Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN SKA PERC.

Percobaan struktur kereaktifan anorganik kali ini membahas tentang kekuatan asam basa dalam
medium air. Percobaan ini bertujuan untuk menentukan konstanta disosiasi asam dan konstanta
disosiasi basa. Tingkat kekuatan asam basa sebanding dengan kemampuan ionisasinya dalam
medium air. Penentu dari tingkat kekuatan asam bada yaitu posisi kesetimbangan reaksi disosiasi
asam basa tersebut. Konstanta disosiasi asam adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi
perpindahan proton dari suatu asam ke air yang menghasilkan H3O+. konstanta disosiasi basa
adalah tetapan kesetimbangan untuk reaksi tersebut melepaskan ion OH- pada suatu larutan basa
(Svehla, 1990). Sifat keasaman atau kebasaan suatu larutan dapat dilihat dari jumlah ion H+ yang
terkandung didalamnya. Pengukuran harga Ka dan Kb pada percobaan ini menggunakan titrasi
potensiometri. Titrasi potensiometri adalah….. Titrasi potensiometri yang digunakan disertai
dengan pengukuran potensial menggunakan alat pengukur potensial berupa pH meter. pH yaitu
ukuran konsentrasi ion hydrogen dalam suatu larutan. Nilai pH yang diperoleh dari titrasi akan
digunakan untuk mennetukan nilai Ka dan Kb.
Langkah yang pertama pada percobaan ini yaitu standarisasi larutan NaOH. Standarisasi
merupakan proses yang dilakukan untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan secara tepat.
Standarisasi larutan NaOH ini dilakukan dengan menggunakan larutan asam oksalat dimana asam
oksalat sebagai titrat dan larutan NaOH sebagai titran. Larutan oksalat sebagai larutan standar
primer karena konsentrasi asam oksalat telah diketahui dan kemurnian dari asam oksalat yang
tidak mudah dipengaruhi oleh slingkungan keluar. Larutan NaOH sebagai larutan standar sekunder
karena konsentrasinya belum diketahui. Larutan NaOH harus distandarisasi dulu sebelum
digunakan karena NaOH bersifat higrodkopis yang kemurniannya mudah dipengaruhi oleh udara
sehingga konsentrasinya dapat dipastikan. Larutan NaOH yang tidak distandarisasi akan
menmepngaruhi hasil perhitungan dan menjadi tidak akurat. NaOH yang sudah distandarisasi
nantinya akan digunakan untuk menstandarisasi larutan HCOOH, CH3COOH, dan H2SO4.
Asam oksalat yang digunakan untuk standarisasi NaOH berwujud padatan, sehingga harus harus
dilarutkan kedalam pelarut air agar ion-ionnya mudah terurai. Fungsi pelarutan asam oksalat yaitu
untuk mempermudah proses titrasi yang digunakan sehingga proses terbentuknya garam dapat
terjadi. Konsentrasi asam oksalat sebesar 0,1M. titrasi asam oksalat dengan larutan NaOH
dilakukan dengan mengambil asam oksalat yang sudah dilarutkan sebanyak 25mL dan ditetesi
dengan indicator PP sebanyak 2 tetes. Indicator PP harus ditambahkan sesaat sebelum titrasi, hal
ini karena jika indicator terlalu lama dalam larutan titrat menyebabkan kerja indicator tidak
maksimal. Fungsi penambahan indicator bertujuan umtuk mengindikasikan bahwa telah tercapai
titik akhir titrasi. Indicator PP digunakan pada titrasi ini karena titik ekivalen berada pada pH
sedikit asam- sedikit basa dengan range pH antara 8,2- 10,0, sehingga perubahan warna yang
terjadi menandakan bahwa titrat berada dalam kondisi basa. Hal tersebut dikarenakan jumlah ion
H+ dalam larutan semakin sedikit karena bereaksi dengan ion OH- dari basa telah habis bereaksi.
Titik akhir titrasi dihentikan Ketika mendekati titik ekivalen. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
H2C2O4.H2O(aq) + 2 NaOH(aq) -> NO2C2O4(aq) + 2H2O(l)
Hasil dari standarisasi NaOH dan asam oksalat yaitu berwarna merah muda yang menunjukkan
bahwa titik akhir titrasi mendekati titik ekivalen. Titrasi dilakukan secara triplo, hal ini bertujuan
untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi. Volume NaOH yang dibutuhkan Ketika titrasi
pengulangan 1, 2 dan 3 secara berturut turut yaitu 10,1mL; 10mL; dan 10,3mL sehingga
mendapatkan volume NaOH rata-rata sebesar X mL. volume NaOH ini akan digunakan untuk
menghitung konsentrasinya, dan diperoleh konsentrasi NaOH rata-rata sebesar X M. Perubahan
yang terjadi sudah sesuai dengan literatur. Menurut Sujadi (2007) titrasi asam basa sudah mencapai
titik ekivalen jika larutan berubah warna menjadi merah muda. Hasil standarisasi larutan NaOH
engan asam oksalat dapat dilihat pdada gambar di bawah ini
(GAMBAR 2.1)
Proses standarisasi selanjutnya adalah standarisasi larutan asam HCOOH. Standarisasi dilakukan
untuk mengetahui konsentrasi HCOOH. Senyawa HCOOH termasuk dalam asam Iemah yang
akan dititrasi dengan NaoH yang termasuk basa kuat. larutan asam HCOOH dalam proses ini
merupakan larutan standar sekunder sedangkan NaoH adalah larutan standar primer karena
konsentrasj NaOH telah diketahui pada percobaan sebelumnya yaitu sebesar 0,5 M. proses
standarisasi sama seperti standarisasi NaOH dengan penambahan indicator PP sebanyak 1-2 tetes
sebagai penentu titik alhir titrasi. Titrasi ini juga dilakukan secara triplo hal ini bertujuan untuk
memeproleh hasil yang akurat dan presisi. Persamaan reaski yang terjadi yaitu sebagai berikut :
HCOOH(aq) + NaOH(aq) -> HCOONa(aq) + H2O(l)
Hasil titrasi yang diperoleh terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Hal
ini menunjukkan bahwa titik akhir titrasi mendekati titik ekiuvalen. Volume NaOH yang habis
bereaksi dengan 25mL larutan HCOOH pada pengulangan 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah
8,8mL; 8,8mL; 9mL sehingga menghasilkan volume rata-rata NaOH X mL. Volume NaOH ini
kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasu HCOOH menggunakan rumus pengenceran.
Nilai konsentrasi yang dihasilkan yaitu X M; X M; X M dan rata rata konsentrasi HCOOH sebesar
X M. hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi HCOOH yang diperoleh akurat serta presisi
karena konsentrasi yang diperoleh dari ketiga pengulangan selisihnya sedikit. Perubahan yang
terjadi sudah sesuai dengan literatur. Menurut Sujadi (2007) titrasi asam basa sudah mencapai titik
ekivalen jika larutan berubah warna menjadi merah muda. Hasil standarisasi larutan NaOH dengan
HCOOH dapat dilihat pdada gambar di bawah ini
(GAMBAR 2.2)
Standarisasi yang ketiga yaitu standarisasi larutan CH3COOH. Standarisasi dilakukan untuk
mengetahui konsentrasi CH3COOH. Larutan CH3COOH bersifat asam lemah yang dititrasi
dengan larutan NaOH yang bersifat basa kuat. CH3COOH berperan sebagai titrat dan larutan
NaOH berperan sebagai titran. proses standarisasi sama seperti standarisasi sebelumnya yaitu titrat
dengan penambahan indicator PP sebanyak 1-2 tetes sebagai penentu titik akhir titrasi. Titrasi ini
juga dilakukan secara triplo hal ini bertujuan untuk memeproleh hasil yang akurat dan presisi.
Persamaan reaski yang terjadi yaitu sebagai berikut :
CH3 COCH (aq) + NaOH (aq) -> CH3CooNa (aq) + H20 (aq)... (3)
Hasil titrasi yang diperoleh terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Hal
ini menunjukkan bahwa titik akhir titrasi mendekati titik ekiuvalen. Volume NaOH yang habis
bereaksi dengan 25mL larutan CH3COOH pada pengulangan 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah
X mL; X mL; X mL sehingga menghasilkan volume rata-rata NaOH X mL. Volume NaOH ini
kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi CH3COOH menggunakan rumus
pengenceran. Nilai konsentrasi yang dihasilkan yaitu X M; X M; X M dan rata rata konsentrasi
HCOOH sebesar X M. hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi CH3COOH yang diperoleh
akurat serta presisi karena konsentrasi yang diperoleh dari ketiga pengulangan selisihnya sedikit.
Perubahan yang terjadi sudah sesuai dengan literatur. Menurut Sujadi (2007) titrasi asam basa
sudah mencapai titik ekivalen jika larutan berubah warna menjadi merah muda. Hasil standarisasi
larutan NaOH dengan CH3COOH dapat dilihat pdada gambar di bawah ini
(GAMBAR 2.3)
Standarisasi yang terakhir yaitu standarisasi larutan H2SO4. Standarisasi dilakukan untuk
mengetahui konsentrasi H2SO4. Larutan H2SO4 bersifat asam kuat yang dititrasi dengan larutan
NaOH yang bersifat basa kuat. H2SO4 berperan sebagai titrat dan larutan NaOH berperan sebagai
titran. proses standarisasi sama seperti standarisasi sebelumnya yaitu titrat dengan penambahan
indicator PP sebanyak 1-2 tetes sebagai penentu titik akhir titrasi. Titrasi ini juga dilakukan secara
triplo hal ini bertujuan untuk memeproleh hasil yang akurat dan presisi. Persamaan reaski yang
terjadi yaitu sebagai berikut :
H2SO4 (aq) + NaOH (aq) -> NaSO4 (aq) + 2H2O (aq)... (3)
Hasil titrasi yang diperoleh terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Hal
ini menunjukkan bahwa titik akhir titrasi mendekati titik ekiuvalen. Volume NaOH yang habis
bereaksi dengan 25mL larutan H2SO4 pada pengulangan 1, 2, 3 secara berturut-turut adalah X
mL; X mL; X mL sehingga menghasilkan volume rata-rata NaOH X mL. Volume NaOH ini
kemudian digunakan untuk menentukan konsentrasi H2SO4 menggunakan rumus pengenceran.
Nilai konsentrasi yang dihasilkan yaitu X M; X M; X M dan rata rata konsentrasi H2SO4 sebesar
X M. hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi H2SO4 yang diperoleh akurat serta presisi
karena konsentrasi yang diperoleh dari ketiga pengulangan selisihnya sedikit. Perubahan yang
terjadi sudah sesuai dengan literatur. Menurut Sujadi (2007) titrasi asam basa sudah mencapai titik
ekivalen jika larutan berubah warna menjadi merah muda. Hasil standarisasi larutan NaOH dengan
H2SO4 dapat dilihat pdada gambar di bawah ini
(GAMBAR 2.4)
Percobaan yang selnajutnya yaitu penentuan konstanta disosiasi asam (Ka) dari asam asetat
(CH3COOH) dan asam format (HCOOH). Nilai Ka yang semakin besar maka akan meningkatkan
kekuatan asam tersebut. Penentuan Ka ini dilakukan dengan Teknik titrasi potensiometri. Prinsip
dari titrasi potensiometri yaitu titrasi yang berdasarkan pada pengukuran beda potensial dari
elektrodayang tercelup dalam larutan. Output dari titrsai ini yaitu nilai pH yang diukur dengan pH
meter. pH meter sebelum digunakan harus dikalibrasi dulu menggunakan larutan buffer pH 4, 6
dan 8. Kalibrasi menggunakan larutan buffer pH tersebut karena sampel yang akan dititrasi
memiliki rentang pH tersebut. Kalibrasi bertujuan pH meter yang digunakan dapat bekerja dengan
baik dan menghasilkan pH yang akurat. Pemilihan larutan buffer standar untuk kalibrasi karena
pHnya tidak mudah berubah. pH meter harus disimpan didalam larutan KCl, hal ini bertujuan
untuk menjaga kestabilan dan sensitivitas elektroda pH meter terhadap analit.
Perlakuan pertama yang dilakukan pada penentuan Ka yaitu mencampurkan 90mL akuades, 10mL
asam asetat, dan 100mL KNO3 didalam gelas beaker. Fungsi penambahan akuades bertujuan
untukmenurunkan konsentrasi sampel sehingga ion-ionnya lebih mudah terurai dan mudah
bergerak akibat mobilitas ionnya semakin besar. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut.
CH3COOH -> H+ + CH3COO-
CH3COOH merupakan asam lemah dan termasuk asam monoprotic karena hanya dapat melepas
satu proton. Fungsi penambahan KNO3 bertujuan untuk menjaga kekuatan ion yang ada dalam
larutan. Reaksi disosiasi KNO3 adalah sebagai berikut.
KNO3-> K+ + NO3-
K+ dari KNO3 lebih bersifat elektropositif daripada H+ dari asam. Hal ini menyebabkan lebih
mudahnya anion terikat dan H+ bebas mudah dideteksi. pH awal larutan diukur sebelum dititrasi
yaitu sebesar 3,40. Larutan NaOH dimasukkan ke dalam buret hingga tanda batas. Buret kemudian
dipasang pada statif dan dilakukan titrasi. Pengukuran pH dilakukan setiap penambahan 2mL
volume NaOH. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut
CH3COOH(aq) + NaOH(aq)-> CH3COONa(aq)n+ H2O(l)
Prosese titrasi dibantu dengan memasukkan anak stirrer ke dalam larutan CH3COOH. Anak stirrer
digunakan untuk menghomogenkan larutan Ketika ditambah dengan larutan NaOH. Probe pH
tidak boleh menyentuh anak stirrer karena nilai pH yang dihasilkan tidak akan konstan. pH larutan
asam sebelum ditambahkan dengan NaOH bernilai kecil, karena di dalam larutan terdapat jumlah
ion H+ yang sangat banyak. Penambahan larutan NaOH menyebabkan pergeseran kesetimbangan
kea rah kanna, karena adanya reaksi ion H+ dan OH- yang menghasilkan garamnya yang berasal
dari CH3COO- dan Na+ dan air. Kondisi ini menyebabkan ion H+ menjadi berkurang.
Hasil penentuan Ka CH3COOH dapat dilihat pada table 5 menunjukkan nilai Ka yang dihasilkan
semakin menurun seiring dengan penambahan titran NaOH. Nilai Ka menunjukkan kekuatan asam
dalam larutan. Nilai Ka yang semakin besar maka jumlah ion H+ semakin banyak didalam larutan
dan sebaliknya (sebutin literaturnya). Nilai Ka rata-rata dari CH3COOH yang diperoleh pada
percobaan ini sebesar X. hasil yang diperoleh pada percobaan ini belum sesuai dengan literatur.
Menurut (1986) nilai Ka dari CH3COOH sebesar 1,8 x 10-4. Hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan literatur ini disebabkan karena beberapa factor kesalahan salah satunya yaitu adanya
pengotor saat uji pHnya dan pH meter kurang bersih dan kering Ketika melakukan pengukuran.
Penentuan nilai Ka selanjutnya yaitu pada HCOOH. Perlakuan yang dilakukan sama dengan
prosedur penentuan Ka CH3COOH. HCOOH Ketika ditambahkan dengan air akan terdisosiasi
menjadi ion-ionnya. pH awal larutan HCOOH sebesar 2,91. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
HCOOH(aq) -> H+ + HCOO-
HCOOH merupakan asam monoprotic karena hanya dapat melepas satu proton. Larutan HCOOH
dititrasi dengan larutan NaOH yang merupakan basa kuat. Persamaan reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut.
HCOOH(aq) + NaOH(aq) -> HCOONa(aq) + H2O(l)
Penambahan volume NaOH menyebbakan pH larutan terus mengalami peningkatan melewati titik
ekuivalennya. Hal ini dikarenakan semakin banyak NaOH yang ditambahkan maka semakin
banyak ion OH- yang bereaksi dengan ion H+ membentuk air sehingga jumlah ion H+ yang ada
dalam larutan semakin sedikit. Ion H+ yang semaki n sedikit menyebabkan pH larutan semakin
besar dan nilai Ka semakin turun.
Hasil penentuan Ka HCOOH dapat dilihat pada table 6 menunjukkan nilai Ka yang dihasilkan
semakin menurun seiring dengan penambahan titran NaOH. Nilai Ka menunjukkan kekuatan asam
dalam larutan. Nilai Ka yang semakin besar maka jumlah ion H+ semakin banyak didalam larutan
dan sebaliknya (sebutin literaturnya). Nilai Ka rata-rata dari HCOOH yang diperoleh pada
percobaan ini sebesar X. hasil yang diperoleh pada percobaan ini belum sesuai dengan literatur.
Menurut (1986) nilai Ka dari HCOOH sebesar 2,25 x 10-5. Hasil yang diperoleh tidak sesuai
dengan literatur ini disebabkan karena beberapa factor kesalahan salah satunya yaitu adanya
pengotor saat uji pHnya dan pH meter kurang bersih dan kering Ketika melakukan pengukuran.
Nilai Ka CH3COOH dan HCOOH berbeda, hal ini dipengaruhi oleh strukturnya. Struktur senyawa
CH3COOH dan HCOOH dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
(GAMBAR STRUKTUR CH3COOH)
(GAMBAR STRUKTUR HCOOH)
HCOOH mempunyai nilai Ka yang lebih besar dibandingkan dari senyawa CH3COOH. Hal ini
karena gugus asam karboksilat yang mengikat atom karbon. Senyawa CH3COOH memiliki atom
karbon yang mengikat gugus alkil dan gugus asam karboksilat sedangkan pada senyawa HCOOH
ataom karbonnya mengikat hydrogen dan asam karboksilat. Gugus alkil ini menyebabkan adanya
donor electron ke atom karbon pada gugus fungsi dan terjadi efek induksi. Efek induksi
mengakibatkan muatan C pada CH3COOH lebih negtatif dibandingkan dengan atom c pada
HCOOH. Atom H yang terikat padda CH3COOH lebih mudah terlepas dan mengakibatkan
senyawa HCOOH lebih asam dari senyawa CH3COOH.
Percobaan yang terakhir yaitu pennetuan konstanta disosiasi basa (Kb) pada senyawa (CH3)2NH
dan NH3. Perlakuan yang sama dengan prosedur pennetuan konstanta disosiasi asam, namun pada
penentuan Kb variasi volume untuk pengukuran pH dilakukan pada volume 0mL, 2mL, 4mL,
6mL, 8mL dan 10mL. Larutan yang berfungsi sebagai titran yiatu H2SO4 0,5M. persamaan reaksi
penguraian larutan (CH3)2NH dan NH3 adalah sebagai berikut.
(CH3)2NH(aq) + H2O ->(CH3)2NH2+ + OH-
NH3(aq) + H2O -> NH4+ + OH-
Proses titrasi yang dilakukan sama seperti penentuan Ka, namun titrasi dihentikan pada
penambahan volume H2SO4 10mL. penambahan H2SO4 yang merupakan asam kuat
menyebbakan pH larutan turun hingga melewati titik ekuivalennya. Hal ini dikarenakan semakin
banyak H2SO4 yang ditambahkan maka semakin banyak ion H+ yang bereaksi dengan ion OH-
membentuk air sehingga jumlah ion OH- yang berada dalam larutan menjadi sedikit. Ion OH- yang
semakin sedikit menyebabkan pH larutan semakin kecil dan nilai Kb semakin menurun. Nilai Kb
berbanding terbalik dengan nilai pKb-nya dimana semakin besar pKb maka nilai Kb akan semakin
kecil.
Hasil penentuan Kb larutan (CH3)2NH dan NH3 dapat dilihat pada table 7 dan 8. Nilai rata-rata
Kb pada (CH3)2NH sebesar X dan nilai rata-rata Kb pada NH3 sebesar X. hasil percobaan kurang
sesuai dengan literatur. Menurut Brady (1986) nilai Kb (CH3)2NH sebesar 9,6 x 10-4 dan nilai
Kb NH3 sebesar 1,8 x 10-4. Hasil yang tidak sesuai dengan literatur ini disebabkan karena
penambahan volume H2SO4 yang kurang tepat, pengukuran nilai pH yang kurang tepat serta
adanya kontaminasi zat pengotor pada sampel.
Nilai Kb (CH3)2NH dan NH3 berbeda, hal ini dipengaruhi oleh strukturnya. Struktur senyawa
(CH3)2NH dan NH3 dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
(GAMBAR STRUKTUR (CH3)2NH)
(GAMBAR STRUKTUR HCOOH)
(CH3)2NH mempunyai nilai Kb yang lebih besar dibandingkan dari senyawa NH3. Hal ini karena
dipengaruhi oleh efek induksi. Basa merupakan molekul yang memiliki orbital molekul terisi
penuh dan mampu membentuk ikatan dengan orbital kosong dari atom H. kerapatan electron yang
semakin tinggi pada orbital basa menyebabkan ikatan H dengan basa semakin kuat. CH3 pada
senyawa (CH3)2NH lebih bersifat basa karena gugus metil merupakan gugus pendonor electron
yang baik, akibatnya kerapatan electron ikatan N-N semakin kuat. Hal tersebut menyebabkan
senyawa (CH3)2NH semakin basa daripada senyawa NH3.

Anda mungkin juga menyukai