Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH IPA

"ONTOLOGI SAINS"

Dosen Pengampu: Mashuri Saputra, M. Pd

Disusun oleh:
1. Muhamad Yadi Saputra
2. Liana

PRODI S1 PENDIDIKAN IPA

INSTITUT PENDIDIKAN NUSANTARA GLOBAL

Tahun Ajaran 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam karunia-Nya
kepada kita sehingga tugas makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Solawat dan salam marilah kita aturkan kepada junjungan alam nabi Muhamad SAW yang telah
membawa peradaban manusia dari zaman kebodohan menuju zaman kecerdasan atau
kecemerlangan ilmu pengetahuan.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
IPA yang judul materinya adalah "Epistemologi Sains". Selain itu, Makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang topik makalah yang sudah di berikan oleh dosen pengampu
bagi para pembaca dan penulis.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini,
memberikan tenaga dan pemikirannya sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. Kami
sadar bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kritik
dan Saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Sumbek, 22 Februari 2022

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2

C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Ontologi Sains ................................................................................ 3

B. Proses Terbentuknya Sains .......................................................... 3

C. Metode untuk Memperoleh Kebenaran Sains ........................... 3

D. Aplikasi Metode Ilmiah ............................................................... 4

E. Karakteristik Sains ..................................................................... 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 6

Kesimpulan ........................................................................................ 6

BAB IV DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 6

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ontologi Sains merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan
sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya.
Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan
kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui
kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir
didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.

Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan pengamatan
atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat penjelasan
mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu merupakan
suatu kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu
pengetahuan berasal. Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak dapat
menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya.

Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang
mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data
empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat
ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum yang bersifat
universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis dengan tujuan untuk mendapatkan
unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman yang mendalam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat di rumuskan Rumusan Masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses terbentuknya sains?
2. Bagaimana metode untuk memperoleh kebenaran sains?
3. Apa saja Aplikasi metode ilmiah?
4. Apa saja Karakteristik sains?

C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan proses terbentuknya sains.
2. Dapat menjelaskan metode untuk memperoleh kebenaran sains.
3. Mengetahui pengaplikasian metode ilmiah.
4. Mengetahui karakteristik sains.

BAB II PEMBAHASAN

A. Ontologi Sains
  Ontologi merupakan salah satu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling
kuno. Tokoh yang membuat istilah ontologi adalah Christian Wolff (1679-1714).  Istilah
ontologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‘ta onta’ berarti yang berada dan ‘logos’ yang berarti
ilmu pengetahuan atau ajaran.
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis tentang
hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu pengetahuan yang
ada itu. Aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu. Secara
ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah yang berada
dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal yang sesuai dengan akal manusia.
Kata sains berasal dari bahasa latin ”scientia” yang berarti pengetahuan. Jadi sains adalah
“pengetahuan yang diperolehmelalui pembelajaran dan pembuktian” atau “pengetahuan yang
melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum – hukum alam yang terjadi misalnya didapatkan
dan dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk
mendapatkan pengetahuan yang dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk
menggambarkan dan menjelaskan fenomena - fenomena yang terjadi di alam.
Jadi Ontologi sains adalah pembahas tentang hakikat dan struktur sains. Hakikat sains
menjawab pertanyaan apa itu sains sebenarnya, dan struktur sains menjelaskan tentang cabang-
cabang sains. Hakikat sains ada dua pengetahuan yaitu pengetahuan rasional danpengetahuan
empiris.

B. Proses Terbentuknya Sains


Sejarah perkembangan sains tidak didominasi oleh satu bangsa saja, tetapi masing-masing
bangsa memiliki andil yang penting dalam perkembangan sains. Ilmu Sains tidak muncul secara
mendadak, melainkan hadir melalui proses panjang mulai dari pengetahuan sehari-hari dengan
melalui pengujian secara cermat dan pembuktian secara teliti. Struktur tubuh ilmu pengetahuan
bukanlah termasuk barang jadi, karena struktur tersebut selalu berubah seiring dengan perubahan
manusia baik dalam mengidentifikasi dirinya, memahami alam semesta, maupun dalam cara
mereka berpikir.
Sains didasarkan pada kerangka obyektif, rasional, sistematis, logis, dan empiris, dalam
perkembangannya ilmu tidak mungkin lepas dari mekanisme keterbukaan terhadap koreksi.
Dengan kata lain, kebenaran ilmu bukanlah kebenaran mutlak. Itulah sebabnya manusia dituntut
untuk selalu mencari alternatif- alternatif pengembangan, baik yang menyangkut aspek
metodologis, ontologis, aksiologis, maupun epistemologisnya.

C. Metode untuk Memperoleh Kebenaran Sains


Metode ilmiah merupakan proses keilmuan untuk mendapatkan pengetahuan secara
sistematis. Setiap argumentasi, penemuan, ataupun fakta baik dalam ilmu pengetahuan alam
maupun ilmu pengetahuan sosial harus berdasarkan metode ilmiah. Adapun Tahap-Tahap
Metode Ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
2. Merumuskan Masalah
3. Menyusun Hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menganalisis data
6. Menarik kesimpulan
Adapun cara memperoleh kebenaran sains itu harus didasarkan kepada ciri-ciri dari ilmu
pengetahuan itu sendiri. Karena, sains merupakan salah satu dari cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Adapun ciri-ciri dari ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
a. Empiris artinya ilmu pengetahuan itu harus diperoleh melalui penelitian dan
percobaan.
b. Sistematis adalah merumuskan sesuatu dengan teratur sehingga membentuk sistem
yang utuh.
c. Obyektif adalah bebas dari perorangan atau kesukaan semata.
d. Analisis adalah membedakan pokok persoalannya kedalam bagian-bagian yang
terperinci.
d. Perifikatif adalah dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun.

D. Aplikasi Metode Ilmiah


1. Merumuskan masalah
Masalah adalah segala persoalan yang perlu dipecahkan secara pasti dan benar.
rumusan masalah dapa dikatakan sebagai titik sentral. Bisa juga disebut pedoman dalam
sebuah penelitian, rumusan masalah menjadi bagian yang cukup krusial. Apalagi rumusan
masalah dapat memberikan solusi sebab dari pertanyaan-pertanyaannya, peneliti akan
menemukan jawaban atas permasalahan yang diteliti.

2. Menyusun kerangka berpikir


Setelah merumuskan permasalahan yang akan diteliti, langkah selanjutnya adalah
menyusun kerangka berpikir. Dalam kegiatan ini yang dilakukan adalah mengumpulkan
keterangan atau data yang berkaitan dengan masalah yang berguna untuk menemukan
jawaban sementara terhadap masalah tersebut. Data yang dikumpulkan dapat berupa hal-
hal yang berkaitan dengan penelitian, maupun hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai
masalah yang sama.

3. Menyusun hipotesis
Dari data-data yang dikumpulkan, dapat disusun suatu hipotesis. Hipotesis adalah
jawaban sementara terhadap masalah dan fakta berdasarkan teori dan fakta yang ada.
Dalam penelitian, terdapat dua jenis hipotesis, yaitu :
a. Hipotesis nol (Ho)
Hipotesis nol (Ho) adalah dugaan yang mengatakan tidak ada pengaruh. Contoh hipotesis
nol adalah seperti jenis pohon tidak terpengaruh terhadap warna kupu-kupu yang
dihasilkan.
b. Hipotesis alternatif (Ha)
Hipotesis alternatif (Ha) adalah dugaan yang mengatakan ada pengaruh. Contoh hipotesis
alternatif adalah seperti jenis pohon tempat hidup kepompong berpengaruh terhadap
warna kupu-kupu yang dihasilkan.

4. Melakukan eksperimen
Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat, langkah selanjutnya
adalah melakukan eksperimen. Eksperimen atau percobaan yang dilakukan akan
menghasilkan data yang nantinya dapat diolah dan dianalisis. Dari hasil pengolahan data
tersebut, dapat diketahui apakah hipotesis yang dibuat sesuai dengan hasil eksperimen
atau tidak.

5. Menarik kesimpulan
Kesimpulan dibuat berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil eksperimen.
Terdapat dua kemungkinan hasil eksperimen, yaitu seperti :
1. Menerima hipotesis nol
2. Menerima hipotesis alternatif

6. Eksperimen lanjutan atau eksperimen ulang


Kesimpulan yang diperoleh dari hasil eksperimen, biasanya akan menimbulkan pertanyaan
baru. Pertanyaan baru tersebut memerlukan eksperimen lanjutan untuk menjawabnya. Selain itu,
orang lain bisa melakukan eksperimen ulang untuk membuktikan kebenarannya.

E. Karakteristik Sains
1. Sains harus rasional
Jurnal sains berjudul Rationality and Science yang pernah diterbitkan oleh Oxford
University mencatat bahwa sains dan rasionalitas adalah satu kesatuan yang tak dapat
dipisahkan. Itu sebabnya sains bisa didapatkan melalui pemikiran yang menggunakan nalar
secara logis. Prinsip dan karakter ini juga menjadikan sains sebagai sebuah kaidah keilmuan
yang pasti, alias bukan takhayul.

2. Sains harus objektif


Objektif berarti sesuai dengan fakta tanpa dipengaruhi oleh pandangan pribadi.
Dalam hal ini, sains tidak boleh menutupi fakta yang ada, apalagi sampai mengubah fakta-fakta
di lapangan. Jika pun ada pendapat atau pandangan pribadi, maka pendapat tersebut juga harus
didasarkan pada prinsip dan karakter sains yang ada.

3. Sains harus dapat dibuktikan secara empiris


Selain rasional dan objektif, sains juga harus dapat dibuktikan secara empiris. Pembuktian ini
hanya bisa didapatkan melalui pengamatan, eksperimen, studi, dan penelitian yang mendalam
akan suatu hal. Setelah pengamatan empiris tersebut dilakukan, maka seorang ilmuwan dapat
membentuk sebuah model dasar yang bisa dijadikan panduan dalam membuat hipotesis.

4. Sains harus bersifat akumulatif


Akumulatif adalah sifat terbuka dengan segala kemungkinan yang ada. Teori atau hipotesa
terbaru harus bisa menyempurnakan teori dan hipotesa sains yang lama.

5. Sains juga wajib bersikap netral dan tidak politis.


Dalam hal prinsip, sains harus dapat menunjukkan bahwa segala yang digagas olehnya
adalah netral dan murni ilmu pengetahuan. Sains bukanlah sebuah keilmuan yang dapat
dijadikan propaganda politis bagi siapa pun. Itu sebabnya sains wajib bersikap netral dan tidak
bersifat politis terhadap siapa atau apapun.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
Ilmu Sains tidak muncul secara mendadak, melainkan hadir melalui proses panjang
mulai dari pengetahuan sehari-hari dengan melalui pengujian secara cermat dan
pembuktian secara teliti yang kemudian ditemukan suatu teori kemudian ke tahapan
terakhir yaitu menemukan hukum-hukum. Usaha-usaha tersebut terakumulasi sedemikan
rupa sehingga membentuk tubuh ilmu pengetahuan yang mempunyai strukturnya sendiri-
sendiri. Struktur tubuh ilmu pengetahuan bukanlah termasuk barang jadi, karena
struktur tersebut selalu berubah seiring dengan perubahan manusia baik dalam
mengidentifikasi dirinya, memahami alam semesta, maupun dalam cara mereka berpikir.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Maksum Ali. 2016. Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme.


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Keraf A. Sonny, Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan (Sebuah Tinjauan Filosofis). Cet.
XII. Yokyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai