Dosen Pengampu :
Susi Andriani, M.TCSOL
Kelompok 1 :
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengetahuan, Ilmu
Pengetahuan dan Dasar-dasar Pengetahuan”.
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan berguna bagi para
pembaca. Penulis memohon maaf apabila di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Penulis menerima kritik dan saran dari pembaca atas kekurangan makalah
ini, sehingga selanjutnya dapat menjadi acuan dalam menuliskan makalah yang lebih baik.
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................................ 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
pengetahuan maupun yang disebut sebagai ilmu pengetahuan beserta dasar-dasar
pengetahuan yang perlu diketahui oleh manusia.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengetahuan
Menurut buku Filsafat Ilmu Pengetahuan oleh Suparlan Suhartono,
Ph.D. (2005: 48) Pengetahuan berasal dari kata dasar ‘tahu’ dan diberi imbuhan
pe dan an yang berarti menunjukkan adanya proses. Jadi pengetahuan adalah
proses mengetahui, dan menghasilkan sesuatu.
Menurut buku Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis oleh A.
Sonny Keraf dan Mikhael Dua (2001: 22) bahwa Pengetahuan adalah
keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki
manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengetahuan adalah proses mengetahui mengenai sesuatu hal yang ingin
diketahui manusia, baik tentang dunia dan isinya, maupun tentang manusia itu
sendiri. Selain itu juga pengetahuan merupakan sesuatu hal yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu.
Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab
permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia, dan pengetahuan
mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala
sesuatu. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa
(ontologi), bagaimana (epistimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan
tersebut disusun.
6
B. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa
mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan. Menurut KBBI, Ilmu adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-
gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Menurut The Liang Gie (1991), Ilmu adalah rangkaian aktivitas
manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka
prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau individu
untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan
penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Menurut Drs. Surajiyo dalam bukunya yang berjudul Filsafat Ilmu &
Perkembangannya di Indonesia (2016: 56) Ilmu sebagai aktivitas ilmiah dapat
berwujud penelaahan (study), penyelidikan (inquiry), usaha menemukan
(attempt to find) atau pencarian (search).
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang rasional yang diperoleh
secara ilmiah.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir, sering kali mempunyai
keinginan untuk mengetahui sesuatu hal yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Ada kalanya, rasa ingin tahu tersebut hanya sekedar ingin tahu saja dan tidak
mencarinya lebih mendalam lagi. Di sisi lain, ada juga seseorang yang ingin
mengetahui suatu hal karena memang benar-benar ingin tahu lebih lanjut dan
mendalam mengenai hal yang ingin diketahuinya. Keingintahuan yang lebih
mendalam ini membuat manusia tersebut akan mencari apa yang ingin
diketahuinya itu sampai mendapatkannya. Setelah hal yang dicari itu
didapatkan, itulah yang dinamakan ilmu pengetahuan.
7
C. Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan diambil dari bahasa Latin yaitu Scientia yang berarti
mempelajari, mengetahui. Menurut Bahm dalam Koento Wibisono (1997),
Ilmu pengetahuan melibatkan paling tidak enam macam komponen, yaitu
masalah (problem), sikap (attitude), metode (method), aktivitas (activity),
kesimpulan (conclution), dan pengaruh (effect). Ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang bertujuan mencapai kebenaran ilmiah tentang objek tertentu,
yang diperoleh melalui pendekatan atau cara pandang (approach), metode
(method), dan sistem tertentu.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu
pengetahuan adalah ilmu yang didapatkan melalui keingintahuan yang lebih
mendalam mengenai hal yang ingin diketahuinya sampai mencapai tingkat
“tahu”, yang kemudian menghasilkan guna bagi diri sendiri atau orang lain.
Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, bahwa pengetahuan
merupakan konsep, ide, gagasan serta pemahaman yang dimiliki oleh manusia
mengenai dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya.
Pengetahuan dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berbeda,
namun saling berkaitan. Menurut Ernest Nagel dalam Danny Rusmono, beliau
membedakan secara rinci antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Perbedaan
tersebut adalah sebagai berikut:
8
c. Kebenaran yang diakui oleh pengetahuan bersifat tetap, sedangkan
kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu dilakukan pengujian kritis.
Kebenaran dalam ilmu pengetahuan selalu dihadapkan pada pengujian
melalui observasi maupun eksperimen dan sewaktu-waktu dapat
diperbaharui atau diganti.
A. Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-
hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan.
Data yang akan dinalar tersebut boleh benar ataupun salah, dan di sinilah
letaknya kerja penalaran.
Menurut Keraf (1985: 5) dalam Nanda Rizkia, dkk (2015: 10)
berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan
menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk, yang menuju kepada suatu
9
kesimpulan. Menurut Suria Sumantri (2001: 42) dalam Nanda Rizkia, dkk
(2015: 10) mengemukakan bahwa penalaran merupakan suatu aktivitas berpikir
dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan.
B. Logika
Menurut buku Ilmu Filsafat Suatu Pengantar oleh Drs. Sudarsono, S.H.,
M.Si. (2001: 162) Logika berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata Logike
yang berhubungan dengan kata benda logos yang berarti perkataan atau kata
sebagai manifestasi dari pikiran manusia. Secara etimologis, logika adalah ilmu
yang mempelajari pikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
Istilah logika pertama kali muncul oleh Cicero, dan Alexander
Aphrodisias merupakan filsuf pertama yang menggunakan kata logika dalam
arti ilmu yang menyelidiki tingkat kelurusan pemikiran manusia.
Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih
(Valid). Logika berguna dalam proses penarikan kesimpulan. Logika dibagi
menjadi logika induktif dan logika deduktif.
Logika deduktif adalah penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat
umum menjadi kasus yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme.
Silogisme disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor)
lalu menarik sebuah kesimpulan.
10
Contoh logika deduktif :
Semua logam memuai jika dipanaskan (premis mayor)
Besi adalah sebuah logam (premis minor)
Besi memuai jika dipanaskan (kesimpulan)
C. Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan yang
benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan
mendasarkan diri pada pengalaman atau disebut empirisme. Berdasarkan pada
rasionalisme yaitu melalui belajar, menempuh jenjang pendidikan, dan lain
sebagainya, dan berdasarkan pada empirisme yaitu melalui pengalaman atau
setiap hal yang dia ketahui melalui kegiatan hidup sehari-hari.
D. Kriteria Kebenaran
Beberapa teori pendekatan mengenai kebenaran, berikut ini tiga teori
kriteria kebenaran:
1. Teori Koherensi
Teori ini dikembangkan oleh kaum idealis yang sering disebut juga
sebagai teori saling berhubungan atau teori konsistensi. Teori ini menyatakan
bahwa suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar.
Misalnya bila kita menganggap bahwa, "semua manusia pasti akan
mati" adalah suatu pernyataan benar, maka pernyataan bahwa "Budi adalah
seorang manusia dan Budi pasti akan mati" adalah benar, sebab pernyataan
kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
11
2. Teori Korespondensi
Teori ini dikemukakan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Menurut
buku Filsafat Ilmu Pengetahuan oleh Suparlan Suhartono, Ph.D. (2005: 85),
teori korespondensi ini diterima oleh kaum realis dan bahkan mungkin oleh
kebanyakan orang. Menurut Titus dkk (1984) dalam Suparlan Sudarsono,
Ph.D. (2005: 85) Teori ini menjelaskan bahwa jika suatu pertimbangan
sesuai dengan fakta, maka pertimbangan itu benar. Jika tidak, maka
pertimbangan itu salah. Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan
tentang fakta dan fakta itu sendiri.
Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa saat ini Ibukota Republik
Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar, sebab
pernyataan itu bersifat faktual, yakni saat ini Jakarta memang Ibukota
Republik Indonesia.
3. Teori Pragmatis (Teori Kegunaan)
Teori ini dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu
pernyataan adalah benar jika pernyataan tersebut mempunyai kegunaan
praktis dalam kehidupan manusia. Menurut buku Filsafat Ilmu Pengetahuan
oleh Suparlan Sudarsono, Ph.D. (2005: 88), Teori Pragmatis ini bermula dari
keyakinan, yaitu suatu sikap yang pasti berdasarkan pengetahuan-
pengetahuan mengenai suatu objek. Selanjutnya, sikap itu harus
dilaksanakan secara konsekuen dan konsisten, yaitu berupa langkah-langkah
yang berhubungan dalam satu sistem, dimana langkah pertama berguna
(utilized) dan dapat dikerjakan (workable) bagi langkah-langkah selanjutnya.
Dengan prinsip-prinsip yang demikian itu dapat terwujud dan menghasilkan
sesuatu yang memuaskan (satisfactory results).
Misalnya kita tersesat di tengah hutan, dan diri sendiri berkata di
dalam hati bahwa jalan keluarnya adalah ke arah kiri. Pernyataan ini akan
berarti jika kita benar-benar melangkah ke arah kiri. Selanjutnya, pernyataan
ini benar apabila arah kiri itu pada akhirnya mengakibatkan konsekuensi
positif, yaitu benar-benar membawa kita keluar dari hutan. Jadi kebenaran
menurut teori ini bergantung kepada kondisi-kondisi yang berupa manfaat,
kemungkinan dapat dikerjakan dan konsekuensi yang memuaskan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengetahuan adalah proses mengetahui mengenai sesuatu hal yang
ingin diketahui manusia, baik tentang dunia dan isinya, maupun tentang manusia
itu sendiri. Selain itu juga pengetahuan merupakan sesuatu hal yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan
untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi manusia,
dan pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia
tentang segala sesuatu.
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang dipelajari untuk bisa
mengetahui segala sesuatu di dalam kehidupan. Ilmu pengetahuan adalah ilmu
yang didapatkan melalui keingintahuan yang lebih mendalam mengenai hal yang
ingin diketahuinya sampai mencapai tingkat “tahu”, yang kemudian
menghasilkan guna bagi diri sendiri atau orang lain.
Pengetahuan dan ilmu pengetahuan adalah dua hal yang berbeda,
namun saling berkaitan. Pengetahuan adalah hal yang hanya diperoleh secara
biasa atau sehari-hari melalui pengalaman-pengalaman, kesadaran, informasi,
dan sebagainya. Sedangkan Ilmu pengetahuan bukanlah hal yang didapatkan
berdasarkan oleh rasa ingin tahu semata dalam kehidupan sehari-hari, namun
telah mengalami proses keingintahuan yang mendalam dan mengalami tahapan
metodis, sistematis dan ilmiah.
Dasar-dasar Pengetahuan terdiri dari Penalaran, Logika, Sumber
Pengetahuan dan Kriteria Kebenaran. Terdapat tiga teori mengenai Kriteria
Kebenaran, yaitu Teori Korespodensi, Teori Koheren, dan Teori Pragmatis (Teori
Kegunaan).
13
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis.
Seri Filsafat Atmajaya: 22. Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI). Diakses pada 25
September 2019, pukul 01.29.
https://www.google.com/books?hl=en&lr=&id=d5GdQ9iUUngC&oi=fnd&pg=PA13&
dq=pengetahuan+dan+ilmu+pengetahuan&ots=s-
PUi0MrMH&sig=l5q7sJXFwD1V6VBThqho4-kQzq0
Nurroh, Syampadzi. 2017. FILSAFAT ILMU Studi Kasus: Telaah Buku Filasafat Ilmu
(Sebuah Pengantar Populer) oleh Jujun S. Suriasumantri. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada. Diakses pada 24 September 2019, pukul 23.30.
http://www.academia.edu/download/51768288/Filsafat_Ilmu__Prof_Sunarto_.pdf
Rizkia, Nanda dkk. 2015. Definisi dan Penalaran. UIN Syarif Hidayatullah. Diakses
pada 25 September 2019, pukul 20.10.
https://www.academia.edu/18360834/Makalah_Penalaran_dan_Definisi
Rusmono, Danny. 2018. Filsafat Ilmu – Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan. Universitas
Airlangga. Diunduh pada 23 September 2019, pukul 09.52.
https://www.researchgate.net/publication/327304253_Filsafat_ilmu_-
_Pengetahuan_dan_Ilmu_Pengetahuan
Soetriono & Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta :
C.V ANDI OFFSET.
Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat : Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA.
14