Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL

MEMAHAMI HIPOTESIS DALAM PENELITIAN SOSIAL


Dosen Pengampu: Anisa Mawarni, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 7 :


Nama : 1. Anggi Lusiana Dewi (2041040195)
2. Firli Putri Gunawan (2041040225)
3. Sela Dwi Putri (2041040182)
Kelas : BKI/C/5

PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW. Berkat limpahan rahmat dan karunia-
Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas metopen sosial.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan
tentang “Memahami Hipotesis dalam Penelitian Sosial.” Ucapan terima kasih kami
haturkan kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu, terutama pertolongan
dari Allah, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dengan segala kerendahan hati. Kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Kami menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya
hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Bandar Lampung, 9 November 2022


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG....................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2

2.1 PENGERTIAN HIPOTESIS............................................................................................2

2.2 JENIS-JENIS HIPOTESIS...............................................................................................3

2.3 SUMBER HIPOTESIS....................................................................................................5

2.4 CARA PENYUSUNAN HIPOTESIS..............................................................................6

2.5 CIRI-CIRI HIPOTESIS...................................................................................................7

2.6 CONTOH HIPOTESIS BERDASARKAN BENTUKNYA...........................................8

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................11

3.2 SARAN..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai
dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode
yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif
adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat
dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan
untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik
dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan
ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar
dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya
sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan
cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk
menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada criteria perumusan
hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun pemahaman tentang
penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui
bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam
pengujian hipotesis.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian hipotesis?
2. Bagaimana cara penyusunan hipotesis?
3. Apa saja jenis dan ciri-ciri hipotesis?
4. Apa saja contoh dari hipotesis?
5. Apa saja sumber untuk menetukan hipotesis?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN HIPOTESIS


Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban (dugaan) sementara dari masalah
suatu penelitian. Hipotesis hanya disusun dalam jenis penelitian inferensial, yakni jenis
penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji. Pengujian suatu
hipotesis selalu melalui teknik analisis statistik inferensial, sedangkan penelitian deskriptif
tidak memerlukan secara eksplisit rumusan hipotesis.
Hipotesis dapat disusun oleh peneliti berdasarkan landasan teori yang kuat dan
didukung hasil-hasil penelitian yang relevan. Peneliti harus memahami tentang isi dan
bagaimana langkah-langkah dalam merumuskan suatu hipotesis penelitian.
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan tesis
(kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah
penelitian yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai
dengan bukti-bukti.
Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:
1. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirankan
secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap dalam bentuk pernyataan
yang dapat diuji. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.
Dalam hal ini hipotesis sangat berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan
masalah merupakan pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam
menjawab rumusan masalah dalam hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.
2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir deduktif dalam
rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari kesimpulan umum berupa premis-
premis. Adapun kebenaran logika deduktif menganut asas koherensi. Artinya, mengingat
bahwa premis-premis itu merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi
kebenaran ilmiahnya, maka dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-
premis itu mempunyai kepastian kebenaran pula.
3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi
mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis

2
belum tentu benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung pengujian dari dara
empiris.
5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif
dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam
penelitiannya.
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan
penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji, ini
disebut hipotesis.
Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.

2.2 JENIS-JENIS HIPOTESIS


Adapun jenis-jenis hipotesis, yaitu :
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai
hubungan atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau
lebih sesuai dengan teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang
dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu
(1) hipotesis tentang hubungan dan
(2) hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling
hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional.
Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a). hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.

3
(b). hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.

Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan


dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini
mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
2. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)
Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya
dibagi menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat
dengan Ho, dan (2) hipotesis alternative (alternative hypotheses) yang biasa disingkat
dengan Ha.
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan
antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan
antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis
terarah) dan non directional hipotheses (hipotesis tak terarah). (Frankel dan Wallen,
1990: 42; Suharsimi Arikunto, 1989 :57)
Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh
peneliti, di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa
variabel independent memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel
dependent. Misalnya : siswa yang diajar dengan metode inkuiri lebih tinggi prestasi
belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan menggunakan metode
curah pendapat (diskusi).
Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang
diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel
independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42)
menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa peneliti tidak
menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan dilakukan.
Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode mengajar inkuiri dan curah
pendapat terhadap prestasi belajar siswa.

4
3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis
mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan
seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah
hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran
dari hipotesis mayor).
 Contoh hipotesis mayor :
Ada hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua
dengan   prestasi belajar siswa SMA.
 Contoh hipotesis minor :
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar
siswa SMA.
2. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa
SMA,
3. Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa
SMA.

2.3 SUMBER HIPOTESIS


Untuk membuat hipotesis, seorang peneliti harus menggali banyak sumber informasi.
Jadi, peneliti haru punya informasi yang banyak mengenai masalah yang akan dipecahkan.
Caranya dengan membaca banyak sumber literatur.
Peneliti harus mampu membaca keterangan atau informasi yang didapatkan. tak
hanya itu, penelitian harus mampu menemukan benang merah antara satu informasi dengan
informasi lainnya. Ketiga, peneliti harus punya kemampuan untuk menghubungkan setiap
fenomena yang ditemukan dan menyesuaikannya dengan teori. 
Sumber informasi yang bisa dirujuk oleh peneliti untuk merumuskan hipotesis
diantaranya:
1. Ilmu pengetahuan mendalam yang berkaitan dengan masalah atau fenomena yang
diteliti
2. Wawasan mendalam
3. Bacaan literatur yang valid
4. Pengalaman individu
5. Data empiris

5
6. Analogi atau kesamaan. Bisa juga menggunakan imajinasi atas masalah atau
fenomena yang hendak diteliti

2.4 CARA PENYUSUNAN HIPOTESIS


Perlu dipahami bahwa rumusan hipotesis penelitian tidak “jatuh dari langit” atau
muncul secara tiba-tiba tanpa dilandasi suatu teori atau kajian ilmiah. Hipotesis penelitian
tidak dirumuskan hanya sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti saja, meskipun
dugaan peneliti dapat menjadi titik tolak dalam telaah teori dan prediksi hasil penelitiannya
kelak. Jadi, hipotesis dirumuskan tidak sekedar mengikuti dugaan atau asumsi peneliti, tetapi
berasal dari penguraian landasan teori yang disusun sebelumnya.
Teori tersebut mengkaitkan keberadaan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Oleh karena itu, telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi menjelaskan
permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
Seperti yang dinyatakan oleh Azwar (1999), bahwa dalam merumuskan suatu
hipotesis, terdapat dua cara. Cara pertama, adalah dengan membaca dan menelaah ulang
(mereview) teori atau konsep-konsep yang membahas mengenai variabel-variabel penelitian
beserta hubungan dari variabel-variabel tersebut. Cara ini sering disebut sebagai proses
berpikir deduktif. Cara kedua adalah dengan membaca dan mereviu hasil atau temuan-temuan
penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan penelitian.
Hal ini yang disebut sebagai proses berpikir induktif. Setelah menelaah teori-teori
maupun temuan-temuan hasil penelitian, peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya.
Hasil kajian teori maupun temuan hasil penelitian tersebut merupakan bekal (landasan)
penting bagi peneliti dalam menyusun hipotesisnya. Oleh karena itu, pada umumnya
hipotesis diletakkan setelah peneliti menelaah teori, konsep maupun temuan hasil penelitian,
yakni pada bagian akhir bab II dari suatu laporan penelitian.
Hipotesis harus diuji kebenarannya melalui uji statistik dengan menggunakan teknik analisis
yang tepat. Hipotesis yang telah disusun perlu dibuktikan kebenarannya dengan
menggunakan teknik analisis statistik lanjut. Pemilihan teknik analisis statistik tersebut
tergantung dari beberapa hal, yakni jenis penelitian, tujuan penelitian dan jenis skala data
pada masing-masing variabel.
Dalam perumusan hipotesis secara statistik dinyatakan melalui simbol-simbol.
Terdapat dua macam hipotesis yakni hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha), yang
ditulis selalu berpasangan. Jika salah satu ditolak, yang lain pasti diterima, sehingga dapat

6
dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau H0 ditolak pasti Ha diterima. Dengan dipasangkan
itu, dapat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.
Di bawah ini merupakan contoh pernyataan yang dapat dirumuskan sebagai hipotesis
statistiknya:
1. Dalam suatu penelitian eksperimen yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran
tradisional terhadap kemampuan pro-sosial siswa”, rumusan hipotesis statistiknya
disusun sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-
sosial siswa
Ha : Ada pengaruh model pembelajaran tradisional terhadap kemampuan pro-sosial
siswa
2. Dalam peneltian eksperimen yang berjudul “Efektivitas Layanan BK terhadap
peningkatan Percaya Diri Siswa”, rumusan hipotesis statistiknya disusun sebagai
berikut:
Ho :Layanan BK tidak efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa
Ha :Layanan BK efektif dalam peningkatan Percaya Diri Siswa

2.5 CIRI-CIRI HIPOTESIS


Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-129 dan
Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan
penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau diterangkan.
b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-
variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.
c. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus
bersifat testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.
d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis
hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya
sudah mapan.
e. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.

Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) bahwa ciri-
ciri hipotesis yang baik, yaitu:

7
a. Bisa diterima oleh akal sehat.
b. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.
c. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.
d. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan
Suharsimi Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi
empat kriteria, yaitu:
a. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau
lebih.
b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis
dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau
dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan
terbukti atau tidak, namun peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan
alternatif dugaan tersebut harus dilakukan secara professional ilmiah yang disertai
dengan argumentasi yang kokoh.
c. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar mampu
mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini hipotesis
tidak boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis
merupakan pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat
dan mudah dipahami maka sudah selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.

Pendapat lain mengatakan bahwa cirri-ciri hipotesis yang baik, yaitu :


a. Hipotesis harus menyatakan hubungan.
b. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.
c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh kembangnya
ilmu pengetahuan.
d. Hipotesis harus dapat diuji.
e. Hipotesis harus sederhana.
f. Hipotesis harus bias menerangkan fakta.

2.6 CONTOH HIPOTESIS BERDASARKAN BENTUKNYA


Menurut Sugiyono dinukil dari asikbelajar.com, contoh hipotesis diantaranya:

8
1. Hipotesis Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif: adakah hubungan yang signifikan antara tinggi
badan dengan barang yang terjual? Kemudian hipotesis adalah terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan toko dengan barang yang
terjual. Sementara itu, hipotesis Statistik
Ho : ρ = 0, 0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : ρ ≠ 0 , “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar atau kurang (-) dari nol berarti
ada hubungan,
ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

2. Hipotesis Komparatif
Rumusan masalah: bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila
dibandingkan dengan PT Y?
 Hipotesis Nol:
1) Ho: Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT
Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan PT X dan Y, atau
2) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥) PT Y (“lebih
besar atau sama dengan)” = paling sedikit).
3) Ho: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤) PT Y (“lebih
kecil atau sama dengan” = paling besar).
 Hipotesis Alternatif:
Ha: Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil) dari karyawan
PT Y.
Ha: Produktivitas karyawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y. 3) Ha:
Produktivitas karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT Y.
 Hipotesis statistiknya:
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
Ho : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2

3. Hipotesis Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif: Berapa daya tahan lampu pijar merk X?
 Hipotesis Deskriptif
9
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho), karena daya tahan lampu
yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda secara signifikan dengan daya tahan
lampu yang ada pada populasi. Hipotesis alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar
merk X tidak sama 600 jam. “Tidak sama dengan” ini bisa berarti lebih besar atau
lebih kecil dari 600 jam.
 Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : µ = 600
Ha : µ ≠ 600
µ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui sampel

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hipotesis pada umumnya diartikan sebagai jawaban (dugaan) sementara dari masalah
suatu penelitian. Hipotesis hanya disusun dalam jenis penelitian inferensial, yakni jenis
penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk menguji. Pengujian suatu
hipotesis selalu melalui teknik analisis statistik inferensial, sedangkan penelitian deskriptif
tidak memerlukan secara eksplisit rumusan hipotesis.
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai
hubungan atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih
sesuai dengan teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari
sifat variabel yang akan diuji.
Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam
hal ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar,
yang tentunya mempunyai tahapan-tahapan.

3.2 SARAN
Dengan segala kekurangan dan kelebihan dari makalah yang sudah kami buat. Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki makalah atau
progress kami kedepannya dalam pembuatan dan penulisan makalah yang lebih baik lagi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013).


Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung: Simbiosa
Retakama Media, 2011) .
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) .
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo,
2006)

12

Anda mungkin juga menyukai