Anda di halaman 1dari 23

A.

Judul Praktikum : Termokimia


B. Hari, tanggal Praktikum : Kamis, 9 November 2017 Pukul 13.00 –
15.55 WIB
C. Tujuan Praktikum :
1. Membuktikan bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau
pelepasan kalor
2. Menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai rekasi kimia

D. Tinjauan pustaka
 Pengertian Termokimia
Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi
panas dan energi kimia. Termokimia mencakup kalor yang diserap atau
dilepaskan dalam reaksi kimia sumber perubahan fase atau dalam
pengenceran suatu larutan. Dalam perubahan energi ini dapat memberikan
petunjuk dalam menentukan kecepatan reaksi dan sempurna tidaknya reaksi.
Perubahan energi dalam termokimia biasa disebut dengan perubahan kalor
atau kalor reaksi. Perubahan kalor dapat diamati pada tekanan konstan dan
sistem yang diamati menyangkut cair-padat sehingga perubahan volume
dapat diabaikan. Akibatnya kerja yang bersangkutan dengan sistem dapat pula
diabaikan. Oleh karena itu perubahan entalpi (ΔH) sama dengan perubahan
energi dalam ( ΔU). Perubahan energi dapat terjadi dalam suatu sistem
maupun lingkungan.
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di luar sistem
yang dapat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada suatu sistem.
Sedangkan sistem merupakan sesuatu yang menjadi inti dalam proses
perubahan kimia. Sistem dapat berupa gas, uap air, dan uap dalam kontak
dengan cairan. Berdasarkan interaksinya dengan lingkungan sistem dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Sistem terbuka
Sistem terbuka adalah suatu sistem yang dengan lingkungan dapat
mempertukarkan baik energi maupun materi. Misalnya, uap secangkir kopi
panas
2. Sistem tertutup
Sistem tertutup adalah sistem yang dengan lingkungannya hanya terjadi
pertukaran energi tanpa materi. Misalnya, sebotol air yang tertutup dan
sekantong teh
3. Sistem terisolasi
Sistem terisolasi adalah sistem yang tidak ada pertukaran materi
maupun energi dengan lingkungannya. Misalnya, botol termos yang
tertutup sangat kuat.

 Fungsi keadaan
Fungsi keadaan adalah sifat sistem yang memiliki beberapa harga
tertentu untuk setiap keadaan yang besarnya bergantung pada keadaan
sekarang dan tidak bergantung pada bagaimana keadaan itu dicapai

ΔU = t akhir – t awal

 Energi Dalam, Kalor, dan Kerja


Energi yang dimiliki oleh sistem merupakan fungsi dari suhu, tekanan,
volume dan komposisi kimia disebut Energi dalam transfer energi antara
sistem dan lingkungan dapat terjadi bila sistem melakukan kerja atau kerja
dikenakan padanya, atau bila sistem menyerap atau melepaskan kalor.
Kalor (q) dapat diartikan sebagai energi yang dipindahkan ke dalam
atau ke luar sistem, yang disebabkan oleh perbedaan suhu antara sistem dan
lingkunga.
Kerja (W) adalah energi yang dipindahkan ke dalam sistem atau keluar
sistem. W (+) jika sistem menerima kerja (lingkungan melakukan kerja
terhadap sistem) dan W(-) jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan
 Entalpi (ΔH)
Entalpi (H) merupakan fungsi keadaan karena harganya hanya bergantung
pada harga U, P, dan V. Perubahan entalpi dapat dinyatakan sebagai berikut:

ΔH = ΔU + (PV)

1. Entalpi Pelarutan
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses
penambahan sejumlah tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada
suhu dan tekanan tetap. Terdapat 2 macam entalpi pelarutan, yaitu
entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan difersial. Entalpi
pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut
dilarutkan ke dalam n mol pelarut. Persamaannya sebagai berikut:
X + n H2O→ X n H2O ΔHs = ....kJ

2. Entalpi Reaksi

 Entalpi Pembentukan (ΔH0f)


Entalpi pembentukan adalah suatu senyawa perubahan
entalpi yang menyertai pembentukan satu mol senyawa dan unsur-
unsurnya, diberi simbol (ΔHf)
Contoh:

 Entalpi Penguraian (ΔH0d)


Perubahan entalpi penguraian standar merupakan kebalikan
dari perubahan entalpi pembentukan.ΔHd0 suatu zat adalah
perubahan entalpi yang terjadi pada reaksi penguraian 1 mol zat
menjadi unsur-unsur pada keadaan standar.
Contoh:

 Entalpi Pembakaran( ΔH0c)


Perubahan entalpi pembakaran, ΔH0c adalah perubahan
entalpi yang terjadi pada pembakaran 1 mol unsur atau senyawa
pada keadaan standar.

Contoh:

 Entalpi Netralisasi ( ΔHn)


Perubahan entalpi netralisasi adalah perubahan entalpi yang
terjadi pada saat reaksi antara asam dengan basa baik tiap mol
asam atau tiap mol basa.
Contoh:

 Hukum Hess
Hukum Hess adalah hukum yang menyatakan bahwa perubahan entalpi
suatu reaksi akan sama walaupun reaksi tersebut terdiri dari satu langkah atau
banyak langkah. Perubahan entalpi tidak dipengaruhi oleh jalannya reaksi
melainkan tergantung pada keadaan awal dan akhir. Hukum hess merupakan suatu
hubungan Kimia Fisika yang diusulkan pada tahun 1840 oleh Germain Hess,
Kimiawan asal Rusia kelahiran Swiss.

Berikut aturan dalam memanipulasi persamaan termokimia:


1. Ketika persamaan reaksi dibalik (reaktan menjadi produk, produk menjadi
reaktan), tanda nilai ΔH juga harus dibalik (dari positif menjadi negatif, dan
sebaliknya).
2. Substansi yang dihilangkan dari kedua sisi persamaan reaksi harus dalam
fase yang sama.
3. Jika semua koefisien dari suatu persamaan reaksi dikali atau dibagi dengan
faktor yang sama, maka nilai ΔH reaksitersebut juga harus dikali atau dibagi
dengan faktor tersebut.

 Energi Ikatan
Energi ikatan adalah jumlah energi yang diperlukan untuk memutus molekul
sebanyak satu mol menjadi atom-atom individual. Satuan energi ikatan yang
distandartkan adalah kilo Joule per mol ( (kJ/mol)
H2 (g) —→ 2 H (g) ΔH = + 435 kJ

Energi ikatan H—H = + 435 kJ/mol

CH4 (g) —→ C (g) + 4 H (g) ΔH = + 1 656 kJ

Atau dituliskan:

H—C—H —→ C (g) + 4 H (g) ΔH = + 1 656 kJ

H (g)

Energi ikatan C—H = + 1 656 kJ : 4 mol = 414 kJ/mol

 Senyawa Kovalen Polar Dan Nonpolar


Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar electron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan
tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda.
Ciri-ciri senyawa polar :
1. Dapat larut dalam air dan pelarut lain
2. Memiliki kutub positif (+), dan kutub negatif (-), akibat tidak meratanya
distribusi electron
3. Memiliki pasangan electron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelktronegatifan
Contoh : HCl, PCl3, H2O, N2O5

Senyawa nonpolar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu


ikatan antar electron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena
unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang sama
atau hamper sama.
Ciri-ciri senyawa nonpolar :
1. Tidak Dapat larut dalam air dan pelarut polar lain
2. Tidak Memiliki kutub positif (+), dan kutub negatif (-), akibat tidak
meratanya distribusi electron
3. Tidak Memiliki pasangan electron bebas (bila bentuk molekul diketahui) atau
memiliki perbedaan keelktronegatifan
Contoh : Cl2, PCl5, H2, N2

 Skala Pauling
Skala Pauling adalah skala numerik dari keelektronegatifan. Skala ini
diturunkan dari perhitungan energi ikatan untuk berbagai unsur yang terikat oleh
ikatan kovalen. Dalam skala Pauling, fluor, unsur yang paling elektronegatif,
mempunyai nilai keelektronegatifan 4. Litium, keelektronegatifan rendah,
mempunyai nilai 1. Suatu unsur dengan keelektronegatifan yang sangat rendah
seperti Litium kadang disebut unsur elektropositif.
E. Alat dan Bahan
 Alat
1. Kalorimeter 1 buah
2. Pipet Ukur 1 buah
3. Gelas Kimia 100mL 1 buah
4. Spatula 1 buah
5. Termometer 1 buah
6. Kassa dan pembakar spirtus 1 buah
7. Penjepit 1 buah
 Bahan
1. CuSO4 1M
2. NaOH 1M
3. HCl 1M
4. Serbuk Zn
5. Aquades
F. Alur Percobaan
Percobaan 1

20 mL H2O

- dimasukkan ke kalorimeter

- dicatat suhu awal (T1)

- dipanaskan ke gelas kimia

- dicatat suhu (T2)

- ditambahkan 20 mL H2O

- dikocok dan catat suhu campuran (∆T)

Tetapan
Kalorimeter

Percobaan 2

20 mL CuSO4

- dmasiukkan ke kalorimeter

- dicatat suhu (T3)

- ditambahkan 0,5 g Zn

- dicatat suhu maksimal yang konstan (T4)

- dihitung kalor penetralan yang terukur

∆Hr
Percobaan 3

15 mL HCL 0,5 M

- dimasukkan ke kalorimeter

- dicatat suhu (T5)

- di ukur 15 mL NaOH 0,5 M

- atur suhu agar sama dengan suhu larutan HCl

- ditambahkan larutan NaOH

- dicatat suhu maksimal yang konstan

- hitung kalor penetralan

∆Hn

Percobaan 4

H2SO4 CH3COOH Petrolium Sulfuric Acid Chloroform


Benzene

- Diambil 40 ml
- Dimasukkan ke dalam buret
- Dialirkan
- Didekatkan dengan penggaris mika
yang sudah digosokkan ke rambut
- Diamati perubahan aliran larutannya

Hasil
H. Analisis dan Pembahasan

Dalam percobaan berjudul Termokimia ini bertujuan untuk membuktikan


bahwa setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau pelepasan kalor serta untuk
menghitung perubahan kalor yang terjadi dalam berbagai reaksi kimia. Pada
percobaan pertama, percobaan dilakukan dengan mencampurkan air panas dengan
air biasa. Mula-mula air sebanyak 20 mL dimasukkan ke dalam kalorimeter dan
dicatat sebagai suhu awal (T1). Selanjutnya, memanaskan air sebanyak 20 mL
hingga suhu naik sebanyak 10ᵒC dan dicatat sebagai T 2. Kemudian air panas dan
air biasa dicampurkan dalam kalorimeter dan diukur suhu akhir sebagai ∆T. Dari
hasil percobaan, didapatkan data T1 sebesar 30ᵒC, T2 sebesar 40ᵒC, dan ∆T sebesar
34ᵒC. Dari data yang dperoleh menunjukkan adanya pelepasan dan penyerapan
kalor saat kedua air yang berbeda suhunya dicampurkan. Air panas yang memiliki
suhu lebih tinggi akan melepas kalor (eksoterm) dan air biasa akan menerima atau
menyerap kalor (endoterm). Karena adanya kalor yang diserap dan dilepas maka
pada campuran kedua zat tersebut terjadi kesetimbangan termal artinya kedua air
telah berhenti untuk bertukar energi dalam mencapai suhu yang sama. Dari data-
data yang diperoleh, maka dapat dihitung tetapan kalorimeter yakni sebesar 42
J/K. Dalam percobaan ini digunakan air dan bukan pelarut lainnya karena air
merupakan zat tunggal/murni yang tidak mengandung zat terlarut apapun
sehingga dapat diukur suhunya secara pasti.

Pada percobaan kedua yaitu mereaksikan larutan CuSO4 sebanyak 20 mL


dengan 0,5 g serbuk Zn. Mula-mula larutan CuSO 4 dimasukkan ke dalam
kalorimeter dan diukur suhunya sebagai T3 kemudian ditambahkan Zn dan diukur
suhu campuran T4. Pada percobaan ini, T3 terukur sebesar 31ᵒC dan T4 sebesar
38ᵒC. Hal ini menunjukkan adanya reaksi eksoterm yang ditandai dengan
pelapasan kalor dari sistem ke linkungan sehingga suhunya menjadi naik sebesar
7ᵒC. Pada percobaan ini, dihasilkan endapan berwarna merah bata. Endapan ini
merupakan padatan Cu yang dihasilkan sesuai reaksi berikut :

CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)

Larutan CuSO4 yang semula berwarna biru direaksikan dengan serbuk Zn


berwarna abu-abu setalhnya berubah warna menjadi biru pucat atau biru pudar.
Hal ini dikarenakan hasil reaksi yang berupa larutan ZnSO4 yang tidak berwarna.
Dari percobaan ini dapat ditentukan ∆Hr dan diperoleh hasil sebesar -47.081,25
J/mol

Pada percobaan 3 kegiatan yang dilakukan adalah mereaksikan HCl


dengan NaOH. Mula-mula 15mL HCl dimasukkan ke dalam kalorimeter dan
dicatat suhunya sebagai T5. Kemudian ditambahkan NaOH sebanyak 15mL yang
memiliki suhu sama dengan HCl dan dihitung suhu campuran kedua larutan
tersebut menggunakan termometer sebaga T6. Dari hasil percobaan, didapatkan
data T5 sebesar 32ᵒC dan T6 sebesar 33ᵒC. Adanya kenaikan suhu ini menunjukkan
bahwa ada kalor yang dilepas dari sistem ke lingkungan atau terjadi reaksi
eksoterm. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, reaksi antara HCl dan NaOH


menghasilkan NaCl atau garam dapur sehingga menghasilakan larutan tak
berwarna. Dari percobaan ini dapat dihitung ∆Hn dan menghasilkan nilai sebesar
-10.401,3 J/mol.
Percobaan keempat adalah unutk mengetahui senyawa-senyawa yang
bersifat polar atau nonpolar. Kegiatan ini dilakukan dengan memasukkan senyawa
H2SO4, CH3COOH, Petrolium Benzene, Sulfuric Acid, dan Chloroform ke dalam
buret masing-masing sebanyak 40mL secara bergantian. Setelah dimasukkan
buret, larutan dialirkan dan didekatkan dengan penggaris mika yang sebelumnya
telah digosok-gosokkan ke rambut. Saat penggaris di dekatkan pada senyawa-
senyawa tersebut terjadi perubahan pada arah aliran larutan, yaitu yang semula
lurus menjadi berbelok arah. Hal ini terjadi pada senyawa H 2SO4, CH3COOH,
Petrolium Benzene, dan Chloroform. Sementara pada Sulfuric Acid arah
pembelokan aliran larutan tidak terlalu mencolok. Pembelokan ini disebabkan
karena senyawa bersifat polar. Aliran larutan dari buret akan mengarah pada
penggaris karena adanya medan listrik dari penggaris yang kelebihan muatan
negatif.
I. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada setiap reaksi kimia disertai penyerapan atau pelepasan kalor. Terbukti
pada percobaan pertama terjadi pelepasan kalor oleh air panas (eksoterm) dan

penyerapan kalor oleh air biasa (endoterm) sehingga keduanya mencapai suhu
yang sama. Selain itu, adanya pelepasan kalor (eksoterm) juga terjadi pada
reaksi antara larutan CuSO 4 dan serbuk Zn serta reaksi antara HCl dan NaOH
yang ditandai dengan kenaikan suhu.
2. Dari data hasil percobaan dan melalui perhitungan didapatkan tetapan
kalorimeter (K) sebesar 42 J/K, ∆Hr pada percobaan 2 sebesar - 101.250 J/mol,
dan ∆Hn pada percobaan 3 sebesar - 10.180 J/mol
3. Yang termasuk senyawa polar : H2SO4, CH3COOH, Petrolium Benzene, dan
Chloroform ditandai dengan beloknya arah aliran larutan ketika didekatkan
dengan penggaris mika. Yang termasuk senyawa nonpolar : Sulfuric Acid
ditandai dengan tidak beloknya arah aliran larutan ketika didekatkan dengan
penggaris mika
J. Lampiran
 Dokumentasi
Percobaan 1
N Kegiatan Gambar percobaan
o
1 Mengukur suhu air

Memanaskan air

Memasukkan ke
kalorimeter

Percobaan 2
No Kegiatan Gambar percobaan
1 Memasukkan CuSO4 ke
kalorimeter

2 Mengukur suhu

3 Melarutkan Zn ke dalam
larutan CuSO4

4 Mengaduk larutan CuSO4


+ Zn

5 Endapan Zn
Percobaan 3
No Kegiatan Gambar percobaan
1 Memasukkan HCl ke
kalorimeter

Mengukur suhu HCl

Mengukur Suhu NaOH


Melarutkan HCl + NaOH

Mengukur suhu larutan


HCl + NaOH

Percobaan 4
N larutan Kegiatan Gambar percobaan
o
1 H2SO4 Membelokkan aliran
H2SO4

2 CH3COOH Membelokkan aliran


CH3COOH

3 Petrolium benzene Membelokkan aliran


petroleum benzene
4 Sulfur acid Membelokkan aliran
sulfur acid

5 Chloroform Membelokkan aliran


chloroform
 Perhitungan

Percobaan 1

Diketahui m air = 20 g

T1 = 30ᵒC = 303 K

T2 = 40ᵒC = 313 K

∆T = 34ᵒC = 307 K

Ditanya K = ...

Jawab

Q1 = m . c . (∆T – T1)

= 20 g . 4,2 J/gK . (307-303) K

= 336 J

Q2 = m. c . (T2 - ∆T)

= 20g . 4,2J/gK . (313-307)K

= 504 J

Q3 = Q2 – Q1 = 504 J – 336 J = 168 J

Q3 168 J
K= = = 42 J/K
(∆ T – T 1) (307−303) K

Percobaan 2

Diketahui m CuSO4 = 20 g

m Zn = 0,5 g

T3 = 31ᵒC = 304 K

T4 = 38ᵒC = 311 K

Ditanya ∆Hr = ...

Jawab

Q4 = m . c . (T4 – T3)
= 20 g . 3,69 J/gK . (311-304) K

= 516,6 J

Q5 = K . (T4 – T3)

= 42 J/K . (311-304) K

= 294 J

Q6 = - (Q4 + Q5) = - (516,6 + 294) J = - 810,6J

Reaksi :

CuSO4(aq) + Zn(s) ZnSO4(aq) + Cu(s)

M: n=M.V n = gr/Mr

n = 1M . 0,02L n = 0,5g/65

n = 0,02 mol n = 0,008 mol

B: 0,008 mol 0,008 mol

S: 0,012 mol -

Q6 −810 J
∆Hr = = = - 101.250 J/mol
mol pembatas 0,008 mol

Percobaan 3

Diketahui m HCl = 15 g

m NaOH = 15 g

T5 = 32ᵒC = 305 K

T6 = 33ᵒC = 306 K

Ditanya ∆Hn = ...

Jawab

Q7 = m . c . (T6 – T5)

= 30 g . 3,69 J/gK . (306-305) K

= 110,7 J
Q8 = K . (T6 – T5)

= 42 J/K . (306-305) K

= 42 J

Q9 = - (Q7 + Q8) = - (110,7 + 42) J = - 152,7 J

Reaksi :

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

M: n=M.V n = M. V

n = 1M . 0,015L n = 1M . 0,015L

n = 0,015 mol n = 0,015 mol

B: 0,015 mol 0,015mol

S: - -

Q9 −152,7 J
∆Hn = = = - 10.180 J/mol
mol pembatas 0,015mol
Daftar Pustaka

Chang, Raymond . 2003 . Kimia Dasae edisi Ketiga Jilid 2 . Jakarta : Erlangga

Oxytoby, Gillis . 2001 . Prinsip-Prinsip Kimia Modern edisi Keempat Jilid 1 .


Jakarta: Erlangga

Paramudyo B, Muniroch . 2010 . Kimia SMA . Jakarta : PT Kawasan Pustaka

Perruci, Ralph . 1987 . Kimia Dasar edisi Keempat . Bogor : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai