D. Tinjauan pustaka
Pengertian Titrasi
Salah satu penerapan tetapan kesetimbangan ionisasi adalah dalam
titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa nilai tetapan kesetimbangan
ionisasi digunakan tolok ukur dalam penentuan pH larutan yang dari
tercapainya titik ekuivalen. Titik ekuivalen atau titik akhir teoritis adalah
saat banyaknya asam atau basa tepat setara secara stoikhiometri dengan
banyaknya basa atau asam yang terdapat dalam larutan.
Asam dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna menjadi ion-
ionnya. Asam kuat terurai menjadi ion Hidronium (H3O+ ) dan basa
konjugatnya. Basa kuat dalam air akan terurai menjadi ion Hidroksida
(OH-) dan asam konjugatnya. Titrasi asam dan basa kuat pada dasarnya
merupakan reaksi penetralan sehingga titik ekuivalen tercapai jika pH
larutan sama dengan pH air murni yaitu 7
Titik ekuivalen reaksi asam kuat dan basa kuat pada dasarnya
merupakan reaksi ion hidronium dan ion hidroksida
H3O+ (aq) + OH- (aq) —→ H2O(l)
pH = pOH = 7
Titrasi asam kuat dengan basa lemah, asam kuat akan terionisasi
dengan sempurna sedangkan basa lemah terionisasi sebagian. Pada titik
ekuivalen akan terdapat campuran asam dan basa Bronsted Lowry namun
asam yang ada relatif lebih kuat dibanding dengan basanya. Sehingga
larutan akan cenderung bersifat asam atau pH < 7
Contoh : HCl(aq) + H2O(l) —→ H3O+(aq) + Cl- (aq) (asam kuat)
Asam 1 basa 2 asam 2 basa 2
NH3(aq) + H2O(l) —→ NH4+ (aq) + OH-(aq) (basa lemah)
Basa 2 asam 1 asam 2 basa 1
Sedangkan pada titrasi asam lemah dengan basa kuat dapat
dipastikan bahwa pH larutan pada titik ekuivalen akan > 7.
Untuk mengetahui tercapainya titik ekuivalen dapat dilakukan
dengan mengetahui pH meter, potensiometer atau dengan suatu zat
penunjuk yang dinamakan dengan indikator pH. Indikator pH adalah asam
lemah atau basa lemah organik yang menunjukan perubahan warna pada
pH tertentu. Kisran perubahan warna indikator biasanya berkisar 2 skala
pH. Oleh karena itu, kisaran pH tidak terletak pada yang sama, maka
dalam memilih indikator dalam titrasi asam basa harus disesuaikan dengan
pH saat tercapainya titik ekuivalen.
Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar
diatas. pH sebelum NaOH =1, Setelah penambahan 10 ml NaOH pH
menjadi 1,37. Penambahan 25 ml NaOH pH = 7, karena terjadi titik
ekuivalen yang menyebabkan larutan garam NaCl bersifat netral.
Penambahan 26 ml NaOH berubah drastic menjadi 11,29. Garam NaCl
yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat yang merupakan elektrolit
kuat tidak akan terhidrolisis, karena larutannya bersifat netral (pH=7).
Contoh : NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
Na+(aq) + H2O(l) →
Cl- (aq) + H2O(l) →
b. Titrasi Asam Kuat dengan Basa Lemah
Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NH3 0,1 M (Kb = 10-5).
Reaksinya sebagai berikut:
HCl(aq) + NH3(aq) ---->NH4Cl(aq)
Sebelum penambahan NH3, pH =1, setelah penambahan 10 ml NH3, pH
=1,37, penambahan 25 ml NH3, pH=5,15 yang merupakan titik ekuivalen.
Penambahan 26 ml NH3, pH berubah sedikit, yaitu 6,1.
NH4Cl(aq) → NH4(aq) + Cl-
Cl-(aq) + H2O(l) →
Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan
volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
Ket: N = Normalitas
n = jumlah ion H+ (pada asam) dan ion OH-
V = Volume (pada basa)
M = Molaritas
E. Alat dan Bahan
Alat
Labu erlenmeyer 250 mL 3 buah
Statif dan Klem 1 buah
Buret 1 buah
Pipet tetes 2 buah
Gelas ukur 1 buah
Gelas kimia 100 mL 2 buah
Corong 1 buah
Bahan
NaCl 0,1 M
C2H2O4 0,1 M
HCl 0,1M
Indikator BTB
Aquades
Ekstrak tumbuhan (bunga sepatu)
F. Alur percobaan
Percobaan 1:
C2H2O4 0,1 M
Masukan larutan NaOH 0,1 M sampai melebihi skala nol
Tambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat
Tambahkan 4 tetes
Catat keadaan kolam dalam buret
Tetesi NaOH
Catat volume NaOH
Ulangi 3x dan hitung konsentrasi NaOH
Hasil
Percobaan 2:
NaOH 0,1 M
Dimasukkan ke buret dengan corong
10 mL 0,1 M dimasukan ke erlenmeyer
Ditambah 2 tetes indikator universal
NaOH dari buret diteteskan ke larutan HCl
Catat volume NaOH
Ulangi sebanyak 3x
Hitung konsumsi HCl
Hasil
Percobaan 3:
NaOH 0,1 M
Hasil
H. Analisis dan Pembahasan
Percobaan kedua yaitu melakukan titrasi antara larutan asam kuat HCl
dengan larutan basa kuat NaOH. Larutan baku yang digunakan pada percobaan ini
adalah NaOH. Mula-mula larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya
dimasukkan ke dalam buret hingga melebihi skala nol. Kemudian sebanyak 10mL
larutan HCl yang belum diketahui konsentrasinya dimasukkan ke dalam
erlenmenyer dan ditambahakan sebanyak dua tetes indikator Bromtymol Blue.
Ketika penambahan BTB pada larutan HCl terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi jingga. Hal ini menunjukkan bahwa larutan HCl bersifat asam.
Setelah, larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan menetesi NaOH hingga terjadi
perbahan warna. Pada pengulangan pertama, perubahan warna terjadi ketika
NaOH yang diteteskan mencapai volume 8,8 mL. Pada pengulangan kedua,
volume NaOH mencapai 9 mL dan pada pengulangan ketiga volume NaOH
sebanyak 8,9 mL. Perubahan warna yang terjadi merupakan titik akhir titrasi.
Perubahan warna larutan dari jingga menjadi biru kehijauan menunjukkan bahwa
larutan garam yang dihasilkan bersifat netral. Pada percobaan ini terjadi reaksi
penetralan yang sesuai dengan reaksi berikut:
Percobaan ketiga yaitu melakukan titrasi antara larutan asam kuat HCl
dengan larutan basa kuat NaOH. Larutan baku yang digunakan pada percobaan ini
adalah NaOH. Mula-mula larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya
dimasukkan ke dalam buret hingga melebihi skala nol. Kemudian sebanyak 10mL
larutan HCl yang belum diketahui konsentrasinya dimasukkan ke dalam
erlenmenyer dan ditambahakan sebanyak dua tetes indikator alami yakni ekstrak
bunga sepatu. Bunga sepatu sebelumnya telah diekstrak dengan menumbuk
mahkota bunganya dan ditambahkan dengan etanol. Fungsi etanol disni adalah
sebagai pelarut dalam proses ekstraksi dan untuk memunculkan warna dari bunga
sepatu agar tidak pudar. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa antosianin
pada bunga sepatu memiliki struktur yang mirip dengan struktur etanol sehingga
lebih cocock digunakan sebagai pelarut daripada air.
Bunga sepatu sebagai indikator alami akan berwarna merah pada larutan asam,
hijau pada larutan basa, dan tak berwarna pada larutan netral. Ketika penambahan
indikator ekstrak bunga sepatu pada larutan HCl terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan HCl bersifat
asam. Setelah, larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan menetesi NaOH hingga
terjadi perbahan warna. Pada pengulangan pertama, perubahan warna terjadi
ketika NaOH yang diteteskan mencapai volume 8,5 mL. Pada pengulangan kedua,
volume NaOH mencapai 9 mL dan pada pengulangan ketiga volume NaOH
sebanyak 8,5 mL. Perubahan warna yang terjadi merupakan titik akhir titrasi.
Perubahan warna larutan dari merah muda menjadi tak berwarna menunjukkan
bahwa larutan garam yang dihasilkan bersifat netral. Pada percobaan ini terjadi
reaksi penetralan yang sesuai dengan reaksi berikut:
I. Kesimpulan
Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan :
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan
indikator BTB?
2. Apa perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir titrasi ?
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer,
larutan baku sekunder, larutan baku tersier?
Jawaban:
2. Titik ekuivalen adalah titik yang dicapai pada saat mol ekivalen larutan
yang dititrasi (titrant) sama dengan mol ekivalen larutan yang
digunakan untuk me-nitrasi (titer). Sedangkan titik akhir titrasi adalah
suatu keadaan dimana titik ekuivalen sudah tercapai, akan tetapi jumlah
titer terus ditambah sehingga kelebihan titer tersebut akan bereaksi
dengan indikator. Reaksi antara titer dan indikator menyebabkan
perubahan warna pada indikator (sebagai tanda tercapainya titik akhir
titrasi)
Tim Kimia Dasar . 2015 . Petunjuk Kimia Dasar . Surabaya : Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Surabaya