Anda di halaman 1dari 9

A.

JUDUL PERCOBAAN : Titrasi Pengompleksan dan Aplikasinya


dalam Penentuan Kesadahan Total Air
Sumur

B. HARI, TANGGAL PERCOBAAN : Kamis, 22 November 2018 Pukul


07.00 WIB – 09.00 WIB

C. TUJAN PERCOBAAN :

1. Menentukan (standarisasi) larutan Na-EDTA ± 0,01M dengan CaCl2

2. Menentukan kesadahan total air sumur / air PDAM

D. TINJAUAN PUSTAKA

E. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Buret 50 ml 1 buah
2. Pipet Volume 10 ml 1 buah
3. Propipet 1 buah
4. Erlenmeyer 250 ml 3 buah
5. Statif dan Klem 1 set
6. Labu Ukur 100 ml + tutup 1 buah
7. Gelas Kimia 1 buah
8. Spatula 1 buah
9. Tabung Vial 1 buah
10. Neraca Analitik 1 buah
11. Corong Kaca 1 buah
12. Gelas Ukur 10 ml 1 buah
13. Pipet Tetes 4 buah
b. Bahan
1. Aquades secukupnya
2. Indikator EBT secukupnya
3. Larutan buffer pH 10 4ml
4. Larutan HCl secukupnya
5. Larutan Na-EDTA secukupnya
6. Serbuk CaCO3 0.081 gram
7. Air PDAM / Sumur 25ml

F. ALUR PERCOBAAN
1. Penentuan standarisasi larutan Na-EDTA ± 0,01M dengan CaCl2

± 0,081 gram CaCO3 P.a


1. Ditimbang dengan teliti
2. Dipindahkan ke dalam labu ukur 100ml menggunakan air ± 10ml
3. Ditambahkan larutan HCl 1:1 setetes demi setetes sampai gelagak
yang terjadi/endapan larut
4. Diencerkan dengan air sampai tanda batas
5. Dikocok sampai homogeny

Larutan CaCl2 ± 0,01M


6. Dipipet dengan pipet seukuran 10ml larutan CaCl2
7. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 300ml
8. Ditambah 2ml larutan buffer pH 10
9. Ditambah 5 tetes indikator EBT

Larutan berwarna biru


10. Dititrasi dengan larutan Na-EDTA 0,01M
11. Dihentikan titrasi pada saat terjadi perubahan warna

Larutan berwarna biru


12. Dicatat volume larutan Na-EDTA yang digunakan titrasi
13. Dihitung konsentrasi larutan Na-EDTA
14. Diulangi titrasi hingga 3 kali

Kosentrasi larutan Na-EDTA


2. Penentuan Kesadahan Total Air PDAM / sumur

25 ml sampel air PDAM


1. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
2. Ditambahkan 2ml larutan buffer pH 10
3. Ditambahkan 2 tetes indikator EBT

Larutan berwarna merah anggur


4. Dititrasi dengan larutan-larutan EDTA standar sampai sampai
larutan mulai biru (tepat sampai warna merah hilang)

Larutan berwarna biru (setelah warna merah hilang)


5. Dihitung kesadahan total dalam garam C2CO3 perliter
6. Diulangi percobaan hingga 3 kali

Kesadahan total air PDAM

Reaksi:
1. CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)
2. H2In-(aq) + Ca2+ → CaIn-(aq) + 2H+
3. CaIn- + H2Y2- → C2H2Y + In3-
4. Na2 EDTA(s) + H2O(l) → Na2EDTA(aq)
5. Mg2+ + HIn2- → MgIn- + H+
6. MgIn- + H2Y2- → HIn- + H+ + MgY2- (Underwood, 2002: 213)
G. LAPORAN SEMENTARA
No. Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
1. Standarisasi Larutan Na-EDTA 0,01 N Sebelum Sesudah
menggunakan arutan CaCl2 CaCo3 serbuk CaCo3 + CaCO3 (s) + 2HCl (aq) Konsentrasi rata-rata
± 0,081 gram CaCO3 P.a
berwarna putih aquades : → CaCl2 aq) + CO2 (g) + larutan Na-EDTA
larutan; H2O (l) sebesar 0.0097 M
1. Ditimbang dengan teliti HCl pekat berwarna putih
2. Dipindahkan ke dalam labu ukur 100ml larutan tidak keruh; ada Penambahan indikator:
menggunakan air ± 10ml
3. Ditambahkan larutan HCl 1:1 setetes demi berwarna; endapan Ca2+ (aq) + HIn2- (aq)
setetes sampai gelagak yang terjadi/endapan berbau berwarna putih (ungu) → CaIn- (merah
larut menyengat anggur) + H+
4. Diencerkan dengan air sampai tanda batas Larutan CaCl2
5. Dikocok sampai homogeny Aquades cairan + HCl pekat Titrasi dengan Na-EDTA
Larutan CaCl2 ± 0,01M tak berwarna Larutan; tak :
berwarna; tidak
6. Dipipet dengan pipet seukuran 10ml larutan Larutan buffer ada endapan; Ca2+ (aq) + Y4- (aq) →
CaCl2 pH 10 larutan berbau CaY2- (aq)
7. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 300ml tidak berwarna; menyengat
8. Ditambah 2ml larutan buffer pH 10
9. Ditambah 5 tetes indikator EBT berbau HCl yang CaIn- (aq) (merah
menyengat digunakan anggur) + H2Y2- (aq) →
Larutan berwarna biru sebanyak 20 CaH2Y (aq) + In3- (aq)
Indikator EBT tetes (biru)
10. Dititrasi dengan larutan Na-EDTA 0,01M larutan;
11. Dihentikan titrasi pada saat terjadi perubahan
warna berwaarna ungu Larutan CaCl2
+ lar buffer pH
Larutan berwarna biru 10 : larutan tak
berwarna
12. Dicatat volume larutan Na-EDTA yang
digunakan titrasi
Larutan CaCl2
13. Dihitung konsentrasi larutan Na-EDTA + lar buffer pH
14. Diulangi titrasi hingga 3 kali
10 + indikator
Kosentrasi larutan Na-EDTA
EBT : larutan;
berwarna merah
anggur

Titrasi CaCl2
dengan Na-
EDTA :
Larutan;
berwarna biru

Volume Na-
EDTA yang
digunakan
V1 = 7 mL
V2 = 7,1 mL
V3 = 6,8 mL
2. Menentukan Kesadahan Total Air Sumur Air sumur : Air sumur + lar Penambahan indikator: Kesadahan total air
cair; berwarna buffer pH 10 : Ca2+ (aq) + HIn2- (aq) sumur sebesar
25 ml sampel air PDAM
keruh larutan; tak (ungu) → CaIn- ungu
1. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer
berwarna; kehitaman + H+
2. Ditambahkan 2ml larutan buffer pH 10 Larutan buffer berbau
3. Ditambahkan 2 tetes indikator EBT pH 10 larutan menyengat Mg2+ (aq) + HIn2- (aq)
tidak berwarna; ungu → MgIn- (aq) ungu
Larutan berwarna merah anggur berbau Air sumur + kehitaman + H+
menyengat indikator EBT :
larutan; Titrasi dengan Na-EDTA
4. Dititrasi dengan larutan-larutan EDTA Indikator EBT berwarna ungu :
standar sampai sampai larutan mulai biru
(tepat sampai warna merah hilang)
larutan; kehitaman
berwaarna ungu Ca2+ (aq) + Y4- (aq) →
Larutan berwarna biru Air sumur CaY2- (aq)
Larutan Na- dititrasi dengan
5. Dihitung kesadahan total dalam garam EDTA : larutan larutan Na- Mg2+ (aq) + Y4- (aq) →
C2CO3 perliter
6. Diulangi percobaan hingga 3 kali
tak berwarna EDTA : larutan CaY2- (aq)
berwarna biru
CaIn- (aq) (ungu
Kesadahan total air PDAM
Volume Na- kehitaman) + H2Y2- (aq)
EDTA yang → CaH2Y (aq) + In3- (aq)
digunakan (biru)
V1 = 7,8 mL
V2 = 7,3 mL MgIn- (aq) (ungu
V3 = 7,0 mL kehitaman) + H2Y2- →
In3- (aq) (biru) + MgH2Y
(aq)

Sesuai PERMENKES RI
Tahun 2010, batas
kesadahan total air bersih
yaitu sebesar 500 gr/L
CaCO3
H. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1. Menentukan (standarisasi) larutan Na-EDTA 0,01 N menggunakan


larutan CaCl2.

Pada praktikum yang berjudul Titrasi Pengompleksan dan Aplikasinya


dalam Penentuan Kesadahan Total Air Sumur, kegiatan yang pertama dilakukan
adalan menentukan (standarisasi) larutan Na-EDTA 0,01 N menggunakan larutan
CaCl2. Sebanyak 0,081 gram CaCo3 pa serbuk ditimbang dengan teliti
menggunakan neraca analitis. Serbuk CaCO3 pa kemudian dimasukkan ke dalam
labu ukur 100 mL dan ditambah aquades sebanyak 10 mL. Larutan yang terbentuk
berwarna putih keruh dan terdapat endapan putih. Larutan tersebut kemudian
ditambahkan dengan HCl pekat 1:1 tetes demi tetes sampai endapan dalam larutan
hilang dan larutan menjadi tidak berwarna. Penambahan HCl ini dilakukan di
lemari asam. Endapan dalam larutan hilang (larut) dengan larutan HCl sebanyak 20
tetes. Fungsi penambahan HCl pekat 1:1 ini adalah untuk membantu melarutkan
CaCO3 yang tidak dapat larut dalam air. Larutan kemudian diencerkan dengan
penambahan aquades hingga mencapai tanda batas labu ukur 100 mL dan dikocok
hingga larutan homogen. Larutan yang terbentuk adalah larutan CaCl2 0,01 M.
Reaksi yang terjadi :

CaCO3 (s) + 2HCl (aq) → CaCl2 aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Larutan CaCl2 yang terbentuk kemudian diambil sebanyak 10 mL menggunakan
pipet gondok dan dimasukkan erlenmeyer 250 mL. Kemudian ditambahan larutan
buffer pH 10 sebanyak 2 mL. Pada penambahan larutan buffer pH 10 ini tidak
terjadi perubahan pada larutan, namun larutan menjadi berbau menyengat.
Penambahan larutan buffer pH 10 ini berfungsi untuk menyangga pH larutan
sehingga logam-logam alkali dan alkali tanah dapat bereaksi dengan EDTA. Jika
pH kurang dari 10 maka kalsium akan membentuk kompleks yang tidak stabil
dengan EDTA dan jika pH lebih besar dari 10 maka akan terbentuk endapan
hidroksi Ca(OH)2 yang dapat memperlambat kerja EDTA. Larutan pada erlenmeyer
kemudian ditambahkan dengan indikator EBT sebanyak 5 tetes sehingga larutan
berwarna merah anggur. Larutan pada erlenmeyer dititrasi dengan larutan Na-
EDTA yang sebelumnya telah dimasukkan ke dalam buret 50 mL. Larutan dititrasi
hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru gelap. Perubahan
warna ini terjadi karena ketika indikator ditambahkan ke dalam larutan yang
mengandung ion logam, ia akan segera membentuk ion kompleks. Akibatnya, larutan
akan berubah warna sesuai dengan warna indikator tersebut dalam bentuk ion
kompleksnya, yaitu merah anggur. Reaksi yang terjadi :
Ca2+ (aq) + HIn2- (aq) (ungu) → CaIn- (aq) (merah anggur) + H+(aq)
Pada saat dititrasi dengan Na-EDTA, mula-mula akan bereaksi dengan kation logam
yang masih berada dalam keadaan bebas membentuk senyawa kompleks :
Ca2+ (aq) + Y4- (aq) → CaY2- (aq)
Setelah seluruh kation logam yang ada dalam larutan habis bereaksi dengan Na-EDTA,
Na-EDTA yang ditambahkan akan mengambil kation logam yang terikat pada
indikator. Ketika indikator kehilangan kation logamnya, larutan akan berubah warna
sesuai dengan warna indikator tersebut dalam keadaan bebas.
CaIn- (aq) (merah anggur) + H2Y2- (aq) → CaH2Y (aq) + In3- (aq) (biru)

Setelah itu, titrasi dihentikan dan dicatat volume larutan Na-EDTA yang digunakan.
Titrasi diulangi sebanyak tiga kali. Pada percobaan pertama, volume larutan Na-
EDTA yang dukanakan sebesar 7,0 mL dengan larutan berwarna biru gelap,
percobaan kedua sebanyak 7,1 mL dengan larutan berwarna biru, dan percobaan
ketiga sebanyak 6,8mL dengan larutan berwarna biru gelap. Berdasarkan volume
larutan Na-EDTA yang diperoleh, dapat dihitung konsentrasi larutan Na-EDTA
yaitu sebesar 0,0097 M

2. Menentukan Kesadahan Total Air Sumur


Sebanyak 25 mL sampel air sumur dimasukkan ke dalam erlenmeer 250 mL
kemudian ditambahkan larutan buffer pH 10. Hal ini menyebabkan larutan menjadi
bebau menyengat. Kemudian ditambahkan tiga tetes larutan indikator EBT
berwarna ungu. Indikator EBT dipilih dalam penentuan kesadahan total air
dikarenakan BT dipilih sebagai indikator karena konstanta kestabilan Ca-EBT <
kestabilan Ca-EDTA dan perubahan warnanya lebih jelas terlihat karena berubah
dari merah anggur menjadi biru jelas. Perubahan warna pada larutan sampel air
sumur dari berwarna sedikit keruh menjadi berwarna ungu kehitaman. Reaksi yang
terjadi :
Ca2+ (aq) + HIn2- (aq) (ungu) → CaIn- (aq) (merah anggur) + H+(aq)
Larutan sampel air sumur kemudian dititrasi dengan larutan Na-EDTA yang telah
distandarisasi membentuk senyawa kompleks :
Ca2+ (aq) + Y4- (aq) → CaY2- (aq)
Pada titik akhir titrasi, terjadi perubahan warna larutan dari ungu kehitaman
menjadi biru. Hal ini terjadi karena reaksi antara larutan Na-EDTA dengan
indikator :
CaIn- (aq) (merah anggur) + H2Y2- (aq) → CaH2Y (aq) + In3- (aq) (biru)

Titrasi dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan volume larutan Na-EDTA
berturut turut 7,8 mL; 7,3 mL; dan 7,0 mL yang masing-masing menghasilkan
larutan berwarna biru. Dari volume yang didapat, dapat dihitung kesadahan total air
yaitu sebesar. PERMENKES RI Tahun 2010 menjelaskan bahwa ambang batas
kesadahan air bersih yaitu sebesar 500 mg/L CaCO3

I. DISKUSI
Pada percobaan kedua yaitu penentuan kesadahan total air sumur, saat
penambahan larutan sampel air sumur dengan indikator EBT, larutan berubah
warna menjadi ungu kehitaman. Hal ini tidak sesuai teori yang seharusnya berwarna
merah anggur. Ini terjadi karena kemungkinan air sumur memiliki kesadahan yang
cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan dibutuhkannya larutan Na-EDTA sekitar 7
mL agar dapat terjadi perubahan warna larutan menjadi biru.

J. DAFTAR PUSTAKA

K. LAMPIRAN

Lampiran Foto

Lampiran Perhitungan

Anda mungkin juga menyukai