Anda di halaman 1dari 21

A.

Judul Praktikum : Titrasi Asam Basa


B. Hari, Tanggal Praktikum : Kamis, 23 November 2017
Waktu Praktikum : Pukul 13.00 – 16.00 WIB
C. Tujuan Praktikum :
1. Menentukan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku Asam
Oksalat
2. Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

D. Tinjauan pustaka
 Pengertian Titrasi
Salah satu penerapan tetapan kesetimbangan ionisasi adalah dalam
titrasi asam basa. Dalam titrasi asam basa nilai tetapan kesetimbangan
ionisasi digunakan tolok ukur dalam penentuan pH larutan yang dari
tercapainya titik ekuivalen. Titik ekuivalen atau titik akhir teoritis adalah
saat banyaknya asam atau basa tepat setara secara stoikhiometri dengan
banyaknya basa atau asam yang terdapat dalam larutan.
Asam dan basa kuat dalam air akan terurai sempurna menjadi ion-
ionnya. Asam kuat terurai menjadi ion Hidronium (H3O+ ) dan basa
konjugatnya. Basa kuat dalam air akan terurai menjadi ion Hidroksida
(OH-) dan asam konjugatnya. Titrasi asam dan basa kuat pada dasarnya
merupakan reaksi penetralan sehingga titik ekuivalen tercapai jika pH
larutan sama dengan pH air murni yaitu 7
Titik ekuivalen reaksi asam kuat dan basa kuat pada dasarnya
merupakan reaksi ion hidronium dan ion hidroksida
H3O+ (aq) + OH- (aq) —→ H2O(l)
pH = pOH = 7
Titrasi asam kuat dengan basa lemah, asam kuat akan terionisasi
dengan sempurna sedangkan basa lemah terionisasi sebagian. Pada titik
ekuivalen akan terdapat campuran asam dan basa Bronsted Lowry namun
asam yang ada relatif lebih kuat dibanding dengan basanya. Sehingga
larutan akan cenderung bersifat asam atau pH < 7
Contoh : HCl(aq) + H2O(l) —→ H3O+(aq) + Cl- (aq) (asam kuat)
Asam 1 basa 2 asam 2 basa 2
NH3(aq) + H2O(l) —→ NH4+ (aq) + OH-(aq) (basa lemah)
Basa 2 asam 1 asam 2 basa 1
Sedangkan pada titrasi asam lemah dengan basa kuat dapat
dipastikan bahwa pH larutan pada titik ekuivalen akan > 7.
Untuk mengetahui tercapainya titik ekuivalen dapat dilakukan
dengan mengetahui pH meter, potensiometer atau dengan suatu zat
penunjuk yang dinamakan dengan indikator pH. Indikator pH adalah asam
lemah atau basa lemah organik yang menunjukan perubahan warna pada
pH tertentu. Kisran perubahan warna indikator biasanya berkisar 2 skala
pH. Oleh karena itu, kisaran pH tidak terletak pada yang sama, maka
dalam memilih indikator dalam titrasi asam basa harus disesuaikan dengan
pH saat tercapainya titik ekuivalen.

 Indikator Titrasi Asam Basa


 Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
a. Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat
Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang
terjadi sebagai berikut :
HCl(aq) + NaOH(aq) ---->NaCl(aq) + H2O(aq)

Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar
diatas. pH sebelum NaOH =1, Setelah penambahan 10 ml NaOH pH
menjadi 1,37. Penambahan 25 ml NaOH pH = 7, karena terjadi titik
ekuivalen yang menyebabkan larutan garam NaCl bersifat netral.
Penambahan 26 ml NaOH berubah drastic menjadi 11,29. Garam NaCl
yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat yang merupakan elektrolit
kuat tidak akan terhidrolisis, karena larutannya bersifat netral (pH=7).
Contoh : NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq)
 Na+(aq) + H2O(l) →
Cl- (aq) + H2O(l) →
b. Titrasi Asam Kuat dengan Basa Lemah
Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NH3 0,1 M (Kb = 10-5).
Reaksinya sebagai berikut:
HCl(aq) + NH3(aq) ---->NH4Cl(aq)
Sebelum penambahan NH3, pH =1, setelah penambahan 10 ml NH3, pH
=1,37, penambahan 25 ml NH3, pH=5,15 yang merupakan titik ekuivalen.
Penambahan 26 ml NH3, pH berubah sedikit, yaitu 6,1.

Penambahan sedikit basa maka pH garam hamper tidak


berubah, sehingga merupakan larutan penyangga. Titik ekuivalen terjadi
pada pH<7,>karena garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian
yang bersifat asam.

NH4Cl(aq) → NH4(aq) + Cl-

NH4+(aq) + H2O(l) → NH4OH(aq) + H+(aq)

Cl-(aq) + H2O(l) →

c. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat


Reaksi antara 25 ml HC2H3O2 0,1 M (Ka= 1,74.10-5) dengan NaOH
0,1 M.
Reaksi : HC2H3O2(aq) +NaOH(aq) ---> C2H3O2Na(aq) + H2O(l)
Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,58, penambahan 25 ml
terjadi titik ekuivalen. Pada pH = 8,72. Penambahan 26 ml NaOH pH
=10,29. Pada grafik diatas, penambahan sedikit basa, maka pH akan naik
sedikit, sehingga termasuk larutan penyangga. Titik ekuivalen diperoleh
pada pH >7. Hal itu disebabkan garam yang terbentuk mengalami hidrolisis
sebagian yang bersifat basa.
C2H3O2Na(aq) → CH3COO-(aq) + Na+(aq)
C2H3O2(aq) + H2O(l) → C2H3O2H(aq) + OH-(aq)
Na+(aq) + H2O(l) →

d. Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah


Contoh yang biasa untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah
adalah asam etanoat danamonia
CH3COOH (aq) + NH3(aq) --->CH3COONH4 (aq)
Hal ini juga terjadi karena keduanya bersifat lemah - pada kasus tersebut,
titik ekivalen kira-kira terletak pada pH 7.
Gambar ini hanyalah penggabungan gambar yang telah anda lihat. Sebelum
titik ekivalen sama seperti kasus amonia - HCl. Setelah titik ekivalen
seperti bagian akhir kurva asam etanoat - NaOH.
Perhatian bahwa kurva tersebut sedikit tidak curam pada gambar ini.
Malahan, terdapat sesuatu yang dikenal dengan "titik infleksi". Kecuraman
yang berkurang berarti bahwa sulit melakukan titrasi antara asam lemah vs
basa lemah.

 Rumus Umum Titrasi


Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan
mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:

Mol ekuivalen asam = mol – ekuivalen basa

Mol ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan
volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:

N asam . V asam = N basa . V basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara Molaritas (M) dengan


jumlah ion H+ pada basa sehingga menjadi

(n M asam) . V asam = (n. M basa) . V basa

Ket: N = Normalitas
n = jumlah ion H+ (pada asam) dan ion OH-
V = Volume (pada basa)
M = Molaritas
E. Alat dan Bahan
 Alat
Labu erlenmeyer 250 mL 3 buah
Statif dan Klem 1 buah
Buret 1 buah
Pipet tetes 2 buah
Gelas ukur 1 buah
Gelas kimia 100 mL 2 buah
Corong 1 buah

 Bahan

NaCl 0,1 M
C2H2O4 0,1 M
HCl 0,1M
Indikator BTB
Aquades
Ekstrak tumbuhan (bunga sepatu)
F. Alur percobaan
Percobaan 1:

C2H2O4 0,1 M
 Masukan larutan NaOH 0,1 M sampai melebihi skala nol
 Tambahkan 10 mL larutan baku asam oksalat
 Tambahkan 4 tetes
 Catat keadaan kolam dalam buret
 Tetesi NaOH
 Catat volume NaOH
 Ulangi 3x dan hitung konsentrasi NaOH

Hasil

Percobaan 2:

NaOH 0,1 M
 Dimasukkan ke buret dengan corong
 10 mL 0,1 M dimasukan ke erlenmeyer
 Ditambah 2 tetes indikator universal
 NaOH dari buret diteteskan ke larutan HCl
 Catat volume NaOH
 Ulangi sebanyak 3x
 Hitung konsumsi HCl

Hasil
Percobaan 3:

NaOH 0,1 M

 Masukan ke dalam erlenmeyer


 Masukan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya
 Tambahkan 10 mL HCl
 Lakukan percobaan sebanyak 3x, tentukan konsentrasi HCl
 Penentuan konsentrasi dengan indikator ekstrak tumbuhan

Hasil
H. Analisis dan Pembahasan

Percobaan pertama yaitu melakukan titrasi antara larutan baku asam


oksalat C2H2O4 dengan larutan basa kuat NaOH. Mula-mula larutan NaOH yang
belum diketahui konsentrasinya dimasukkan ke dalam bueret hingga melebihi
skala nol. Kemudian sebanyak 10mL larutan baku asam oksalat C 2H2O4 0,5M
dimasukkan ke dalam erlenmenyer dan ditambahakan sebanyak dua tetes
indikator Bromtymol Blue. Larutan baku disini maksudnya adalah larutan yang
telah diketahui konsentrasinya. Ketika penambahan BTB pada larutan C2H2O4
terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi jingga. Hal ini menunjukkan
bahwa larutan C2H2O4 bersifat asam. Setelah, larutan dalam erlenmeyer dititrasi
dengan menetesi NaOH hingga terjadi perbahan warna. Pada pengulangan
pertama, perubahan warna terjadi ketika NaOH yang diteteskan mencapai volume
15mL. Pada pengulangan kedua, volume NaOH mencapai 14,8 mL dan pada
pengulangan ketiga volume NaOH juga sebanyak 14,8 mL. Perubahan warna
yang terjadi merupakan titik akhir titrasi. Perubahan warna larutan dari jingga
menjadi biru keunguan menunjukkan bahwa larutan garam yang dihasilkan
bersifat basa. Pada percobaan ini terjadi reaksi penetralan yang sesuai dengan
reaksi berikut:

C2H2O4(aq) + NaOH(aq) NaC2O4(aq) + H2O(l)

Dengan demikian, konsentrasi larutan NaOH bisa dihitung menggunakan


persamaan M1 V1 n1 = M 2 V 2 dan didapatkan rata-rata konsentrasi NaOH
sebesar 0,67M.n2

Percobaan kedua yaitu melakukan titrasi antara larutan asam kuat HCl
dengan larutan basa kuat NaOH. Larutan baku yang digunakan pada percobaan ini
adalah NaOH. Mula-mula larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya
dimasukkan ke dalam buret hingga melebihi skala nol. Kemudian sebanyak 10mL
larutan HCl yang belum diketahui konsentrasinya dimasukkan ke dalam
erlenmenyer dan ditambahakan sebanyak dua tetes indikator Bromtymol Blue.
Ketika penambahan BTB pada larutan HCl terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi jingga. Hal ini menunjukkan bahwa larutan HCl bersifat asam.
Setelah, larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan menetesi NaOH hingga terjadi
perbahan warna. Pada pengulangan pertama, perubahan warna terjadi ketika
NaOH yang diteteskan mencapai volume 8,8 mL. Pada pengulangan kedua,
volume NaOH mencapai 9 mL dan pada pengulangan ketiga volume NaOH
sebanyak 8,9 mL. Perubahan warna yang terjadi merupakan titik akhir titrasi.
Perubahan warna larutan dari jingga menjadi biru kehijauan menunjukkan bahwa
larutan garam yang dihasilkan bersifat netral. Pada percobaan ini terjadi reaksi
penetralan yang sesuai dengan reaksi berikut:

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Konsentrasi HCl dapat dihitung menggunakan rumus M1 V1 n1 = M 2 V 2 n2 dan


didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,59 M.

Percobaan ketiga yaitu melakukan titrasi antara larutan asam kuat HCl
dengan larutan basa kuat NaOH. Larutan baku yang digunakan pada percobaan ini
adalah NaOH. Mula-mula larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya
dimasukkan ke dalam buret hingga melebihi skala nol. Kemudian sebanyak 10mL
larutan HCl yang belum diketahui konsentrasinya dimasukkan ke dalam
erlenmenyer dan ditambahakan sebanyak dua tetes indikator alami yakni ekstrak
bunga sepatu. Bunga sepatu sebelumnya telah diekstrak dengan menumbuk
mahkota bunganya dan ditambahkan dengan etanol. Fungsi etanol disni adalah
sebagai pelarut dalam proses ekstraksi dan untuk memunculkan warna dari bunga
sepatu agar tidak pudar. Hal ini disebabkan karena kandungan senyawa antosianin
pada bunga sepatu memiliki struktur yang mirip dengan struktur etanol sehingga
lebih cocock digunakan sebagai pelarut daripada air.

Struktur etanol sturktur senyawa antosianin

Bunga sepatu sebagai indikator alami akan berwarna merah pada larutan asam,
hijau pada larutan basa, dan tak berwarna pada larutan netral. Ketika penambahan
indikator ekstrak bunga sepatu pada larutan HCl terjadi perubahan warna dari tak
berwarna menjadi merah muda. Hal ini menunjukkan bahwa larutan HCl bersifat
asam. Setelah, larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan menetesi NaOH hingga
terjadi perbahan warna. Pada pengulangan pertama, perubahan warna terjadi
ketika NaOH yang diteteskan mencapai volume 8,5 mL. Pada pengulangan kedua,
volume NaOH mencapai 9 mL dan pada pengulangan ketiga volume NaOH
sebanyak 8,5 mL. Perubahan warna yang terjadi merupakan titik akhir titrasi.
Perubahan warna larutan dari merah muda menjadi tak berwarna menunjukkan
bahwa larutan garam yang dihasilkan bersifat netral. Pada percobaan ini terjadi
reaksi penetralan yang sesuai dengan reaksi berikut:

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Konsentrasi HCl dapat dihitung menggunakan rumus M1 V1 n1 = M 2 V 2 n2 dan


didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,57 M.

I. Kesimpulan

1. Melalui titrasi larutan asam oksalat dengan larutan NaOH didapatkan


konsentrasi larutan NaOH sebesar 0,67 M
2. Melalui titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH menggunakan indikator
BTB didapatkan konsentrasi larutan HCl sebesar 0,59 M. Sementara itu,
melalui titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH menggunakan indikator
alami ekstrak bunga sepatu didapatkan konsentrasi larutan NaOH sebesar
0,57 M. sehingga bila dirata-rata konsentrasi HCl yang didapatkan sebesar
0,58 M
 J. Lampiran

No Keterangan Gambar percobaan


1 Memasukkan larutan NaOH
ke dalam buret

Mengocok larutan asam


oksalat yang telah
ditambahkan indicator dan
menetesi NaOH sedikit demi
sedikit

Hasil titrasi asam oksalat


dengan NaOH sebanyak tiga
kali pengulangan
Volume NaOH pertama

Volume NaOH kedua


Volume NaOH ketiga

2 Mengocok larutan HCl yang


telah ditambahkan indikator
dan menetesi NaOH sedikit
demi sedikit
Hasil titrasi HCl dengan
NaOH sebanyak tiga kali
pengulangan

Volume NaOH pertama


Volume NaOH kedua

Volume NaOH ketiga

3 Mengocok larutan HCl yang


telah ditambahkan indikator
ekstrak tumbuhan dan
menetesi NaOH sedikit demi
sedikit
Hasil titrasi HCl dengan
NaOH yang ditambahkan
ekstrak tumbuhansebanyak
tiga kali pengulangan

Volume NaOH pertama


Volume NaOH kedua

Volume NaOH ketiga


 Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan :
1. Mengapa pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat menggunakan
indikator BTB?
2. Apa perbedaan titik ekivalen dengan titik akhir titrasi ?
3. Pada larutan diatas mana yang berfungsi sebagai larutan baku primer,
larutan baku sekunder, larutan baku tersier?

Jawaban:

1. Pada titrasi larutan NaOH dengan asam oksalat digunakan indikator


BTB karena indikator ini memiliki respon perubahan yang baik pada
saat terjadinya titik ekuivalen (TE) reaksi. Indikator BTB memliki
trayek pH 6,0 – 7,6 dengan warna kuning – biru. Pada kondisi asam
akan menghasilkan warna kuning dan pada kondisi basa menghasilkan
warna biru, sedangkan pada kondisi netral berwarna biru keijauan.

2. Titik ekuivalen adalah titik yang dicapai pada saat mol ekivalen larutan
yang dititrasi (titrant) sama dengan mol ekivalen larutan yang
digunakan untuk me-nitrasi (titer). Sedangkan titik akhir titrasi adalah
suatu keadaan dimana titik ekuivalen sudah tercapai, akan tetapi jumlah
titer terus ditambah sehingga kelebihan titer tersebut akan bereaksi
dengan indikator. Reaksi antara titer dan indikator menyebabkan
perubahan warna pada indikator (sebagai tanda tercapainya titik akhir
titrasi)

3. Larutan asam oksalat C2H2O4 berfungsi sebagai larutan baku primer


karena konsentrasinya telah diketahui sejak awal sebelum percobaan.
Larutan NaOH berfungsi sebagai larutan baku sekunder karena
konsentrasinya diketahui melalui titrasi dengan larutan baku primer
yaitu asam oksalat. Larutan HCl berfungsi sebagai larutan baku tersier
karena konsentrasinya diketahui melalui titrasi dengan larutan baku
sekunder yaitu NaOH.
Daftar Pustaka

Anonim. Titrasi Asam Basa. http://dokumen.tips/documents/laporan-4-titrasi-


asam-basa-doc.html. diakses pada tanggal 16 Oktober 2016.

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar 1. Jakarta : Erlangga.

Keenan, A.Hadyana Pudjaatmaja,PH, CL. 1992. Kimia Dasar untuk Universitas


Jilid 2. Bandung : Erlangga.

Perucci, H. Ralph, Suminar . 1989 . Kimia Dasar Edisi 4 Jilid 2 . Jakarta :


Erlangga

Tim Kimia Dasar . 2015 . Petunjuk Kimia Dasar . Surabaya : Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Surabaya

Anda mungkin juga menyukai