Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM

PENGANTAR ANALISIS DAN PEMISAHAN KIMIA


KOMPLEKSOMETRI

Oleh
Nama : Sephia Salsabilah Firdaus
NIM : 201810301061
Kelas/Kelompok : A/5
Nama Asisten : Shavira Nargis Rambe

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
I. Tujuan
- Mengetahui prinsip dasar reaksi kompleksometri dan aplikasinya pada
penentuan kesadahan air
II. Tinjauan Pustaka
2.1 MSDS (Material Safety Data Sheet)
2.1.1 Larutan Buffer pH 10
Larutan buffer pH 10 memiliki wujud dalam bentuk cairan yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Titik didinya 100°C pada 1.013 hPa dengan densitas
sebesar 1,0044 g/cm3 pada 25°C. Larutan buffer pH 10 dapat larut dalam air serta
diusahakan untuk menghidari bahan – bahan yang bersifat pengoksidasi dan asam
kuat.
Penanganan pertama jika terkena bahan kimia HCl yaitu. Mata : basuh mata
dengan air yang banyak, dan sesekali mengangkat kelopak mata bagian bawah serta
atas, kemudian segera dapatkan pertolongan medis. Kulit : basuh kulit yang
terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus pakaian yang sedang
dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air, dan dapatkan pertolongan
medis. Korban menghirup dalam jumlah yang cukup besar, segera pindahkan ke
luar ruangan untuk menghirup udara segar. Pernapasan terhenti lakukan resusitasi
dari mulut ke mulut dan jaga korban agar tetap hangat. Tertelan : berikan air untuk
mengencerkan senyawa yang tertelan minimal sebanyak 2 gelas dan dapatkan
pertolongan medis sesegera mungkin. (Labchem, 2021)
2.1.2 Larutan EDTA (C10H16N2O8)
EDTA hadir dalam bentuk fisik padatan dengan penampakan seperti bubuk
yang berwarna putih dan tidak berbau. Titik lelehnya sebesar 252°C, dan massa
molekul relatif sebesar 372.23 g/mol, serta larut dalam air. Densitas dan pH nya
kira – kira sebesar1,04 g/cm3, dan 7,8 pada suhu 20°C Bahan yang harus dihindari
yaitu pengoksidasi kuat serta tidak termasuk dalam bahan yang mudah meledak.
Toksitas akut jika bahan tertelan.
Penanganan pertama jika terkena bahan kimia HCl yaitu. Mata : basuh mata
dengan air yang banyak, dan sesekali mengangkat kelopak mata bagian bawah serta
atas, kemudian segera dapatkan pertolongan medis. Kulit : basuh kulit yang
terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus pakaian yang sedang
dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air, dan dapatkan pertolongan
medis. Korban menghirup dalam jumlah yang cukup besar, segera pindahkan ke
luar ruangan untuk menghirup udara segar. Pernapasan terhenti lakukan resusitasi
dari mulut ke mulut dan jaga korban agar tetap hangat. Tertelan : berikan air untuk
mengencerkan senyawa yang tertelan minimal sebanyak 2 gelas dan dapatkan
pertolongan medis sesegera mungkin. (Labchem, 2021)
2.1.3 Larutan Mg–EDTA (C10H16N2O8Mg)
Larutan Mg–EDTA tersedia dalam bentuk cairan yang tidak berwarna dan
tidak berbau dengan densitas sebesar 1 g/ml, serta dapat larut dalam air. Larutan
Mg–EDTA termasuk dalam agen pengkelat yang dapat menyerap berbagai kation
polivalen seperti kalsium dan biasanya digunakan dalam bidang farmasi dan
sebagai pembuatan aditif makanan.
Penanganan pertama jika terkena bahan kimia HCl yaitu. Mata : basuh mata
dengan air yang banyak, dan sesekali mengangkat kelopak mata bagian bawah serta
atas, kemudian segera dapatkan pertolongan medis. Kulit : basuh kulit yang
terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus pakaian yang sedang
dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air, dan dapatkan pertolongan
medis. Korban menghirup dalam jumlah yang cukup besar, segera pindahkan ke
luar ruangan untuk menghirup udara segar. Pernapasan terhenti lakukan resusitasi
dari mulut ke mulut dan jaga korban agar tetap hangat. Tertelan : berikan air untuk
mengencerkan senyawa yang tertelan minimal sebanyak 2 gelas dan dapatkan
pertolongan medis sesegera mungkin. (Labchem, 2021)
2.1.4 Larutan standar CaCO3
Larutan standar CaCO3 berwujud cairan tidak berwarna dan tidak berbau
ddengan densitas sebesar 1 g/ml serta dapat larut dalam air. Produk penguraian yang
berbahaya yaitu hidrogen klorida. karbon monoksida. dan karbon dioksida,
sedangkan untuk bahan yang harus dihindari yaitu bahan yang bersifat basa kuat.
Larutan standar CaCO3 tergolong dalam bahan yang tidak mudak terbakar
Penanganan pertama jika terkena bahan kimia HCl yaitu. Mata : basuh mata
dengan air yang banyak, dan sesekali mengangkat kelopak mata bagian bawah serta
atas, kemudian segera dapatkan pertolongan medis. Kulit : basuh kulit yang
terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus pakaian yang sedang
dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air, dan dapatkan pertolongan
medis. Korban menghirup dalam jumlah yang cukup besar, segera pindahkan ke
luar ruangan untuk menghirup udara segar. Pernapasan terhenti lakukan resusitasi
dari mulut ke mulut dan jaga korban agar tetap hangat. Tertelan : berikan air untuk
mengencerkan senyawa yang tertelan minimal sebanyak 2 gelas dan dapatkan
pertolongan medis sesegera mungkin. (Labchem, 2021)
2.1.5 Indikator Eriocrome Black T 0,5 % (C20H12N3NaO7S)
Eriocrome Black T atau sering disingkat dengan EBT adalah indikator
berbentuk padatan berwarna hitam dan tidak berbau selain itu memiliki pH kira -
kira 3,7 pada 10 g/l dan suhu 20 °C. Massa molekul rrelatifnya sebesar 461.39
g/mol dan dapat larut dalam air. Kondisi yang harus dihindari adalah Cahaya
matahari langsung, dan suhu yang sangat tinggi atau rendah, sedangkan bahan yang
hasus dihindari adalah bahan yang bersifat pengoksidasi kuat. Produk penguraian
yang berbahaya diantaranya oksida nitrogen. senyawa belerang. karbon monoksida.
dan karbon dioksida
Penanganan pertama jika terkena bahan kimia HCl yaitu. Mata : basuh mata
dengan air yang banyak, dan sesekali mengangkat kelopak mata bagian bawah serta
atas, kemudian segera dapatkan pertolongan medis. Kulit : basuh kulit yang
terkontaminasi dengan air, jika bahan ini dapat menembus pakaian yang sedang
dipakai, segera lepas pakaian dan basuh kulit dengan air, dan dapatkan pertolongan
medis. Korban menghirup dalam jumlah yang cukup besar, segera pindahkan ke
luar ruangan untuk menghirup udara segar. Pernapasan terhenti lakukan resusitasi
dari mulut ke mulut dan jaga korban agar tetap hangat. Tertelan : berikan air untuk
mengencerkan senyawa yang tertelan minimal sebanyak 2 gelas dan dapatkan
pertolongan medis sesegera mungkin. (Labchem, 2021)
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Kompleksometri
Banyak ion logam dapat ditentukan dengan cara melakukan titrasi
menggunakan suatu pereaksi (sebagai titran) yang dapat membentuk kompleks
dengan logam tersebut, salah satunya yaitu menggunakan metode titrasi
kompleksometri. Kompleksometri adalah jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks membentuk hasil berupa senyawa kompleks. Sebagian besar dari
ion logam merupakan golongan yang memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan
pasangan elektron dari suatu golongan ligan lainnya. Reaksi ini dapat disebut
sebagai reaksi kompleksasi. Ligan tersebut dapat berupa ion atau molekul yang
memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan kovalen dengan suatu kation atau
atom logam netral lainnya. Ligan tersebut melakukannya dengan cara menyalurkan
sebuah pasangan elektron untuk kemudian digunakan bersama. Jumlah ikatan
kovalen yang terbentuk dikenal dengan bilangan koordinasi. Reaksi kompleks ini
melibatkan penggantian satu atau lebih molekul pelarut yang terkoordinasi dengan
gugus nukleofilik lain, di dalam suatu larutan, Reaksi dapar digambarkan sebagai
berikut :
M (H2O)n + L ↔ M (H2O)(n-1)L + H2O
(Christian. 2014)
Adanya penggantian secara berturut terhadap molekul didalam air oleh
gugus ligan diatas dapat berlangsung secara terus menerus hingga terbentuk
senyawa kompleks . Indeks n merupakan bilangan koordinasi dari senyawa
kompleks dan menggambarkan jumlah maksimum ligan monodentat yang berikat
(Christian. 2014)
Jumlah ligand dalam suatu komlpeks berbeda-beda dari dua sampai delapan
ligand yang sering disebut sebagai bilangan koordinasi. Ligand-ligand yang
mempunyai satu atom donor pasangan elektron disebut ligand monodentat atau
unidentat, sedangkan ligan yang mempunyai atom donor lebih dari satu disebut
ligand polidentat atau multidentat. Ligan yang terdekat dan yang mempunyai donor
yang lebih banyak lagi bila mengkompleks dengan suatu ion logam akan
membentuk lingkaran kelat lebih dari satu (Tim Penyusun 2021)
Salah satu senyawa komplek yang biasa digunakan sebagai penitrasi dan
larutan standar adalah ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA). EDTA dapat
mengomplekkan hampir semua ion logam dengan perbandingan mol 1 : 1
berapapun bilangan oksidasi logam tersebut. EDTA merupakan asam lemah dengan
empat proton, bentuk asam dari EDTA dituliskan sebagai H4Y dan reaksi
netralisasinya adalah sebagai berikut :
-
H4Y → H3Y + H+

-
H3Y → H2Y2- + H+

H2Y2- → HY3- + H+

HY3- → Y4- + H+
(Roma & Rini.2020)
Stabilitas kompleks merupakan stabilitas termodinamik dari suatu golongan
yang dapat diukur dari seberapa golongan tersebut terbentuk dari golongan lain
pada kondisi tertentu sampai mencapai kesetimbangan. Kestabilan senyawa
komplek dengan EDTA, berbeda antara satu logam dengan logam yang lain. Reaksi
pembentukan komplek logam (M) dengan EDTA (Y) adalah :
M + Y → MY
Konstanta pembentukan kestabilan senyawa komplek dinyatakan sebagai
berikut ini :
[𝑀𝑌]
KMY =
[𝑀]{𝑌}

(Sulistryarti. 2017)
Besarnya harga konstante pembentukan komplek menyatakan tingkat
kestabilan suatu senyawa komplek. Makin besar harga konstante pembentukan
senyawa komplek, maka senyawa komplek tersebut makin stabil dan sebaliknya
makin kecil harga konstante kestabilan senyawa komplek, maka senyawa komplek
tersebut makin tidak (kurang) stabil. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
kompleks meliputi hal-hal berikut :
a. Kemampuan Logam dalam Membentuk Kompleks
Kemampuan logam membentuk senyawa kompleks ini telah
digambarkan dengan klasifikasi Schwarzenbach. Pengkatagorian ini
didasarkan pada penggolongan logam ke dalam larutan asam Lewis kelas A
dan kelas B. Kelompok ion logam dari kelas A dapat dibedakan berdasarkan
urutan afinitas di dalam logam terhadap ion halogen F ->> Cl⁻ > Br- > l⁻.
Pembentukan senyawa kompleks yang stabil dengan anggota pertama yaitu
tiap golongan atom donor dalam tabel periodik (N, O dan F). Kelompok
pada ion kelas B bereaksi dengan l⁻ dari F’ dalam larutan yang berair dan
membentuk senyawa kompleks yang paling stabil dengan atom.
b. Karakteristik Logam
Beberapa karakteristik logam diantaranya yaitfek sterik. u kekuatan
basa ligan, sifat pengkelat, efek sterik. Karakter pengkelat memiliki peran
yang menonjol dalam aplikasi analisis. Kompleks dalam bentuk pengkelat
ini memiliki faktor stabilitas yang jauh lebih baik daripada kompleks tanpa
pengkelat lainnya.
(Sulistryarti. 2017)
Terdapat beberapa jenis ligan (titran) yaitu ligan monodentat dan ligan
polidentat. Titrasi pembentukan senyawa kompleks ini digolongan berdasarkan
jenis ligannya yang terdiri atas :
1. Titrasi yang melibatkan ligan monodentat
Jenis ligan monodentat ini sangat jarang dipergunakan sebagai titran
dalam suatu titrasi, tetapi terdapat dua jenis ligan monodentat yang dapat
digunakan dalam titrasi kompleksometri ini yaitu, sianida dengan ion perak
yang dikenal sebagai metode titrasi Liebig dan ion klorida dengan
merkuri(III)
2. Titrasi yang Melibatkan Ligan Polidentat
Contoh dari ligan polidentat ini yaitu EDTA(Ethylene Diamine
Tetraacetic Acid). EDTA ini banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri. Reaksi antara EDTA dengan ion logam berlangsung
dalam satu tahapan dengan pembentukan ion kompleks yang memiliki
perbandingan 1:1. Adapun prosedur yang dapat digunakan dalam titrasi
dengan EDTA yaitu titrasi langsung.
(Flaschk. 1964)
Dalam titrasi langsung ini, larutan EDTA dapat digunakan untuk titrasi
langsung dengan ion logam, karena selama titrasi akan terjadi reaksi pelepasan ion
H+ maka larutan yang akan dititrasi perlu ditambah larutan bufer. Larutan buffer
yang digunakan harus memiliki pH dengan kisaran 9 - 10.untuk mencegah
terjadinya pengendapan bagi logam yang dapat membentuk senyawa kompleks.
Indikator yang dapat dipergunakan untuk menentukan titik akhir titrasi ini,
diantaranya EBT (Eriochrome Black T) untuk titrasi dengan ion Mg, Zn, Ca dan
Cd dan indikator murexide untuk titrasi dengan ion logam Co,Cu dan Ni.. Titrasi
yang menggunakan larutan EDTA biasanya yaitu titrasi untuk menentukan
kesadahan air. Air sadah mengandung ion kalsium dan magnesium. Ion dari
magnesium ini dapat membentuk senyawa yang kompleks yang lebih kuat dengan
indikator EBT dibandingkan dengan ion kalsium, oleh sebab itu, warna dari
kompleks magnesium lebih mudah untuk diamati. Titrasi ini sebaiknya dilakukan
dalam kisaran pH 10 dengan menggunakan larutan buffer. Reaksi yang terjadi yaitu
Ca2+(aq) + H2Y2-(aq) → CaY2- (aq) + 2H+ (aq) kf = 1010,7
(Flaschk. 1964)
Apabila sampel yang akan dititrasi dengan larutan EDTA tidak mengandung
magnesium, maka dapat dilakukan dengan penambahan garam magnesium pada
larutan EDTA tersebut sebelum dilakukannya standarisasi. Reaksi yang terjadi
yaitu :
Mg2+(aq) + H2Y2-(aq) → MgY2- (aq) + 2H+ (aq) kf = 108,7
Dengan demikian titran ini merupakan campuran dari MgY²⁻ dan Y⁴⁻. Ketika
campuran tersebut ditambahkan pada larutan yang mengandung ion Ca²⁺ akan
membentuk ion CaY²⁻ yang lebih stabil, dengan adanya pembebasan ion Mg²⁺ yang
akan bereaksi dengan indikator EBT akan membentuk senyawa MgIn⁻ yang
berwarna merah. Setelah kalsium telah habis, maka berikutnya penambahan volume
titran akan mengubah MgIn⁻ menjadi MgY²⁻ dan indikator akan berubah menjadi
HIn²⁻ yang akan berwarna biru. (Flaschk. 1964)
2.2.2 Kesadahan Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan untuk keperluan
hidup manusia. Kebutuhan utama manusia terhadap air adalah sebagai air minum
dan memasak makanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 – 75 % dari berat
manusia terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air
minum sebanyak 2,5 – 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan.
Manusia dapat bertahan hidup 2 – 3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2–3 hari
tanpa minum. Sumber air yang banyak dimanfaatkan terutama di Indonesia adalah
air tanah, dikarenakan air tanah relatif lebih mudah didapat dan lebih bersih.
Kualitas dan karakteristik air tanah dipengaruhi oleh kondisi fisik daerah
sekitarnya, seperti: iklim, topografi, maupun keberadaan tumbuh-tumbuhan.
(Suripin, 2002)
Iklim merupakan sumber input yang berupa curah hujan, topografi dan
geologi yang dapat mencerminkan bentuk lahan suatu daerah akan berpengaruh
terhadap kemampuan air untuk mengalami infiltrasi, perkolasi, serta kemampuan
menyerap air tersebut sangat mempengaruhi karakteristik air tanah . Kualitas air
dikatan baik jika memenuhi beberapa persyaratan sebagai air bersih maupun air
minum , diantaranya harus memenuhi kualitas fisik, kimiawi, maupun biologisnya.
Kualitas fisik meliputi bau, warna, kekeruhan, rasa, suhu, dan total zat padat
terlarut. Kualitas kimiawi meliputi, kesadahan, pH, dan bebas dari zat-zat beracun.
Kualitas biologisnya yaitu air harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.
(Rosvita, et all. 2018)
Kesadahan merupakan salah satu parameter kimia tentang kualitas air
bersih, tingkat kesadahan air pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium (Ca2+)
dan magnesium (Mg2+). Menurut PERMENKES Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 kadar maksimal kesadahan yang diijinkan untuk air
minum dan air bersih adalah 500 mg per liter. Kesadahan air dibagi menjadi dua
sifat, yaitu kesadahan sementara (temporary) dan kesadahan tetap (permanent).
(Rosvita, et all. 2018)
Air yang memiliki kesadahan sementara adalah air sadah yang mengandung
ion bikarbonat (HCO3-) dari Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg) atau garam-garam
Karbonat (CO3-). Air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa tersebut disebut
air dengan kesadahan sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan
pemanasan air, sehingga air tersebut terbebas dari ion Ca2+ dan atau Mg2+ . (Yaqiin
& Kartikasari. 2019)
Air dengan kesadahan tetap adalah air yang mengandung anion selain ion
bikarbonat, misalnya garam sulfat, klorida dan nitrat dari Mg dan Ca. Senyawa
yang terlarut boleh jadi berupa Kalsium klorida (CaCl2), Kalsium nitrat
{Ca(NO3)2}, Kalsium sulfat (CaSO4), Magnesium klorida (MgCl2), Magnesium
nitrat {Mg(NO3)2}, dan Magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung
senyawa-senyawa tersebut disebut air dengan kesadahan tetap, karena
kesadahannya tidak bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Cara
menghilangkan kesadahan tetap dapat dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan karbonat yaitu Na2CO3 atau K2CO3. Penambahan larutan karbonat
dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+ dan Mg2+. Air sadah merugikan karena
dapat menyebabkan sabun tidak berbusa, bersifat mempercepat korosi, dan
membentuk kerak pada peralatan logam. (Yaqiin & Kartikasari. 2019)
III. Metodologi Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
- Buret
- Erlenmenyer 250 mL
- Labu Ukur 100 dan 250 mL
- Pipet Volum
- Pipet Tetes
3.1.2 Bahan
- Indikator Eriocrome Black 0,5 %
- Larutan Mg–EDTA 0,005 M
- Larutan buffer pH 10
- Larutan EDTA 0,01 M
- Larutan standar CaCO3 1g/L
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Standarisasi Larutan EDTA

EDTA 0,01 M

- Diambil 25 ml larutan standar CaCO3 1g/L dengan pipet volume dan


dencerkan dengan aquades dalam labu ukur 250 ml sampai tanda batas.
- Diambil masing-masing 25 ml larutan encer, dan dimasukkan kedalam
3 buah erlenmeyer.
- Ditambahkan 2 ml larutan buffer, 0,5 ml larutan Mg-EDTA dan 5 tetes
indikator EBT. Buffer sebaiknya ditambahkan sebelum indikator
ditambahkan untuk menghindari reaksi besi dengan indikator
- Dititrasi dengan EDTA 0,01 M sampai warna berubah dari merah ungu
menjadi biru, diusahakan titrasi tidak lebih dari lima menit .
- Hasil
3.2.2 Analisis Kesadahan Air Total

Air

- Diambil 50 ml sampel air kedalam erlenmeyer 250 ml. Ditambahkan 2


ml larutan buffer, 0,5 ml larutan Mg-EDTA dan 5 tetes indikator EBT.
Buffer sebaiknya ditambahkan sebelum indikator ditambahkan untuk
menghindari reaksi besi dengan indikator.
- Dititrasi dengan EDTA 0,01 M sampai warna berubah dari merah ungu
menjadi biru. Diusahakan waktu titrasi tidak lebih dari 5 menit.
- Ditentukan nilai kesadahan air dalam bentuk ppm CaCO3
- Hasil

3.2.3 Analisa Kesadahan Air Permanen


IV. Air

- Diambil 250 ml sampel air, dimasukkan ke dalam beaker gelas, dan


didihkan perlahan selama 20-30 menit
- Didinginkan dan disaring langsung ke dalam labu ukur 250 ml. Kertas
saring jangan dicuci, tetapi filtrat diencerkan sampai tanda batas
- Ditiitrasi 50 ml filtrat dengan prosedur yang sama dengan kesadahan
total
- Dihitung kesadahan dalam ppm CaCO3
- Hasil
DAFTAR PUSTAKA
Christian, G, D. 2014. Analytical Chemistry. Wiley and Sons Inc. Hoboken
Flaschka, H, A. 1964. EDTA Titration An Introduction To Theory And Practice.
Pergamon Press. London
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Buffer Solusition pH 10,00. [serial
online].www.labchem,com Diakses pada 18 September 2021
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Calcium Carbonate Standard . [serial
online].www.labchem,com Diakses pada 18 September 2021
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet EDTA, Disodium, Dihydrate. [serial
online].www.labchem,com Diakses pada 18 September 2021
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Eriochrome Black T. [serial online].
www.labchem,com Diakses pada 18 September 2021
Labchem. 2021. Material Safety Data Sheet Magnesium EDTA . [serial online].
www.labchem,com Diakses pada 18 September 2021
Rohma, J, & C, S, Rini. 2020. Buku Ajar Kimia Analisis. Umsida Press. Sidoarjo
Rosvita, V., Fanani, Z., & Pambudi, I. A. (2018). Analisa Kesadahan Total (Caco3)
Secara Kompleksometri Dalam Air Sumur Di Desa Clering Kabupaten
Jepara. Indonesia Jurnal Farmasi, 3(1), 16-20.
Sulistryarti, H. 2017. Kimia Analisa Dasar Untuk Analisis Kualitatif. UB Press.
Malang.
Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta. Andi
Tim Penyusun. 2021 Pengantar Analisa dan Pemisahan Kimia. Jember.
Universitas Jember
Yaqin, N., & Kartikasari, T. D. 2019. Penurunan Kadar Kesadahan Dengan
Menggunakan Filter Pada Air Tanah Di Desa Doudo Kecamatan Panceng
Kabupaten Gresik Metode Kompleksometri. Jurnal Sains, 9(17).

Anda mungkin juga menyukai