STATISTIK II
PENGUJIAN HIPOTESIS
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS DARI DOSEN PENGAMPU
(IBU NENG SETIAWATI.SE,MM )
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan
mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tidak lupa shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi agung Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
sehingga makalah “Pengujian Hipotesis” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Statistik ll . Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan
Penulis menyadari makalah ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan
kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik.
Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten,
penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I .........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN .....................................................................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................6
C. Karakteristik Hipotesis..................................................................................................11
PENUTUP................................................................................................................................19
A. Kesimpulan ...................................................................................................................19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh
manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai
dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode
yang sistematis. Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat tiga alasan
utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai
piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang digunakan untuk menjelaskan
permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui
teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau
tidak benar. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan
karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji
untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Seperti Apa Karakteristik Hipotesis Yang Baik Dalam
Penelitian.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (belum tentu benar) dan tesis (kesimpulan). Jadi
hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian yang belum tentu
kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.
secara logis di antara dua atau lebih variable yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat
diuji. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. Dalam hal ini
hipotesis sangat berkaitan dengan perumusan masalah, karena perumusan masalah merupakan
pertanyaan penelitian yang harus dijawab pada hipotesis, dan dalam menjawab rumusan masalah
2. Menurut Atmadilaga (1994), penyusunan hipotesis berupa logika berpikir deduktif dalam
rangka mengambil kesimpulan khusus (hipotesis) dari kesimpulan umum berupa premis-premis.
Adapun kebenaran logika deduktif menganut asas koherensi. Artinya, mengingat bahwa premis-
premis itu merupakan sumber informasi yang tidak perlu diuji lagi kebenaran ilmiahnya, maka
dengan sendirinya hipotesis sebagai kesimpulan dari premis-premis itu mempunyai kepastian
kebenaran pula.
3. Fraenkel dan Wallen (1990: 40), berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi
4. Dalam Yatim Riyanto (1996: 13), menyetakan bahwa hipotesis merupakan jawaban yang
sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian. Hipotesis belum tentu
benar. Benar atau tidaknya suatu hipotesis tergantung pengujian dari dara empiris.
5. Suharsimi Arikunto (1995: 71), mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.
6
Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai terbukti
melalui data yang terkumpul. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian dengan
seksama dan menetapkan anggapan dasar maka ia perlu menguji, ini disebut hipotesis.
2. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang kadangkala
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
B. Jenis-jenis Hipotesis
Secara umum, ada 2 jenis hipotesis:
1.Hipotesis nol ( )
Hipotesis nol merupakan hipotesis awal yang umumnya berisi kepercayaan, asumsi, atau
2.Hipotesis alternatif ( )
Hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang menyatakan pendapat atau yang berlawanan
Hipotesis alternatif selalu berlawanan dengan hipotesis nol. Hal ini dikarenakan pada dasarnya
kita ingin sekali menolak H0 dengan menawakan Hipotesis alternatif sebagai pernyataan yang
lebih tepat.
Hipotesis tidak hanya dalam bentuk numerik, tetapi juga bisa dalam bentuk kategori. Contohnya
Misalkan saja, terdapat klaim bahwa umur terbaik untuk menikah adalah saat 25 tahun. Tentu hal
ini perlu dikaaji lebih lanjut apakah asumsi ini benar atau tidak.
7
Karena itu, kita bisa menulisnya dalam notasi sebagai berikut :
= 25
Sedangkan, untuk hipotesis alternatif, ada beberapa pilihan yang bisa kita gunakan tergantung
Bila hipotesis alternatif tidak sama dengan nilai hipotesis nol. Artinya, kita berasumsi
bahwa usia menikah terbaik bukanlah di usia di 25 tahun, bisa lebih atau kurang.
25
Bila hipotesis alternatif lebih besar dari hipotesis nol. Artinya, kita berasumsi bahwa usia
>25
Bila hipotesis alternatif lebih kecil daripada hipotesis nol. Artinya, kita berasumsi bahwa
<25
8
Adapun jenis-jenis hipotesis yang lain, yaitu :
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai hubungan atau
pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan
teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang
akan diuji.
Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua
variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel tersebut dapat
(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam
variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari
Menurut Yatim Riyanto (1996: 13) hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi
dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho, dan (2) hipotesis
9
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara suatu
variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara
suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara tingkat pendidikan
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu directional hipotheses (hipotesis terarah) dan non
directional hipotheses (hipotesis tak terarah). (Frankel dan Wallen, 1990: 42; Suharsimi
Hipotesis terarah (directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di mana
peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent memang
sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : siswa yang diajar dengan
metode inkuiri lebih tinggi prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan
Hipotesis tak terarah (non directional hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan
oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel
dependent. Frankel dan Wallen (1990: 42) menyatakan bahwa hipotesis tak terarah
menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil
penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh penggunaan metode
3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis
minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh
subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian
Ada hubungan antara keadaan social ekonomi (KSE) orang tua dengan prestasi belajar siswa
SMA.
10
Contoh hipotesis minor :
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
2. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA,
3. Ada hubungan antara kekayaan orang tua dengan prestasi belajar siswa SMA.
C. Karakteristik Hipotesis
Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa, sebenarnya nilai atau
harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan pengujian empiris. Namun demikian,
bukan berarti dalam merumuskan hipotesis yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”.
Ada beberapa kriteria tertentu yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Cirri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-129 dan Yatim
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan penjelasan
Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.
d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya
tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya sudah mapan.
Sedangkan menurut John W. best (1977) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) bahwa ciri-ciri
11
Adapun menurut Borg dan Gall (1979: 61-62) dalam Yatim Riyanto (1996: 16) dan Suharsimi
Arikunto (1995: 64-65) mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi empat criteria,
yaitu:
a. Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b. Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis dan
hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau dugaan yang harus
diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun
peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan
c. Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan criteria ini peneliti dituntut agar mampu mencari
d. Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan criteria ini hipotesis tidak
boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis merupakan
pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami
c. Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuh kembangnya ilmu
pengetahuan.
D. Perumusan Hipotesis
Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu tergantung pada
penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan
12
Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti harus sanggup
a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara banyak
membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah yang sedang diselidiki.
yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo ( 2002: 77)
antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria tertentu sebagai acuannya dan penjelasan
sebagai berikut :
Tujuan penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab pernyataan penelitian
hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasiional yang deduksi dari konsef
b. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris.
Tujujan penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka akar dapatt
diuji , hiotesis harus menyatakan secara jelas pariabel variabal yang di teliti atau berupa duaaamn
c. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika
dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling bertentangan satu
sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang
dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada
alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori tgeori yang
lainnya.
Pendapat lain mengatakan bahwa, cara orang merumuskan hipotesis itu tidak ada aturan
13
a. Hipotesis hendaklah menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebih.
E. Pengujian Hipotesis
Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan, 1982: 133) dan Yatim
a. Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu
benar.
prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.
c. Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut
Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis. Pengujian
hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat dan
sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan bagian dari populasi.
Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi
yang didukung dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah
selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti memperoleh
hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak karena perbedaan hasil variabel
yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data yang ada di
lapangan. Dan dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima
sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol (H0) dan
alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat
14
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil kesimpulan
kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa
perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan
tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan
peneliti sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang ada.
Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam merumuskan
hipotesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan seadanya saat hipotesis tidak
terbukti atau mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul
dimana :
= standar deviasi
= jumlah sampel
Seorang peneliti ingin mengetahui apakah usia ideal menikah memang tepat 25 tahun atau lebih
dari itu. Dari data-data sebelumnya, diketahui bahwa simpangan baku adalah 26 tahun. Dari 40
sampel yang digunakan, ditemukan bahwa rata-rata berpendapat bahwa usia ideal menikah
Apakah asumsi usia ideal menikah di 25 tahun masih bisa diterima? Gunakan taraf nyata 5
pesen!
15
Jawab :
1.Formula hipotesis
= 25
> 25
= 5%
3. Kriteria pengujian
16
4. Hitung Statistik uji
= 27.43
= 25
= 2.71
= 40
Bisa disimpulkan, berdasarkan hasil pengujian, ditemukan bahwa anggapan usia ideal menikah
pada usia 25 tahun tidaklah benar. Usia ideal menikah lebih baik lebih dari 25 tahun.
Rata-rata panjang jagung hasil panen adalah 15 cm. Berdasarkan hasil panen, diketahui panjang
jagung yang di dapat adalah 17 cm. Bila standar deviasi dari hasil panen adalah 5 cm dari total
100 sampel, lakukan uji hipotesis apakah benar rata-rata panjang jagung adalah 15 cm.
1.Formula hipotesis
= 15
15
= 5%
3. Kriteria pengujian
17
4. Hitung Statistik uji
= 17
=15
=5
Bisa disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengujian, rata-rata panjang jagung hasil panen
bukanlah 15 cm.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban tersebut
masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak
semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta yang ada
Jenis-jenis hipotesis:
Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam hal
ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar, yang
Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis, pengujian hipotesis
bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti kebenarannya atau tidak, atau
19
DAFTAR PUSTAKA
Elvinaro Ardianto, Metodologi Penelitian untuk Publik Relations (Bandung: Simbiosa Retakama
Media, 2011) .
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009).
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo,
2006)
https://yuvalianda.com/uji-hipotesis/#google_vignette
20