Anda di halaman 1dari 43

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

“Dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok”

Oleh :
Kelompok 2

Alwi Siregar 1940200094


Ari Sinto Rambe 1940200116
Helmi Tursina 1940200115

Dosen pembimbing
Dr. Rukiah, M.Si

SEMESTER 5 EKONOMI SYARIAH 3


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDEMPUAN
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehinggah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Landasan Teori Dan Hipotesis.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada matakuliah Metode penelitian Ekonomi. Selain ini makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Landasan Teori Dan Hipotesis bagi para
pembaca dan penulis.
Kami penulis makalah mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Rukiah,
M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Metode Penelitian Ekonomi yang telah
memberikan tugas makalah ini sehinggah dapat menambah wawasan serta
pengetahuan sesuai dengan matakuliah yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagikan Sebagian
pengetahuannya sehinggah kami dapat Menyusun dan menyelesaikan makalah
kami ini.
Kami menyadari makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan guna sempurnaan
makalah kami ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Padangsidempuan, 13 Sebtember 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

DAFTAR HALAMAN ............................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3


A. Esensi Imu ................................................................................................... 3
B. Defenisi Teori ............................................................................................. 6
C. Arti Penting Teori ..................................................................................... 10
D. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 14
E. Hipotesis.................................................................................................... 18

BAB III PENUTUP .............................................................................................39


A. Kesimpulan ............................................................................................... 39
B. Saran.......................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai seorang akademisi tentunya kita sudah sangat familiar dengan istilah
penelitian. Penelitian merupakan salah satu unsur terpenting dalam membangun
peradaban umat manusia. Melalui penelitian, seorang peneliti mampu
menghasilkan berbagai macam pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat bagi
khalayak. Penelitian juga dilakukan untuk memecahkan masalah dan membuat hal
yang rumit menjadi mudah. Begitu besar faedah yang dapat diambil dari penelitian
sehingga muncul berbagai penemuan baru untuk masa depan yang lebih baik.
Kegiatan penelitian erat kaitannya dengan mengkaji teori dan menyusun
hipotesis. Kedua hal tersebut merupakan komponen penting yang mampu
mengkonstruksi sebuah penelitian yang utuh. Kegiatan penelitian laiknya diawali
dengan mengkaji teori. Melalui kajian teori yang luas dan mendalam, peneliti akan
membuat dasar yang kuat dalam penelitiannya. Teori yang telah dikaji dapat
berkembang jika secara kontinu digunakan dalam penelitian.
Hipotesis dalam sebuah penelitian dapat membangun kepercayaan diri seorang
peneliti. Dugaan jawaban dan hasil dari berbagai kajian literatur tertuang dalam
suatu pernyataan yang disebut dengan hipotesis penelitian. Hipotesis pada dasarnya
digunakan untuk menguji benar atau tidaknya dugaan peneliti atas kajiannya
terhadap berbagai teori dan literatur yang relevan ddengan penelitiannya.
Banyak diantara akademisi yang terhambat oleh ketidaktahuannya akan urgensi
mengkaji teori dan menyusun hipotesis sehingga banyak kesalahan yang diperbuat
dalam melakukan penelitian. Kesalahan penelitian dapat diminimalisir dengan
mengkaji teori atau literatur yang tepat serta menyusun hipotesis penelitian yang
sesuai. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka makalah ini akan membahas
mengenai teori dan hipotesis dalam penelitian.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
berikut merupakan rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini.
1. Apa definisi dan fungsi teori dalam penelitian?
2. Apa definisi dan fungsi hipotesis dalam penelitian?
3. Apa saja jenis-jenis hipotesis dalam penelitian?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan definisi dan fungsi teori dalam penelitian.
2. Menjelaskan definisi dan fungsi hipotesis dalam penelitian.
3. Mendeskripsikan contoh dari jenis-jenis hipotesis dalam penelitian.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Esensi Ilmu

A. Ilmu dan Metodologi Penelitian

Ilmu pengetahuan berawal dari rasa kagum manusia terhadap alam. Karena
kekagumannya terhadap alam ini, maka manusia selalu ingin mengetahui segalanya
tentang alam. Rasa ingin tahu yang mendorong manusia berpikir untuk
menemukan jawaban apa yang ingin diketahuinya. Berpikir itu berarti ber-filsafat,
dengan berpikir sama dengan berfilsafat yaitu upaya mencari kebenaran.
Kebenaran dapat diperoleh melalui:
1) Upaya aktif.
Upaya aktif adalah upaya mencari kebenaran melalui penalaran pikiran dengan
aturan-aturan dan teknik-teknik tertentu. Memperoleh pengatahuan yang benar
melalui aturan tertentu dan syarat-syarat tertentu disebut dengan metode ilmiah.
metode ilmiah yaitu kegiatan mencari kebenaran (pengetahuan) mulai dari
merumuskan masalah, menyusun kerangka teori untuk menjawab masalah,
merumuskan hipotesis, menentukan metode yang akan digunakan hingga menarik
kesimpulan.
2) Upaya pasif.
Upaya pasif adalah upaya melalui keyakinan seperti seni dan agama. Upaya
pasif ini tidak memerlukan pemikiran yang rumit. Perasaan dan keyakinan
merupakan penentu tidaknya suatu yang ingin diketahui. Untuk menda-patkan
kebenaran tidak perlu aturan-aturan atau logika berpikir tertentu.
Penelitian merupakan cerminan secara kongkrit kegiatan ilmu dalam
memproses pengetahuan. Penelitian ilmiah pada hakekatnya merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan selanjutnya penulisan ilmiah ilmiah
merupakanasi penalaran ilmiah yang didokumentasi melalui bahasa tulisan. Ilmiah
tidaknya suatu penelitian sangat ditentukan oleh metodologi yang digunakan.

3
Karena itu antara ilmu, metode ilmiah dan penelitian mem- punyai keterkaitan yang
erat.
Wujud ilmu pengetahuan (melalui pemikiran metode induktif) dapat dimulai
dari fakta (awal) kemudian timbul gejala, dari gejala tersebut dibuat konsep melalui
proses pemikiran berupa proposisi dan selanjutnya dilihat dengan fakta dan jika
berlaku secara umum, maka proposisi tersebut menjadi teori dan ilmu.
Proposisi yaitu suatu pemyataan yang terdiri dari satu atau lebih konsep atau
variabel. Contoh dari proposisi yaitu Dua puluh persen dari penggangguran di
Indonesia adalah gerakan dengan pendidikan tinggi. Proposisi ini dapat berupa
aksioma, postulat, teorema, hipotesis dan generalisasi empiris. Keterkaitan antara
wujud ilmu, metode ilmiah dan penelitian ilmiah dapat dilihat dari skema di bawah
ini.

4
B. Esensi Ilmu dan Metode Ilmiah

Pada bab 2 (dua) telah digambarkan bahwa antara wujud (esensi) ilmu
pengetahuan dengan metode berpikir ilmiah dan penelitian ilmiah. Dalam hal ini
dapat dijelaskan bahwa, proses terwujudnya ilmu dapat dilakukan melalui metode
berpikir ilmiah selanjutnya metode berpikir ilmiah diterap- kan dalam penelitian
ilmiah dalam rangka memecahkan masalah yang muncul. Hasil penelitian yang
berlan-jut secara terus menerus dan menghasilkan kesimpulan yang sama pada
akhirnya ilmu.
Penelitian ilmiah pada hakekatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dalam kegiatan menemukan ilmu. Sedangkan penulisan ilmiah merupakan
argumentasi penalaran keilmuan yang ditentukan melalui bahasa tulisan. Karena
itu antara ilmu, metode ilmiah dan penelitian ilmiah saling keterkaitan satu sama
lain yang sangat erat.
Dari penjelasan singkat di atas, dapat dikatakan bahwa wujud ilmu yang
merupakan hasil pemikiran (melalui metode induktif) yang dimulai dari fakta awal
berupa gejala atau fenomena. Fakta tersebut dimulai dengan konsep melalui proses
pemikiran berupa proposisi dan selanjutnya dibuktikan dengan fakta. Jika fakta
dari pembuktian tersebut berlaku umum, maka proposisi tersebut menjadi teori dan
ilmu. Jadi jelas bahwa ilmu merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada
pemikiran atau penelitian ilmiah. 1
Ilmu (science) berbeda dengan pengetahuan (knowledge). Ilmu adalah sebagian
dari pengetahuan (genus) yang memiliki ciri-ciri ilmiah (Suriasumantri. 1996). Ciri-
ciri ilmiah antara lain, kritis, analitis, logistik, objektif, konseptual dan sistematis
(penjelasan lebih lengkap lihat bab 2). Namun demikian ada pula ilmu yang tidak
memiliki ciri-ciri ilmiah seperti ilmu kebatinan (Mudrajad. 2003).
Dalam upaya menemukan ilmu yang memiliki ciri-ciri ilmiah, maka upaya yang
harus ditempuh juga harus mengkuti kaidah ilmiah. Selanjutnya agar upaya

1Prof.Dr. H. Amri, SE., MS


Junaidi, SE., MSi
Drs. Yulmardi, Msi., Metodologi penelitian ekonomi, ( Jambi : Hak Cipta 2009), hlm. 18

5
menemu-kan ilmu sesuai dengan kaidah ilmiah maka langkah yang harus ditempuh
juga harus menggunakan ilmu atau teori. Dengan kata lain dimulai dari teori dan
penjelasan yang logis serta berdasarkan hasil-hasil riset sebelumnya yang relevan
kemudian diprediksi atau dibuat konsep atas gejala-gejala atau fenomena yang
terjadi pada masalah. Hasil prediksi tersebut dibuktikan secara empiris dan terbukti
bila hasil prediksi (hipotesis) dapat menjadi teori atau ilmu baru (lihat bab 2 tentang
keterkaitan ilmu, metode ilmiah dan penelitian ilmiah).2

B. Defenisi Teori

Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses


penelitian adalah menemukan teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu memiliki dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teori ini merupakan ciri
bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

2 Ibid. hlm. 90

6
Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti yang dinyatakan oleh Neumen
(2003) "Para peneliti menggunakan teori secara berbeda dalam berbagai jenis
penelitian, tetapi beberapa jenis teori hadir di sebagian besar penelitian sosial"
Kerlinger (1978) mengemukakan bahwa Teori adalah seperangkat konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang menyajikan pandangan sistematis tentang
fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan tujuan menjelaskan
dan memprediksi fenomena tersebut. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep).
definisi, dan proposisi yang bekerja untuk melihat fenomena secara sistematik,
melalui spesifikasi hubungan antar variabel, schingga dapat berguna untuk
menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa: Teori adalah generalisasi atau
serangkaian generalisasi yang dengannya kita berusaha menjelaskan beberapa
fenomena secara sistematis. Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi
yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik.
Cooper dan Schindler (2003), mengemukakan bahwa, Teori adalah
seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang saling berhubungan secara
sistematis yang maju untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena (fakta). Teori
adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis
sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Selanjutnya Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori
akan memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan,
menjelaskan, dan meramalkan gejala yang ada.
Mark 1963, dalam (Sitirahayu Haditono, 1999), membedakan adanya tiga
macam teori. Teori ketiga yang dimaksud berhubungan dengan data empiris.
Dengan demikian dapat dibedakan antara lain:
Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan
Teori yang induktif: cara dijelaskan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk
titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behavioris

7
Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan, yaitu data yang mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan
teori yang mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah dikatakan bahwa teori dapat dilihat
sebagai berikut.
Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logistik.
Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum
menunjukkan suatu hubungan antara variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg
dan dapat diramal sebelumnya
Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu
kelompok hukum yang diperoleh dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai
dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu suatu konsep yang teoritis
(induktif).
Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menjelaskan yang
menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data
dan pendapat yang teoritis.
Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem
pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji
kebenarannya, bila tidak, dia bukan suatu teori.
Teori semacam ini memiliki dasar empiris. Suatu teori dapat memandang
gejala yang dihadapi dari sudut yang berbeda-beda, misalnya dapat dijelaskan,
tetapi dapat pula dengan menganalisis dan menginterpretasi secara kritis
(Habermas, 1968). Anggapan suatu konflik antar generasi yang dilakukan oleh ahli
teori yang berpandangan emansipatoris akan berlainan dengan cara melukiskan
seorang ahli teori lain tidak berpandangan emansipatoris.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat
konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori
memiliki tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan
(prediction), dan pengendalian (control) suatu gejala. Mengapa kalau besi kena
panas memuai, dapat dijawab dengan teori yang bekerja menjelaskan. Kalau saya

8
melihat sampai 75° C berapa pemuaiannya, dijawab dengan teori yang meramalkan.
Selanjutnya berapa jarak koneksi rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi
iklim Indonesia sehingga kereta api tidak terganggu karena koneksi yang terhubung
dengan teori yang bekerja mengendalikan.
Dalam bidang Administrasi Hoy & Miskel (2001) mengemukakan definisi
teori sebagai berikut. "Teori dalam administrasi, bagaimanapun memiliki peran
yang sama dengan teori dalam fisika, kimia, atau biologi, yaitu memberikan
penjelasan umum dan membimbing penelitian". Selanjutnya didefinisikan bahwa
teori adalah seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang dapat digunakan
untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi.“Teori
adalah seperangkat konsep yang saling terkait, asumsi, dan generalisasi yang secara
sistematis menggambarkan dan menjelaskan keteraturan dalam perilaku dalam
organisasi”.
Berdasarkan yang dikemukakan Hoy & Miskel (2001) tersebut dapat dikemukakan
disini bahwa, 1) teori itu menerima konsep, asumsi dan generalisasi yang logistik,
2) bekerja untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang
memiliki keteraturan, 3) sebagai stimulan dan panduan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) mengemukakan bahwa komponen teori itu
meliputi konsep dan asumsi. Konsep adalah istilah yang telah diberi arti abstrak
dan umum. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna
generalisasi. Contoh konsep dalam administrasi adalah kepemimpinan
(kepemimpinan), kepuasan (kepuasan) dan organisasi informal (organisasi
informal). Sedangkan asumsi merupakan pernyataan yang diterima kebenarannya
tanpa pembuktian. Sebuah asumsi, diterima tanpa bukti, belum tentu terbukti
dengan sendirinya. Berikut ini diberikan contoh asumsi dalam administrasi.
1. Administrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia
dalam organisasi.
2. Administrasi merupakan proses pengendalian dan pengendalian kehidupan
dalam organisasi sosial.

9
Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi
apabila teori sudah tidak relevan dan kurang bekerja lagi untuk mengatasi masalah.3
Tingkatan dan Fokus Teori.
Numan (2003) mengemukakan tingkat teori menjadi tiga yaitu, mikro, meso, dan
makro. Teori tingkat mikro: irisan kecil waktu, ruang, atau sejumlah orang.
Konsepnya biasanya tidak terlalu abstrak. Teori tingkat meso: upaya untuk
menghubungkan tingkat makro dan mikro atau untuk beroperasi pada tingkat
menengah. Contoh teori organisasi dan gerakan sosial, atau komunitas tertentu.
Teori tingkat makro: menyangkut pengoperasian agregat yang lebih besar seperti
institusi sosial, seluruh sistem budaya, dan seluruh masyarakat. Buku ini
menggunakan lebih banyak konsep yang abstrak. Selanjutnya fokus teori dibedakan
menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal, dan teori midle range.
Teori subtantif dikembangkan untuk area tertentu dari perhatian sosial,
seperti geng nakal, pemogokan, diforce, atau hubungan ras. Teori formal
dikembangkan untuk area konseptual yang luas dalam teori umum, seperti
penyimpangan; sosialisasi, atau kekuasaan. Teori rentang menengah sedikit lebih
abstrak daripada generalisasi empiris atau hipotesis spesifik. Teori rentang
menengah bisa formal atau subtantif. Teori rentang menengah pada prinsipnya
digunakan dalam sosiologi untuk memandu penyelidikan empiris. Teori yang
digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data
adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus pada obyek yang akan diteliti.

C. Arti Penting Teori Dalam Penelitian


Kegunaan teori dalam penelitian :
A. Cooper dan Schindler (2003), menyatakan bahwa teori kegunaan dalam
penelitian adalah:
B. Theory narrows the range of fact we need to study.
C. Teori menyarankan pendekatan penelitian mana yang mungkin
menghasilkan makna terbesar.

3Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung :
Alfabeta, CV. 2013), hlm. 52-56

10
D. Teori menyarankan sistem penelitian untuk memaksakan data untuk
mengklasifikasikannya dengan cara yang paling berarti
E. Teori merangkum apa yang diketahui tentang objek studi dan menyatakan
keseragaman yang terletak di luar pengamatan langsung.

Teori dapat digunakan untuk memprediksi fakta lebih lanjut yang harus
ditemukan. Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa "Pada dasarnya, teori
membantu memberikan kerangka kerja dengan berfungsi sebagai titik tolak untuk
mengejar masalah penelitian. Teori mengidentifikasi faktor-faktor penting. Ini
memberikan panduan untuk mensistematisasikan dan menghubungkan berbagai
aspek penelitian. Namun, selain memberikan pandangan sistematis tentang faktor-
faktor yang diteliti, teori juga dapat mengidentifikasi dengan baik kesenjangan, titik
lemah, dan inkonsistensi yang menunjukkan perlunya penelitian tambahan. Selain
itu, pengembangan teori dapat membuka jalan untuk penelitian lanjutan. tentang
fenomena yang diteliti Fungsi lain teori adalah memberikan satu atau lebih
generalisasi yang dapat diuji dan digunakan dalam aplikasi praktis dan penelitian
lebih lanjut".
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal
teori. Dalam penelitian kuantitatif, yang digunakan harus sudah jelas, karena teori
di sini akan berfungsi untuk menjelaskan masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk
merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus
menjelaskan teori apa yang akan dipakai.
Dalam kegiatan penelitian, teori yang pertama digunakan untuk
memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau variabel konstruk yang akan
diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta)
adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena
pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
Selanjutnya fungsi teori yang ke tiga (kontrol) digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan
saran dalam upaya pemecahan masalah.

11
Dalam proses penelitian terlihat bahwa untuk dapat mengajukan hipotesis
penelitian, maka peneliti harus membaca buku-buku dan hasil-hasil penelitian yang
relevan, lengkap dan mutakhir. Membaca buku adalah prinsip berfikir deduksi dan
membaca hasil penelitian adalah prinsip berfikir induksi. Dalam teori perlu
dikemukakan deskripsi teori, dan kerangka berfikir, sehingga selanjutnya dapat
merumuskan hipotesis dan instrumen penelitian. 4
a. Deskripsi Teori
Dalam suatu penelitian merupakan penjelasan tentang teori tentang teori (dan
bukan pendapat atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan
variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan, akan
tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah
variabel yang diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen
dan satu dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat
kelompok teori, yaitu kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel
independen dan satu dependen. Oleh karena itu, semakin banyak variabel yang
diteliti, maka akan semakin banyak teori yang perlu dikemukakan.
Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel
yang diteliti, melalui pendefinisian, dan penjelasan yang lengkap dan mendalam
dari berbagai referensi, sehingga lingkup dan prediksi terhadap hubungan antar
yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.
Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian
dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks
yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan
dengan baik, baik dari segi pengertian maupun hubungan antar variabel yang
diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian.
Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian,
maka harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca, dan menelaah
yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menetapkan landasan yang kokoh

4Ibid,.hlm 57

12
bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus
dikembangkan dan dipupuk (Sumadi Suryabrata, 1996).
Untuk dapat membaca dengan baik, maka peneliti harus mengetahui
sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berbentuk buku-buku teks,
kamus, ensiklopedia. jurnal ilmiah dan hasil-hasil penelitian. Bila peneliti tidak
memiliki sumber-sumber bacaan sendiri, maka dapat melihat di perpustakaan, baik
perpustakaan lembaga formal, maupun perpustakaan pribadi. Sumber bacaan yang
baik harus memenuhi tiga kriteria, relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran
(kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber
bacaan lama). Relevansi dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan
teori yang dikemukakan, berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca,
kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang
digunakan, maka akan meningkatkan teori terbaru.
Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti,
tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan
dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari: permasalahan yang harus
dilakukan, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode
penelitian, analisis, dan kesimpulan. Misalnya peneliti yang terdahulu, melakukan
penelitian tentang tingkat penjualan kendaraan bermotor di Jawa Timur, dan
peneliti berikutnya meneliti di Jawa Barat. Jadi hanya berbeda lokasi saja. Peneliti
yang kedua ini dapat menggunakan referensi hasil penelitian yang pertama.
Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah
sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah,
laporan penelitian, Skripsi, Tesis, Disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan
yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap
variabel yang akan diteliti (Untuk referensi yang berbentuk laporan
peneletian, lihat judul penelitian, lihat judul penelitian, sampel sumber data,
pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan).

13
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan,
bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain, dan pilih definisi
yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti,
lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri
tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibacakan dari berbagai sumber ke
dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang
dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori
harus dicantumkan.5

D. Kerangka Berfikir

Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan


bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator
dan intervensi, maka perlu juga dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan
dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan dalam
bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma
penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Kerangka berfikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam
penelitian tersebut tentang dua variabel atau lebih. penelitian hanya membahas
sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping
mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Sapto Haryoko, 1999).

5Ibid.hlm 58-59

14
Penelitian yang berkenaan dengan dua variabel atau lebih, biasanya dirumuskan
hipotesis yang berbentuk perbandingan maupun hubungan. Oleh karena itu dalam
rangka menyusun hipotesis penelitian yang berbentuk hubungan maupun
perbandingan, maka perlu dikemukakan kerangka berfikir. Langkah-langkah
dalam menyusun kerangka pemikiran.
Seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi
argumentasi dalam menyusun kerangka pemikiran yang menghasilkan hipotesis.
Kerangka pemikiran ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-gejala
yang menjadi obyek permasalahan. (Suriasumantri, 1986). Kriteria utama agar
suatu kerangka pemikiran yang dapat Anda temukan untuk sesama ilmuwan, adalah
alur-alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir yang
menghasilkan kesimpulan yang berupa hipotesis.
Jadi kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang
disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori yang telah
dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga
menghasilkan sintesa tentang hubungan antar variabel sintesa antara variabel satu
dengan variabel lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang selanjutnya dapat
digunakan untuk merumuskan hipotesis.

Gambar 3.1 proses penyusunan kerangka berpikir untuk merumuskan hipetesis

15
Berdasarkan pada gambar 3.1 tersebut dapat diberi penjelasan sebagai
berikut
1. Menetapkan variabel yang diteliti.Untuk menentukan kelompok teori apa
yang perlu dikemukakan dalam menyusun kerangka berfikir untuk
mengajukan proposal, maka harus ditetapkan terlebih dahulu variabel
penelitiannya. Berapa jumlah variabel yang diteliti, dan apakah nama setiap
variabel merupakan titik tolak untuk menentukan teori yang akan
dikemukakan.
2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP) Setelah ditentukan, maka langkah
berikutnya adalah membaca buku dan hasil penelitian yang relevan. Buku-
buku yang dibaca dapat berbentuk buku teks, ensiklopedia, dan kamus.
Hasil penelitian yang dapat dibaca adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah,
Skripsi, Tesis, dan Disertasi.
3. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP) Dari buku dan hasil penelitian
yang dibaca akan dapat dikemukakan teori-teori yang berkenaan dengan
variabel yang diteliti. Seperti yang telah dikemukakan, deskripsi yang berisi
tentang, definisi masing-masing variabel yang diteliti, uraian tentang ruang
lingkup setiap variabel, dan kedudukan antara satu dengan yang lain dalam
konteks penelitian itu.
4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kritis terhadap teori-teori dan
hasil penelitian yang telah dikemukakan. Dalam analisis ini peneliti akan
mengkaji apakah teori-teori dan hasil penelitian yang telah ditetapkan itu
betul-betul sesuai dengan obyek penelitian atau tidak, karena sering terjadi
teori-teori yang berasal dari luar tidak sesuai untuk penelitian di dalam
negeri.
5. Analisis Komparatif Terhadap
Teori dan Hasil Penelitian Analisis komparatif dilakukan dengan cara
membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil
penelitian satu dengan penelitian yang lain. Melalui analisis komparatif ini

16
peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau
mereduksi bila dipandang terlalu luas.
6. Sintesa kesimpulan
Melalui analisis kritis dan komparatif terhadap teori-teori dan hasil
penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, peneliti
selanjutnya dapat melakukan sintesa atau sementara. Perpaduan sintesa
antara variabel yang lain akan menghasilkan kerangka berfikir yang
selanjutnya dapat dingunakan untuk merumuskan hipotesis.
7. Kerangka Berfikir
Setelah sintesa atau kesimpulan dapat dirumuskan maka selanjutnya
disusun kerangka berfikir. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa
kerangka berfikir yang assosiatif atau hubungan maupun komparatif atau
perbandingan. Kerangka berfikir assosiatif dapat menggunakan kalimat:
jika begini maka akan begitu; jika komitmen kerja tinggi, maka
produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika dilakukan dengan baik
(positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif).
8. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut selanjutnya disusun hipotesis.
Bila kerangka berfikir berbunyi "jika komitmen kerja tinggi, maka
produktivitas akan lembaga tinggi", maka hipotesisnya berbunyi “ada
hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan
produktivitas kerja” Bila kerangka berfikir berbunyi “Karena lembaga A
menggunakan teknologi tinggi, maka produktivitas kerja lebih cepat” jika
dibandingkan dengan lembaga B yang kerjanya rendah," maka hipotesisnya
berbunyi "Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang signifikan antara
lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A lebih tinggi bila
dibandingkan dengan lembaga B".

Selanjutnya Uma Sekaran (1992).mengemukakan bahwa kerangka berfikir


yang baik, memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.

17
2. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
pertautan atau hubungan antar variabel yang teliti, dan ada teori yang
dijelaskan.
3. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan
antar variabel itu positif atau negatif, berbentuk simetris, kausal atau
interaktif (timbal balik).
4. Kerangka berfikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk
diagram (paradigma penelitian), sehingga pihak lain dapat memahami
kerangka pikir yang dikemukakan dalam penelitian.6

E. Hipotesis

a. Pengertian Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,


di mana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan hanya berdasarkan teori yang relevan,
tidak didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris. Penelitian yang
merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pada penelitian kualitatif, tidak diharapkan hipotesis, tetapi justru dapat ditemukan
hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas Selanjutnya
hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian
tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang
bersifat ekploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis.

6Ibid. hlm,.60-63

18
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan
sementara, karena jawaban yang diberikan hanya berdasarkan teori yang relevan,
tidak didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris. Penelitian yang
merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif.
Pada penelitian kualitatif, tidak diharapkan hipotesis, tetapi justru dapat ditemukan
hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian
hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti
telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian
bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada
hipotesis statistik.
Untuk lebih mudahnya membedakan antara hipotesis penelitian dan
hipotesis, maka dapat dijangkau berikut: Contoh Hipotesis Penelitiannya:
1. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah (hipotesis
deskriptif).
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok
masyarakat Petani dan Nelayan (dalam Populasi itu/hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli
masyarakat (dalam populasi itu/hipotesis assosiatif).

Gambar 3.2 Penerbit populasi

Selanjutnya, yaitu penelitian yang menggunakan sampel. Pada penelitian ini


untuk mengetahui keadaan populasi, sumber datanya menggunakan sampel yang

19
diambil dari populasi tersebut. Jadi yang dipelajari adalah sampel data. Dugaan
apakah data sampel itu dapat diberlakukan ke populasi, data statistik. Hipotesis
statistik diperlukan untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang hanya diuji
dengan sampel data itu dapat diberlakukan untuk populasi atau tidak. Dalam
pembuktian ini akan muncul istilah signifikansi, atau taraf kesalahan atau
kepercayaan dari pengujian. Signifikan artinya hipotesis penelitian yang telah
terbukti pada sampel itu (baik deskriptif, komparatif, maupun assosiatif) dapat
diberlakukan ke populasi. Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis:
1. Ada perbedaan yang signifikan antara penghasilan rata-rata masyarakat
dalam sampel dengan populasi. Penghasilan masyarakat itu paling tinggi
hanya Rp. 500.000/bulan (hipotesis deskriptif).
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penghasilan petani dan nelayan
(hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan jumlah
payung yang terjual (hipotesis assosiatif/hubungan). Ada hubungan positif
artinya, bila curah hujan tinggi, maka akan semakin banyak payung yang
terjual.
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis kerja dinyatakan dalam kalimat positif dan hipotesis nol dinyatakan
dalam kalimat negatif.
Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis alternatif (hipotesis alternatif tidak sama dengan hipotesis kerja). Dalam
kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian pada
hipotesis kerja. Bila penelitian akan membuktikan apakah hasil pengujian hipotesis
itu signifikansi atau tidak, maka hipotesis statistik. Teknik statistik yang digunakan
untuk menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja
dengan data populasi adalah statistik deskriptif. 7

7Ibid,.hlm.63-66

20
Gambar 3.3 penelitian bekerja dengan data sampel

Dalam hipotesis, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan
tidak ada perbedaan antara sampel data, dan populasi data. Yang diuji hipotesis nol
karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau
statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan
populasi, dan statistik di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan
dengan sampel, antara lain :
1. Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah
penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif
(perbandingan) dan assosiatif (hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis
penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif. komparatif, dan
assosiatif/hubungan hipotesis deskriptif, adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah deskriptif; hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara
terhadap masalah komparatif, dan hipotesis assosiatif.
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif,
yaitu yang berkenan dengan variabel mandiri.
Contoh:
1) Rumusan Masalah Deskriptif
a) Berapa daya tahan lampu pijar merk X?

21
b) Kejutan tinggi semangat kerja karyawan di PT. y?
2) Hipotesis Deskriptif
Daya tahan lampu pijar merk X = 600 jam (Ho). Ini merupakan hipotesis
nol, karena daya tahan lampu yang ada pada sampel diharapkan tidak berbeda
signifikan dengan daya tahan lampu yang ada pada populasi. Hipotesis
alternatifnya adalah: Daya tahan lampu pijar merk X ≠ 600 jam. "Tidak sama
dengan" ini bisa berarti lebih besar atau lebih kecil dari 600 jam.
3) Hipotesis Statistik (hanya ada bila berdasarkan data sampel)
Ho : = 600
Ha : ≠ 600
≠ : Adalah nilai rata-rata populasi yang dihipotesiskan atau ditaksir melalui
sampel
Untuk rumusan masalah no. 2) hipotesis nolnya bisa berbentuk demikian.
a. Semangat kerja karyawan di PT X 75% dari Kriteria ideal yang ditetapkan.
b. Semangat kerja karyawan di PT X paling sedikit 60% dari Kriteria ideal
yang ditetapkan (paling sedikit itu berarti lebih besar atau sama dengan 2).
c. Semangat kerja karyawan di PT X paling banyak 60% dari kriteria ideal
yang ditetapkan (paling banyak itu berarti lebih kecil atau sama dengan 5).

Dalam hipotesis yang diajukan salah satu saja, dan hipotesis mana yang dipilih
tergantung pada teori dan pengamatan pendahuluan yang dilakukan pada obyck.
Hipotesis alternatifnya masing-masing adalah:
a. Semangat kerja karyawan di PT X # 75%
b. Semangat kerja karyawan di PT X < 75%
c. Semangat kerja karyawan di PT X> 75%

Hipotesis statistik adalah (hanya ada bila berdasarkan data sampel)


a) Ho: p = 75%
Ha: p + 75% p = hipotesis berbentuk prosentase
b) Ho: p2 75%
Ha: p< 75%

22
c) Ho: ps 75%
Ha: p> 75%

Teknik statistik yang digunakan untuk menguji ketiga hipotesis tersebut tidak
sama. Cara-cara pengujian hipotesis akan diberikan pada bab tersendiri, yaitu pada
bab analisis data.
b. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
komparatif. Pada rumusan variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda, atau keadaan yang terjadi pada waktu yang berbeda.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Komparatif
Produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT Y?
2. Hipotesis komparatif
Berdasarkan rumusan masalah komparatif tersebut dapat dikemukakan tiga
model hipotesis nol dan alternatif sebagai berikut:
Hipotesis Nol:
1. Ho : Tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X
dan PT Y; atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan
PT X dan Y, atau
2. Ho : Produktivitas karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (2) PT
Y ("lebih besar atau sama dengan" = paling sedikit).
3. Ho : Produktivitas karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (S) PT
Y ("lebih kecil ataU sama dengan" = paling besar).
Hipotesis Alternatif:
1. Ha : Produktivitas kerja karyawan PT X lebih besar (atau lebih kecil)
dari karyawan PT Y.
2. Ha : Produktivitas karyawan PT X lebih kecil dari pada (<) PT Y.
3. Ha : produktivitas karyawan PT.X (≥) karyawan PT Y.
c. Hipotesis Assosiatif

23
Hipotesis assosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
assosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh:
1. Rumusan Masalah Assosiatif
Adakah hubungan yang signifikan antara tinggi badan pelayan toko dengan
barang yang terjual.
2. Hipotesis Penelitian:
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara tinggi badan pelayan toko
dengan barang yang dijual.8
3. Hipotesis Statistik
Ho: p = 0, O berarti tidak ada hubungan.
Ha: p + 0, "tidak sama dengan nol" berarti lebih besar atau kurang (-)
dari nol berarti ada hubungan,
p = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan. Ha: Produktivitas
karyawan PT X lebih besar daripada (≥) PT Y. 2)

d. Teori dan Hipotesis


Kalau secara berulang-ulang pada waktu membicarakan proses penelitian,
setiap peneliti menyadari bahwa teori memegang peranan penting dan menentukan
dalam setiap langkah penelitian. Teori merupakan pegangan pokok dalam
menentukan setiap hal penelitian, mulai dari masalah hingga laporan penyusunan
penelitian.
Dalam menentukan masalah, peneliti terlebih dahulu berpaling pada teori
yang ada, membaca kembali temuan penelitian dan kelemahan yang ada,
memperhatikan realitas dalam masyarkat dan kemudian merumuskan dalam bentuk
masalah baru yang perlu dikaji melalui cara ilmiah melalui penelitian. Dengan kata
lain, adanya antara teori yang ada dan kenyataan empiris akan menimbulkan jurang
dan keadaan kritis yang penyelidikan ilmiah dalam penyelesaiannya. Di samping
itu, pada akhir suatu laporan penelitian akan ditemukan temuan baru berupa konsep

8Ibid.,hlm.67-68

24
baru, konstruk baru, kelemahan, dan tindakan yang perlu dikaji ulang, atau sesuatu
yang perlu diuji atau lebih lanjut pada waktu berikutnya. Seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, hipotesis merupakan dugaan yang kuat atau jawaban yang
bersifat tentatif terhadap suatu masalah.
Sebagai suatu dugaan yang kuat dan mungkin benar, serta perlu dibuktikan,
maka hipotesis seyogianyalah bersandar pada teori yang memiliki kekuatan dan
pengakuan masyarakat ilmiah. Tanpa menggunakan teori yang dan terpercaya,
penalaran tentang ke- mungkinan jawaban sementara tentang suatu masalah tidak
kuat, kurang terarah dan "ngawur" sehingga hipotesis yang diajukan tidak menemui
sasaran. Dugaan yang kuat atau jawaban yang bersifat tentatif tidak mungkin
muncul dan mendekati kebenaran jika dasar perumusan tidak kuat. Adalah terjadi
penalaran yang kuat, jika tidak didukung oleh teori yang benar-benar sesuai dengan
aspek yang diteliti.9

Gambar 6.1 Hubungan Teori dengan Hipotesis


Contoh:
Jika masalah yang akan diteliti berkaitan dengan kecerdasan, motivasi,
kreativitas, serta sikap dan kebiasaan belajar siswa di sekolah akselerasi, maka
sebelum peneliti mengajukan hipotesis tentang keterkaitan atau pengaruh setiap
aspek tersebut, terlebih dahulu harus memahami secara konseptual tentang teori
berbagai kecerdasan teori faktor, teori fungsional, teori spekulatif, teori
operasional, teori pragmatis, serta bagaimana peran kecerdasan dalam
perkembangan kejiwaan setiap individu. Peneliti juga telah mendalami teori sikap
dan kebiasaan belajar serta kaitan dengan faktor kejiwaan yang lain dan faktor yang

9 Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. Metode penelitian: Kuantitatif, dan Penelitian Gabungan
( Jakarta : KENCANA, 2014), hlm.135

25
memengaruhi sikap dan kebiasaan belajar; teori motivasi, jenis motivasi, faktor
yang memengaru- hi motivasi, dan fungsi motivasi dalam perkembangan kejiwaan
setiap individu. Di samping itu, peneliti juga sudah mendalami tentang konsep
kreativitas, kaitan kreativitas dengan faktor kejiwaan yang lain, faktor yang
memengaruhi kreativitas setiap individu. Di samping studi literatur tersebut,
peneliti juga sudah mengetahui berbagai hasil penelitian yang terkait dengan
kecerdasan, motivasi, sikap, dan kebiasaan belajar serta kreativitas.
Logika hubungan antara aspek-aspek tersebut perlu diketahui secara
konseptual sehingga dapat ditempatkan aspek-aspek mana lebih utama dan terlebih
dahulu memengaruhi dan mana yang terpengaruh. Dalam contoh di atas, sikap dan
kebiasaan belajar merupa- kan varibel pemilihan, sedangkan inteligensi, motivasi,
dan kreativitas merupakan varibel bebas. Berdasarkan kondisi itu, maka dapat
dirumuskan beberapa hipotesis terkait:
a. Makin tinggi kecerdasan, makin baik sikap dan kebiasan belajar siswa.
b. Makin kuat motivasi, makin baik sikap dan kebiasaan belajar siswa. Makin
kreatif siswa, makin baik sikap dan kebiasan belajarnya.
c. Atau dapat dinyatakan secara serempak: Terdapat hubungan yang berarti
antara kecerdasan, motivasi, dan kreativitas dengan sikap dan kebiasaan
belajar.
Hipotesis di atas disusun berdasarkan kerangka teori. Sikap merupakan kondisi
psikologis seseorang. Sikap belajar merupakan persepsi yang bersangkutan tentang
cara belajar dan kebiasaan belajar merupakan tindakan seseorang tentang
belajar.sikap dan kebiasaan seseorang tentang belajar merupakan suatu persepsi dan
tindakan seseorang cara belajar, menyelesaikan tugas, maupun dalam menghadapi
ujian setelah suatu periode pembentukan. Sikap dan kebiasaan belajar dipengaruhi
berbagai faktor, baik yang datang dari dirinya maupun bersumber dari luar dirinya
(internal dan eksternal). Di antara faktor internal itu yakni kecerdasan, motivasi,
dan daya kreatif yang terdapat pada seseorang. Berbagai hasil penelitian di masa
lalu, juga menunjukkan adanya hubungan antara kecerdasan, minat, dan kreativitas
dengan sikap dan kebiasaan belajar. Berlandaskan latar belakang teoretis tersebut,
memungkinkan seorang peneliti membuat prediksi yang lebih tajam dan spesifik.

26
Di samping itu, mengarahkan ran- cangan penelitian lebih terfokus dan terarah,
serta memberi peluang kepada penelit untuk mengklarifikasi temuan penelitian
sebelumnya serta melihat tidaknya hubungan di antara variabel. peneliti kata dalam
perumusan sebelumnya tidak menemukan temuan yang mendukung aspek yang
akan ditelitinya, peneliti sebaiknya mencari aspek lain yang lebih berarti dan
bermakna, baik untuk pribadi, syarakat, maupun perkembangan ilmu pengetahuan:

A. Kriteria Penyusunan Hipotesis


Hipotesis yang benar akan memberikan arah yang tepat dalam penelitian,
sebaliknya penyusunan hipotesis yang tidak benar dapat menimbulkan "bias" pada
hasil penelitian. Ada dua kesalahan yang sering ditemukan dalam pembuktian
suatu hipotesis dalam penelitian, yaitu:
a. kesalahan tipe pertama (type one error) adalah terterima hipotesis yang
sebe-narnya harus ditolak sedangkan
b. kesalahan tipe dua (type two error) adalah menolak hipotesis yang
seharusnya diterima.
Kedua jenis kesalahan tersebut banyak terkait dengan teknik pembuktian
hipotesa. Sehubungan dengan itu, perlu dilacak sejak dini kebenaran hipotesis dan
peng-gunaan teknik analisis yang tepat dengan memperkenalkan faktor uji (test
factor) ka-lau diperlukan untuk meniadakan hubungan antarvariabel yang lancung
(palsu). Di samping itu, ada lagi kesalahan tipe tiga, yaitu pembuktian secara benar
teta-pi masalah yang salah (memecahkan masalah yang salah). Justru karena itu,
kesalahan tipe tiga ini adalah seseorang atau peneliti memecahkan masalah secara
benar, pembuktian hipotesis juga benar, tetapi memecahkan bukan masalah yang
sebenarnya. Keadaan seperti itu perlu mendapat perhatian utama dari sejak awal
peneli- tian. Pertanyaan yang mendasar sejak dini yaitu:
a. Apakah masalah yang akan diteliti itu benar-benar masalah yang sebenarnya
dan wajar untuk diteliti?
b. Apakah dari situasi yang bermasalah setelah dikonseptualisasikan secara
benar-benar situasi tersebut, tampak substantif masalah yang sebenarnya?

27
c. Benarkah setelah dilakukan masalah, masalah dan peru- musan masalah
dengan benar, akan didapatkan secara riil, jelas, spesifik, dan layak untuk
dilakukan?
Dengan demikian, kesalahan tipe ketiga dapat diatasi dengan melakukan
kajian substantif masalah yang benar, dengan terlebih dahulu mencoba mene-
mpatkan situasi masalah secara konseptual. Jangan terjadi meneliti suatu aspek
yang sebenarnya bukan masalah pada hakikinya, karena keadaan itu akan
berdampak negatif pada kegiatan selanjutnya.
Justru karena itu, para pembaca menyadari betul- betul menyadari
menyadari masalah yang sebenarnya dan menyadari pula apa substantif dari
masalah yang ditemukan itu. Jangan merumuskan hipotesis secara benar, menguji
hipotesis secara benar, tetapi peneliti lupa bahwa masalah yang diteliti tidak
masalah yang sebenarnya. Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam
perumusan dan penyusunan hipotesis secara benar:
Hipotesis hendaklah menyatakan hubungan dua variabel atau lebih.
Contoh:
Variabel I kemasukan dan variabel II kemisikinan. Sebelum peneliti
menyatakan hubungan antarvariabel; dengan penalaran yang jernih dan kuat
peneliti menempatkan terlebih dahulu bagaimana hubungan antara variabel itu.
Berdasarkan teori yang hendaklah diatur variabel mana yang memengaruhi dan
mana pula variabel yang dipengaruhi. Apakah hubungan simetris atau asimetris.
Selanjutnya hubungan itu dalam hipotesis. Dari variabel kedua itu dapat
disimpulkan:
1. Terdapat hubungan yang berarti antara kebobolan dan
kemisikinan.
2. Makin bodoh seseorang membuat hidupnya miskin.
B. Variabel dalam hipotesis harus jelas secara konseptual. Dari contoh "b" di
atas harus jelas,
1. Kapan seseorang dikatakan miskin dan apa kriteria kemiskinan?
Apakah seorang pegawai negeri yang berpendidikan tetapi menerima

28
gaji di bawah Upah Minimum Rata-rata (UMR) satu bulan dikatakan
miskin?
2. Apakah yang dimaksud dengan kecemburuan? Apakah seseorang yang
tidak tamat SD dapat dikatakan bodoh, ataukah seseorang yang tidak
pandai menulis, ataukah seseorang yang tidak dapat menampilkan
dirinya sesuai dengan adanya dalam masyarakat dikatakan bodoh? 3)
Bagaimana hubungan antara kemisikinan dan kezaliman?
C. Dapat diuji secara empiris.
Setiap hipotesis yang disusun, bagaimanapun juga bentuk-bentuknya hendaklah
didu- kung oleh data di lapangan. Karena setiap Anda membutuhkan data untuk
pembuktiannya. Hal itu hanya mungkin jika datanya cukup di lapangan dan dapat
dikumpulkan dengan mudah. Contoh yang kurang benar: Semakin agung dan
populer seorang pencuri, berhasil dalam menjalankan tugas. Atau: Terdapat
hubungan yang berarti antara pencuri para pencuri dan keberhasilan menjalankan
bisnis ini.
D. Hipotesis hendaklah spesifik.
Dalam hal ini, yang membutuhkan dengan spesifik adalah aspek yang akan
dibukukan. Dari suatu masalah yang perlu dibatasi lagi adalah menjadi berbagai
sub-aspek sehingga lebih spesifik dan dapat diukur atau dimanipulasi.
Contoh: Antara latihan kerja dan keterampilan. Latihan kerja ini apakah jenis
latihan, periode latihan, atau frekuensui latihan, proses latihan; sedangkan aspek
keterampilan: jenis dan jumlah keterampilan, kualitas keterampilan atau sikap
dalam melakukan sesuatu. Dengan cara demikian dapat pula dirumuskan hipotesa,
antara lain:
1. Makin banyak jenis latihan yang diikuti makin terbatas kualitas
keterampil- an yang dikuasai.
2. Terdapat hubungan yang berarti antara proses latihan keterampilan dan
kualitas latihan yang dikuasi.
Formulasi yang lebih spesifik akan memberikan berbagai keuntungan,
antara lain penelitian itu dapat dilaksanakan dan dipraktikkan, mudah dikelola, dan
berarti serta akan menambah validitas hasil penelitian; sebaliknya penyajian

29
hipotesis yang luas dan samar-samar akan jatuh pada perangkap menggunakan
bukti-bukti yang dipilih.
E. Hipotesis yang disusun hendaklah dapat dibuktikan dengan teknik yang
tersedia.
Pengujian kebenaran hanya dapat dilakukan apabila didukung oleh data yang
akurat dan teknik yang tepat serta cara yang benar. Keanekaragaman hipotesis yang
hendaklah selalu berpijak pada landasan pembuktian yang bernar. Walaupun
sekarang telah banyak teknik analisis dengan menggunakan rumus-rumus statistik
melalui program komputer, seperti SPSS, SAS, dan Micro-stat, namun keterbatasan
pemahaman dan kemampuan dalam membaca hasil program komputer perlu pula
dipertimbangkan dengan baik, sehingga tidak menimbulkan salah interpretasi.
F. Hipotesis hendaklah bersumber dari atau dengan teori.
Seperti yang telah disinggung pada awal bagian hipotesis ini, bahwa untuk
dapat merumuskan hipotesis yang tepat dari konsep yang telah ada dalam khazanah
ilmu pengetahuan; baik untuk menguji, menjelaskan, membuktikan, kembali, atau
menemukan sesuatu yang baru. Kalau dilihat dari esensinya, hipotesis adalah
dugaan, sedangkan ilmu adalah ilmu yang dibuktikan dan diakui masyarakat ilmiah.
Tepat karena itu, wajar untuk dapat membuat landasan yang kuat dalam
mengajukan hipotesis. memulai dari dasar yang kukuh yaitu teori yang sudah ada.
Suatu kebenaran kebenaran perlu dikaji ulang dan dibuktikan lagi kebenarannya,
seperti ilmu pengetahuan tentang peredaran Matahari mengitari Bumi yang
dikemukakan Ptolemy, ternyata kemudian dibatalkan oleh Galileo setelah ia
menemukan alat teropong bintang untuk membuktikan kebenaran bahwa Bumi
yang mengitari Matahari bukan sebaliknya.
G. Hipotesis adalah bebas nilai-nilai.
Secara prinsip setiap hipotesis yang bersifat ilmiah harus bebas dari nilai-nilai
peneliti sendiri, bias dari pandang peneliti, maupun subjektivitas diri masing-
masing individu dan lingkungan. Ini merupakan sesuatu yang sangat sukar, tetapi
harus dituntut dengan perumusan yang lebih, secara eksplisit, dan konkrit.
H. Hipotesis hendaklah dirumuskan dalam bentuk pernyataan, sederhana, dan
operasional.

30
b. Jenis-Jenis Hipotesis
Dalam berbagai literatur ilmiah tentang penelitian, demikian dalam laporan
penelitian, sering dijumpai aneka ragam perumusan hipotesis yang disajikan oleh
para penulis dan peneliti. Sebagai contoh bagi para pembaca, berikut ini disajikan
hipotesis:
a. Jika tingkat sosial ekonomi masyarakat meningkat dengan baik, maka
tingkat mortalitas akan semakin rendah.
b. Jika kualitas guru bertambah baik, maka prestasi belajar bertambah tinggi
c. Jika lingkungan tidak bersih, maka wabah penyakit bertambah banyak.
d. Siswa kelas satu SD lebih suka sekolah dari siswa kelas dua, tetapi kurang
dari siswa kelas tiga.
e. Siswa kelas dua lebih suka sekolah daripada mereka menonton televisi.
f. Siswa dengan kemampuan akademis kurang akan lebih negatif tentang diri
mereka, jika ditempatkan di kelas khusus (khusus) daripada mereka
ditempatkan di kelas biasa.
g. Lebih baik menempatkan siswa yang berkemampuan kurang (disability)
dalam kelas reguler daripada dalam kelas spesial.
h. Terdapat hubungan yang signifikan antara Gross National Product (GNP)
de-ngan rata-rata warga masyarakat yang pandai menulis-baca (angka
melek huruf).
i. Tidak terdapat perbedaan yang berarti antara tingkat mortalitas penduduk
yang tinggal di pedesaan dan penduduk yang tinggal di perkotaan.
j. Tidak ada perbedaan antara prestasi belajar antara mahasiswa yang diterima
dan penelusuran bakat dengan mahasiswa yang mengikuti seleksi
penerimaan mahasiswa baru.
Dari contoh yang telah dikemukakan, pada hakikatnya hanya ada dua jenis
hipotesis. Yang pertama menyatakan: "Jika ada suatu faktor dalam suatu kejadian
atau situasi, maka akan menimbulkan akibat atau pengaruh." Pernyataan hipotesis

31
seperti itu akan memudahkan dan mengarahkan peneliti menetapkan variabel bebas
dan variabel terikat yang akan di ukur. 10
Berbagai bentuk hipotesis Menurut Jacob Vredenbregt membedakan hipotesis
dalam tiga jenis, yaitu hipotesis universal, kinctesis eksistensial, dan hipotesis
probabilitas. Hipotesis universal dapat dicontohkan Lonbatan-hambatan psikologis
dalam berinteraksi dengan orang lain sebagai pengalaman lalunya. Semua
antimiliterisme orang Aceh, semua jenis buaya adalah binatang masa buas.
Berdasarkan pernyataan ini, kemudian diuji atau diramalkan, apakah benar semua
orang yang berasal dari daerah konflik di Indonesia memiliki hambatan psikologis
dalam berinteraksi dengan orang lain. Semua antimiliterisme orang Aceh, dan
semua jenis buaya adalah binatang buas.
Sedangkan hipotesis memiliki bentuk dasar bahwa paling sedikit ada satu
satuan dalam universum X adalah Y. Contohnya dengan menggunakan prognosis
framalan) memang ada, artinya paling sedikit satu orang dari pemirsa televisi dapat
menebak dengan benar kuis olahraga yang ditayangkan televisi tersebut dengan
benar. Jika kita berangkat dari hipotesis nol, maka ramalannya adalah tidak seorang
Peara pun yang dapat menebak kuis olahraga dengan benat. Kemudian kita mencaci
as yang mengingkari ramalan tersebut atau hipotesis nol itu.
Berbeda dengan dua hipotesis sebelumnya, hipotesis kemungkinan memiliki
bentuk dasar yang abstrak Yang dipersoalkan di sini adalah keadaan "relatif lebih
atau relati yang Hipotesis didasarkan atas pengujian sampel, yang memakai kriteria
yang diatur menurut konwensi (perjanjian). Hasil dari hipotesis ini tetap masalah.
artinya selalu membawa risiko-tisiko kemungkinan tertentu.
Jenis-jenis hipotesis yang dikemukakan oleh Jakob Vredenbregt di atas,
memiliki beberapa temuan yang sukar oleh orang lain-terutama tetapi berisi ide-ide
yang perlu dipertimbangkan. Lebih muda dan dipakai dalam berbagai penelitian,
yaitu hipotesis nol (Ho), Hipotesis altermatif (Ha) dan hipotesis kerja (Hk). Ketiga
hipotesis ini dijelaskan sebagai berikut:11

10Ibid.,hlm.141
11Prof.Dr.
HM. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. Metodologi Penelitian Kuantitatif
komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik lainnya (Kebayunan : Prenadamedia Group), hlm.90

32
1. Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis nol juga sering disebut dengan hipotesis yaitu hipotesis yang diuji
dengan statistik Hipotesis ini m empunyai bentuk dasar atau memiliki pernyataan
yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan variabel Y yang akan
diteliti, atau variabel Independen (x) tidak mempengaruhi variabel independen (Y).
Statemant konstanta dapat dibuktikan: “ Tidak ada hubungan di antara sikap
kepemilikan suatu media Dimana jurnalis bekerja “ "There is no hubaze of sexual
offenses and the rate of AIIDS/HIV disease cases in a country's road discipline is
not influenced by the understanding of motorists on the road", etc. This null
hypothesis is made with a high probability of being rejected if it is proven that the
null hypothesis This is not true in the sense that the hypothesis is concluded that
there is a relationship between the variable X and the variable ALTERNATIVE
HYPOTHESES (HA), the independent variable (X) and the dependent variable (Y).
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
Pada hipotesis alternatif, yaitu apabila hipotesis terjadi alternatif atau Lawan
dari hipotesis nol adalah hipotesis alternatif. Hipotesis langsung dirumuskan
apabila ternyata pada suatu penelitian, Hipotesis ini menyatakan ada hubungan,
yang berarti ada signifikan variabel independen (X) dan variabel dependen (Y).
Sebagai hipotesis yang berlawanan dengan hipotesis nol, hipotesis suatu
kecenderungan menerima pernyataan-nya atau kebenarannya contoh dari hipotesis
adalah: "ada hubungan antara tekanan-tekanan terhadap suatu negara Islam dan
hubungan internasional antara tingkat penguasaan kapital dan tingkat seseorang.
jaringanbtersebut"; "ada perbedaan antara tingkat pendidikan seseorang dan status
di masyarakat"; "penayangan erotika di media massa berpengaruh bagi remaja di
perkotaan", dan sebagainya.
Pada penjelasan mengenai hipotesis nol di atas ditolak, maka secara
otomatis hipotesis alternatif diterima Ke terjadi pada hipotesis alternatif, yaitu jika
hipotesis altenatif otomatis hipotesis tidak diterima.
Sebagai contoh, hipotesis nol berbunyi: "Tidak ada hubungan antara
orangtua dan sikap orangtua dan pemilihan tempat sekolah anak-anak". Jika
ternyata ditolak, maka otomatis hipotesis alternatif yang berbunyi “ada hubung

33
orangtua dan pemilihan tempat sekolah anak-anak” dapat diterina sama saja
sebaliknya jika kita memulai dengan hipotesis alternatif" ada perbedaan perhatian
pemirsa/pembaca terhadap itu melalui media televisi dan media cetak" . Kalau ini
ternyata hipotesis nol yang berbunyi "tidak ada perbedaan kekuatan penyerapa
terhadap iklan yang diterima melalui media televisi dan media cetak, diterima atau
penerimaan suatu hipotesis penelitian, sama sekali tidak ada hubungannya dengan
penelitiannya. Karena dalam suatu penelitian, sebuah hipotesis dapat di tolak atau
di terima tergantung hasil penelitian tersebut.
Hipotesis alternatif dapat dipisahkan menjadi dua bentuk yaitu:
Hipotesis Alternatif Terarah (Directional Hypothess). Hinotesis ini
menyatakan arah interaksi yang searah atau berlawanan dengan signifikana dua
variabel. Contohnya: "Semakin positif persepsi pengguna merek oli, maka semakin
tinggi pula tingkat penggunaan oli merek tersebut". Hipotesis Alternatif Tidak Ter
arah (Non-Directional Hypochesis). Hipotesis terakhir ini, tidak menyatakan arah
interaksi yang scarah atau arah dani hubungan sinifikansi antara dua atau lebih
variabel. Contoh. "ada hubungan peningkatan kadar keagamaan seseorang dengan
semakin rendah keinginan orang tersebut terhadap hal-hal yang bersifat kebendan".
3. Hipotesis Kerja (Hk)
Dimaksud dengan hipotesis kerja (Hk) adslah hipotesis spesifik yang dibangun
berdasarkan masalah-masalah khusus yang akan duji. Hipotesis Hk ini digunakan
untuk mempertegas hipotesis Ho atau Ha dilam szanement yang lebidh speaifik
pada parameter (indikator) tertentu dari variabel yang dihipoteskan. Contohnya
pada Hoyang berhunyi "Tidak ada hubungan antara mobilitas sosial dengan
pandangan politik manyarakat", maka hipotesis Hk dapat dibangun dengan
pernyataan:
a. "Tidak 3ada hubungan antara perubahan status pekerjaan dan
pandangan politik seseorang".
b. "Tidak ada hubungan antara gerak kepindahan fisik dan pandangan
politik seseorang".
Hal yang sama juga terjadi apabila pada suatu penelitian, peneliti
menggunakan hipotesis Ha. Ada hipotesis ketiga hipotesis di atas dengan model

34
hipotesis walikota dan hipotesis minor. Hipotesis Ho dan Ha adalah sama dengan
hipotesis mayot, sedangkan hipotesis Hk sama dengan hipotesis minor. Untuk
memahami kesamaan atau perbedaannya, akan dijelaskan di bawah ini. Dari
kompositas variabel, maka hipotesis dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipotesis
mayor dan hipotesis minor Hipotesis walikota adalah hipotesis induk menjadi
Sumber dari hipotesis-hipotesis yang lebih spesifik yaitu hipotesis minor. Pada
beberapa penelitian kuantitatif, perumusan hipotesis dianggap sebagai salah satu
pekerjaan paling sulit pada tahap perencanaan. Jika peneliti dapat menjawab
hipotesis mayor ini, barulah penelitian dianggap berhasil, dengan kata lain babwa
hipotesis mayor hanya dapat dijawab pada penelitian yang berhasil. Oleh karena
itu, memililh atau nyusun hipotesis minor bahwa pekerjaan yang cepat diselesaikan,
butuh ketelitian, dan renungan.

c. Cara menguji hipotesis dan cara merumuskan hipotesis

1. Cara menguji hipotesis


Dalam penelitian kuantitatif, sebagaimana sebagaimana disebutkan bahwa
hipotesis di uji adalah hipotesis Nol (Ho) atau disebut juga dengan hipotesis
statistikkalangan penelitian kualitatif. Begitu pula dalam hak menguji penel itian.
Penelitian kuantitatif, karena cenderung menggunakan pengukuran maka lebih
banyak memiliki alat-alat ukur objektif.
Pada penelitian juantitatif, pengujian hipotesis dilakukan dengan statistik
sehingga relatif mendekati suatu kebenaran yang diharapkan demikian, orang lebih
mudah menerima suatu penjelasan pengujian, sampai sejarah hipotesis penelitian di
terima atau di tolak. Misalnya, dalam hal menentukan dan penolakan hipotesis nol,
dapat dicontohkan penerapannya pada data berdistribusi, apabila suatu penelitian
beramsumsi bahwa kebenarannya sebuah hipotesis kurva 12 normal dan jika kita
menentukan taraf kepercayaan 95%, maka penolakannya, dan ini tersebar menjadi

12Ibid., hlm.92-94

35
dua ekor kanan dan penolakannya, dan tersebar menjadi dua ekor yaitu, ekor kanan
dan kurva masing-masing memiliki taraf penolakan 2,5%.

Gambar 1.1
Gambar Kurva Normal Dalam Pengujian Penelitian
Taraf kepercayaan adalah daerah penelitian hipotesis, sedangkan daerah dua
ekor yang berada disisi daerah penerimaan hipotesis, merupakan daerah penolakan
hipotesis dan disebut daerah signifikansi.
Andai kata kita menguji nilai Z skor dari N = 120, dan dari perhitungan Z
skor dengan rumus:
X−X
𝑍=
SD

Misalnya Z = 1,70, maka letaknya pada kurva adalah sebagai berikut:

Gambar 1.2
Gambar kurva normal dalam pengujian

36
Besar Z skor adalah 1,70 yang terletak pada daerah penerimaan hipotesis
berarti bahwa hipotesis nol dapat disimpulkan “diterima” atau dengan kata lain
alternatif “ditolak”.

2. Cara merumuskan Masalah


A. Tentukan variabel yang diteliti.
Untuk menentukan kelompok teori apa yang perlu dikedepankan dalam
merumuskan kerangka berpikir untuk pengajuan hipotesis, terlebih dahulu
harus ditentukan variabel penelitian. Berapa banyak variabel yang
dipelajari, dan apa nama masing-masing variabel, merupakan titik tolak
untuk menentukan teori yang akan dikemukakan.
B. Membaca Buku dan Hasil Penelitian (HP)
Setelah variabel ditentukan, maka langkah selanjutnya adalah membaca
buku yang relevan dan hasil penelitian. Buku yang dibaca dapat berupa
buku teks, ensiklopedia, dan kamus. Hasil penelitian yang bisa d ibaca
adalah, laporan penelitian, jurnal ilmiah, skripsi. Tesis, dan Disertasi.
C. Deskripsi Teori dan Hasil Penelitian (HP) Dari buku-buku dan hasil
penelitian yang dibaca akan dapat meny ajikan teori-teori teoritis yang
berhubungan dengan variabel yang diteliti. Seperti yang telah disebutkan,
uraian teoritis memuat tentang, pengertian masing-masing variabel yang
diteliti, uraian rinci tentang ruang lingkup masing-masing variabel, dan
kedudukan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam konteks
penelitian.
1. Analisis Kritis Teori dan Hasil Penelitian Pada tahap ini peneliti
melakukan analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian yang telah
dipaparkan. Dalam analisis ini peneliti akan mengkaji apakah teori dan
hasil penelitian yang telah ditetapkan sudah tepat sesuai dengan objek
penelitian atau tidak, karena seringkali teori-teori yang datang dari luar
tidak sesuai untuk penelitian di dalam negeri.
2. Analisis Perbandingan Teori dan Hasil Penelitian Analisis komparatif
dilakukan dengan cara membandingkan teori yang satu dengan teori

37
yang lain, dan hasil penelitian yang satu dengan penelitian yang lain.
Melalui analisis komparatif ini, peneliti dapat menggabungkan satu teori
dengan yang lain, atau mengurangi jika dilihat terlalu luas.
3. Sintesis kesimpulan Melalui analisis kritis dan komparatif teori dan
hasil penelitian yang relevan dengan semua variabel yang diteliti, maka
peneliti dapat membuat sintesis atau kesimpulan sementara. Persatuan.
4. Kerangka Pemikiran Setelah sintesis atau kesimpulan sementara dapat
dirumuskan maka kerangka berpikir tersebut selanjutnya disusun.
Kerangka berpikir yang d ihasilkan dapat berupa kerangka berpikir
asosiatif atau relasional atau komparatif/komparatif. Kerangka berpikir
asosiatif dapat menggunakan kalimat: jika demikian maka jadilah; jika
komitmen kerja tinggi maka produktivitas lembaga akan tinggi juga atau
jika pengawasan dilakukan dengan baik (positif), maka kebocoran
anggaran akan berkurang (negatif).
5. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir, selanjutnya disusun hipotesis.
Jika kerangka berpikir berbunyi “jika komitmen kerja tinggi, maka
produktivitas lembaga akan tinggi”, maka hipotesis berbunyi “ada
hubungan positif dan signifikan antara komitmen kerja dengan
produktivitas kerja” Jika kerangka berpikir berbunyi “Karena lembaga
A menggunakan tinggi teknologi, maka produktivitas kerja lebih tinggi
jika dibandingkan dengan lembaga B yang teknologi kerjanya rendah,
“maka hipotesis berbunyi” Terdapat perbedaan produktivitas kerja yang
signifikan antara lembaga A dan B, atau produktivitas kerja lembaga A
lebih tinggi jika dibandingkan ke lembaga B". 13

13Prof. Dr. Sugiyono, Ibid.hlm. 209

38
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Teori merupakan seperangkat kontruk (konsep), definisi, dan proposisi yang


menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis, merinci hubungan antara variabel-
variabel, dengan tujuan meramalkan dan menerangkan fenomena/gejala tersebut.
Selanjutnya dalam penelitian teori memiliki tiga tingkatan teori. Sedangkan
menurut perkembangannya teori memfokuskan pada teori subtantif dan teori
formal.
Dalam penelitian fungsi teori adalah untuk memperjelas ruang lingkup yang
diteliti, untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, dan
menampilkan hubungan antarvariabel, konsep, dan menerangkan fenomena sebagai
masukan dalam mengambil persoalan dan informasi pembanding.
Terdapat beberapa jenis hipotesis diantaranya adalah hipotesis nol, hipotesis
alternatif, dan hipotesis komparatif. Masing-masing memiliki penelitian tersebut
dingunakan dengan karakteristik rumusan masalah.

B. Saran

Sebagai seorang akademisi atau peneliti hendaknya memprioritaskan terlebih


dahulu apa yang menjadi dasar terlaksananya sebuah penelitian. Mengkaji teori dan
menyusun hipotesis merupakan langkah awal yang tidak bisa dilewatkan begitu
saja. Mengkaji mengenai teori dan hipotesis akan sangat berguna untuk penelitian
maupun evaluasi. Memperluas wawasan dan terus meningkatkan kualitas diri
merupakan langkah terbaik untuk menjadi peneliti yang kompeten.

39
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. A. Muri Yusuf, M.Pd. (2014), Metode penelitian: Kuantitatif, dan
Penelitian Gabungan, Jakarta : Kencana

Prof. Dr. H. Amri, SE., MS, Junaidi, SE., Msi, Drs. Yulmardi, Msi., (2009)
Metodologi penelitian ekonomi dan penerapannya, Jambi : Amri Amir

Prof.Dr. HM. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. (2005), Metodologi Penelitian


Kuantitatif komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik lainnya Kebayunan :
Prenadamedia Group

Prof. Dr. Sugiyono, (2013), Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D, Bandung : Alfabeta, CV.

40

Anda mungkin juga menyukai