusi informal, satu atau dua kali dalam setahun dengan
orangtua dan komite sekolah untuk menggali potensi belajar anak mereka.
Tunjukkan contoh hasil karya anak, tekankan bakat dan prestasi yang
dimiliki anak, dan bicarakan bagaimana agar dapat belajar lebih baik jika
ia bisa mengatasi hambatannya.
 Kirim hasil karya anak ke rumahnya agar orangtuanya mengetahui
perkembangan potensi anaknya kemudian mintalah pendapat mereka.
 Biasakanlah anak membahas apa yang telah dipelajari di rumah dengan
memanfaatkan informasi pelajaran yan diperoleh dari sekolah. Juga
komunikasikan dengan orang tua bagaimana dan apa yang telah dipelajari
di kelas dengan mengaitkan kegiatan dan perannya di rumah. Dengan kata
lain, tunjukkan bagaimana pengetahuan yang diperoleh di kelas bisa
digunakan di rumah dan di masyarakat.
 Lakukan kunjungan sumber belajar di masyarakat atau minta anak
mewawancarai orangtuanya, atau kakek-neneknya tentang kegiatan saat
masa kanak-kanak dalam kehidupan bermasyarakat. Minta anak
menuliskan cerita atau karangan tentang “Kehidupan Masyarakat di Masa
Lalu”.
 Ikutsertakan anggota keluarga dalam kegiatan kelas dan undang ahli-ahli
di masyarakat untuk berbagi pengetahuan mereka di kelas.
 Memelihara Komunikasi

Dalam konsep pendidikan inklusif diperlukan kerja sama antar


pemerintah, sekolah, orangtua dan masyarakat yang dimulai dengan komunikasi.
Dalam komunikasi satu sama lain tidak saling menunggu (interaktif), tetapi
diperlukan inisiatif dari kedua belah pihak. Komunikasi interaktif menempatkan
semua pihak sama penting. Pemerintah, sekolah, orangtua dan masyarakat
diharapkan mampu memulai dan menyampaikan pesan yang berhubungan dengan
kebutuhan belajar anak.

Komunikasi yang interaktif perlu dilanjutkan dengan tindakan partisipatif,


yakni mengembangkan hubungan kerja sama sekolah, orangtua dan masyarakat
untuk menjadikan lingkungan inklusif ramah terhadap pembelajaran anak.

 
DAFTAR PUSTAKA

Azwandi, Yosfan, dkk. 2005. Bahan Ajar Pendi dikan Inklusif. Padang : Jurusan
PLB FIP UNP
Barakatullah Amin. Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Inklusif : Sekolah Pasca
Sarajana UIN Sunan Kalijaga
Depdiknas. 2007. Pedoman Khusus Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta :
Depdiknas
Depdiknas Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa. 2007. Kebutuhan dan
Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan. Jakarta : Depdiknas
Suyanto. 2007. Lingkungan Inklusif Ramah terhadap Pembelajaran
(LIRP). Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Anda mungkin juga menyukai