Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah: Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu: Dr. H. Iwan M. Ag

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Dadang Hidayat 2381010115
2. Anisa Nur Mahmudah 2381010120
3. Yunis Vilzah Yuliani 2381010121
4. Ghani Ali Fauzi 2381010163

KELAS 1C

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan ini dengan sebaik mungkin. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-
satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya ucapkan
terima kasih kepada Bapak Dr. H. Iwan, M.Ag. selaku dosen mata kuliah Filsafat
ilmu.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun
dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku
para penulis usahakan. Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah
wawasan ilmu pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para
pembaca guna memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya

Cirebon, 13 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Karakteristik Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan...............................................3
B. Objek ilmu pengetahuan...............................................................................................4
C. Metode ilmu pengetahuan............................................................................................8
BAB III.................................................................................................................................12
PENUTUP............................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata sejarah sudah tidak asing lagi bagi para penuntut ilmu, sejak dari
bangku sekolah dasar sampai perguruan tinggi pun, kata ini masih sering
didengarkan. Secara etimologi, kata sejarah berasal dari bahasa Arab syajârat yang
berarti pohon. Dalam istilah bahasa asing lain, sejarah dalam bahasa Inggris disebut
history, dalam bahasa Perancis histore, dan dalam bahasa German geschicte.
Sedangkah istilah kata history yang lebih popular digunakan saat ini, berasal dari
bahasa Yunani istoria yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, termasuk
gejala-gejala manusia yang bersifat kronologis. Berbeda dengan penyebutan istilah
science yang merupakan gejala alam yang bersifat tidak kronologis. (Alfian, 1984)
Maka, sejarah secara makna bisa dibedadakan menjadi dua kelompok. Yaitu, sejarah
lahir sebagai ulasan kejaadian-kejadian di masa lampau, dan sejarah sebagai suatu
pisau analisis terhadap fakta-fakta masa lampau (Sardar , 1986)

Ilmu pengetahuan di sini, mencakup seluruh aspek wawasan yang


mendukung peradaban (civilization) manusia semakin berkembang dan mutakhir.
Mulai kemahiran dalam bercakap yang disimbolkan dengan karya sastra, kemampuan
mendiagnosa terhadap suatu penyakit, sampai pada puncaknya pengetahuan ilmu
hitung bangun ruang atau yang lebih dikenal dengan ilmu eksak. Sehingga demikian
ini mampu mengantarkan kehidupan umat manusia kearah yang lebih sosial dan
bermasyarakat atau meminjam istilah Koentowijoyo, sebagai manusia yang
berperadaban (insân madaniy).

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ?
2. Apa saja objek sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ?
3. Bagaimana metode sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui karakteristik pengembangan ilmu.
2. Untuk mengetaahui objek pengembangan ilmu.
3. Untuk memahami metode pengembangan ilmu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan

Pengertian ilmu berasal dari kata bahasa Arab ‘ilm’, Inggris ‘science’,
Belanda ‘watenchap’, dan Jerman ‘wissenchaf’. Ilmu merupakan hal yang
urgen dalam kehidupan manusia di dunia agar manusia dapat
meningkatkan kualitas dan kemampuan diri serta mengangkat
eksistensinya. Definisi ilmu menurut Harre adalah kumpulan teori-teori
yang sudah diuji coba yang menjelaskan pola teratur ataupun tidak teratur
diantara fenomena yang dipelajari secara hati-hati. Definisi pemikir
Marxis bangsa Rusia bernama Alfensyef menjelaskan ilmu pengetahuan:
Science is the society and thought, if reflect the word corecctness,
categories and laus the recivied by proctical experince. Ilmu peng etahuan
adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori-kategori, dan
kebenarannya diuji dengan praktis. Definisi ilmu pengetahuan secara
umum adalah suatu pengetahuan tentang objek tertentu yang disusun
secara sistematis objektif rasional dan empiris sebagai hasil.
Tidak semua pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan, namun
mempunyai karakteristik khusus. Adapun karakteristik ilmu pengetahuan
sebagai berikut :
1. Disusun secara metodis, sistematis, dan kohern (bertalian) tentang
suatu bidang tertentu dan kenyataan (realitas).
2. Dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) tersebut. Unsur penting ilmu pengetahuan adalah
penataan secara terperinci dan mampu memperjelas sebuah bidang
pengetahuan. Semakin dalam ilmu pengetahuan menggali dan
menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas) semakin

3
nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan.
Semakin dalam pencarian kebenaran suatu fenomena semakin cermat
pula ilmu itu. Prinsip-prinsip metodis dan kejelasan ilmu merupakan
rangkaian berfikir filsafat.

B. Objek ilmu pengetahuan

1. Objek Material
Objek material adalah suatu hal yang menjadi sasaran penyelidikan
atau pemikiran sesuatu yang di pelajari, baik berupa benda kongkret maupun
abstrak. Pertama, objek material yang bersifat kongkret adalah objek yang
secara fisik dapat terlihat dan terasa oleh alat peraba. Objek yang termasuk
kategori objek material kongkret ini, merupakan objek yang paling banyak
ditemui di sekeliling kita, baik yang bernyawa atau yang hidup maupun benda
mati, seperti anjing, kucing, pohon, batu, air, tanah dan sebagainya. Kedua
objek material yang bersifat abstrak misalnya nilai-nilai, ide-ide,paham aliran,
sikap, dan sebagainya.
Objek material adalah fenomena dunia yang ditelaah, dikaji, dan
dipelajari oleh ilmu. Klubertanz menyatakan bahwa objek material menunjuk
pada pokok persoalan suatu pengetahuan tertentu, terutama dalam kaitannya
dengan proposisi-proposisi yang dapat dibuat mengenai pokok persoalan itu.
Kata sifat ‘material’ tidak dimaksud untuk menunjukkan adanya materi di
dalam susunan suatu pokok persoalan suatu ilmu. Kata ‘material’ di gunakan
di sini cenderung untuk menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dibentuk
berdasarkan bahan-bahan atau materi-materi tertentu, mirip bahan atau materi
yang digunakan oleh seniman atau tukang dalam mencipta sesuatu. Jika,
seniman atau tukang dalam mencipta karya atau membuat sesuatu
menggunakan bahan-bahan atau materi-materi sebagai dasarnya, maka
ilmuwan di dalam membuat atau merumuskan pengetahuan ilmiah atau ilmu
juga menggunakan bahan-bahan atau materi-materi tertentu sebagai dasarnya.

4
Pada hakikatnya, bahan-bahan atau materi-materi yang digunakan oleh
ilmuwan sebagai dasar untuk merumuskan pengetahuan ilmiah atau ilmu
pengetahuan adalah fenomena dunia yang tergelar di hadapan kesadarannya.
Jadi, objek material adalah suatu sasaran kajian atau telaah ilmu yang berupa
fenomena dunia yang dijadikan bahan atau materi untuk menghasilkan
pengetahuan ilmu. Jumlah fenomena dunia yang ditelaah oleh berbagai bidang
ilmu adalah tak terhingga, sejalan dengan tumbuhnya cabang-cabang dan
ranting-ranting ilmu. Namun, sesungguhnya fenomena-fenomena dunia yang
tak terhingga banyaknya itu dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu:
a. Ide-ide abstrak. Contoh fenomena yang termasuk dalam kategori ide
abstrak adalah konsep bilangan atau konsep tawajuh (dalam komunitas
Nahsabandiyah), konsep puasa, konsep pasar, konsep artistik dan lain-lain.
b. Benda-benda fisik. Contoh fenomena yang termasuk kategori benda-benda
fisik adalah gunung berapi, air bah, tsunami, dan lain-lain.
c. Jasad hidup. Contoh fenomena yang termasuk kategori jasad hidup adalah
manusia, burung, ulat bulu, jamur, berbagai jenis pepohonan, dan lain-lain.
d. Gejala-gejala rohani. Contoh fenomena yang termasuk kategori gejala
rohani adalah ingatan, kemunafikan, kejujuran, ketafaquhan, ghiroh, dan
lain-lain.
e. Peristiwa-peristiwa social. Contoh fenomena yang termasuk kategori
peristiwa sosial adalah pemerintahan, jual beli di pasar, pergaulan di
kampus, di sekolah, di kantor, di masjid, di surau, di kampung dan
seterusnya.
f. Proses tanda. Contoh fenomena yang termasuk dalam kategori proses
tanda adalah bahasa, karya seni, tanda tangan, air mata, dan seterusnya
Perkembangan ilmu terkini menunjukkan bahwa kita banyak
menemukan berbagai ilmu pengetahuan yang pokok persoalan atau objek
materialnya sama. Kedokteran, psikologi, sosiologi, dan antropologi,
misalnya, adalah ilmu-ilmu pengetahuan yang mempunyai pokok persoalan
atau objek material yang sama, yaitu manusia. Semua ilmu itu, baik

5
kedokteran, psikologi, sosiologi, maupun antropologi berusaha dan
bermaksud menemukan, mengetahui, mengungkap, menjelaskan dan
memanfaatkan berbagai hal yang
dapat ditemukan, diketahui, diungkap, dijelaskan, dan dimanfaatkan untuk
melakukan tindakan-tindakan praksis tentang manusia. Umumnya, berbagai
cabang ilmu yang serumpun memiliki objek material yang sama. Misalnya
adalah ilmu politik, salah satu objek yang menjadi sasaran telaahnya adalah
partai politik sebagai objek material. Namun partai politik yang menjadi objek
material ilmu politik itu juga dipelajari atau ditelaah oleh sosiologi, ilmu
menejemen, ilmu komunikasi, ilmu hukum, ilmu agama, filsafat, dan
seterusnya. Lantas, apa perbedaan dari ilmu-ilmu itu? Perbedaan ilmu-ilmu itu
terletak pada bagaimana cara menemukan, mengetahui, mengungkap, dan
menjelaskan hal-hal penting dari pokok persoalan yang menjadi fokus
perhatian ilmuwannya. Akibat dari perbedaan cara menemukan, mengetahui,
mengungkap, dan menjelaskan hal-hal penting dari pokok persoalan yang
menjadi sentral masalah sasaran telaah yang dilakukan ilmuwan menghasilkan
jenis pengetahuan yang berbeda-beda pula. Berarti, hal yang membedakan
cabang ilmu satu dengan cabang ilmu yang lain adalah objek formal yang
digunakan ilmuwan untuk menelah sasaran atau objek material suatu ilmu.

2. Objek Formal
Objek formal adalah pusat perhatian, focus of interest, sentral masalah
yang menjadi sasaran telaah yang dilakukan ilmuwan terhadap fenomena
dunia yang menjadi objek material. Perbedaan-perbedaan pengetahuan satu
dengan pengetahuan yang lain atau ilmu satu dengan ilmu yang lain pada
hakikatnya terletak pada:
1) Bagaimana cara pengetahuan itu ditemukan,
2) Bagaimana cara pengetahuan itu dirumuskan,
3) Bagaimana cara pengetahuan itu dijelaskan oleh ilmuwan.

6
Perbedaan juga disebabkan oleh prinsip-prinsip berfikir, sifat logika,
dan jenis argumentasi yang digunakan oleh ilmuwan. Oleh karena itu,
perbedaan-perbedaan yang mencakup cara pengetahuan ditemukan, cara
pengetahuan dirumuskan, cara pengetahuan dijelaskan, prinsip-prinsip
berfikir, karakteristik logika, dan jenis argumentasi yang digunakan oleh
ilmuwan juga dipahami sebagai objek. Objek yang berkenaan dengan enam
unsur itu merupakan perspektif ilmuwan dalam memahami objek material.
Objek yang hakikatnya merupakan perspektif ilmuwan dalam
menghasilkan pengetahuan ilmu yang baru itu adalah objek yang terkait
dengan bagaimana pembentukan (to form) pengetahuan ilmu. Oleh karena itu,
objek ini disebut dengan objek formal. Objek ini secara konvensional
dianggap benar, sepanjang ditandai oleh atau diorganisasikan sesuai dengan
konvensi-konvensi berfikir logis dan metodologi yang terorganisir secara
tepat dalam pembentukan ilmu. Objek formal sering juga disebut perspektif
ilmu, poin of view atau poin of interest, kerangka teoretis, kerangka filosofis
atau sebutan lain yang pada hakikatnya adalah paradigma suatu ilmu.
Paradigma ilmu pada dasarnya adalah cara pandang ilmuwan terkait dengan
apa yang harus di amati dan diteliti, jenis pertanyaan yang dianggap perlu
untuk dipertanyakan dan diteliti untuk ditemukan jawabnya terkait dengan
objek material tertentu, bagaimana pertanyaan-pertanyaan itu dirumuskan
secara terstruktur, bagaimana hasil penelitian ilmiah harus diinterpretasikan.
Jadi, paradigma adalah cakupan dan karakteristik pola berfikir dalam berbagai
disiplin ilmiah atau cakupan unsur. Untuk menggambarkan secara cermat dan
lengkap suatu pengetahuan dalam ilmu tertentu atau dalam penelitian ilmiah
tertentu, seorang ilmuwan atau peneliti bidang ilmu tertentu harus dapat
menunjukkan objek materialnya dan dapat pula menunjukkan ciri-ciri
pengetahuan yang dihasilkan sesuai karakter yang ditampakkan pada
objek formalnya.

7
C. Metode ilmu pengetahuan

Yang dimaksudkan dengan metode yaitu metode ilmiah. Metode


ilmiah ialah cara untuk mendapatkan atau menemukan pengetahuan yang
benar dan bersifat ilmiah. Metode ilmiah mensyaratkan asas, pengembangan
dan prosedur tertentu yang disebut kegiatan ilmiah misalnya penalaran, studi
kasus dan penelitian. Metode ilmiah dapat dengan penalaran dan pembuktian
kebenaran ilmiah. Metode Ilmiah dengan penalaran dan kesimpulan atau
pembuktian kebenaran. Penalaran merupakan suatu proses penemuan
kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenarannya
masing-masing. Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang benar dan bukan hasil perasaan. Penalaran merupakan
kegiatan yang mempunyai ciri tertentu dalam penemuan kebenaran. Dua ciri
penalaran :
1) Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola, alur dan kerangka
tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-induksi,
rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit.
2) Berpikir analitis adalah konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir
analisis- sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/
penelitian). Menurut Archie J. Bahm, metode pengembangan ilmu
ilmiah memiliki enam karakteristik utama, yaitu: Rasa ingin tahu
(curiosity), Rasa ingin tahu ilmiah berupaya mempertanyakan
bagaimana sesuatu itu eksis, apa hakekatnya, bagaimana sesuatu itu
berfungsi, dan bagaimana hubungannya dengan hal-hal lain. Rasa ingin
tahuilmiah berujung pada pengertian. Spekulatif yang dimaksudkan
dengan spekulatif oleh Bahms adalah keinginan untuk mencoba
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Dia harus membuat
beberapa upaya. Ketika solusi terhadap suatu masalah ilmiah tidak

8
muncul dengan segera, upaya harus dilakukan untuk menemukan solusi.
Seseorang harus mencoba untuk mengemukakan hipotesis-hipotesis
yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi-solusi. Seseorang dapat saja
mengeksplorasi beberapa hipotesis alternatif. Spekulasi adalah
keinginan untuk terus mencoba dan mencoba, sehingga dapat dikatakan
bahwa ciri khas dari sikap ilmiah adalah keinginan untuk berspekulasi.
Kesediaan untuk menjadi objektif Objektifitas adalah salah satu hal dari
sikap subjektifitas. Objek selalu merupakan objek dari subjek.
Objektifitas bukan saja berhubungan erat dengan eksistensi subjek
tetapi juga berhubungan dengan kesediaan subjek untuk memperoleh
dan memegang suatu sikap objektif. Bahm menyatakan bahwa
kesediaan untuk menjadi objektif meliputi beberapa hal yaitu:
 Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu
membimbing. Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan
kepedulian tentang penyelidikan lebih lanjut yang dibutuhkan demi
pengertian sampai tahap kebijaksanaan yang dimungkinkan.
 Kesediaan untuk mau menerima. Yang dimaksud di sini adalah
penerimaan terhadap data. Data adalah sesuatu yang sebagaimana adanya
(given) dalam pengalaman ketika objek-objek diamati, diterima sebagai
suatu masalah untuk dipecahkan. Sikap ilmiah termasuk kesediaan untuk
menerima data sebagaimana adanya. Data dan hipotesis dilihat sebagai
instrumen untuk menerima kebenaran tentang objek itu sendiri, dapat
mewujudkan kesediaan menjadi objektif. Suatu hipotesis dalamnya
terkandung dua hal yaitu penemuan (pengamatan fakta-fakta tentang
objek atau masalah) dan hasil dari penemuan (ide-ide yang bertujuan
untuk membangun konsep tentang objek atau masalah).
 Kesediaan untuk bertahan. Tidak ada aturan yang menyatakan berapa
lama seorang ilmuan harus bertahan dalam pergulatan dengan masalah
yang alot. Kesediaan untuk tetap objektif mensyaratkan kesediaan untuk

9
terus melanjutkan dan bertahan selama mungkin dan mencoba mengerti
objek atau masalah sampai pengertian diperoleh.
 Pikiran yang terbuka
Sikap ilmiah mengisyaratkan kesediaan untuk berpikiran terbuka. Hal itu
termasuk kesediaan untuk mempertimbangkan segala hal yang relevan
seperti hipotesis, dan metodologi yang berhubungan dengan masalah.
Hal itu termasuk kesediaan untuk menerima, bahkan mengundang ide-
ide baru yang berbeda dengan kesimpulan-kesimpulan yang telah
dibangun. Kesediaan untuk mendengarkan dan menguji pandangan-
pandangan yang lain.
 Kesediaan untuk menangguhkan keputusan
Ketika suatu masalah kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan
dengan jawaban-jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan
untuk menangguhkan keputusan adalah hal yang tepat sampai semua
kebenaran yang diperlukan diperoleh atau tersedia. Dalam bagian ini,
yang dibutuhkan adalah sikap kesabaran ilmiah.
 Tentativitas
Sikap ilmiah membutuhkan kesediaan untuk tetap bersifat sementara
dalam menerima seluruh kesimpulan-kesimpulan ilmiah yang dibangun.
Walaupun suatu hasil dalam kajian ilmiah itu bersifat sementara, tetapi
kesediaan untuk tetap mempertahankan kesimpulan yang telah diperoleh
dan dibuat juga perlu.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Semakin dalam ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang


khusus dari kenyataan (realitas) semakin nyatalah tuntutan untuk mencari
tahu tentang seluruh kenyataan. Objek penyelidikan dari ilmu terdiri dari
dua objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek yang termasuk
kategori objek material kongkret ini, merupakan objek yang paling banyak
ditemui di sekeliling kita, baik yang bernyawa atau yang hidup maupun
benda mati, seperti anjing, kucing, pohon, batu, air, tanah dan sebagainya.
2) Penalaran adalah suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan
yang benar dan bukan hasil perasaan. Penalaran merupakan kegiatan
yang mempunyai ciri tertentu dalam penemuan kebenaran. Dua ciri
penalaran : 1) Berpikir logis adalah kegiatan berpikir menurut pola,
alur dan kerangka tertentu (frame of logic) yaitu, menurut logika: deduksi-
induksi, rasionalism-empirism, abstrak-kongkrit 2) Berpikir analitis adalah
konsekuensi dari adanya suatu pola berpikiranalisis- sintesis berdasarkan
langkah-langkah tertentu (metode ilmiah/ penelitian).
3) Menurut Archie J. Bahm, metode pengembangan ilmu ilmiah memiliki
enam karakteristik utama, yaitu: Rasa ingin tahu (curiosity, Rasa ingin
tahu ilmiah berupaya mempertanyakan bagaimana sesuatu itu eksis, apa

11
hakekatnya, bagaimana sesuatu itu berfungsi, dan bagaimana
hubungannya dengan hal-hal lain. Ketika solusi terhadap suatu masalah
ilmiah tidak muncul dengan segera, upaya harus dilakukan untuk
menemukan solusi.Seseorang harus mencoba untuk mengemukakan
hipotesis-hipotesis yang dapat dimanfaatkan sebagai solusi-solusi. Bahm
menyatakan bahwa kesediaan untuk menjadi objektif meliputi beberapa
hal yaitu:
 Kesediaan untuk mengikuti rasa ingin tahu ilmiah kemana saja rasa itu
membimbing. Kesediaan ini mengisyaratkan keingintahuan dan
kepedulian tentang penyelidikan lebih lanjutyang dibutuhkan demi
pengertian sampai tahap kebijaksanaan yang dimungkinkan. Kesediaan
untuk tetap objektif mensyaratkan kesediaan untuk terus melanjutkan
dan bertahan selama mungkin dan mencoba mengerti objek atau masalah
sampai pengertian diperoleh.
 Kesediaan untuk menangguhkan keputusan Ketika suatu masalah
kelihatannya tidak terselesaikan atau terpecahkan dengan jawaban-
jawaban penelitian yang dilakukan, maka kesediaan untuk
menangguhkan keputusan adalah hal yang tepatsampai semua kebenaran
yang diperlukan diperoleh atau tersedia.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rewita silvi, salminawati. (2022) KONSEP DAN KARAKTERISTIK FILSAFAT

Octa Rukmi Dila, Ramadhani Aditnya Reza. (2021) HAKIKAT MANUSIA

Mariyah siti, syukri Ahamad, badarussyamsi. (2021) Filsafat dan Sejarah

Perkembangan Ilmu

13

Anda mungkin juga menyukai