Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PENELITIAN PENDIDIKAN 2

TENTANG

HIPOTESIS & METODE PENELITIAN

DISUSUN OLEH :

FITRI FORTUNA METZA (18129258)

HAVIZA IZZATUL QAWIYYAH (18129264)

HIDAYATUR RAHMI (18129265)


18 BKT 10

DOSEN PEMBIMBING :

Drs. ZUARDI, M.Si

PENIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan judul Hipotesis dan Metode Penelitian. Adapun tujun
dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Penelitian Pendidikan 2 dan mempelajari lebih dalam tentang
Hipotesis dan Metode Penelitian”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini


tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya sumber. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki
maka penyusun meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi kita
semua didalam dunia pendidikan. Dan semoga mampu menjadi pendidik yang
patut di tauladani oleh anak didik.

Payakumbuh, 24 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................. 1


B. Rumusan Masalah......................................................... 2
C. Tujuan........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................... 3

A. Hipotesis Penelitian...................................................... 3
B. Metode Penelitian.......................................................... 15

BAB III PENUTUP....................................................................... 33

A. Kesimpulan................................................................... 33
B. Saran.............................................................................. 34

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 35

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan


dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus
dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu
hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah
merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif.


Terdapat tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya:
Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat
dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan
diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori
mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan
benar atau tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk
memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya
sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau
salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.

Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik


terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun
hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu
pada criteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam
penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis.
Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji

1
hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian
hipotesis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu hipotesis dalam penelitian ?

2. Apa saja syarat-syarat dan bentuk dari hipotesis itu ?

3. Bagaimana pertanyaan dan merumuskan hipotesis ?

4. Bagaimana hakekat dan jenis dari metode penelitian ?

5. Apa itu populasi, sampel dan teknik sampling ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu hipotesis dalam penelitian.

2. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat dan bentuk dari hipotesis.

3. Untuk mengetahui bagaimana pertanyaan dan merumuskan hipotesis.

4. Untuk mengetahui bagaimana hakekat dan jenis dari metode penelitian.

5. Untuk mengetahui apa itu populasi, sampel dan teknik sampling.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hipotesis Penelitian

1. Pengertian Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan
tesis (kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan
dari sebuah penelitian yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi
benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.

Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu :

1. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang


diperkirankan secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap
dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini hipotesis sangat
berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah
merupakan pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan
dalam menjawab rumusan masalah dalam hipotesis haruslah berdasar pada
teori dan empiris.

2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir


deduktif dalam rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari
kesimpulan umum berupa premis-premis. Adapun kebenaran logika
deduktif menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-
premis itu merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi
kebenaran ilmiahnya, maka dengan sendirinya hipotesis sebagai
kesimpulan dari premis-premis itu mempunyai kepastian kebenaran pula.

3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan


prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.

3
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan
jawaban yang sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan
dalam penelitian. Hipotesis belum tentu benar. Benar atau tidaknya suatu
hipotesis tergantung pengujian dari dara empiris.

5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai


alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika
yang diajukan dalam penelitiannya.

Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap


permasalahan sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah
mendalami permasalahan penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan
dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis.

Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut :

1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja


penelitian.

2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai


tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.

4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.

2. Syarat-Syarat Hipotesis

Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa,


sebenarnya nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan
pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis
yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu
yang memberikan ciri hipotesis yang baik.

4
Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982:
126-129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya :

1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan


penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau
diterangkan.

2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara


variabel-variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua
variabel atau lebih.

3. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus


bersifat testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.

4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.


Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum
yang sebelumnya sudah mapan.

5. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.

Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16)
bahwa syarat hipotesis yang baik, yaitu :

1. Bisa diterima oleh akal sehat.

2. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.

3. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.

4. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.

Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996:
16) dan Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik
harus memenuhi empat criteria, yaitu :

1. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua


variabel atau lebih.

5
2. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-
dasar teoritis dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru
merupakan jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari
pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti
tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut
harus dilakukan secara professional ilmiah yang disertai dengan
argumentasi yang kokoh.

3. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar
mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan
hipotesisnya.

4. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini


hipotesis tidak boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang
bermakna. Hipotesis merupakan pernyataan suatu kebenaran. Agar
kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami maka sudah
selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.

Pendapat lain mengatakan bahwa syarat hipotesis yang baik, yaitu :

1. Hipotesis harus menyatakan hubungan.

2. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.

3. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh


kembangnya ilmu pengetahuan.

4. Hipotesis harus dapat diuji.

5. Hipotesis harus sederhana.

6. Hipotesis harus bias menerangkan fakta.

6
3. Bentuk Hipotesis

Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah


penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri),
komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, bentuk
hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif komparatif, dan
asosiatif/hubungan.

Hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah


deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
komparatif; dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap
masalah asosiatif/hubungan. Pada butir 2 berikut akan diberikan contoh judul
penelitian, rumusan masalah, dan rumusan hipotesis. Rumusan hipotesis
deskriptif, lebih didasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap obyek yang
diteliti.

a. Hipotesis Deskriptif

Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah


deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. Contoh :

1) Rumusan Masalah Deskriptif

a) Berapa daya tahan lampu pijar merk X?

b) Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT. Y?

2) Hipotesis Deskriptif

Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho). Ini merupakan hipotesis
nol, karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda
secara signiflkan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi.

Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X tidak sama
600 jam. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600
jam.

7
3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)

Ho : µ = 600

Ha : µ ≠ 600

µ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir


melalui sampel

Untuk rumusan masalah no. 2) hipotesis nolnya bisa berbentuk demikian :

a) Semangat kerja karyawan di PT X = 75% dari kriteria ideal yang


ditetapkan.

b) Semangat kerja karyawan di PT X paling sedikit 60% dari kriteria ideal


yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan
≥ ).

c) Semangat kerja karyawan di PT X paling banyak 60% dari kriteria ideal


yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan
C ).

Dalam kenyataan hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis
mana yang dipilih tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang
dilakukan pada obyek. Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah :

a) Semangat kerja karyawan di PT X ≠ 75%

b) Semangat kerja karyawan di PT X < 75%

c) Semangat kerja karyawan di PT X > 75%

Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel).

a) Ho : ρ = 75%

Ha : ρ ≠ 75%

b) Ho : ρ ≥ 75%

8
Ha : ρ < 75%

c) Ho : ρ ≤ 75%

Ha : ρ > 75%

Cat: ρ = hipotesis berbentuk persentase.

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut


tidak sama. Cara-cara pengujian hipotesis akan dilanjutkan pada analisis data.

b. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan


masalah komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.

Contoh :

1) Rumusan Masalah Komparatif

Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan


dengan PT Y?

2) Hipotesis komparatif

Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga


model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:

Hipotesis Nol :

1) Ho: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X


dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT
X dan Y, atau

2) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y


(“lebih besar atau sama dengan)” = paling sedikit).

3) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y


(“lebih kecil atau sama dengan” = paling besar).

9
Hipotesis Alternatif :

1) Ha: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari
karyawan PT Y.

2) Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y. 3) Ha:


Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT Y.

3) Hipotesis Statistik dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 ≠ µ2

2) Ho : µ1 ≥ µ2

Ha : µ1 < µ2

3) Ho : µ1 ≤ µ2

Ha : µ1 > µ2

Cat:

µ1 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT.X

µ2 = rata-rata (populasi) produktivitas karyawan PT. Y

c. Hipatesis Asosiatif

Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah


asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

1) Rumusan Masalah Asosiatif

Adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan dengan barang yang
terjual.

2) Hipotesis Penelitian

10
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan
toko dengan barang yang terjual.

3) Hipotesis Statistik

Ho : ρ = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.

Ha : ρ ≠ 0 , “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol
berarti ada hubungan,

ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

4. Perumusan Hipotesis

Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu


tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan
generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan
telaah pustaka.

Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti


harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang
terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis, peneliti harus :

a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan


dengan cara banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-


tempat, objek-objek, serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam
masalah yang sedang diselidiki.

c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan


keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.

11
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan
supomo ( 2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria
tertentu sebagai acuannya dan penjelasan sebagai berikut :

a. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian

Tujuan penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab


pernyataan penelitian hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban
rasiional yang deduksi dari konsef konsef dan teori teori yang sudah ada

b. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris

Tujujan penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis


maka akar dapatt diuji , hiotesis harus menyatakan secara jelas pariabel variabal
yang di teliti atau berupa duaaamn tettentu pada hubungan antar dua variable

c. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih


kuat jika dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan
saling bertentangan satu sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan
teori lainnya. Hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai
dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada alternatif. Dapat terjadi hipotesis
lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori tgeori yang lainnya.

Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu


tidak ada aturan umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai
berikut :

a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.

b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.

c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.

d. Hipotesis hendaklah dapat diuji.

12
5. Pertanyaan Penelitian

Ada hakikatnya pertanyaan penelitian dirumuskan dengan melihat


kesenjangan yang terjadi antara :

1. Apa yang seharusnya terjadi (prescriptive) dan yang sebenarnya terjadi


(descriptive)

2. Apa yang diperlukan (what is needed) dan apa yang tersedia (what is
available)

3. Apa yang diharapkan (what is expected) dan apa yang dicapai (what is
achieved)

Pertanyaan penelitian selalu diawali dengan munculnya masalah yang sering


disebut sebagai fenomena atau gejala tertentu. Tetapi tidak semua masalah bisa
diajukan sebagai masalah penelitian. Ada syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi agar bisa diangkat sebagai masalah penelitian. Berdasarkan kajian
referensi buku-buku metodologi peneltian, setidaknya terdapat tujuh syarat yang
harus dipenuhi, yaitu :

1. Tersedia data atau informasi untuk menjawabnya,

2. Data atau informasi tersebut diperoleh melalui metode ilmiah, seperti


wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi, partisipasi, dan evaluasi/tes,

3. Memenuhi persyaratan orisinalitas, diketahui melalui pemetaan penelitian


terdahulu (state of the arts),

4. Memberikan sumbangan teoretik yang berarti bagi pengembangan ilmu


pengetahuan,

5. Menyangkut isu kontroversial dan unik yang sedang hangat  terjadi,

6. Masalah tersebut memerlukan jawaban serta pemecahan segera, tetapi


jawabannya belum diketahui masyarakat luas, dan

13
7. Masalah itu diajukan dalam  batas  minat  (bidang studi) dan kemampuan
peneliti.

Untuk mencapai maksud tersebut di atas, peneliti perlu melakukan


pertanyaan reflektif sebagai pemandu. Menurut Raco (2010: 98-99), ada beberapa
pertanyaan awal untuk dijawab sebagai berikut :

1. Mengapa masalah tersebut penting untuk diangkat,

2. Bagaimana kondisi sosial di sekitar peristiwa, fakta atau gejala yang akan
diteliti,

3. Proses apa yang sebenarnya terjadi di sekitar peristiwa  tersebut,

4. Perkembanghan atau pergeseran apa yang sedang berlangsung pada waktu


peristiwa terjadi, dan

5. Apa manfaat penelitian tersebut baik bagi pengembangan ilmu pengetahun


dan masyarakat secara luas di masa yang akan datang.

Dilihat dari jenis pertanyaannya, para ahli metodologi penelitian seperti


Marshall & Rossman (2006), dan Creswell (2007: 107) setidaknya membaginya
menjadi tiga  macam pertanyaan, yaitu :

1. Deskriptif (yakni mendeskripsikan fenomena atau gejala yang diteliti apa


adanya), dengan menggunakan kata tanya ‘apa’. Lazimnya diajukan untuk
pertanyaan penelitian kualitatif.

2. Eksploratoris (yakni untuk memahami gejala atau fenomena secara


mendalam), dengan menggunakan kata tanya “bagaimana”. Lazimnya
diajukan untuk pertanyaan penelitian kualitatif.

3. Eksplanatoris  (yakni untuk menjelaskan pola-pola yang terjadi terkait


dengan fenomena yang dikaji, dengan mengajukan pertanyaan ‘apa ada
hubungan atau korelasi, pengaruh antara faktor X dan Y). Lazimnya untuk
pertanyaan penelitian kuantitatif.

14
Contoh untuk masing-masing pertanyaan penelitian tersebut adalah sebagai
berikut :

1. Pertanyaan deskriptif: Apa aja strategi yang dipakai Kepala Sekolah dalam
memajukan sekolah yang dipimpinnya?

2. Pertanyaan eksploratif : Bagaimana model kepemimpinan Kepala Sekolah


tersebut dalam upaya memajukan sekolah?

3. Pertanyaan eksplanatif: Bagaimana pengaruh model kepemimpinan otoriter


terhadap kepatuhan staf?

B. Metode Penelitian

1. Hakikat Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya


pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode
pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu
sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan pengamatan (eksperimen, generalisasi, dan verifikasi) juga
dilakukan dalam kegiatan-kegiatan penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang
ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian
tertentu sesuai dengan tujuan penelitiannya.

Metode penelitian berlandaskan pada pemikiran bahwa pengetahuan itu


terwujud melalui apa yang dialami oleh pancaindera, khususnya melalui
pengamatan dan pendengaran. Sehingga jika suatu pernyataan mengenai gejala-
gejala itu harus diterima sebagai kebenaran, maka gejala-gejala itu harus dapat di
verifikasi secara empirik. Jadi, setiap hukum, rumus atau teori ilmiah haruslah
dibuat berdasarkan atas adanya bukti-bukti empirik.

Dalam melakukan penelitian ilmiah biasanya menggunakan kaidah-kaidah


ilmiah (mengemukakan pokok- pokok pikiran, menyimpulkan dengan melalui
langkah- langkah yang sistematis dengan menggunakan pembuktian ilmiah atau

15
meyakinkan), singkatnya adalah metode penelitian yang baik dan sesuai. Ketika
metode penelitian digunakan pada data yang sesuai maka akan ada dua kriteria
dalam penelitian ilmiah untuk menentukan kadar tinggi atau rendahnya mutu
ilmiah suatu penelitian sehingga dapat tercapai pengetahuan yang mutlak atau
logis.

1. Kemampuan memberikan pengertian yang jelas tentang masalah yang


diteliti.

2. Kemampuan untuk meramalkan: sampai dimana kesimpulan yang sama


dapat dicapai apabiladata yang sama ditemukan di tempat atau waktu yang
berbeda.

Kemudian secara umum ada 5 karateristik agar suatu penelitian dapat


dikatakan sebagai penelitian ilmiah, antara lain adalah :

1. Sistematik

Artinya suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan


sesuai pola dan kaidah yang benar,mulai dari yang mudah dan sederhana sampai
yang kompleks.

2. Logis

Artinya suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan
berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut
prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang
dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan
umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara
berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang
bersifat umum.

3. Empirik

Artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari


yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai
hasil penelitian.

16
Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :

1. Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada


penggolongan atau perbandingan satu sama lain).

2. Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.

3. Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya


(ada hubungan sebab akibat).

4. Objektif

Artinya suatu penelitian menjahui aspek-aspek subyektif yaitu tidak


mencampurkannya dengan nilai-nilai etis.

5. Replikatif

Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh
peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan
metode, kriteria, dan kondisi yang sama.

Beberapa sifat atau ciri dari penelitian ilmiah yaitu :

1. Purposiveness, Fokus tujuan yang jelas.

2. Rigor, Memiliki dasar teori dan desain metodeologi yang baik.

3. Testibility, Prosedur pengujian hipotesis jelas.

4. Replicability, Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang
sejenis.

5. Objectivity, Berdasarkan fakta dari data aktual :tidak subjektif adan


emosional.

6. Generalizability, Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya


semakin berguna.

7. Precision, Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari


estimasi dapat dilihat.

17
8. Parsimony, kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode.

Dengan adanya penelitian yang merupakan suatu penyelidikan terorganisir,


kemudian disandingkan dengan sifat ilmiah yang menggunakan metode ilmiah
dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang sistematis sehingga muncul suatu
kesimpulan yang dirumuskan setelah semua data terkumpul dan valid sesuai
dengan sistematika sampai dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Sehingga dengan
penelitian yang diteliti dan menghasilkan sebuah kesimpulan maka hasrat
keingintahuan seseorang akan terjawab karena telah mendapatkan fakta yang
sesuai dengan penelitia tersebut.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan mengetahuinya metode penelitian ini


adalah :

1. Mengetahui arti pentingnya penelitian.

2. Menilai hasil-hasil penelitian.

3. Dapat melahirkan sikap dan pola piker yang skeptic, analitik, kritik dan
kreatif.

4. Dapat digunakan untuk skripsi, tesis dan research.

2. Jenis Metode Penelitian

Metodologi penelitian ialah strategi atau prinsip dasar yang digunakan


dalam suatu penelitian untuk mempermudah mendapatkan data. Adapun jenis dan
contoh metodologi penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian Survey

Metodologi penelitian survey merupakan jenis metode yang menggunakan


angket ataupun kuesioner sebagai instrumen penelitian untuk mendapatkan data
primernya. Dengan demikian desain kuesioner yang telah dirancang akan
ditunjukkan kepada individu yang menjadi responden atau sebagai subjek pengisi
angket. Penelitian survey ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif.

18
Responden yang terlibat dalam penelitian survey ialah sebagai bagian dari
sampel penelitian yang mewakili populasi. Perbedaan antara sampel dan populasi
yaitu, populasi adalah keseluruhan penduduk sedangkan sampel adalah mereka
yang mewakilinya dalam penelitian.

Pada penentuan sampel harus menggunakan teknik yang tepat agar sampel
yang diperoleh bersifat representatif. Oleh karena itu, untuk memperoleh sampel
tersebut diterapkan teknik sampling yang relevan untuk mendapatkan sampel yang
representatif.

Penelitian survey dapat dicontohkan sebagai berikut, misalnya penelitian


tentang “Kendala apa saja yang dihadapi oleh guru SMA di kota Bandar Lampung
dalam menerapkan pembelajaran berbasis kurikulum 2013”. Dengan demikian
angket yang didesain memuat beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada
guru sebagai sampel penelitian.

2. Penelitian Eksperimental

Penelitian eksperimental merupakan jenis penelitian kuantitatif. Peneliti


melaksanakan ekperimen dengan hipotesis dan tujuan yang jelas. Misal ingin
melihat seberapa berpengaruhnya metode pembelajaran menggunakan metode
eksperimen dengan ceramah terhadap hasil belajar siswa.

Secara umum penelitian eksperimental ini membagi objek penelitian


menjadi dua kelompok untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan. Satu
kelompok dimanfaatkan sebagai target eksperimen, sedangkan kelompok yang
lainnya sebagai kontrol.

Pada penelitian eksperimental kelompok kontrol berperan sebagai


pembanding terhadap kelompok target. Dari hasil perbandingan antara kedua
kelompok tersebut yang akan menghasilkan data penelitian eksperimen. Contoh
penelitian yang dapat menerapkan metodologi eksperimental, misal “Pengaruh
ruang terbuka hijau terhadap penurunan tingkat agresivitas warga kota Jakarta”.

19
3. Penelitian Longitudinal

Penelitian longitudinal adalah metode penelitian yang didesain untuk


mengukur suatu perubahan atau perkembangan fenomena dalam periode waktu
jangka panjang. Secara umum biasanya penelitian longitudinal menerapkan
survey untuk mendapatkan data dari sampel penelitian.

Meninjau kerena penelitian ini memerlukan waktu yang cukup panjang,


maka sampel penelitian harus didatangi lagi minimal sekali untuk melakukan
survey. Penelitian longitudinal terdiri atas dua jenis, yaitu studi panel dan studi
cohort.

4. Penelitian Grounded

Penelitian grounded merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini


fokus untuk menemukan teori baru yang berasal dari “grounded” pada data yang
ada di lapangan.

Oleh karena itu, peneliti yang menggunakan jenis penelitian grounded tidak
menggunakan konsep atau teori yang sudah ditemukan oleh para ilmuan lainnya
untuk rujukan sumber pendukung penelitian. Contoh penelitian grounded,
misalnya peneliti mempelajari tindakan dan interaksi kehidupan sosial yang
terjadi sebagai acuan penelitiannya.

3. Populasi

Penelitian pendidikan dan kurikulum seperti halnya penelitian-penelitian


bidang lainnya di tujukan untuk memperoleh kesimpulan tentang kelompok yang
besar dalam lingkup wilayah yang luas, tetapi hanya dengan meneliti kelompok
kecil dalam daerah yang lebih sempit . kelompok besar tersebut bisa terdiri atas
orang seperti guru, siswa, kepala sekolah, dsb, atau lembaga seperti sekolah,
jurusan, fakultas, kantor, dinas,direktorat, dsb., atau organisasi seperti komite
sekolah, dewan sekolah, organisasi guru, asosiasi profesi, dsb., atau bisa juga
benda-benda seperti bangunan sekolah, fasilitas belajar, media belajar, buku-buku,

20
dll. Lingkup wilayah bisa mencakup seluruh wilayah Negara, satu propinsi
ataupunsuatu kota atau kabupaten. Kelompok besar dan wilayah yang menjadi
lingkup penelitian kita di sebut populasi.
Dalam penelitian, populasi ini di bedakan antara populasi secara umum
dengan populasi target “target population”. Populasi target adalah populasi yang
menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita. Populasi umum
penelitian mungkin seluruh guru SMA negeri di Jawa Barat, tetapi populasi
targetnya adalah seluruh guru IPA SMA negeri di Jawa Barat. Hasil penelitian
kita tidak berlaku bagi guru-guru di luar IPA SMA negeri, seperti guru
Matematika, Bahasa Inggris, PPKN, dll.
Menurut Drs. S. Margono (2004), Populasi adalah seluruh data yang
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Jadi, populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Jika manusia
memberikan suatu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama
banyaknya dengan ukuran manusia.
Populasi memiliki parameter yakni besaran terukur yang menunjukkan ciri
populasi tersebut. Besaran-besaran yang kita kenal antara lain: rata-rata,
bentengan, rata-rata simpangan, variansi, simpangan baku sebagai parameter
populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya berubah,
maka populasinyapun berubah.
Pengertian lain, menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek
penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,
gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian (Hadari Nawawi,
1993:141).
Data yang di gunakan dalam penelitian (bahan penelitian), dapat berupa
populasi (universe) atau sampel.
Menurut Drs. S. Margono (2004), populasi dapat di bedakan sebagai berikut
:
a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki
batas kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas.

21
Misalnya 5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan
karakteristik: masa kerja 2 tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang
tidak dapat di temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan
dalan bentuk jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang
berarti harus dihitung jumlahnya sejak guru pertama ada sampai sekarang
dan yang akan datang. Dalam keadaan seperti itu jumlahnya tidak dapat di
hitung, hanya dapat di gambarkan suatu jumlah objek secara kualitas
dengan karakteristik yang bersifat umum yaitu orang-orang, dahulu,
sekarang, dan yang akan menjadi guru. Populasi ini di sebut juga
parameter.

Selain itu, populasi dapat di bedakan ke dalam hal berikut ini :

a. Populasi teoritis (Theoritical Population), yakni sejumlah populasi yang


batas-batasnya di tetapkan secara kualitatif. Kemudian agar hasil
penelitian berlaku juga bagi populasi yang lebih luas, maka di tetapka
terdiri dari guru; berumur 25 tahun sampai 40 tahun, program S1, jalur
tesis, dll.
b. Populasi yang tersedia (Accessible population), yakni sejumlah populasi
yang secara kuantitatif dapat di nyatakan dengan tegas. Misalnya, guru
sebanyak 250 di kota Bandung terdiri dari guru yang memiliki
karakteristik yang telah di tetapkan dalam populasi teoritis.

Di samping itu persoalan populasi bagi suatu penelitian harus di bedakan ke


dalam sifat berikut ini:

a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya


memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu di persoalkan jumlahnya
secara kuantitatif. Misalnya, seorang dokter yang akan melihat golongan
darah seseorang, maka ia cukup mengambil setetes darah saja. Dokter itu
tidak perlu mengambil satu botol darah, karena baik setetes maupun satu
botol hasilnya akan sama saja.

22
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu di tetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian di
bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan
manusia menghadapi populasi yang heterogen.

Meskipun banyak anggotanya terbatas jumlahnya seperti jumlah mobil di


Jakarta, jumlah mahasiswa di Universitas Islam Negeri Jakarta, di mana keduanya
sebenarnya dapat di hitung namun karena hal itu sulit di lakukan maka di anggap
tidak terbatas. Metode penarikan/ pengambil data dengan jelas mengawali/
melibatkan seluruh anggota populasi di sebut sensus.

Seorang peneliti meskipun mengetahui bahwa metode sensus ini akan


banyak memerlukan pemikiran, memakan waktu yang lama serta relatif mahal,
namun tetap melakukan sensus, hal ini di sebabkan karena :

a. Untuk ketelitian
Suatu penelitian sering meminta ketelitian dan kecermatan yang tinggi,
sehingga memerlukan data-data yang besar jumlahnya. Apabila unsur ketelitian
dan kecermatan ini harus di prioritaskan maka harus di gunakan metode sensus.
b. Sumber bersifat heterogen
Apabila mengahadapi sumber informasi yang bersifat heterogen di mana
sifat dan karakteristik masing-masing sumber sulit untuk di bedakan maka lebih
baik di gunakan metode sensus.

Karena populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian, maka jika


seseorang meneliti semua elemen ia harus meneliti semua populasi. Penelitian
populasi di lakukan dengan cara sensus. Cara sensus yang baik di lakukan bila
sesuai dengan hal-hal berikut :

1. Tingkat presisi karakteristik subjek penelitian sangat diutamakan (seperti


jumlah, jenis, waktu dan ukuran). Misalnya, pada kegiatan sensus
penduduk, sensus ekonomi, dll.
2. Ukuran populasi sangat kecil. Bila jumlah populasi sedikit, sempit,
sebentar maka cara sensus tepat di terapkan. Misalnya, pada penelitian

23
kelas atau penilaian diri bagi para pembuat kebijakan bagi lingkungan
kantor.

Pada dasarnya, penelitian dengan cara sensus lebih baik daripada sampling
sebab cara sensus lebih mempresentasikan populasinya. Meskipun demikian,
seperti yang di kemukakan di atas, pada hal-hal tertentu cara sampling bisa lebih
efektif dan efisien daripada cara sensus.

4. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang


diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Masalah sampel dalam suatu
penelitian timbul disebabkan hal berikut ini :
a. Penelitian bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari
besarnya jumlah populasi sehingga harus meneliti sebagian saja dari
populasi.
b. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil –hasil
kepenelitiannya, dalam arti menegakkan kesimpulan –kesimpulan kepada
objek, gejala atau kejadian yang lebih luas.
Adapun alasan-alasan penelitian dilakukan dengan mempergunakan sampel
beikut ini
a. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) beruppa parameter yang
jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual.
Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti
itu.demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang jumlahnya sangat
besar ,tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi 50 juta murid
sekolah dasar yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia misalnya.
b. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang

24
diperlukan, lebih –lebih bila objek itu tersebar diwilayah yang cukup luas. Oleh
karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
c. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,
dalam hal ini, lebih cepat.
d. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena
dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua
darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga
tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu
penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
e. Masalah ketelitian
Adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan cukup dapat
dipertanggung jawabkan. Ketelitian ,dalam hal ini, meliputi pengumpulan,
pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi belum tentu ketelitian
terselengar. Boleh jadi peneliti akan menjadi bosan dlam melaksanakan tugasnya.
Untuk menghindarkan itu semua,penelitian terhadap sampel memungkinkan
ketelitian dalam suatu penelitian.
f. Masalah ekonomis
Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seseorang penelitian; apakah
kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya ,waktu, dan tenaga yang
telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian? Dengan kata
lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada penelitian
populasi (sudjana, 1975:159-161); ( Hadari Nawawi,1923: 146-148).
Selanjutnya, mengenai penetapan besar kecilnya sample tidaklah ada suatu
ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu
sample harus diambil. suatu hal yang perlu diperhatikan adalaha keadaan
homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah
sample hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi
heterogen, maka pertimbanagna pengambilan sample harus memperhatikan hal :

25
1. Harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas.
2. Besarnya populasi dalam tiap kategori.

Karena itu informasi tentang populasi perlu dikejar seberapa jauh dapat
diusahakan. Satu nasihat yang perlu diingat, bahwa penetapan jumlah sampel
yang kelewat banyak selalu lebih baik dari pada kurang (oversampling is always
better than undersampling). Namun demikian ada cara untuk memperoleh sample
minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:
n ≥ pq z 1/ 2 a 2

Keterangan :
n = jumlah sampel
≥ = sama dengan atau lebih besar
P = proporsi populasi persentase kelompok pertama
q = proporsi sisa di dalam populasi
z1/2 =derajat koefisien konfidensi pada 99% 95 %
b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam
menentukan sampel.

Contoh :

Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di jateng adalah


400.000 orang. Diantara mereka yang tinggal didaerah pedesaan (luar kota)
sebanyak 50.000 orang. Bebrapa sampel yang perlu diselidki dalam rangka
mengunggkapkan hambatan penanaman disiplin disekolah di wilayah masing-
masing.
Perhitungan :
F = 50.000 X 100 % = 12,5 % atau P = 0,125
400.000
q = 1,00 -0,125 = 0,875
Z 1/2= 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05)
B = 5 % atau 0,05

26
Dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :

2
n ≥ 0,125 X 0,875 1,96
0,05

n < 168,05 dibulatkan 169 orang.

Jika penenelitian kurang puas dengan jumlah sampel minimal itu, maka
dapat dilakukan peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan jumlah sampel
dengan sebesar 2,58. Demikian juga ukuran sampel dapat diperbesar lagi dengan
memperkecil perkiraan persentase kemungkinaan membuat kesalahan dalam
penarikan sampel, misalnya sebesar 2% atau b = 0,02. Dari contoh itu, maka
sample minimum menjadi :
2
n ≥ 0,125 X 0,875 2,58
0,02
n > 1.740,21 dibulatkan 1.740 orang.
Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka
variasi p dan q dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,50 X 0,50 =
0,25)uku

Ran sampel yang harus diselidiki :


2

n ≥ 0,25 1,96
0,05
n ≥ 384.
Sample yang baik adalah sampel yang memiliki populasi atau yang
representatif, artinya yang menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan
populasi secara maksimal walaupun mewakili sample bukan merupakan duplikat
dari populasi.
Pada umumnya masalah sampling timbul apabila penelitian bermaksud
untuk :
1. Mereduksi objek penyelidikannya. Karena suatu alasan kerapkali seorang
penyelidik tidak menyelidiki semua objek, semua gejala, semua kejadian

27
atau peristiwa, melainkan hanya sebagian saja dari objek gejala atau
kejadian yang dimaksudkan.
2. Ingin mengadakan generalisasi , dari hasil-hasil, penyelidikannya.
Mengadakan generalisasi berarti mengesahkan kesimpulan-kesimpulan
kepada objek-objek, gejala-gejala, dan kejadian-kejadian yang diselidiki.
Mahasiswa yang baru belajr metodelogi penelitian di tingkat awal harus
menyadari betul bahwa sample bukan merupakan duplikat populasi ;karena itu , ia
tidak boleh berprestensi bahwa suatu sample jika telah ditetapkan dengan cara-
cara tertentu dapat menjadi cermin yang sempurna bagi populasi artinya ia tidak
boleh meyakini bahwa sample tidak mengalami kesesatan walaupun
pengambilannya sudah menggunakan metode-metode statistik tertentu.

Petunjuk –petunjuk untuk mengambil sampel :


1. Daerah generalisasi
Yang pentinga disini adalah menentukan dahulu luas populasinnya sebagai
daerah generalisasi, selanjutnya barulah menentukan sampelnya sebagai daerah
penelitiannya. Di sampling itu, yang penting adalah : “ kalau yang diselidiki
hanya satu kelas saja, jangan diperluas sampai kelas-kelas lainnya apalagi
menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain”.
2. Pengesahan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasinya telah ditetapkan , harus segera diikuti penegasan
tentang sifat-sifat populasinnya. Penegasan ini sangat penting bila menginginkan
adanya valliditas dan reabilitas bagi penelitiannya. Oleh sebab itu, haruslah
ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat-sifat populasi, dan memberikan batas-
batas yang tegas, kemudian menetapkan sampelnya. Jangan terjadi
kebalikannya,yaitu menetapkan populasilah yang lebih dahulu baru kemudian
sampelnya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui ciri-ciri populasinya secara terperinci dapat diperoleh
melalui bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut. Misalnya,
sensus penduduk dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi-instansi dan

28
organisasi-organisasi, seperti pengadilan, kepolisian, kantor P & K, kantor
kelurahan, dan sebagainnya.
Meskipun demikia, haruslah diteliti kembali apakah informasi tersebut telah
menunjukkan validitasnya (kesahihan) . Hal itu perlu karena jangan sampai terjadi
data tahun 1954 masih dipakai sebagia sumber untuk tahun 1965, misalnya bila
tahun 1954 tercatat jumlah anak rata-rata dalam seiap keluarga 4 orang, maka
pada tahun 1965 jumlah anak rata-rata mungkin tidak seperti itu (4 orang).
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Mengenai berapa besar kecilnya sampel yang harus diambil untuk sebuah
penelitian, memang tidak ada ketentuan yang pasti.
5. Menetapkan teknik sampling
Dalam masalah sampel , ada yang disebut biased sampel , yaitu sampel yang
tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan sample yang menyeleweng.
Pengambilan sampel yang menyeleweng disebut : biased sampling. Biased
sampling adalah pengambilan sampel yang tidak dari seluruh populasi, tetapi
hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi generalisasinya dikenakan
kepada seluruh populasi. Contoh : misalnya mengadakan penelitian tentang
penghasilan rata-rata orang indonesia hanya diambil sample yang kaya raya saja,
ataupun hanya yang melarst ? miskin saja. Dengan sendiriny akan mengakibatkan
adaanya kesimpulan yang menyeleweng atau disebut biased conclusion.

5. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya


sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya,
dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel
yang representatif. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu,
sampel acak atau random sampling / probability sampling dan sampel tidak acak
atau nonrandom samping/nonprobability sampling.

Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan


kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika
elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka

29
setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih
menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan
yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel
karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena
jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

a. Probability/Random Sampling

Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana semua


individu dalam populasi, baik secara individu maupun kelompok memiliki
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik ini tidak pilih-pilih dan
didasarkan atas prinsip-prinsip matematis yang telah diuji dalam praktek.

1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana

Teknik untuk mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit


sampling. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan
sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.

2. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan

Teknik ini biasa digunakan pada populasi yang mempunyai susunan


bertingkat atau berlapis-lapis. Misalnya sekolah, terdapat beberapa tingkatan
kelas. Jika tingkatan dalam populasi diperhatikan, mula-mula harus dipastikan
strata yang ada, kemudian tiap strata diwakili sampel penelitian.

3. Cluster Sampling atau Sampel Gugus

Teknik ini digunakan jika populasi tidak terdiri dari individu-individu,


melainkan terdiri dari kelompok atau cluster. Misalnya, penelitian dilakukan
terhadap populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk itu random tidak dilakukan
secara langsung pada semua pelajar, tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok
atau cluster.

30
b. Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak

Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara
acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama
untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel
bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah
direncanakan oleh peneliti.

1. Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan


kemudahan

Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali


berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan
orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu
ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja –
atau juga captive sample (man-on-the-street). Jenis sampel ini sangat baik jika
dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian
lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian
yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.

2. Purposive Sampling

Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan


tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti
menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang
diperlukan bagi penelitiannya. Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti
bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya..
Misalnya, untuk memperoleh data tentang bagaimana keadaan atau karakteristik
suatu sekolah, maka kepala sekolah merupakan orang yang terbaik untuk bisa
memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau
seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.

3. Quota Sampling

Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara


proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.

31
Dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi
diklassifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan
jatah atau quorum tertentu pada setiap kelompok. Pengumpulan data dilakukan
langsung oada unit sampling. Setelah jatah terpenuhi, pengumpulan data
dihentikan.

4. Snowball Sampling – Sampel Bola Salju

Teknik ini adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya


kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelindingyang lama-lama
menjadi besar. Teknik ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang
populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan
penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak
lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang
kira-kira bisa dijadikan sampel.

5. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis

Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak
memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis
dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi
secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan
sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung
pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat
5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian
interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25.

6. Area Sampling atau Sampel Wilayah

Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi
penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, dalam penelitian pendidikan
kita mengadakan penelitian acak terhadap wilayah-wilayah pendidikan dari suatu
populasi atau kabupaten, kemudian terhadap sekolah-sekolah, lalu kelas-kelas dan
akhirnya para siswa.

32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di


mana jawaban tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian
yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang
diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta yang ada dan terjadi di lapangan.

Jenis-jenis hipotesis :

a. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya.

b. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.

c. Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.

Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui


terlebih dahulu karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan
hipotesis dengan benar. Dalam hal ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan
perumusan hipotesis yang baik dan benar, yang tentunya mempunyai tahapan-
tahapan. Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian
hipotesis, pengujian hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang
diteliti terbukti kebenarannya atau tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.

Metode penelitian adalah suatu kerangka landasan bagi terciptanya


pengetahuan ilmiah. Dalam sains dilakukan dengan menggunakan metode
pengamatan, eksperimen, generalisasi, dan verifikasi. Sedangkan dalam ilmu-ilmu
sosial dan budaya, yang terbanyak dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara dan pengamatan (eksperimen, generalisasi, dan verifikasi) juga
dilakukan dalam kegiatan-kegiatan penelitian oleh para ahli dalam bidang-bidang
ilmu-ilmu sosial dan pengetahuan budaya untuk memperoleh hasil-hasil penelitian
tertentu sesuai dengan tujuan penelitiannya.

33
B. Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan


kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimat. Dari
segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan
yang bersifat membangun.

34
DAFTAR PUSTAKA

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013).

Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung:


Simbiosa Retakama Media, 2011) .

Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) .

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi


Aksara, 2009).

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta:


Raja Grafindo, 2006)

Alkaf, Halid Nuraida. 2009. Metodologi Penelitian Penelitian. Ciputat: Islamic


Research publishing.

Hadi, Amirul. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan II. Bandung: Pustaka


Setia.

Haryono. 1998. Metode penelitian pendidikan II. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. RINEKA


CIPTA.

Sukmadinata, Nana. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

35

Anda mungkin juga menyukai