TENTANG
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
2021
KATA PENGANTAR
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita
semua didalam dunia pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang
patut di tauladani oleh anak didik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................... 3
A. Hipotesis Penelitian...................................................... 3
B. Metode Penelitian.......................................................... 15
A. Kesimpulan................................................................... 33
B. Saran.............................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hipotesis Penelitian
1. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan
tesis (kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan
dari sebuah penelitian yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi
benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.
3
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan
dalam penelitian. Hipotesis belum tentu benar. Benar atau tidaknya suatu
hipotesis tergantung pengujian dari dara empiris.
2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
2. Syarat-Syarat Hipotesis
4
Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982:
126-129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya :
Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16)
bahwa syarat hipotesis yang baik, yaitu :
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996:
16) dan Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik
harus memenuhi empat criteria, yaitu :
5
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-
dasar teoritis dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru
merupakan jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari
pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti
tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut
harus dilakukan secara professional ilmiah yang disertai dengan
argumentasi yang kokoh.
3. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar
mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan
hipotesisnya.
6
3. Bentuk Hipotesis
a. Hipotesis Deskriptif
2) Hipotesis Deskriptif
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho). Ini merupakan hipotesis
nol, karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda
secara signiflkan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.
Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X tidak sama
600 jam. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600
jam.
7
3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 600
Ha : µ ≠ 600
Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis
mana yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang
dilakukan pada obyek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah :
a) Ho : ρ = 75%
Ha : ρ ≠ 75%
b) Ho : ρ ≥ 75%
8
Ha : ρ < 75%
c) Ho : ρ ≤ 75%
Ha : ρ > 75%
b. Hipotesis Komparatif
Contoh :
2) Hipotesis komparatif
Hipotesis Nol :
9
Hipotesis Alternatif :
1) Ha: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari
karyawan PT Y.
1) Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
2) Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
3) Ho : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
Cat:
c. Hipatesis Asosiatif
Adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan barang yang
terjual.
2) Hipotesis Penelitian
10
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan
toko dengan barang yang terjual.
3) Hipotesis Statistik
Ha : ρ ≠ 0 , “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan,
4. Perumusan Hipotesis
11
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan
supomo ( 2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria
tertentu sebagai acuannya dan penjelasan sebagai berikut :
b. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris
12
5. Pertanyaan Penelitian
2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is
available)
3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is
achieved)
13
7. Masalah itu diajukan dalam batas minat (bidang studi) dan kemampuan
peneliti.
2. Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan
diteliti,
14
Contoh untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Pertanyaan deskriptif: Apa aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam
memajukan sekolah yang dipimpinnya?
B. Metode Penelitian
15
meyakinkan), singkatnya adalah metode penelitian yang baik dan sesuai. Ketika
metode penelitian digunakan pada data yang sesuai maka akan ada dua kriteria
dalam penelitian ilmiah untuk menentukan kadar tinggi atau rendahnya mutu
ilmiah suatu penelitian sehingga dapat tercapai pengetahuan yang mutlak atau
logis.
1. Sistematik
2. Logis
Artinya suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut
prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang
dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan
umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara
berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang
bersifat umum.
3. Empirik
16
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :
4. Objektif
5. Replikatif
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama.
4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang
sejenis.
17
8. Parsimony, kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode.
3. Dapat melahirkan sikap dan pola piker yang skeptic, analitik, kritik dan
kreatif.
1. Penelitian Survey
18
Responden yang terlibat dalam penelitian survey ialah sebagai bagian dari
sampel penelitian yang mewakili populasi. Perbedaan antara sampel dan populasi
yaitu, populasi adalah keseluruhan penduduk sedangkan sampel adalah mereka
yang mewakilinya dalam penelitian.
Pada penentuan sampel harus menggunakan teknik yang tepat agar sampel
yang diperoleh bersifat representatif. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel
tersebut diterapkan teknik sampling yang relevan untuk mendapatkan sampel yang
representatif.
2. Penelitian Eksperimental
19
3. Penelitian Longitudinal
4. Penelitian Grounded
Oleh karena itu, peneliti yang menggunakan jenis penelitian grounded tidak
menggunakan konsep atau teori yang sudah ditemukan oleh para ilmuan lainnya
untuk rujukan sumber pendukung penelitian. Contoh penelitian grounded,
misalnya peneliti mempelajari tindakan dan interaksi kehidupan sosial yang
terjadi sebagai acuan penelitiannya.
3. Populasi
20
dll. Lingkup wilayah bisa mencakup seluruh wilayah Negara, satu propinsi
ataupunsuatu kota atau kabupaten. Kelompok besar dan wilayah yang menjadi
lingkup penelitian kita di sebut populasi.
Dalam penelitian, populasi ini di bedakan antara populasi secara umum
dengan populasi target “target population”. Populasi target adalah populasi yang
menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita. Populasi umum
penelitian mungkin seluruh guru SMA negeri di Jawa Barat, tetapi populasi
targetnya adalah seluruh guru IPA SMA negeri di Jawa Barat. Hasil penelitian
kita tidak berlaku bagi guru-guru di luar IPA SMA negeri, seperti guru
Matematika, Bahasa Inggris, PPKN, dll.
Menurut Drs. S. Margono (2004), Populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Jika manusia
memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama
banyaknya dengan ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri
populasi tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata,
bentengan, rata-rata simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter
populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah,
maka populasinyapun berubah.
Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Hadari Nawawi,
1993:141).
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa
populasi (universe) atau sampel.
Menurut Drs. S. Margono (2004), populasi dapat di bedakan sebagai berikut
:
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas.
21
Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan
karakteristik: masa kerja 2 tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang
tidak dapat di temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan
dalan bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang
berarti harus dihitung jumlahnya sejak guru pertama ada sampai sekarang
dan yang akan datang. Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat di
hitung, hanya dapat di gambarkan suatu jumlah objek secara kualitas
dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu,
sekarang, dan yang akan menjadi guru. Populasi ini di sebut juga
parameter.
22
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu di tetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian di
bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan
manusia menghadapi populasi yang heterogen.
a. Untuk ketelitian
Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi,
sehingga memerlukan data-data yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian
dan kecermatan ini harus di prioritaskan maka harus di gunakan metode sensus.
b. Sumber bersifat heterogen
Apabila mengahadapi sumber informasi yang bersifat heterogen di mana
sifat dan karakteristik masing-masing sumber sulit untuk di bedakan maka lebih
baik di gunakan metode sensus.
23
kelas atau penilaian diri bagi para pembuat kebijakan bagi lingkungan
kantor.
Pada dasarnya, penelitian dengan cara sensus lebih baik daripada sampling
sebab cara sensus lebih mempresentasikan populasinya. Meskipun demikian,
seperti yang di kemukakan di atas, pada hal-hal tertentu cara sampling bisa lebih
efektif dan efisien daripada cara sensus.
4. Sampel
24
diperlukan, lebih –lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh
karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
c. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,
dalam hal ini, lebih cepat.
d. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena
dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua
darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga
tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu
penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
e. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat
dipertanggung jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan,
pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian
terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya.
Untuk menghindarkan itu semua,penelitian terhadap sampel memungkinkan
ketelitian dalam suatu penelitian.
f. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang
telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata
lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian
populasi (sudjana, 1975:159-161); ( Hadari Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada suatu
ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu
sample harus diambil. suatu hal yang perlu diperhatikan adalaha keadaan
homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah
sample hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi
heterogen, maka pertimbanagna pengambilan sample harus memperhatikan hal :
25
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.
Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat
diusahakan. Satu nasihat yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel
yang kelewat banyak selalu lebih baik dari pada kurang (oversampling is always
better than undersampling). Namun demikian ada cara untuk memperoleh sample
minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:
n ≥ pq z 1/ 2 a 2
Keterangan :
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
P = proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2 =derajat koefisien konfidensi pada 99% 95 %
b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam
menentukan sampel.
Contoh :
26
Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :
2
n ≥ 0,125 X 0,875 1,96
0,05
Jika penenelitian kurang puas dengan jumlah sampel minimal itu, maka
dapat dilakukan peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan jumlah sampel
dengan sebesar 2,58. Demikian juga ukuran sampel dapat diperbesar lagi dengan
memperkecil perkiraan persentase kemungkinaan membuat kesalahan dalam
penarikan sampel, misalnya sebesar 2% atau b = 0,02. Dari contoh itu, maka
sample minimum menjadi :
2
n ≥ 0,125 X 0,875 2,58
0,02
n > 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.
Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka
variasi p dan q dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 =
0,25)uku
n ≥ 0,25 1,96
0,05
n ≥ 384.
Sample yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang
representatif, artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan
populasi secara maksimal walaupun mewakili sample bukan merupakan duplikat
dari populasi.
Pada umumnya masalah sampling timbul apabila penelitian bermaksud
untuk :
1. Mereduksi objek penyelidikannya. Karena suatu alasan kerapkali seorang
penyelidik tidak menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian
27
atau peristiwa, melainkan hanya sebagian saja dari objek gejala atau
kejadian yang dimaksudkan.
2. Ingin mengadakan generalisasi , dari hasil-hasil, penyelidikannya.
Mengadakan generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan-kesimpulan
kepada objek-objek, gejala-gejala, dan kejadian-kejadian yang diselidiki.
Mahasiswa yang baru belajr metodelogi penelitian di tingkat awal harus
menyadari betul bahwa sample bukan merupakan duplikat populasi ;karena itu , ia
tidak boleh berprestensi bahwa suatu sample jika telah ditetapkan dengan cara-
cara tertentu dapat menjadi cermin yang sempurna bagi populasi artinya ia tidak
boleh meyakini bahwa sample tidak mengalami kesesatan walaupun
pengambilannya sudah menggunakan metode-metode statistik tertentu.
28
organisasi-organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor
kelurahan, dan sebagainnya.
Meskipun demikia, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah
menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai terjadi
data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965, misalnya bila
tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang, maka
pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah
penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang
tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng.
Pengambilan sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased
sampling adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi
hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan
kepada seluruh populasi. Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang
penghasilan rata-rata orang indonesia hanya diambil sample yang kaya raya saja,
ataupun hanya yang melarst ? miskin saja. Dengan sendiriny akan mengakibatkan
adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut biased conclusion.
5. Teknik Sampling
29
setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan
yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel
karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena
jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
a. Probability/Random Sampling
30
b. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara
acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama
untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel
bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah
direncanakan oleh peneliti.
2. Purposive Sampling
3. Quota Sampling
31
Dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi
diklassifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan
jatah atau quorum tertentu pada setiap kelompok. Pengumpulan data dilakukan
langsung oada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data
dihentikan.
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis
dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi
secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan
sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung
pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat
5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian
interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, dalam penelitian pendidikan
kita mengadakan penelitian acak terhadap wilayah-wilayah pendidikan dari suatu
populasi atau kabupaten, kemudian terhadap sekolah-sekolah, lalu kelas-kelas dan
akhirnya para siswa.
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jenis-jenis hipotesis :
33
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35