Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STATISTIK II
PENGUJIAN HIPOTESIS
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS DARI DOSEN PENGAMPU
(IBU NENG SETIAWATI.SE,MM )

Disusun Oleh :

NAMA KELOMPOK : RENDI HERIANSYAH


: DWI LESTARI
: DIDIK SURYANSYAH
: MAYA HERLINA
: NURLAILA
: PITRI YANI
: RARA PANDORA
: RIDHO AGRIANSYAH
: M. RIZKI ARPANDI
KELAS : B1 MANAJEMEN

PROGRAM STUDI : S1 MANAJEMEN

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI GRAHA KARYA
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam

menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan

mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan

kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,

sehingga makalah “Pengujian Hipotesis” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi

tugas mata kuliah Statistik ll . Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan

memberikan manfaat serta mampu dipergunakan sesuai peruntukannya.

Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan

kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.

Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten,

penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini

dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Muara Bulian, 18 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I .........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN .....................................................................................................................4

A. Latar Belakang ................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah ...........................................................................................................5

C. Tujuan .............................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN ........................................................................................................................6

A. Pengertian Hipotesis .......................................................................................................6

B. Jenis-Jenis Hipotesis .......................................................................................................7

C. Karakteristik Hipotesis..................................................................................................11

D. Perumusan Hipotesis .....................................................................................................12

E. Pengujian Hipotesis ......................................................................................................14

BAB III ....................................................................................................................................19

PENUTUP................................................................................................................................19

A. Kesimpulan ...................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan

penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh

manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai

dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode

yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif

adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan

utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai

piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan

permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui

teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau

tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan

karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji

untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti

yang menyusun dan mengujinya..

4
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hipotesis?

2. Apa Jenis-Jenis Hipotesis?

3. Bagaimana Karakteristik Hipotesis Yang Baik?

4. Bagaimana Merumuskan Hipotesis?

5. Bagaimana pengujian atau menguji hipotesis?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Apa Yang Dimaksud Dengan Hipotesis.

2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Apa Saja Jenis-Jenis Hipotesis.

3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Seperti Apa Karakteristik Hipotesis Yang Baik Dalam

Penelitian.

4. Untuk Mengetahui Dan Memahami Bagaimana Merumuskan Hipotesis Dengan Benar.

5. Untuk Mengetahui Bagaimana Langkah Untuk Melakukan Pengujian Hipotesis.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Jadi

hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian yang belum tentu

kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.

Adapun definisi hipotesis menurut para ahli, yaitu:

1. Menurut sekaran (2005), mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirankan

secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat

diuji. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini

hipotesis sangat berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan

pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam menjawab rumusan masalah

dalam hipotesis haruslah berdasar pada teori dan empiris.

2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir deduktif dalam

rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari kesimpulan umum berupa premis-premis.

Adapun kebenaran logika deduktif menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-

premis itu merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi kebenaran ilmiahnya, maka

dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-premis itu mempunyai kepastian

kebenaran pula.

3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi

mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.

4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang

sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis belum tentu

benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung pengujian dari dara empiris.

5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif dugaan

jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.

6
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai terbukti

melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian dengan

seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis.

Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut

1. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.

2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang kadangkala

hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa

koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.

4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.

B. Jenis-jenis Hipotesis
Secara umum, ada 2 jenis hipotesis:

1.Hipotesis nol ( )

Hipotesis nol merupakan hipotesis awal yang umumnya berisi kepercayaan, asumsi, atau

pendapat yang masih perlu dibuktikan kebenarannya.

2.Hipotesis alternatif ( )

Hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang menyatakan pendapat atau yang berlawanan

dengan hipotesis nol.

Hipotesis alternatif selalu berlawanan dengan hipotesis nol. Hal ini dikarenakan pada dasarnya

kita ingin sekali menolak H0 dengan menawakan Hipotesis alternatif sebagai pernyataan yang

lebih tepat.

Hipotesis tidak hanya dalam bentuk numerik, tetapi juga bisa dalam bentuk kategori. Contohnya

saja, benarkah perempuan cenderung lebih teliti daripada laki-laki?

Sekarang, mari kita coba menuliskannya dalam bentuk notasi statistik.

Misalkan saja, terdapat klaim bahwa umur terbaik untuk menikah adalah saat 25 tahun. Tentu hal

ini perlu dikaaji lebih lanjut apakah asumsi ini benar atau tidak.

7
Karena itu, kita bisa menulisnya dalam notasi sebagai berikut :

= 25

Sedangkan, untuk hipotesis alternatif, ada beberapa pilihan yang bisa kita gunakan tergantung

dari hal yang ingin kita buktikan:

 Bila hipotesis alternatif tidak sama dengan nilai hipotesis nol. Artinya, kita berasumsi
bahwa usia menikah terbaik bukanlah di usia di 25 tahun, bisa lebih atau kurang.

25

 Bila hipotesis alternatif lebih besar dari hipotesis nol. Artinya, kita berasumsi bahwa usia

menikah terbaik adalah di atas 25 tahun.

>25

 Bila hipotesis alternatif lebih kecil daripada hipotesis nol. Artinya, kita berasumsi bahwa

usia menikah terbaik di bawah 25 tahun

<25

8
Adapun jenis-jenis hipotesis yang lain, yaitu :

1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai hubungan atau

pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan

teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang

akan diuji.

Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu

hipotesis tentang hubungan dan hipotesis tentang perbedaan.

Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua

variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel tersebut dapat

dibedakan menjadi tiga, yaitu:

(a). hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.

(b). hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.

(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.

Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam

variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari

berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.

2. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)

Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi

dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho, dan (2) hipotesis

alternative (alternative hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.

9
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara suatu

variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan

orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.

Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara

suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara tingkat pendidikan

orang tua dengan prestasi belajar siswa SD.

Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis terarah) dan non

directional hipotheses (hipotesis tak terarah). (Frankel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi

Arikunto, 1989 :57)

Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di mana

peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent memang

sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : siswa yang diajar dengan

metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan

menggunakan metode curah pendapat (diskusi).

Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan

oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel

dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah

menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil

penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode

mengajar inkuiri dan curah pendapat terhadap prestasi belajar siswa.

3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji

Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis

minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh

subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian

atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).

Contoh hipotesis mayor :

Ada hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa

SMA.

10
Contoh hipotesis minor :

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.

2. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA,

3. Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.

C. Karakteristik Hipotesis

Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa, sebenarnya nilai atau

harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun demikian,

bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”.

Ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.

Cirri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-129 dan Yatim

Riyanto, 1996: 16) diantaranya:

a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan penjelasan

yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau diterangkan.

b. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel.

Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.

c. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus

bersifat testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.

d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya

tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya sudah mapan.

e. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.

Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) bahwa ciri-ciri

hipotesis yang baik, yaitu:

a. Bisa diterima oleh akal sehat.

b. Konsisten dengan teori atau fakta yang telah diketahui.

c. Rumusannya dinyatakan sedemikian rupa sehingga dapat diuji.

d. Dinyatakan dalam perumusan yang sederhana dan jelas.

11
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan Suharsimi

Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi empat criteria,

yaitu:

a. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.

b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis dan

hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau dugaan yang harus

diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun

peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan

secara professional ilmiah yang disertai dengan argumentasi yang kokoh.

c. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar mampu mencari

data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.

d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini hipotesis tidak

boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis merupakan

pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami

maka sudah selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.

Pendapat lain mengatakan bahwa cirri-ciri hipotesis yang baik, yaitu :

a. Hipotesis harus menyatakan hubungan.

b. Hipotesis harus sesuai dengan fakta.

c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh kembangnya ilmu

pengetahuan.

d. Hipotesis harus dapat diuji.

e. Hipotesis harus sederhana.

f. Hipotesis harus bias menerangkan fakta.

D. Perumusan Hipotesis

Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu tergantung pada

penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan

pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka.

12
Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti harus sanggup

memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam

menggali hipotesis, peneliti harus:

a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara banyak

membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.

b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek,

serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah yang sedang diselidiki.

c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya

yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.

Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo ( 2002: 77)

antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria tertentu sebagai acuannya dan penjelasan

sebagai berikut :

a. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian

Tujuan penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab pernyataan penelitian

hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasiional yang deduksi dari konsef

konsef dan teori teori yang sudah ada

b. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris.

Tujujan penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka akar dapatt

diuji , hiotesis harus menyatakan secara jelas pariabel variabal yang di teliti atau berupa duaaamn

tettentu pada hubungan antar dua variable

c. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika

dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling bertentangan satu

sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang

dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada

alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori tgeori yang

lainnya.

Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan

umumnya. Namun, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut:

13
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.

b. Hipotesis hendaklah dinyatakan dalam kalimat deklaratif atau pernyataan.

c. Hipotesis hendaklah dirumuskan secara jelas dan padat.

d. Hipotesis hendaklah dapat diuji.

E. Pengujian Hipotesis

Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan, 1982: 133) dan Yatim

Riyanto (1996: 16-17) bahwa untuk menguji hipotesis, peneliti perlu:

a. Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu

benar.

b. Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau

prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.

c. Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut

didukung oleh data atau tidak.

Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis. Pengujian

hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat dan

sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan bagian dari populasi.

Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi

yang didukung dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah

selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan

oleh peneliti tersebut.

Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti memperoleh

hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak karena perbedaan hasil variabel

yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data yang ada di

lapangan. Dan dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima

sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol (H0) dan

alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat

keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.

14
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil kesimpulan

kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa

perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan

tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan

peneliti sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang ada.

Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam merumuskan

hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat hipotesis tidak

terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul

tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

Secara umum, formula yang digunakan adalah:

dimana :

= nilai rata-rata sampel

= nilai rata-rata populasi

= standar deviasi

= jumlah sampel

CONTOH PENGUJIAN HIPOTESIS

Hipotesis satu arah

Seorang peneliti ingin mengetahui apakah usia ideal menikah memang tepat 25 tahun atau lebih

dari itu. Dari data-data sebelumnya, diketahui bahwa simpangan baku adalah 26 tahun. Dari 40

sampel yang digunakan, ditemukan bahwa rata-rata berpendapat bahwa usia ideal menikah

adalah 27 tahun (data terlampir).

Apakah asumsi usia ideal menikah di 25 tahun masih bisa diterima? Gunakan taraf nyata 5

pesen!

15
Jawab :

1.Formula hipotesis

= 25

> 25

2. Taraf nyata dan nilai Z tabel

= 5%

= 1,65 (Uji sisi kanan)

3. Kriteria pengujian

H0 diterima jika : Z0 < 1.65

H0 ditolak jika : Z0 > 1.65

16
4. Hitung Statistik uji

= 27.43

= 25

= 2.71

= 40

Kesimpulan : Z > 1.65, artinya Ho ditolak.

Bisa disimpulkan, berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa anggapan usia ideal menikah

pada usia 25 tahun tidaklah benar. Usia ideal menikah lebih baik lebih dari 25 tahun.

Uji hipotesis dua arah

Rata-rata panjang jagung hasil panen adalah 15 cm. Berdasarkan hasil panen, diketahui panjang

jagung yang di dapat adalah 17 cm. Bila standar deviasi dari hasil panen adalah 5 cm dari total

100 sampel, lakukan uji hipotesis apakah benar rata-rata panjang jagung adalah 15 cm.

1.Formula hipotesis

= 15

15

2. Taraf nyata dan nilai Z tabel

= 5%

= 1.96 (uji dua arah)

3. Kriteria pengujian

H0 diterima jika : -1.96<Z0 < 1.96

H0 ditolak jika : Z0 > 1.96 atau Z0 <-1.96

17
4. Hitung Statistik uji

= 17

=15

=5

5. Kesimpulan : Z > 1.65, artinya Ho ditolak.

Bisa disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengujian, rata-rata panjang jagung hasil panen

bukanlah 15 cm.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban tersebut

masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak

semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta yang ada

dan terjadi di lapangan.

Jenis-jenis hipotesis:

a. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya.

b. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.

c. Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.

Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu

karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam hal

ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar, yang

tentunya mempunyai tahapan-tahapan.

Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis, pengujian hipotesis

bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti kebenarannya atau tidak, atau

hipotesisnya diterima atau tidak.

19
DAFTAR PUSTAKA

Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013).

Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung: Simbiosa Retakama

Media, 2011) .

Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003) .

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).

Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).

Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo,

2006)

https://yuvalianda.com/uji-hipotesis/#google_vignette

20

Anda mungkin juga menyukai