Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN


Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu :
Akhmad Taqiyuddin, M.HI
Disusun oleh :
AHMAD YUSUF RAFII ALAMSYAH
(2005140423)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
JOMBANG
TAHUN AJARAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayahnya saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “pengetahuan dan ukuran kebenaran”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah filsafat ilmu. Dalam makalah ini
membahas tentang pengetahuan dan ukuran kebenaran.
Kami ucapkan terima kasih kepada Akhmad Taqiyuddin,M,HI selaku dosen mata kuliah
filsafat ilmu yang telah memberikan tema kepada kami. Kami menyadari bahwa makalah kami
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami sampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir. Semoga Allah SWT selalu meridhai segala urusan kita amin.

Jombang, 22 oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................................I

KATA PENGANTAR ..........................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................2
D. Manfaat........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi ilmu dan pengetahuan.....................................................................2


B. Syarat-syarat ilmu........................................................................................4
C. Ciri-ciri ilmu pengetahuan...........................................................................4
D. Pengetahuan non ilmiyah.............................................................................5
E. Pengetahuan ilmiyah....................................................................................6
F. Ukuran kebenaran......................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-
sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk
kelangsungan hidupnya (survival). Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini dan berbagai problema yang menyelimuti
kehidupan.
Manusia senantiasa penasaran terhadap cita-cita hidup ini. Yang hendak diraih adalah
pengetahuan yang benar, kebenaran hidup itu. Manusia merupaka makhluk yang berakal budi
yang selalu ingin mengejar kebenaran. Dengan akal budinya, manusia mampu mengembangkan
kemampuan yang spesifik manusiawi, yang menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Ketika
orang menyaksikan sebuah pantai, sebut saja pantai Tanjung A’an di pulau Lombok, orang akan
terheran-heran dengan pasir putih. Kemegahan alami itu menggugah perhatian manusia,
setidaknya ingin mengetahui sesungguhnya apakah hidup itu seperti pasir? Siapa yang
menciptakan pasir putih berib-ribu dan bahkan berjuta-juta butir, serta untuk apa maknanya bagi
manusia.
Pada pembahasan makalah kali ini penulis mencoba menjelaskan tentang pengetahuan dan
ukuran kebenaran, yang meliputi hakikat pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
pengetahuan, dimana atau dari mana pengetahuan itu diperoleh, dan apakah pengetahuan
tersebut merupakan pengetahuan yang benar adanya atau sebaliknya. Serta bagaimana ukuran
kebenaran dari pengetahuan yang didapat tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa definisi pengetahuan?
2) Apa Syarat – syarat ilmu?
3) Apa ciri-ciri ilmu pengetahuan?
4) Apa Jenis – jenis penetahuan ?
5) Apa saja Keragaman dan pengelompokan ilmu pengetahuan?
6) Macam – macam ilmu yang dimiliki manusia?

1
7) Faktor yang mempengaruhi pengetahuan?
C.TUJUAN
1.      Supaya dapat mengetahui apa itu pengetahuan
2.      Supaya dapat mengetahui Syarat – syarat ilmu
3.      Supaya dapat mengetahui ciri-ciri ilmu pengetahuan
4.      Supaya dapat mengetahui Jenis – jenis penetahuan
5.      Suoaya dapat mengetahui Apa saja Keragaman dan pengelompokan ilmu pengetahuan
6.      Supaya dapat mengetahui Macam – macam ilmu yang dimiliki manusia
7.      Supaya dapat mengetahui Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
D.MANFAAT
1.      Teoritis : Dapat menjadi sara untuk menammah ilmu baik untuk penulis maupun bagi orang –
orang yang sudi membaca makalah ini. Disam ping itu juga untuk memenuhi permintaan dari
dosen (tugas).
2.      Praktis : mudah – mudahan menambah ilmu bagi setiap orang yang membacanya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Difinisi ilmu dan pengetahuan


1.Difinisi Ilmu
Istilah ilmu pengetahuan diambil dari bahasa arab; “alima, ya’lamu, ilman” ang berarti
mengerti atau memahami secara benar – benar. Dalam bahasa inggris istilah ilmu berasal dari
kata science, yang berasal bahasa latin scienta dari bentuk kata sacire, yang berarti mempelajari
atau mengetahui.
Menurut The Ling Gie (1996: 88) ilmu sebagai penetahuan, aktivitas atau metode merupakan satu kesatuan yang saling berkaita. Ilmu adalah rangkaian

aktivitas manusia yang dilakaun dengan metode tertentu, yang akhirnya aktivitas tersebut menghasilkan pengetahuan ilmiah.1

2.Difinisi Pengetahuan
Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge.
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan
yang benar (knowledge is justified true belief).

2
Secara terminologi dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut Drs. Sidi
Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pengetahuan itu
adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa pengetahuan adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pengetahuan
dalam arti luas berarti semua kehadiran internasional objek dalam subjek. Namun dalam artian
sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti.2
1
Lihat Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat ilmu suatu kajian dalam dimensi ontologs, epistemologis,
dan aksiologis, hlm. 76
2
Lihat Drs. H. A. Fuad Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu, hlm.100

Para ahli hingga kini masih memperdebatkan definisi pengetahuan, terutama karena
rumusan pengetahuan oleh Plato yang menyatakan pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati
yang dibenarkan” (justified true belief). Pendapat dari WHO (1992) bahwa pengetahuan
diperoleh dari pengalaman, selain itu juga dari guru, orang tua, buku, dan media masa.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses
belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana
informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003).1
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat kita definisikan bahwa Pengetahuan
merupakan hasil dari proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-
konsep, baik melalui proses pendidikan maupun melalui pengalaman. (Sumber: Notoatmodjo, S.
(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta).

Sejalan dengan pandangan – pandanga penulis diatas, bahwa ilu dan pengetahuan memiliki
keterkaitan satu sama lainnya. Dimana ilmu adalah hasildari penetahuan, dan pengetahuan
adalah hasil tahu mamusia terhadap suatu objek yang dihadapinya.2

B. Syarat – syarat ilmu

3
Demi objektivitas ilmu, ilmuwan harus bekerja dengan cara ilmiah. Dapat disimpulkan
bahwa sifat ilmiah dalam ilmu dapat diwujudkan apabila dipenuhi syarat-syarat yang intinya
adalah:
1
Lihat Dr. Suwardi Endraswara, M. HUM. 2012. Filsafat Ilmu. Hlm. 85
2
Lihat Drs. A. Susanto, M.Pd. Filsafat ilmu suatu kajian dalam dimensi ontologs, epistemologis,
dan aksiologis, hlm. 76

a. Ilmu harus mempunyai objek, ini berarti bahwa kebenaran yang hendak diungkapkan
dan dicapai adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya.
b. Ilmu harus mempunyai metode, ini berarti bahwa untuk mencapai kebenaran yang
objektif, ilmu tidak dapat bekerja tanpa metode yang rapi.
c. Ilmu harus sistematik, ini berarti bahwa dalam memberikan pengalaman, objeknya
dipadukan secara harmonis sebagai suatu kesatuan yang teratur.
d. Ilmu bersifat universal, ini berarti bahwa kebenaran yang diungkapkan oleh ilmu tidak
mengenai sesuatu yang bersifat khusus, melainkan kebenaran itu berlaku umum.
(Hartono Kasmadi, dkk, 1990: 8-9)

C.    Ciri – ciri ilmu pengetahun


Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah menurut The Liang Gie (1987), mempunyai 5 ciri
pokok, yakni:
1. Empiris, pengetahuan itu diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.
2. Sistematis, berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu
mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Objektif, ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan
pribadi.
4. Analistis, pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya kedalam bagian
yang terperinci untuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.
5. Verifikatif, dapat diperisa kebenarannya oleh siapa pun juga.

Van Melsen (1985) mengemukakan ada delapan ciri yang menandai ilmu yaitu sebagai
berikut:

4
1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis
koheren. Itu berarti adanya sistem dalam penelitian (metode) maupun harus susunan logis.
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena hal itu erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan.
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak didistorsi oleh prasangka-
prasangka subjektif.
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan,
karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah sungguh-sungguh, bila
mengandung pernyataan baru dan menimbulkan problem baru lagi.
7. Kritis, artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka dari suatu peninjauan kritis
yang memanfaatkan data-data baru.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan kebertautan antara teori dengan
praktik.1

D.    Jenis – jenis penetahuan


Pengetahuan itu menurut Soejono Soemargono (1983) dapat dibagi atas:

1.      Pengetahuan non ilmiah

Pengetahuan non ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara
yang tdiak termasuk dalam metode ilmiah. Secara umum yang dimaksud denganpengetahuan
non ilmiah adalahsegenap hasil pemahaman manusia atas atau mengenai barang sesuatu atau
objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

2.      Pengetahuan ilmiah

Pengetahuan ilmiah adalah segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan
menggunakan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang sudah lebih
sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat-syarat tertentu dengan cara berpikir
yang khas, yaitu metodologi ilmiah.

Jenis-jenis pengetahuan juga dapat dilihat pada pendapat Plato dan Aristoteles. Plato membagi
pengetahuan menurut tingkatan pengetahuan sesuai dengan karakteristik objeknya.
Pembagiannya adalah sebagai berikut :
a)      Pengetahuan Eikasia (Khayalan)

5
1
Lihat Amsal Bakhtiar,2004. Filsaat Ilmu, hlm.105

Tingkatan yang paling rendah disebut pengetahuan Eikasia, ialah pengetahuan yang objeknya
berupa bayangan atau gambaran. Pengetahuan ini isinya adalah hal-hal yang berhubungan
dengan kesenangan atau kesukaan serta kenikmatan manusia yang berpengalaman.
b)     Pengetahuan Pistis (Substansial)

Satu tingkat diatas eikasia adalah tingkatan pistis atau pengetahuan substansial. Pengetahuan
ini adalah pengetahuan mengenal hal-hal yang tampak dalam dunia kenyataan atau hal-hal yang
dapat diindrai secara langsung.
c)      Pengetahuan Dianoya (Matematika)

Plato menerangkan tingkat pengetahuan ini adalah tingkatan ketiga yang ada di dalamnya
sesuatu yang tidak hanya terletak pada fakta atau objek yang tampak, tetapi juga terletak pada
bagaimana cara berpikirnya.
Dengan demikian dapat dituturkan bahwa bentuk pengetahuan tingkat dianoya ini adalah
pengetahuan yang banyak berhubungan dengan masalah matematik atau kuantitas entah luas, isi,
jumlah, berat yang semata-mata merupakan kesimpulan dari hipotesis yang diolah oleh akal pikir
karenanya pengetahuan ini disebut juga pengetahuan pikir.
d)     Pengetahuan Noesis (Filsafat)

Pengetahuan Neosis adalah pengetahuan tingkatan tertinggi, pengetahuan yang objeknya


adalah arche ialah prinsip utama yang mencakup epistemologik dan metafisik. Prinsip utama ini
disebut ”IDE”. Plato menerangkan tentang pengetahuan ini adalah hampir sama dengan
pengetahuan pikir
Tujuannya adalah untuk mencapai prinsip utama yang isinya hal yang berupa kebaikan,
kebenaran dan keadilan. Menurut Plato, cara berpikir untuk mencapai tingkat tertinggi dari
pengetahuan itu adalah dengan menggunakan metode dialog sehingga dapat dicapai pengetahuan
yang sungguh-sungguh sempurna yang biasa disebut Episteme.
E.     Keragaman dan pengelompokan ilmu pengetahuan
1.      Keragaman ilmu pengetahuan
Menurut The Liang Gie (2000) ilmu pengetahuan itu memiliki empat bentuk keragaman :
1)      Deskripsi adalah Kumpulan pernyataan bercorak deskripif dengan memberikan mengenai
bentuk, susunan, peranan, dan hal – hal terperinci lainnya dari peno men yang bersangkutan.

6
2)      Preskriptif adalah kumpulan pernyatan bercorak preskriptif dengan memberikan petunjuk
atau ketentuan mengenai apa yang perlu berlansung atau sebaliknya.
3)      Eksposisi pola adalah pernyatan yang memaparkan pola dalam sekumpulan sifat,
cirikecendrungan atau peroses lainnya dari penomena yang ditelaah.
4)      Rekonstruksi historis adalah pernyatan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan
dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan sesuatu hal pada masa lampau yang jauh baik
secara ilmiah atau karena campurtangan manusia.
2.      Penglompokan ilmu pengetahuan
1) Ilmu Formal (non empiris) dan ilmu non formal (empiris)
Suatu ilmu disebut formal apabila dalam ilmu tersebu dalam seluruh kegiatannya tidak
bermaksut menyelidiki secara sistematis data – data indarawiyang konkrit. Contohnya :
matematika dan filsafat.
Suatu ilmu disebut nonformal apabila dalam ilmu tersebut empiri atau pengalaman
indrawi memainkan peranan sentral/utma. Yang termasuk ilmu ini adalah ilu hayat, ilmu alam,
ilmu manusia.
2) Ilmu murni dan imu terapan
Ilmu murni adalah ilmu yang bertujuan meraih kebenaran demi kebenaran. Contohnya :
matematika dan metafisika. Ilmu terapan atau praktis adalah ilmu yang bertujuan untuk
diaplikasikan atau diambil manfaatnya. Contohnya : kedokteran, teknik, hukum, ekonomi,
pisikolgi, sosiologi,administrasi, dan ekonomi.
3) Ilmu nomotetis dan idiografis
Ilmu Nomotetis adalah ilmu yang membahas gejala pengalman yang dapat diulangi terus
menerus dan hanya kasus – kasus yang mempunyai hubungandengan suatu hukum alam.
Contohnya : ilmu – ilmu alam. Ilmu Idiografis adalah ilmu yang membahas objek yang bersifat
individual, unik yang hanya terjadi satukali dan mencoba mengerti dan memahami objeknya
menuru keunikannya itu. Contohnya : ilmu – ilmu budaya.
4) Ilmu deduktif dan Ilmu indiktif
a) Ilmu deduktif sama seperi ilmu formal. Cotohnya : matematika. Deduktif sendiri artinya
peroses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengetahuan tentang hal – hal yang
umum dan abstrak menyimpulkan tentang hal – hal yang bersifat khusus dan individual.

7
b) Ilmu induktif sama sepeti ilmu nn formal. Cotohnya : ilmu alam. Induktif sendiri artinya
peroses pemikiran dimana akal budi manusia dari pengtahuan tentang hal – hal yang
bersifat khusus dan individual menarikkesimpulan tentang hal – hal yang bersifat umum
dan absrak.
5)  Naturwissenscahften dan Geistes wissenschaften
Perbedaan antara Natur dan geist enurut Wilhelm Dilthey. Natur adalah ilmu pengetahuan alam dan objek pembahasannya adalah benda alam. Sedangkan

Geits adalah ilmu budaya dengan objek pembahasannya adalah produk manusiawi.1

F.Macam – macam ilmu yang dimiliki manusia


Buhanuddin salam, mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat,
yaitu:
a. Pengetahuan biasa, yakni pengetahuan yang dalam filsafat dikatakan dengan
istilah common sense, dan sering diartikan dengan good sense, karena seseorang
memiliki sesuatu dimana ia menerima secara baik. Common sense diperoleh dari
pengalaman sehari-hari seperti air dapat dipakai untuk menyiram bunga, makanan
dapat memuaskan rasa lapar, musim kemarau akan mengeringkan sawah, dsb.
1
2. Lihat Drs. Rizal Mustansyir M. Hum, Drs. Misnal Munir M. Hum. 2001. Filsafat ilmu
dan perkembangannya di indonesia, hlm. 60 - 61
3. Pengetahuan ilmu, yaitu ilmu sebagai terjemahan dari science. Ilmu dapat merupakan
suatu metode berpikir secara objektif untuk menggambarkan dan memberi makna
terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui
observasi, eksperimen, klasifikasi. Seperti bumi berputar pada porosnya, air termasuk
unsur penting dalam organ tubuh manusia, dst.
4. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran yang bersifat
kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat lebih menekankan pada universalitas
dan kedalaman kajian tentang sesuatu. Kalau ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan
yang sempit dan rigid, filsafat membahas hal yang lebih luas dan mendalam. Seperti apa
hakikat manusia, hakikat tuhan, mengapa diciptakan manusia, dst. Itu merupakan
pemikiran filsafat.
5. Pengetahuan agama, yaitu pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan lewat para
utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk
agama dan mengandung beberapa hal pokok yaitu ajaran tentang cara berhubungan

8
dengan Tuhan. Selain itu, iman kepada Hari Akhir merupakan ajaran pokok agama dan
sekaligus merupakan ajaran yang membuat manusia optimis akan masa depannya.
G.    Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
1.    Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas
dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

2.    Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi
contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.

3.    Keterpaparan informasi

Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is
apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu
yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer
pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh
RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image,
suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan
pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita
serta diteruskan melalui komunikasi.

H.    Sumber pengetahuan


Semua orang mengakui memiliki pengetahuan. Persoalannya adalah dari mana pengetahuan
itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat. Persoalan yang muncul tentang bagaimana
proses terbentuknya pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dapat diperoleh melalui cara
pendekatan apriori maupun aposteriori. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan apriori
adalah pengetahuan yang diperoleh tanpa mengetahui proses pengalaman, baik pengalaman yang
bersumber pada panca indra maupun pengalaman batin atau jiwa. Sebaliknya, pengetahuan yang

9
diperoleh melalui pendekatan aposteriori adalah pengetahuan yang diperolehnya melalui
informasi dari orang lain atau pengalaman yang telah ada sebelumnya.
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang
merupakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan, antara lain:
1.      Empirisme
Menurut aliran ini, manusia meperoleh pengetahuan melalui pengalamannya, kebenaran
pengetahuan hanya didasarkan pada fakta-fakta yang ada dilapangan. Pengetahuan manusia itu
dapat diperoleh melalui pengalaman yang konkret karena gejala-gejala alamiah yang terjadi
dimuka bumi ini adalah bersifat konkret dan dapat dinyatakan melalui pancaindra manusia.
Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yakni kesan-
kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Yang dimaksud kesan-kesan
adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar.
Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang
dihasilkan dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima
dari pengalaman.
Berdasarkan teori ini, akal hanya megelola konsep gagasan inderawi. Sumber utama untuk
memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indera. Akal tidak
berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang kabur.
2.      Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang
benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan
menangkap objek. Fungsi pancaindera hanya untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan
akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain. Dalam penyusunan ini akal
menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal.
Spinoza memberikan penjelasan yang lebih mudah dengan menyusunn sistem rasionalisme
atas dasar ilmu ukur. Dalil ilmu ukur merupakan dalil kebenaran yang tidak perlu dibuktikan
lagi. Contohnya “sebuah garis lurus merupakan jarak terdekat diantara dua titik”.
Kant menekankan pentingnya meneliti lebih lanjut terhadap apa yang telah dihasilkan oleh
indera dengan datanya dan dilanjutkan oleh akal dengan melakukan penelitian yang lebih

10
mendalam. Ia mencontohkan bagaimana kita dapat menyimpulkan kalau kuman tipus
menyebabkan demam tipus tanpa penelitian yang mendalam dan eksperimen.
3.      Intuisi
Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Intuisi
adalah suatu pengetahuan yang langsung, yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Intuisi
mengatasi sifat lahiriyah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis,
menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis. Karena itu, intuisi
adalah sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika.
Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun
pengetahuan secara teratur, intuisi tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat
dipergunakan sebagai hipotesa bagi analisis selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya
pernyataan yang dikemukakan. Kegiatan intuisi dan analisis bisa bekerja saling membantu dalam
menemukan kebenaran.
Bagi Nietzchen intuisi merupakan “intelegensi yang paling tinggi” dan bagi Maslow intuisi
merupakan “pengalaman puncak” (peak experience). Adapun perbedaan antara intuisi dalam
filsafat barat dengan makrifat dalam islam adalah kalau intuisi dalam filsafat barat diperoleh
lewat perenungan dan pemikiran yang konsisten, sedangkan dalam islam makifat diperoleh lewat
perenungan dan penyinaran dari Tuhan .
4.      Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Allah kepada manusia lewat perantara
para Nabi. Para Nabi memperoleh pengetahuan dari Tuhan tanpa upaya, tanpa bersusah payah,
tanpa memerlukan waktu untuk memperolehnya. Pengetahuan, mereka terjadi atas kehendak
Tuhan semesta.
Pengetahuan dengan jalan ini merupkan kekhususan para Nabi. Hal inilah yang membedakan
mereka dengan manusia-manusia lainnya. Akal meyakinkan bahwa kebenaran pengetahuan
mereka berasal dari Tuhan, karena memang pengetahuan itu ada pada saat manusia biasa tidak
mampu mengusahakannya. Bagi manusia tidak ada jalan lain kecuali menerima dan
membenarkan semua yang berasal dari Nabi.
Wahyu Allah (agama) berisikan pengetahuan, baik mengenai kehidupan seseorang yang
terjangkau oleh pengalaman, maupun yang mencakup masalah transendental. Kepercayaan ini

11
yang merupakan titik tolak dalam agama lewat pengkajian selanjutnya dapat menigkatkan atau
menurunkan kepercayaan itu.
I.       Eksistensi ilmu pengetahuan
1.      Objek ilmu pengetahuan
Objek ilmu pengtahuan itu ada dua, yaitu :
a.       Objek Material berupa benda – benda material maupun nonmaterial, bahkan bisa juga
berupa hal – hal, masalah – masalah dan sebagainya.
b.      Objek formal merupakan objek yang akan menjelaskan pentingnya arti, posisi dan pungsi
objek di dalam ilmu pengetahuan.
2.      Metode ilmu pengetahuan
Descartes merumuskan pedoman penyelidikan supaya orang jangan tersesat dalam usahanya
mencapai kebenaran sebagai berikut:
Pertama, janganlah sekali-kali mnerima sebagai kebenaran, jika tidak ternyata
kebenarannyadengan terang benderang, hauslah kita membuang segala prasangka dan janganlah
campurkan apapun juga yang tak nampak sejeas-jelasnya kepada kita, hinga tak ada dasar
sedikitpun juga untuk sanksi.
Kedua, rincilah tiap kesulitan sesempurna-sempurnanya dan carilah jawaban secukupnya.
Ketiga, aturlah pikiran dan pengetahuan kita sedemikian rupa, sehingga kita mulai dari
yamng paling rendah dan sederhana, kemudian meningkat dari sedikit, setapak demi setapak
untuk mencapai pengetahauan yang lebih sukar dan lebih ruwet.
Keempat, buatlah pengumpulan fakta sebanyak-banyaknya dan selengkap-lengkapnya dan
seumum-umumnya hingga menyeluruh, sampai kita tidak khawatir kalau-kalau ada yang
kelewatan.
3.      Ukuran kebenaran

Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar.Pada setiap
jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat danwatak pengetahuan itu
berbeda. Pengetahuan tentang alam metafisika tentunya tidak sama dengan pengetahuan tentang
alam fisik. Scara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai
kebenaran, namun masalahnya tidak hanya sampai di situ saja.Problem kebenaran inilah yang
memacu tumbuh dan berkembangnya espistemologi.

12
Untuk menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada beberap teori yang dapat dijadikan
sebagai kriteria. Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu:
1.      Kebenaran Koherensi
Sesuatu yang koheren dengan sesuatu yang lain berarti ada kesesuaian atau keharmonisan
dengan sesuatu yang memiliki hirarki lebih tinggi, hal ini dapat berupa skema, sisitem, atau nilai.
Koheren tersebut mungkin saja tetap pada dataran sensual rasional, tetapi mungkin pula
menjangkau dataran transenden.
2.      Kebenaran Korespondensi
Berfikir benar korespondensi adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan
sesuatu yang lain. Korespondensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan
arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan (positifisme), antara fakta dengan belief yang
diyakini, yang sifatnya spesifik.
3.      Kebenaran Performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan actual dan menyatukan
apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis, yang teoritik, maupun yang filosofik. Orang yang
mengetengahkan kebenaran tampilan actual yang disebut dengan kebenaran performatif tokoh
penganut ini antara lain Strawson (1950) dan Geach (1960) sesuatu sebagai benar biladapat
diaktualkan dalam tindakan.
4.      Kebenaran Pragmatik
Perintis teori ini adalah Charles S. Pierce. Yang benar adalah yang konkret, yang individual,
dan yang spesifik, demikian James Deweylebih lanjut menyatakan bahwa kebenaran merupakan
korespondensi antara ide denga fakta, dan arti korespondensi menurut Dewey adalah kegunaan
praktis.
5.      Kebenaran Proposisi
Sesuatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar dalam logika
Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai denganpersyaratan formal suatu proposisi.
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks.1
1
Lihat Drs. Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan perkembangannya di indonesia suatu kajian dalam
dimensi ontologis, epistemologis, dan aksiologis, hlm. 81 – 88

BAB III

13
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran. Jadi, pengetahuan merupakan hasil
proses dari usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni :
pendidikan, media dan keterpaparan informasi.
Ciri-ciri ilmu pengetahuan menurut The Liang Gie (1987) adalah empiris, sistematis, objektif,
analistis, dan verifikatif. Jenis-jenis pengetahuan menurut Soejono Soemargono ada dua yakni
pengetahuan non ilmiah dan pengetahuan ilmiah. Sedangkan Jenis-jenis pengetahuan menurut
pendapat Plato dan Aristoteles ada 4, yakni: pengetahuan Eikasia (Khayalan), pengetahuan Pistis
(Substansial), pengetahuan Dianoya (Matematika), dan pengetahuan Noesis (Filsafat).
Buhanuddin salam mengemukakan bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia ada empat,
yaitu:
pengetahuan biasa, pengetahuan ilmu, pengetahuan filsafat, dan pengetahuan agama. Terdapat
beberapa sumber pengetahuan, yakni: empirisme, rasionalisme, intuisi, dan wahyu. Dan untuk
menentukan kebenaran suatu pengetahuan ada beberapa teori yang dapat dijadikan sebagai
kriteria. Menurut Michael Williams terdapat 5 teori kebenaran, yaitu: kebenaran koherensi,
kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik, dan kebenaran proposisi.

B. SARAN
Kami menyarankan bagi siapa saja yang ingin memperdalam kajian tentang pengetahuan
untuk membaca makalah kami dengan seksama, terlebih lagi bagi teman – teman yang bergelut
dalam bidang filsafat. Karena dalam filsafa kita harus mengetahui hal pengetahuan ini untuk
dapat melogikakan segala sesuatu secara sistemati dan sesuai dengan batasan – batasan agama
islam.

DAFTAR PUSTAKA

Drs. H. A. Fuad Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta.

Dr. Suwardi Endraswara, M. HUM. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: CAPS.

14
Amsal Bakhtiar,2004. Filsaat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Pustaka.

15

Anda mungkin juga menyukai