ENTALPI ADSORPSI
Oleh
NIM : 191810301022
Kelas/Kelompok : A/3
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN
3.1.2 Bahan
- Akuades
- Asam oksalat
- Asam asetat
- NaOH
- Indikator phenolptalein
- Karbon aktif
3.2 Diagram Kerja
NaOH
Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
b. Suhu 38º C
No. N CH3COOH Konsentrasi X (mg) m (g) Log (X/m) Log C
CH3COOH
1 0,4 0,0924 17,16 0,2 -1,0665 -1,034
2 0,6 0,14256 9,24 0,2 -1,335 -0,846
c. Suhu 43º C
No. N CH3COOH Konsentrasi X (mg) m (g) Log (X/m) Log C
CH3COOH
1 0,4 0,08976 19,8 0,2 -1,00043 -1,0469
2 0,6 0,1386 13,2 0,2 -2,28045 -0,8582
d. Suhu 48º C
No N CH3COOH Konsentrasi X (mg) m (g) Log (X/m) Log C
. CH3COOH
1 0,4 0,0871 22,4 0,2 1,887 -1,059
2 0,6 0,1359 15,84 0,2 1,737 -0,866
4.2 Pembahasan
Praktikum kali membahas mengenai entalpi adsorpsi. Praktikum ini bertujuan untuk
mempelajari sifat – sifat adsorbsi suatu bahan adsorben secara kuantitatif dan menentukan
entalpi adsorbsi. Proses adsorbsi merupakan suatu proses yang terjadi ketika cairan atau gas
terikat pada suatu padatan dan menghasilkan satu lapisan tipis dipermukaan padatan. Karbon
aktif merupakan adsorben yang sering digunakan, dimana dalam praktikum kali ini juga
menggunakan karbon aktif. Praktikum ini dilakukan melakukan percobaan menggunakan
variasi suhu yaitu 27oC, 38oC, 43oC, dan 48oC dengan variasi konsentrasi asam setat yaitu 0,4
dan 0,6 N.
Percobaan pertama dalam praktikum ini yaitu membuat larutan NaOH dan
menstandarisasinya dengan asam oksalat. Tujuan dari standarisasi ini yaitu untuk mengetahui
konsentrasi larutan NaOH dan menstabilkan konsentrasi NaOH. NaOH merupakan bahan yang
higroskopis sehingga larutan NaOH mudah untuk bereaksi dengan udara sehingga
konsentrasinya mudah untuk berubah dan karena NaOH merupakan basa sekunder ia harus di
titrasi dahulu. Indikator yang digunakan yaitu indikator PP atau phenolptalein atau PP karena
indikator PP merupakan indikator yang tak berwarna dan akan berubah warna dalam range pH
mencapai 8,3 – 10. Titik akhir titrasi atau titik ekivalen ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi merah muda , indikator ditambahkan sebanyak 2 tetes. Prose titrasi harus
dilakukan dengan teliti karena jika terlebih satu tetes saja akan menyebabkan kurangnya ke
presisian dari perhitungan akhirnya. Titrasi ini menghasilkan data yaitu volume NaOH sebesar
6,6 mL sehingga diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,33 M. Berikut merupakan persamaan
reaksi titrasi tersebut :
H2C2O4.2H2O(aq) + 2NaOH(aq) → Na2C2O4(aq) + 2H2O(l) (4.1)
Indikator yang ditambahkan bertujuan untuk menunjukkan titik akhir titrasi dengan perubahan
warna larutan. Larutan primer dalam reaksi ini yaitu larutan asam oksalat dan larutan
sekundernya adalah larutan NaOH. Asam oksalat dipilih karena merupakan jenis asam yang
mudah bereaksi baik dengan basa kuat maupun lemah.
Percobaan selanjutnya yaitu pengenceran asam asetat menjadi variasi
konsentrasi 0,4 N dan 0,6 N dari konsentrasi 17,5 N. Cara pengenceran asam asetat diawali
dengan melakukan perhitungan menggunakan rumus pengenceran. Molaritas asam asetat mula
– mula dibandingkan dengan molaritas dan volume yang diinginkan. Pengenceran bertujuan
untuk mendapatkan konsentrasi yang lebih rendah dari suatu larutan. Perhitungan yang
dilakukan dalam praktikum kali ini menghasilkan data V1 adalah 1,149 mL untuk 0,4 N dan
1,714 mL untuk 0,6 N. Perlakuan selanjutnya yaitu melakukan titrasi asam asetat sebelum
diadsorpsi. Indikator yang digunakan adalah phenolptalein karena titrasi asam asetat dengan
NaOH merupakan titrasi antara asam lemah dengan basa kuat yang memiliki titik ekivalen 7,
indikator PP memiliki range pH 8,3 – 10. Reaksi yang terjadi yaitu sebagai berikut :
NaOH(aq) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + 2H2O(l) (4.2)
Data yang dihasilkan dari titrasi ini yaitu konsentrasi 0,2739 N untuk 0,4 N dengan volume
NaOH sebanyak 8,3 mL dan 0,3795 N untuk 0,6 N dengan volume NaOH 11,5 mL. Hasil data
ini menunjukkan semakin besar konsentrasi suatu zat maka semakin besar pula volume zat
penitrasi. Peristiwa tersebut dikarenakan semakin pekat suatu larutan yang akan dititrasi maka
akan membutuhkan volume zat penitrasi yang lebih banyak untuk mencapai keadaan setimbang
atau titik ekuivalen.
Perlakuan selanjutnya yaitu larutan yang telah dititrasi diambil sebanyak 25 mL dan
dimasukkan ke dalam erlenmyer setelah itu ditambahkan karbon aktif kedalamnya. Fungsi dari
penambahan karbon aktif yaitu sebagai adsorben. Proses adsorpsi ini bertujuan untuk
menghasilkan larutan yang lebih jernih dengan memanfaatkan fungsi dari adsorben untuk
menyerap zat-zat lain. Karbon yang telah ditambahkan selanjutnya diberi perlakuan dengan
mengocok perlahan erlenmeyer dan menutupnya dengan alumunium foil dan didiamkan kurang
lebih 30 menit untuk percobaan pertama yaitu pada suhu ruang untuk selanjutnya dipanaskan
dengan menggunakan waterbath atau penangas air pada suhu 38oc, 43oc, dan 48oC. Tujuan dari
pemanasan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemanasan terhadap proses adsorpsi pada
larutan di dalam erlenmeyer. Larutan yang telah mencapai suhu tersebut difiltrasi dan diambil
masing – masing 10 mL untuk dititrasi menggunakan NaOH, tujuannya untuk mengetuahui
konsetrasi dari asam asetat setelah proses adsorpsi. Indikator yang digunakan masih tetap sama
yaitu indikator phenolptalein dan titik akhir dari reaksi ini dari larutan tak berwarna menjadi
merah muda.
Data yang diperoleh dari titrasi asam asetat setelah adsorpsi ini yaitu untuk suhu
27 oC diperoleh konsentrasi 0,104 N dengan volume 7,9 mL untuk 0,4 N dan 0,1478 dengan
volume 11,2 mL untuk 0,6 N. Suhu 38 oC yaitu 0,0924 N dengan volume 7 mL untuk 0,4 N dan
0,14256 N dengan volume 10,8 mL untuk 0,6 N. Suhu 43 oC yaitu 0,08976 N dengan volume
6,8 mL untuk 0,4 N dan 0,1386 N dengan volume 10,8 mL untuk 0,6 N. Suhu 48 oC yaitu 0,0871
N dengan volume 6,6 mL untuk 0,4 N dan 0,1359 N dengan volume 10,3 mL untuk 0,6 N.
Hasil tersebut menunjukkan semakin tinggi suhu maka volume NaOH atau penitrasi yang
digunakan semakin kecil hal ini sesuai dengan literatur dimana pengaruh temperatur yaitu
semakin tinggi suhu maka konsnetrasi dari adsorben semakin kecil sehingga sulit untuk
meyerap zat, oleh karena itu dalam suatu proses adsorpsi lebih cocok bila suhu nya pada suhu
kamar atau ruang yaitu 298 K ( Sukardjo, 1989 ). Percobaan selanjutnya dilanjutkan dengan
melakukan perhitungan Log C dimana log tersebut merupakan nilai dari asam asetat yang telah
diadsorpsi dan juga dilakukan perhitungan massa akhir dari asam asetat. Data yang diperoleh
digunakan untuk menghitung besarnya nilai entalpi adsorpsi yang dilanjutkan dengan
pembuatan grafik. Pembuatan grafik bertujuan untuk mencari slope dan interse masing –
masing suhu, grafik dihasilkan dari hubungan log C dengan log X/m. Grafik untuk suhu 27 oC
0,4 N yaitu :
-0,8
Series1
-1
Linear (Series1)
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
log C
Gambar 4.1 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 27oC (0,4 N)
Hasil dari grafik tersebut dilihat bahwa y = mx + c, dimana nilai m adalah -0,595
dan nilai c adalah -0,388. Nilai k yang diperoleh adalah 0,4093. Grafik untuk 0,6 N pada suhu
27 oC yaitu :
log C vs log x/m pada T:27 dan
0,6 N
y = -0,873x + 0,043
0 R² = 1
0 0,5 1 1,5 2 2,5
-0,5
log x/m
-1 Series1
Linear (Series1)
-1,5
-2
log C
Gambar 4.2 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 27oC (0,6 N)
Grafik diatas dapat dilihat memiliki m sebesar -0,873 dan c nya adalah 0,043. Nilai k yang
dihasilkan yaitu 1,10. Grafik yang menunjukkan pada suhu 38 oC dan 0,4 N yaitu sebagai
berikut :
-1,03
0 1 2 3
-1,04
log x/m
-1,05 Series1
-1,07
log C
Gambar 4.3 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 38oC (0,4 N)
Grafik tersebut menunjukkan nilai m = -0,0325 dan c -1,0015, nilai k yang
dihasilkan yaitu 0,0996. Grafik yang menunjukkan pada suhu 38 oC dan 0,6 N yaitu sebagai
berikut :
log C vs log x/m pada T:38 dan
y = -0,489x - 0,357
0,6N R² = 1
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
-0,5
log x/m Series1
-1 Linear (Series1)
-1,5
log C
Gambar 4.4 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 38oC (0,6 N)
Grafik tersebut menunjukkan nilai m = -0,489 dan c -0,357, nilai k yang dihasilkan yaitu 0,4395.
Grafik yang menunjukkan pada suhu 43 oC dan 0,4 N yaitu sebagai berikut :
-1,02 Series1
Linear (Series1)
-1,04
-1,06
log C
Gambar 4.5 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 43oC (0,4 N)
Grafik tersebut menunjukkan nilai m = 0,0465 dan c -1,0934, nilai k yang dihasilkan
yaitu 0,0806. Grafik yang menunjukkan pada suhu 43 oC dan 0,6 N yaitu sebagai berikut :
Series1
-1 Linear (Series1)
-1,5
log C
Gambar 4.6 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 43oC (0,6 N)
Grafik tersebut menunjukkan nilai m = -0,3223 dan c -0,536 , nilai k yang dihasilkan yaitu
0,2910. Grafik yang menunjukkan pada suhu 48 oC dan 0,4 N yaitu sebagai berikut :
1 Series1
0 Linear (Series1)
-1 0 0,5 1 1,5 2 2,5
-1
-2
log C
Gambar 4.7 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 48oC (0,4 N)
Grafik tersebut menunjukkan nilai m = 0,0465 dan c -1,0934, nilai k yang dihasilkan yaitu
0,0806. Grafik yang menunjukkan pada suhu 48 oC dan 0,6 N yaitu sebagai berikut :
1
log x/m
0,5 Series1
Linear (Series1)
0
0 0,5 1 1,5 2 2,5
-0,5
-1
log C
Gambar 4.8 Hubungan antara log C dengan log X/m pada suhu 48oC (0,6 N)
Grafik tersebut menunjukkan nilai m = 2,603 dan c -3,469, nilai k yang dihasilkan yaitu
0,00033.
Entalpi adsorpsi yang dihasilkan dari hubungan ln k dengan 1/T pada 0,4 N
adalah -37390,552 J/mol K. Nilai tersebut dihasilkan dari y = -4497,3x – 98,269. Grafik yang
menunjukkan hubungan dari ln k dengan 1/T pada 0,4 N :
ln k vs 1/T pada 0,4 N
0
0,00295 0,003 0,00305 0,0031 0,00315 0,0032 0,00325
-2 y = -4497,3x + 10,296
R² = 0,0117
Axis Title -4
ln k
-6 Linear (ln k)
-8
-10
Axis Title
-4 ln k
-5 Linear (ln k)
-6
-7
-8
-9
Axis Title
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum dari kali ini yaitu sebagai berikut :
1. Praktikum kali menggunakan adsorben berupa karbon aktif, dimana karbon aktif
mempunyai sifat – sifat adsorbsi. Karbon aktif merupakan adsorben yang memiliki sifat – sifat
adsorpsi yang baik di udara maupun air. Karbon aktif dapat menyerapa suatu adsorbat dengan
baik sehingga semakin banyak zat yang diserap maka konsentrasi adsorbat semakin lama
semakin mengecil.
2. Entalpi adsorpsi dapat ditentukan dengan berdasarkan grafik hubungan antara ln k dengan
1/T. Entalpi adsorpsi pada praktikum kali ini dicari dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4 N dan 0,6 N.
Entalpi adsorpsi merupakan perkalian antara gradien garis pada grafik hubungan antara gradien
garis pada grafik hubungan antara ln k dengan 1/T dan R yang merupakan konstanta 8.314
J/mol.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum yang dilakukan yaitu agar mahasiswa lebih teliti dalam
melakukan perhitungan data dan dalam menjelaskan fenomena kimia yang terjadi di dalam
praktikum. Video praktikum yang tampilkan untuk tidak terlalu cepat dan penunjukkan hasil
akhir lebih jelas. Video juga perlu lebih mendetail agar praktikan lebih memahami mengenai
alat dan bahan hingga prosedur prakitikum yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PERHITUNGAN
Suhu 27℃
1) Standarisasi larutan NaOH
Molaritas Asam Oksalat (M2) = 0,22 M
Volume Asam Oksalat (V2) = 10 mL
M1V1 = M2.V2 𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
N NaOH = n× 𝑏 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,22𝑀×10 𝑚𝐿
M1 = = M × a NaOH
6,6 𝑚𝐿
M1= 0,33 M = 0,33 × 1
= 0,33 mol/k
2) Pengenceran Asam Asetat dari Konsentrasi 17,5 N
Variasi konsentrasi 0,4 N Variasi konsentrasi 0,6 N
𝑁𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝑉𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑁2 × 𝑉2 𝑁𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝑉𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑁2 × 𝑉2
17,5 N × 𝑉1 = 0,4 N × 50 mL 17,5 N × 𝑉1 = 0,6 N × 50 mL
0,4 𝑁 ×50 𝑚𝐿 0,6 𝑁 ×50 𝑚𝐿
𝑉1 = 𝑉1 =
17,5 𝑁 17,5 𝑁
𝑉1 = 1,149 mL 𝑉1 = 1,714 mL
Konsentrasi 0,6 N
Log C = Log [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
Log C = Log [0,1478 N]
Log = -0,830
6) Massa akhir 𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑯 yang diadsorpsi
(M=0,4 ; T= 38℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,2 N] × Mr NaOH
= (8,3 mL – 7,9 mL) × 0,33N × 40
= (0,4 mL) × 0,33N × 40
= 5,28 mg
(M=0,6 ; T= 38℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,2 N] × Mr NaOH
= (11,5 mL – 11,2 mL) × 0,33N × 40
= (0,3 mL) × 0,33N × 40
= 3,96 mg
𝑿
7) Nilai log (𝑴) dengan (M= massa karbon aktif = 0,29)
Konsentrasi 0,4 N
𝑋 5,280
Log ( ) = Log ( ) = -1,578
𝑀 200 𝑚𝑔
Konsentrasi 0,6 N
𝑋 3,960
Log (𝑀) = Log (200 𝑚𝑔) = -1,703
8) Menentukan nilai n (tetapan adsorpsi)
𝑋
Log (𝑀) = n log C + log K
𝟏
9) Nilai 𝑻
1 1 1
= 273+27 ℃ = 300 𝐾 = 0,0033
𝑇(𝐾)
Suhu 38℃
1) Standarisasi larutan NaOH
Molaritas Asam Oksalat (M2) = 0,22 M
Volume Asam Oksalat (V2) = 10 mL
M1V1 = M2.V2 𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
N NaOH = n× 𝑏 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,22𝑀×10 𝑚𝐿
M1 = = M × a NaOH
6,6 𝑚𝐿
M1= 0,33 M = 0,33 × 1
= 0,33 mol/k
Konsentrasi 0,6 N
Log C = Log [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
Log C = Log [0,1425 N]
Log = -0,846
6) Massa akhir 𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑯 yang diadsorpsi
(M=0,4 ; T= 38℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,2 N] × Mr NaOH
= (8,3 mL – 7 mL) × 0,33N × 40
= (1,3 mL) × 0,33N × 40
= 17,16
(M=0,6 ; T= 38℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,2 N] × Mr NaOH
= (11,5 mL – 10,8 mL) × 0,33N × 40
= (0,7 mL) × 0,33N × 40
= 9,24
𝑿
7) Nilai log (𝑴) dengan (M= massa karbon aktif = 0,29)
Konsentrasi 0,4 N
𝑋 17,16
Log (𝑀) = Log (200 𝑚𝑔) = Log 0,0858 = -1,0665
Konsentrasi 0,6 N
𝑋 9,24
Log (𝑀) = Log (200 𝑚𝑔) = Log 0,0462 = -1,335
8) Menentukan nilai n (tetapan adsorpsi)
𝑋
Log (𝑀) = n log C + log K
𝟏
9) Nilai 𝑻
1 1 1
= = = 0,0032
𝑇(𝐾) 273+38 ℃ 311 𝐾
Suhu 43℃
1) Standarisasi larutan NaOH
Molaritas Asam Oksalat (M2) = 0,22 M
Volume Asam Oksalat (V2) = 10 mL
M1V1 = M2.V2 𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
N NaOH = n× 𝑏 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,22𝑀×10 𝑚𝐿
M1 = = M × a NaOH
6,6 𝑚𝐿
M1= 0,33 M = 0,33 × 1
= 0,33 mol/k
2) Pengenceran Asam Asetat dari Konsentrasi 17,5 N
Variasi konsentrasi 0,4 N Variasi konsentrasi 0,6 N
𝑁𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝑉𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑁2 × 𝑉2 𝑁𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝑉𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑁2 × 𝑉2
17,5 N × 𝑉1 = 0,4 N × 50 mL 17,5 N × 𝑉1 = 0,6 N × 50 mL
0,4 𝑁 ×50 𝑚𝐿 0,6 𝑁 ×50 𝑚𝐿
𝑉1 = 𝑉1 =
17,5 𝑁 17,5 𝑁
𝑉1 = 1,149 mL 𝑉1 = 1,714 mL
Konsentrasi 0,6 N
Log C = Log [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
Log C = Log [0,1386 N]
Log = -0,8582
6) Massa akhir 𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑯 yang diadsorpsi
(M=0,4 ; T= 38℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,33 N] × Mr NaOH
= (8,3 mL – 6,8 mL) × 0,33N × 40
= (1,3 mL) × 0,33N × 40
= 19,8
(M=0,6 ; T= 38℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,33 N] × Mr NaOH
= (11,5 mL – 10,8 mL) × 0,33N × 40
= (0,7 mL) × 0,33N × 40
= 13,2
𝑿
7) Nilai log (𝑴) dengan (M= massa karbon aktif = 0,29)
Konsentrasi 0,4 N
𝑋 19,8
Log (𝑀) = Log (200 𝑚𝑔) = Log 0,099 = -1,00043
Konsentrasi 0,6 N
𝑋 13,2
Log (𝑀) = Log (200 𝑚𝑔) = Log 0,066 = -1,18045
8) Menentukan nilai n (tetapan adsorpsi)
𝑋
Log (𝑀) = n log C + log K
𝟏
9) Nilai 𝑻
1 1 1
= 273+43 ℃ = 316 𝐾 = 0,0031
𝑇(𝐾)
Suhu 48℃
1) Standarisasi larutan NaOH
Molaritas Asam Oksalat (M2) = 0,22 M
Volume Asam Oksalat (V2) = 10 mL
M1V1 = M2.V2 𝑎 𝑁𝑎𝑂𝐻
N NaOH = n× 𝑏 𝑁𝑎𝑂𝐻
0,22𝑀×10 𝑚𝐿
M1 = = M × a NaOH
6,6 𝑚𝐿
M1= 0,33 M = 0,33 × 1
= 0,33 mol/k
2) Pengenceran Asam Asetat dari Konsentrasi 17,5 N
Variasi konsentrasi 0,4 N Variasi konsentrasi 0,6 N
𝑁𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝑉𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑁2 × 𝑉2 𝑁𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 × 𝑉𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻 = 𝑁2 × 𝑉2
17,5 N × 𝑉1 = 0,4 N × 50 mL 17,5 N × 𝑉1 = 0,6 N × 50 mL
0,4 𝑁 ×50 𝑚𝐿 0,6 𝑁 ×50 𝑚𝐿
𝑉1 = 𝑉1 =
17,5 𝑁 17,5 𝑁
𝑉1 = 1,149 mL 𝑉1 = 1,714 mL
3) Konsentrasi awal Asam Asetat sebelum diadsorpsi
Konsentrasi 0,6 N
Log C = Log [𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻]
Log C = Log [0,1359 N]
Log = -0,866
6) Massa akhir 𝑪𝑯𝟑 𝑪𝑶𝑶𝑯 yang diadsorpsi
(M=0,4 ; T= 48℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,33 N] × Mr NaOH
= (8,3 mL – 6,6 mL) × 0,33N × 40
= (1,7 mL) × 0,33N × 40
= 22,44
(M=0,6 ; T= 48℃)
X = (a-b) × [NaOH 0,33 N] × Mr NaOH
= (11,5 mL – 10,3 mL) × 0,33N × 40
= (1,2 mL) × 0,33N × 40
= 15,84
𝑿
7) Nilai log (𝑴) dengan (M= massa karbon aktif = 0,29)
Konsentrasi 0,4 N
𝑋 22,44
Log (𝑀) = Log (200 𝑚𝑔) = Log 77,24 = 1,887
Konsentrasi 0,6 N
𝑋 15,84
Log (𝑀) = Log (200 𝑚𝑔) = Log 54,62 = 1,737
8) Menentukan nilai n (tetapan adsorpsi)
𝑋
Log (𝑀) = n log C + log K
𝟏
9) Nilai 𝑻
1 1 1
= 273+48 ℃ = 321 𝐾 = 0,0031
𝑇(𝐾)
GRAFIK
1. SUHU 27ºC
0,4 N
-0,8
Series1
-1
Linear (Series1)
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
log C
y = mx + C
y = -0,595x – 0.388
log X/m = n log C + log k
n =-0,595
log k = -0,388
k = 0,4093
ln k = -0,8933
0,6 N
-0,8
Series1
-1
Linear (Series1)
-1,2
-1,4
-1,6
-1,8
log C
y = mx + C
y = -0,873x + 0,043
log X/m = n log C + log k
n = -0,873
log k = 0,043
k = 1,10
ln k = 0,095
2. Suhu 38ºC
0,4 N
ln k = -2,306 -1,07
log C
0.6 N
log x/m
n = -0,489
Series1
log k = -0,357 -1 Linear (Series1)
k = 0,4395
ln k = -0,8221 -1,5
log C
3. Suhu 43ºC
0,4 N
n = 0,0465 -1,01
log x/m
-1,02 Series1
log k = – 1,0934
-1,03 Linear (Series1)
k = 0,0806 -1,04
ln k = -2,5182 -1,05
log C
0,6 N
y = mx + C
log C vs log x/m pada T:43 dan
y = -0,3223x -0,536
0,6 N
0 y = -0,3223x - 0,536
log X/m = n log C + log k R² = 1
0 1 2 3
n = -0,3223 -0,5
log x/m
log x/m
1
Series1
log k = -4,005 0
Linear (Series1)
0 1 2 3
k = 0,3976 -1
-2
ln k = -0,9223 log C
0,6 N
n = 2,603
0,5 Series1
log k = – 3,469 0 Linear (Series1)
k = 0,00033 -0,5 0 1 2 3
-1
ln k = -8,0164 log C
-5 ln k
-6 Linear (ln k)
-7
-8
-9
-10
Axis Title
∆𝑯 𝟏
y = mx + C, dari persamaan k =− 𝑹 𝑻
y = -4497,3x – 98,269
∆H = m × R
= -4497,3× 8,314 J/mol K
= -37390,552 J/mol K
-4 ln k
-5 Linear (ln k)
-6
-7
-8
-9
Axis Title
∆𝑯 𝟏
y = mx + C, dari persamaan k =− 𝑹 𝑻
y = -1832,3x – 104,04
∆H = m × R
= -1832,3 × 8,314 J/mol K
= -15233,7422 J/mol K
TABEL PENGAMATAN
NO PERLAKUAN HASIL
1. Standarisasi NaOH dengan C2H2O4 M asam oksalat = 0,22 M
V asam oksalat = 10 mL
V NaOH = 6,6 mL
2. Titrasi
- CH3COOH 0,4 N + PP + V NaOH = 8,3 mL
NaOH
- CH3COOH 0,6 N + PP + V NaOH = 11,5 mL
NaOH
3. Suhu 27ºC
- CH3COOH 0,4 N V NaOH = 7,9 mL
- CH3COOH 0,6 N V NaOH = 11,2 Ml
4. Suhu 38ºC
- CH3COOH 0,4 N V NaOH = 7 mL
- CH3COOH 0,6 N V NaOH = 10,8 mL
5. Suhu 43ºC
- CH3COOH 0,4 N V NaOH = 6,8 mL
- CH3COOH 0,6 N V NaOH = 10,5 mL
6. Suhu 48ºC
- CH3COOH 0,4 N V NaOH = 6,6 mL
- CH3COOH 0,6 N V NaOH = 10,3 mL