Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH STATISTIKA PENDIDIKAN

TENTANG
VALIDITAS DATA

OLEH :
KELOMPOK 7
FITRI FORTUNA METZA (18129258)
HAVIZA IZZATUL QAWIYYAH ( 18129264 )
TIFANNY RESKI AURELLIA ( 18129322 )
RANO SUMARA (18129202)
18 BKT 10

DOSEN PEMBIMBING :
ATIKA ULYA AKMAL, S. Pd, M. Pd

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
A. Pengertian Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan sesuatu instrument. Suatu skala atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

B. Teknik Pengujian Validitas Tes Hasil Belajar


Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas
dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang
dilakukan dengan jalan berfikir secara rasional atau penganalisisan
dengan menggunakan logika (logical analysis). Kedua,
penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada
kenyataan empiris, diamana penganalisisan dilaksanakan dengan
menggunakan empiricial analysis.
1. Pengujian validitas tes secara rasional
Tes hasil belajar yang setelah dilakukan penganalisisan secara
rasional ternyata memiliki daya ketepatan mengukur disebut tes
hasil belajar yang telah memiliki validitas logika (logical
validity) .Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas
dasar hasil pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir
secara logis. Dengan demikian maka suatu tes hasil belajar dapat
dikatakan telah memiliki validitas rasional apabila setelah
dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata bahwa tes hasil
belajar itu (secara rasional) dengan tepat telah dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah
memiliki validitas rasional ataukah belum, dapat dilakukan
penelusuran dari dua segi, yaitu segi isinya dan segi susunan atau
konstruksinya.
a. Validitas isi

2
Validitas isi adalah validitas yang dilihat dari segi isi tes
itu sendiri sebagai alat ukur hasil belajar yaitu sejauh mana tes
hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik,
isinya telah dapat mewakili secara respresentatif terhadap
keseluruan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya.
b. Validitas konstruksi
Secara etimologis, kontruksi mengandung arti susunan,
kerangka atau rekaan. Dengan demikian, validitas kontruksi
dapat diartikan sebagai validitas yang ditilik dari segi susunan,
kerangka atau rekaan.
Adapun secara terminologis, suatu tes hasil belajar dapat
dinyatakan telah memiliki validitas kontruksi, apabila tes hasil
belajar tersebut ditinjau dari segi susunan,kerangka atau
rekaannya.
Istilah validitas kontruksi (susunan) bukan berarti bahwa
tes yang bersangkutan dipandang sudah baik susunan kalimat
soalnya, atau keruntutan butir-butir soalnya. Melainkan
apabila butir-butir soal atau item yang membangun tes tersebut
benar-benar dapat secara tepat mengukur aspek-aspek
psikomotorik (seperti; aspek kognitif, aspek afektif, aspek
psikomotorik dan sebagainya)

2. Pengujian validitas tes secara empiric


Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang dihasilkan
dari analisis yang bersifat empirik. Validitas yang diperoleh atas
dasar pengamatan di lapangan.Untuk mengetahui hasil belajar
sudah memiliki validitas empirik ataukah belum, dapat dilakukan
penelusuran dari dua segi, yaitu: dari segi daya ketepatan
meramalnya (predictive validity) dan daya ketepatan bandingnya
(concurrent validity).
Dimaksud dengan validitas empirik adalah ketepatan
mengkukur yang didasarkan pada hasil analisis yang bersifat
empirik. Dengan kata lain, validitas empirik adalah validitas yang
bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan.
Bertitik tolak dari itu, maka tes hasil belajar
dapat dikatakan telah memiliki validitas empirik apabila
berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap data hasil
pengamatan di lapangan, terbukti bahwa tes hasil belajar itu dengan
secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar yang seharusnya
diungkap atau diukur lewat tes hasil belajar tersebut.
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah
memiliki validitas empirik ataukah belum, dapat dilakukan
penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi daya ketepatan
meramalnya (predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya
(concurrent validity).
a. Validitas Ramalan (predictive validity)
Setiap kali kita menyebutkan istilah “ramalan”, maka di
dalamnya akan terkandung pengertian mengenai “sesutau
yang bakal terjadi di masa mendatang” atau “sesuatu yang
pada saat sekarang ini belum terjadi, dan baru akan terjadi
pada waktu-waktu yang akan dating”. Apabila istilah
“ramalan” itu dikaitkan dengan validitas tes, maka yang
dimaksud dengan validitas ramalan dari suatu tes adalah suatu
kondisi yang menunjukkan seberapa jauhkah sebuah tes telah
dapat dengan secara tepat menunjukkan kemampuannya untuk
meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang.
Tes seleksi penerimaan calon mhasiswa baru pada sebuah
perguruan tinggi misalnya, adalah suatu tes yang diharapkan
mampu meramalkan keberhasilan studi para calon mahasiswa
dalam mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi
pada masa-masa yang akan datang. Berdasarkan nilai-nilai
hasil tes seleksi yang tinggi (= baik) yang berhasil diraih oleh
para peserta tes seleksi tersebut, maka mereka dinyatakan
lulus dan dapat diterima sebagai mahasiswa pada perguruan
tinggi tadi; sedangkan (= jelek), dinyatakan tidak lulus dan
karenanya tidak dapat diterima sebagai calon mahasiswa baru
di perguruan tinggi yang bersangkutan.
Kalau saja kita mau menyimak keputusan yang telah
diambil oleh Panitia Pelaksana Tes Seleksi Penerimaan Calon
Mahasiswa Baru
untuk meluluskan para peserta tes yang memiliki nilai-nilai
yang tinggi atau aik itu, maka dalam keputusan itu sebenarnya
telah terkandung adanya ramalan atau prediksi; yaitu bahwa
mereka yang dinyatakan lulus dalam tes seleksi itu,
diramalkan kelak akan menjadi mahasiswa yang sukses dalam
mengikuti program pendidikan di perguruan tinggi tersebut.
Begitu pula halnya dengan keputusan yang telah diambil oleh
panitia untuk menyatakan tidak lulus bagi para peserta tes
seleksi yang nilai-nilai hasil tes seleksinya rendah, sebenarnya
di dalam keputusan itu juga telah terkandung adanya ramalan,
bahwa dengan nilai-nilai hasil tes seleksi yang rendah itu,
adalah tidak mungkin mereka akan memperoleh prestasi
puncak dalam mengikuti program pendidikan di perguruan
tinggi tadi, atau akan mengalami kendala dalam studi.
Yang menjadi pokok permasalahan sekarang ialah,
bagaimana cara yang dapat ditempuh agar kita dapat sampai
pada kesimpulan bahwa suatu tes telah memiliki validitas
ramalan? Apabila kita perhatikan contoh yang telah
dikemukakan di atas, dimana para peserta tes seleksi dengan
nilai-nilai yang baik diramalkan kelak akan menjadi
mahasiswa yang memiliki prestasi belajar yang baik pula,
maka dalam pernyataan tersebut terkandung pengertian bahwa
validitas ramalan itu ditandai dengan adanya kesejajaran,
kesesuaian, atau kesamaan arah antara nilai-nilai hasil tes
seleksi yang diperoleh pada masa kini dengan nilai-nilai hasil
belajar mereka kelak (setelah mereka diterima menjadi
mahasiswa).
Apabila tes seleksi yang telah dikemukakan di atas adalah
merupakan tes yang sedang dipersoalkan validitas
ramalannya, sedang nilai-nilai hasil belajar para mahasiswa di
perguruan tinggi itu ditetapkan sebagai kriterium, tolak ukur,
atau alat pembandingnya, maka dengan kenyataan-kenyataan
seperti telah dikemukakan di atas, ternyata terdapat kesesuaian
atau kesejajaran arah antara tes yang sedang diselidiki atau
diuji validitasnya dengan kriteriumnya. Dengan
kata lain terdapat hubungan searah yang sangat erat antara tes
yang sedang diuji validitasnya dengan kriterium yang telah
ditentukan.karena nilai-nilai hsil tes seleksi itu berjalan searah
atau sejajar dengan nilai-nilai hasil belajar di perguruan tinggi,
maka hubungan di antara kedua variabl tersebut adalah
termasuk dalam kategori hubungan searah, yang dalam ilmu
statistik dikenal dengan istilah korelasi positif.
Berlandaskan pada uraian di atas dapatlah dipahami,
bahwa untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat
dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas ramalan
ataukah belum, dapat ditempuh dengan cara: mencari kolerasi
antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya
dengan kriterium yang ada. Jika di antara kedua variabel
tersebut terdapat kolerasi positif yang signifikan, maka tes
hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya itu, dapat
dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya
ramal yang tepat, artinya: apa yang telah diramalkan, betul-
betul telah terjadi secara nyata dalam praktek.
Dalam rangka mencari korelasi antara tes hasil belajar
yang sedang diuji validitas ramalannya dengan kriterium yang
telah ditentukan itu, cara sederhana yang paling sering
digunakan adalah dengan menerapkan Teknik Analisis
Korelasional Product Moment dari Karl Pearson. Hipotesis
nihil (HO) yang akan diuji, dirumuskan dalam susunan
kalimat sebagai berikut: “Tidak terdapat korelasi positif yang
signifikan, antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas
ramalannya (= variabel X), dengan kriterium yang telah
ditentukan (= variabel Y)”.
Berikut ini dikemukakan sebuah contoh, misalnya Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan pada sebuah
perguruan tinggi, ingin menguju validitas ramalan dari tes
seleksi penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik
1988/1989. Sebagai sampelnya ditetapkan 100 orang peserta
tes seleksi tahun akademik 1988/1989.
Hasil pengumpulan dan pencatatan data berupa nilai-nilai
hasil tes seleksi dalam mata ujian bahasa Arab (= variabel X)
dan nilai rata- rata hasil ujian akhir semester I sampai dengan
semester IV dalam mata kuliah bahasa Arab (= variabel Y)
dari 100 orang mahasiswa yang telah ditetapkan secara
random sebagai sampel penelitian adalah seperti tertera pada
table 5.1. berikut ini:
Tabel 5.1 Nilai hasil tes seleksi bahasa Arab (variabel X) dan
nilai rata-rata hasil belajar bahasa Arab di
fakultas (variabel
Y) yang berhasil dicapai oleh 100 orang

mahasiswa.

Hipotesis nihil(Ho) yang akan diuji dalam penelitian


ini dirumuskan sebagai berikut: “Tidak terdapat korelasi
positif yang signifikan ,antara variabel X dengan variabel
Y”
Adapun langkah-langkah perhitungan dalam rangka
penganalisian validitas tes seleksi penerimaan calon
mahasiswa baru tahun akademik 1988/1989 itu adalah sebagai
berikut:

Langkah 1 : Menyiapkan Peta Korelasi(Scatter Diagram) dalam


rangka mencari angka indeks korelasi rxy .
Dari peta korelasi diatas telah diketahui:

Langkah II : Mencari(menghitung) nilai korelasi pada x’ atau Cx’ dengan


rumus :

Telah diketahui : fx’= - 28 dan

N=100 Jadi C = -0,28

Langkah III : Mencari (menghitung) nilai koreksi pada y’ atau Cy’


dengan rumus:
Telah diketahui : fy’ = -168 dan N=100

Langkah IV : Menghitung SDx’ dengan rumus:

Telah diketahui: i=1 fx’2 = 680 fx’= 18 N=100

Langkah V : Menghitung Sdy’ dengan rumus

Telah diketahui i=1 fy’2 = -168 N=100


Langkah VI : Menghitung angka indeks korelasi rxy dengan rumus:

Langkah VII : Memberikan interpretasi terhadap angka indeks


korelasi hasil perhitungan (rxy) atau robservasi (r0) ,
dengan menggunakan derajat kebebasan(db) sebesar N-
nr,yaitu 100-2 = 98 .Dengan memeriksa tabel nilai “r”
product moment ternyata bahwa db sebesar 98 tidak
terdapat dalam tabel,sehingga kita gunakan db yang
terdekat dengan db 98,yaitu db sebesar 100.

Dengan db sebesar 100 diperoleh harga rtabel atau


rt sebagai berikut:
Pada taraf signifikansi 5%

rt = 0,195 Pada taraf

signifikansi 1% rt = 0,254
Ternyata r hasil observasi(r0) sebesar 0,581 adalah jauh
lebih besar ketimbang r hasil perhitungan (rt) ; atau:
0,195 [0,581] 0,254 .Dengan demikian hipotesis
nihil(H0) ditolak.Berarti diantara variabel X dan
Variabeel Y terdapat korelasi positif yang signifikan,baik
pada taraf signifikansi 5% maupun 1%.

Langkah VIII : Menarik Kesimpulan

Bertitik tolak dari hasil-hasil perhitungan diatas,pada


akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa tes seleksi
penerimaan calon mahasiswa baru tahun akademik
1988/1989 yang sedang diuji validitas
ramalannya,ternyata secara empirik telah dapat
dibuktikan kebenarannya,dalam arti bahwa tes tersebut
sudah memiliki validitas ramalan yang mantap atau
meyakinkan.

b. Validitas Bandingan (Concurrent Validity)


Tes sebagai alat pengukur yang dapat dikatakan
telah memiliki validitas bandingan apabila tes tersebut
dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat telah
menunjukkan adanya hubungan yang searah, antara tes
pertama dengan tes berikutnya. Validatas bandingan juga
sering dikenal dengan istilah : sama saat, validitas
pengalaman atau validitas ada sekarang.
1. Dikatakan saat sama, sebab validitas tes itu
ditentukan atas dasar data hasil tes yang
pelaksanaannya dilakukan pada kurun waktu yang
sama (= jangka pendek).
2. Dikatakan validitas pengalaman, sebab validitas tes
tersebut ditentukan atas dasar pengalaman yang telah
diperoleh.
3. Validitas tes ada sekarang, sebab setiap kali kita
menyebut istilah pengalaman, maka istilah itu akan
selalu kita kaitkan dengan hal-hal yang telah ada atau
hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang lalu,
sehingga data mengenai pengalaman masa lalu itu
pada ssat sekarang ini sudah ada di tangan.

Dalam rangka menguji validitas bandingan, data yang


mencerminkan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu itu,
kita bandingkan dengan data hasil tes yang diperoleh sekarang
ini. Jika
hasil tes yang ada sekarang ini mempunyai hubungan searah
deng hasil tes berdasarkan pengalaman yang lalu, maka tes
yang memiliki karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah
memiliki validitas bandingan.
Apabila pernyataan di atas dikaitkan dengan uraian tentang
validitas ramalan (predictitive validity), maka dapat dipahami
bahwa baik validitas ramalan maupun validitas bandingan,
kedua-duanya merupakan validitas yang ditinjau dalam
hubungannya dengan alat pengukur lain yang dipandang
sebagai kriterium, sebagai pegangan atau patokan dalam
menentukan tinggi rendahnya validitas alat pengukur yang
sedang diteliti. Jika kriterium yang dihubungkan itu terdapat
pada waktu yang akan datang, maka validitasnya disebut
validitas ramalan. Sebaliknya, apabila kriterium itu terdapat
atau tersedia pada saat sekarang atau pada kurun waktu yang
bersamaan dengan alat pengukur yang sedang diuji
validitasnya, maka validitas seperti itu disebut validitas
bandingan.
Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk mengetahui
ada/tidaknya hubungan yang searah antara tes pertama denga
tes berikutnya, dapat digunakan teknik analisis korelasi
product moment dari Karl Pearson. Jika korelasi antara
variabel X (tes pertama) dengan variabel Y (tes berikutnya)
adalah positif dan signifikan, maka tes tersebut dapat
dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki validitas
bandingan.
Berikut ini dikemukakan sebuah contoh bagaimana cara
melakukan pengujian validitas bandingan. Misalnya pada
tanggal 1 Agustus 1994 sebanyak 20 orang siswa Madrasah
Aliyah dihadapkan pada tes formatif dalam mata pelajaran
Dirasah Islamiah. Nilai-nilai hasil tes yang berhasil mereka
peroleh adalah sebagaimana tertera pada Tabel
5.2. berikut ini :
TABEL 5.2.
Nilai-nilai hasil tes formatif dalam mata pelajaran
Dirasah Islamiah yang diikuti oleh 20 orang siswa MAN,
pada tanggal 1 Agustus 1994.

Dua minggu kemudian, yaitu pada tanggal 15 Agustus


1994, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, 20 orang siswa
Madrasah Aliayah tersebut di atas dihadapakan pada tes
formatif kedua dalam mata pelajaran yang sama dan dengan
menggunaka butir-butir soal yang sama dengan butir-butir
soal yang telah dikeluarkan pada tes formatif pertama. Dari tes
formatif kedua itu, diperoleh nilai-nilai hasil tes sebagaimana
disajikan pada Tabel 5.3 berikut ini :
TABEL 5.3.
Nilai-nilai hasil tes formatif II dalam mata pelajaran
Dirasah Islamiah yang diikuti oleh 20 orang siswa MAN,
pada tanggal 15 Agustus 1994.
Dalam rangka menguji validitas bandingan dari tes
formatif di atas, diajukan hipotesis nihil : “Tidak terdapat
korelatif positif yang
signifikan antara nilai-nilai hasil tes formtif I (variabel X)
dengan nilai-nilai hasil tes formtif II (variabel Y). Pengujian
hipotesis dilakukan dengan mencari angka korelasi “r”
product moment

( ), dengan derajat kebebasan sebesar (N-2),

pada taraf signifikansi 1%, dengan ketentuan bahwa jika

atau sama atau lebih besar

daripada
atau maka hipotesis
ditolak :
berarti diantara kedua variabel tersebut terdapat korelasi
positif yang signifikan, sehingga tes formatif tersebut dapat
dinyatakan valid, dalam arti telah memiliki validitas
bandingan yang mantap atau meyakinkan.

Sebaliknya, jika atau lebih


kecil daripada , maka hipotesis nihil
disetujui, berarti tidak terdapat korelasi positif yang sigifikan
diantara kedua validitas bandingannya itu kita nyatakan
sebagai tes yang invalid (belum memiliki validitas
bandingan yang mantap). Untuk mengetahui
besarnya terlebih dahulu dilakukan
perhitungan- perhitungan sebagaiman tertera Tabel 5.4 berikut
ini :
TABEL 5.4 : Perhitungan-perhitungan untuk memperoleh angka indeks

korelasi .
Nama Siswa X Y XY X2 Y2
A 5 5 25 25 25
B 7 7 49 49 49
C 4 5 20 16 25
D 8 9 72 46 81
E 6 7 42 36 49
F 3 4 12 9 16
G 8 10 80 64 100
H 7 8 56 49 64
I 9 9 81 81 81
J 4 6 24 16 36
K 6 8 48 36 64
L 5 6 30 25 36
M 6 7 42 36 49
N 5 6 30 25 36
O 6 7 42 36 49
P 7 7 49 49 49
Q 4 5 20 16 25
R 6 7 42 36 49
S 5 7 35 25 49
T 9 9 81 81 81
20 = N 120 = 130 = 880 = 774 = 1087 =
∑X ∑Y ∑XY ∑X2 ∑Y2

= = = 0,875
Interpretasi : db = N-nr
= 20 – 2
= 18 (konsultasi tabel nilai “r” product
moment) Dengan db sebesar 18, diperoleh harga “r” tabel
sebagai berikut :
Pada taraf signifikansi 5% : = 0,444
Pada taraf signifikansi 1% : = 0,561
Dengan demikian lebih besar daripada (0,444
[0,875] 0,561). Dengan demikian hipotesis nihil ditolak ; berarti
antara variabel X dengan variabel Y terdapat korelasi positif yang
signifikan.
Kesimpulan : Karena terdapat hubungam searah (korelasi positif)
yang signifikan, maka tes formatif yang sedang
diuji validitas bandingannya itu dapat dinyatakan
sebagai tes yang valid.
C. TEKNIK PENGUJIAN VALIDITAS ITEM TES HASIL
BELAJAR
1. Pengertian Validitas Item
Dimaksud dengan validitas item dari suatu tes adalah
ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas),
dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut.
Apabila kita mau memperhatikan secara cermat, maka tes-
tes hasil belajar yang dibuat atau dsusun oleh para pengajar, baik
guru, dosen, staf pengajar lainnya, sebenarnya adalah kumpulan
dari sekian banyak butir- butir item; dengan item mana para
penyusun tes ingin mengukur atau mengungkap hasil belajar yang
telah dicapai oleh masing-masing individu peserta didik, setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Pernyataan ini mengandung makna, bahwa sebenarnya
setiap butir item yang ada dalam tes hasil belajar itu adalah bagian
tak terpisahkan dari tes hasil belajar tersebut sebagai suatu
totalitas.
Validitas tes akan sangat dipengaruhi oleh atau sangat
tergantung pada validitas yang dimiliki oleh masing-masing butir
item yang membangun tes tersebut. Makna yang terkandung
dalam pernyataan itu lebih lanjut adalah, bahwa validitas dari
masing-masing butir item yang membangun tes itu, akan dapat
diketahui dengan jalan melihat besar kecilnya dukungan yang
diberikan oleh masing-masing butir item yang bersangkutan
terhadap tes sebagai keseluruhan.
Persoalan validitas akan muncul jika setelah dlakukan uji validitas
tes terhadap tes yang dijadikan alat pengukur itu ternyata
menghasilkan
kesimpulan tes hasil belajar itu validitasnya sangat rendah,
sehingga dapat dimasukkan dalam kategori tes hasil belajar yang
invalid.
Dalam rangka “mawas diri”, penyusun tes hasil belajar
perlu melakukan penelusuran kembali terhadap tes hasil belajar
yang telah dijadikan sebagai alat pengukur hasil belajar bagi
peserta didik, yang ternyata tidak memiliki daya ketepatan
mengukur seperti yang diharapkan. Penelusuran atau pelacakan
kembali itu dilakuakn oleh penyusun tes, guna mengetahui butir-
butir item mana sajakah dari keseluruhan butir item yang telah
dikeluarkan dalam tes hasil belajar, yang telah menyebabkan
rendahnya validitas tes tersebut sebagai suatu totalitas.

2. Teknik Pengujian Validitas Item Tes Hasil Belajar


Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang
tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item
yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah
denga skor totalnya; atau dengan bahasa statistik: ada korelasi
positif yang signifikan antara skor item dengan skor totalnya. Skor
total di sisni berkedudukan sebagai variabel terikat (dependent
variable), sedangkan skor item berkedudukan sebagai variabel
bebasnya (independent variable). Maka untuk sampai pada
kesimpulan bahwa item-item yang ingin diketahui validitasnya,
yaitu valid ataukah tidak, dapat menggunakan teknik korelasi
sebagai teknik analisisnya. Sebutir item dapat dinyatakan valid,
apabila skor item yang bersangkutan terbukti mempunyai korelasi
positif yang signifikan dengan skor totalnya.
Persoalan berikutnya ialah, memilih dan menentukan jenis
teknik korelasi yang dipandang tepat untuk digunakan dalam
rangka uji validitas item itu. Seperti diketahui, pada tes obyektif
makna hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu betul dan
salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul umumnya
diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap jawaban salah
diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini, yaitu: betul-salah, ya-
tidak atau yang sejenis dengan itu, dalam dunia ilmu
statistik dikenal dengan nama data diskret murni atau data
dikotomik. Sedangkan skor total yang dimiliki oleh masing-
masing individu testee adalah hasil penjumlahan dari setiap skor
yang dimiliki oleh masing- masing butir item (misalnya: 0 + 1 + 1
+ 0 + 1 + 0 + 1 + 1 + 0 + 0 + 1 = 6) itu adalah data kontinyu.
Menurut teori yang ada, apabila variabel I berupa data
diskret murni atau data dikotomik, sedangkan variabel II berupa
data kontinu, maka teknik korelasi yang tepat untuk digunakan
dalam mencari korelasi antara variabel I dengan variabel II itu
adalah teknik korelasi point biserial,

di mana angka indeks korelaso yang diberi lambang dapat


diperoleh dengan menggunakan rumus:

Dimana:

= koefisien korelasi point biserial yang


melambangkan kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel
II, yang dalam hal ini dianggap sebagai koefisien validitas item.

= skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee,


yang untuk butir item yang bersangkutan telah dijawab dengan
betul.
= skor rata-rata dari
skor total. = deviasi
standar dari skor total.
p = proporsi testee yang mnejawab betul terhadap butir
item yang
sedang diuji validitas itemnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item
yang sedang diuji validitas itemnya.
Contoh:

Misalnya 20 orang testee dihadapkan pada tes obyektif


bentuk Multiple Choice Item yang menghidangkan 10 butir item,
dimana untuk
setiap item yang dijawab betul diberi skor 1, sedangkan untuk
setiap butir item yang dijawab salah diberi skor 0.Setelah tes
berakhir, dilakukan koreksi dan dihitung skornya, diperoleh data
hasil tes sebagaimana tertera pada tabel 5.5 berikut ini.

Tebel 5.5. Penyebaran skor hasil tes yang diikuti oleh 20


orang testee dengan menyajikan 10 butir item bentuk multiple
choice item.

Dalam rangka uji validitas item untuk 10 butir item tes


hasil belajar tersebut di atas, maka tabel di atas perlu diubah
dan disempurnakan menjadi tabel analisis yang dapat
digunakan untuk mencari:
, , , p, dan q.

Langkah 1:

Menyiapkan tabel perhitungan dalam rangka analisis validitas


item no 1 sampai dengan no 10. (Lihat Tabel 5.6)
Langkah II:

Mencari mean dari skor total, yaitu


dengan menggunakan rumus:

Telah diketahui : = 130 dan N = 20. Jadi :

= = 6,5

Langkah III:

Mencari deviasi standar total, yaitu


dengan menggunakan rumus:
Telah diketahui: Z = 934 = 130
dan N= 20

Jadi:

Langkah IV:

Mencari (menghitung) untuk butir item


nomor 1 sampai dengan nomor 10, yang untuk meringkas
pembicaraan, dituangkan dalam Tabel 5.7.

Langkah V:

Mencari (mengitung) koefisien korelasi


dari item nomor 1 sampai dengan nomor 10, dengan
menggunakan rumus:

Rumus: =
Untuk meringkas pembicaraan, hasil-hasil perhitungan
disajikan dalam Tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8 Perhitungan-perhitungan untuk mengetahui


koefisien

korelasi dalam rangka uji validitas item


nomor 1 sampai dengan nomor 10.
*Catatan:

Dalam pemberian interpretasi terhadap ini


digunakan db sebesar (N-nr), yaitu=20-2=18. Derajat
kebebasan sebesar 18 itu lalu dikonsultasikan kepada tabel
nilai”r” product moment, pada taraf signifikansi 5% dan taraf
signifikansi 1%. Hasilnya adalah sebagai berikut:

atau pada taraf signifikansi 5% =


0,444

atau pada taraf signifikansi 1% =


0,561

Bertitik tolak dari hasil analisis tersebut di atas, ternyata


dari sebanyak 10 burtir soal yang diuji validitasnya, 7 butir
item diantaranya telah dapat dinyatakan sebagai item yang
valid, yaitu item nomor 1, 4, 5, 7, 8, 9, 10. Sedangkan 3 butir
item lainnya, yakni butir item nomor 2, 3, dan 6 merupakan
item yang invalid.
Akhirnya, sebagai penutup dari pembicaraan mengenai
validitas tes dan validitas item, pada halaman berikut ini
disajikan sebuah bagan yang merupakan ikhtisar dari
pembicaraan pada bab ini.

Anda mungkin juga menyukai