Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

REAKSI KIMIA

Tanggal Praktikum : Rabu, 05 April 2023


Nama : 1. Muhammad Faisal (11220970000027)
2. Prita AishaIsmiana (11220970000029)
3. Jati Adinindra (11220970000033)
4. Asmi Saka Noerman (11220970000065)
Kelompok :4
Kelas : 2A

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023
(1) Pendahuluan
1. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pada praktikum kali ini adalah mampu mengetahui,
mengenal, serta dapat memahami pengaruh suatu reaksi kimia dan identifikasinya
yang diantaranya adalah mengamati perubahan dan hasil reaksi pada suatu
senyawa tertentu.
2. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh suatu reaksi kimia dan
identifikasinya.
 Mahasiswa mampu mengenal pengaruh suatu reaksi kimia dan
identifikasinya.
 Mahasiswa mampu memahami pengaruh suatu reaksi kimia dan
identifikasinya

(2) Tinjauan Pustaka


Reaksi kimia adalah suatu perubahan dari suatu senyawa atau molekul menjadi
senyawa lain. Reaksi yang terjadi pada senyawa anorganik biasanya merupakan reaksi
antara ion, sedangkan reaksi pada senyawa organik biasanya dalam bentuk molekul.
Struktur organik ditandai dengan adanya ikatan kovalen antara atom-atom molekulnya.
Oleh karena itu, reaksi kimia pada senyawa organik ditandai dengan adanya pemutusan
ikatan kovalen dan pembentukan ikatan kovalen yang baru. Proses ini mungkin terjadi
secara berpisah, seperti pada reaksi yang berlangsung secara bertahap dimana
pemutusan ikatan mungkin mendahului pembentukan ikatan baru, atom dapat
berlangsung secara serentak (Goldberg, 2007).
Reaksi kimia seperti pembakaran, fermentasi, dan reduksi dari bijih menjadi
logam sudah diketahui sejak dahulu kala. Teori-teori awal transformasi dari material-
material ini dikembangkan oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Teori empat elemen dari
Empedocles(495-435 SM) yang menyatakan bahwa substansi apapun itu tersusun dari
4 elemen dasar: api, air, udara, dan bumi. Pada abad pertengahan, transformasi kimia
dipelajari oleh para alkemis. Mereka mencoba, misalnya, mengubah timbal menjadi
emas, dengan mereaksikan timbal dengan campuran tembaga-timbal dengan sulfur
(Weyer, 1973).
Produksi dari senyawa-senyawa kimia yang tidak terdapat secara alami di bumi
telah lama dicoba oleh para ilmuwan, seperti sintesis dari asam sulfur dan asam
nitratoleh alkemis Jābir ibn Hayyān (750-803). Proses ini dilakukan dengan cara
memanaskan mineral-mineral sulfat dan nitrat, seperti tembaga sulfat, alum dan kalium
nitrat. Pada abad ke-17, Johann Rudolph Glauber memproduksi asam klorida dan
natrium sulfat dengan mereaksikan asam sulfat dengan natrium klorida. Dengan adanya
pengembangan lead chamber process pada tahun 1746 dan proses Leblanc, sehingga
memungkinkan adanya produksi asam sulfat dan natrium karbonat dalam jumlah besar,
maka reaksi kimia dapat diaplikasikan dalam industri. Teknologi asam sulfat yang
semakin maju akhirnya menghasilkan proses kontak pada tahun 1880-an, dan proses
Haber dikembangkan pada tahun 1909–1910 untuk sintesis amonia (Lesch, 2000).
Dengan mengetahui beberapa jenis sifat reaksi, kita dapat menerangkan reaksi-
reaksi kimia lebih mudah, dan mungkin reaksi itu menjadi lebih mudah di pahami. Satu
skema klasifikasi yang menerangkan semua reaksi kimia.
(1) Pembakaran adalah suatu reaksi di mana suatu unsur atau senyawa bergabung
dengan oksigen membentuk senyawa yang mengandung oksigen sederhana,
misalnya :
C3H8(g) +5 O2(g) → 3 CO2(g) + 4 H2O(s)
(2) Penggabungan adalah suatu reaksi dimana sebuah zat yang lebih kompleks
terbentuk dari dua atau lebih zat yang lebih sederhana (baik unsure maupun
senyawa). Misalnya sintesis air dari unsur-unsurnya, yaitu :
2 H2(g) + O2(g) → 2 H2O(l)
(3) Penguraian adalah suatu reaksi dimana suatu zat dipecah menjadi zat-zat
sederhana. Misalnya penguraian perak oksida, yaitu :
2 Ag2O(s) → 4 Ag(s) +O2(g)
(4) Penggantian (atau perpindahan tunggal) adalah suatu reaksi di mana sebuah
unsur memindahkan unsure lain dalam suatu senyawa. Misalnya Cu
memindahkan Ag+ dari suatu larutan berair (dibentuk, misalnya dengan
melarutkan AgNO3 dalam air).
Cu(s) + 2 Ag+ (s) → Cu 2+ (s) + 2 Ag(s)
(5) Metatesis (atau perpindahan ganda) adalah suatu reaksi dimana terjadi
pertukaran antara dua pereaksi. Dalam reaksi, NO3-dan Cl- ditukar tempatnya
sehingga NO3-bergabung dengan Na+, dan Cl- bergabung dengan Ag+
membentuk AgCl yang tidak larut.
AgNO3(aq) +NaCl(aq) → AgCl(s) +NaNO3(aq)
Zat pada reaksi kimia (unsur/senyawa) dijadikan zat (unsur/senyawa) lainnya
dengan mereaksikannya. Kita tidak dapat mengubah satu unsur menjadi unsur lainnya
dalam reaksi kimia tetapi, kita dapat membuat zat baru melalui reaksi kimia. Banyak

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 2


petunjuk yang menunjukkan bahwa suatu reaksi kimia terjadi dihasilkan sesuatu baru
yang kasat mata, gas, dilepaskan atau diserapnya kalor dan seterusnya. Zat kimia yang
akhirnya berubah disebut reaktan. Sedangkan zat yang terbentuk disebut produk.
Reaktan → Produk
Beberapa jenis reaksi kimia yang umum terjadi berdasarkan pada apa yang
terjadi saat reaktan berubah menjadi produk adalah:
(1) Reaksi Penggabungan
Pada reaksi penggabungan dua atau lebih reaktan akan membentuk satu produk.
2Na + Cl2 → 2NaCl
(2) Reaksi Penguraian
Reaksi penguraian merupakan kebalikan dari reaksi penggabungan. Pada reaksi
penguraian senyawa tunggal dipecah menjadi dua zat yang lebih sederhana.
2H2O → 2H2 + O2
(3) Reaksi pembakaran
Reaksi pembakaran terjadi ketika satu senyawa, biasanya yang mengandung
karbon bergabung dengan gas oksigen diudara. Proses ini umumnya disebut
pembakaran. Kalor adalah produk yang paling berguna dari sebagian besar reaksi
pembakaran.
C3H8 + SO2 → 3CO2 + 4H2O
(4) Reaksi pengendapan
Reaksi yang menghasilkan padatan yang tidak larut dalam larutan.
KCl + AgNO3 → AgCl + KNO3
Reaksi kimia adalah suatu reaksi antara senyawa kimia atau unsur kimia yang melibatkan
perubahan struktur dari molekul, yang umumnya berkaitan dengan pembentukan dan
pemutusan ikatan kimia. Dalam suatu reaksi kimia terjadi proses ikatan imia, di mana atom zat
mula-mula (edukte) bereaksi menghasilkan hasil (produk). Berlangsungnya proses ini dapat
memerlukan energi (reaksi endotermal) atau melepaskan energi (reaksi eksotermal).
Menyetarakan persamaan kimia,Untuk menyetarakan suatu persamaan, perlu membuat jumlah
atom masing-masing unsur menjadi sama pada sisi reaktan dan sisi produk. Tetapi terdapat
aturan. tidak boleh mengubah rumus zat. Misalnya, CO2 tidak bisa diubah menjadi CO3. Hanya
dapat menempatkan angka yang disebut koefisien di depan rumus kimia. Koefisien ini
menggandakan jumlah atom dari setiap unsur dalam rumus kimia tersebut. Sebagai contoh,
rumus H2O menunjukkan 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen. Tapi 2H2O menunjukkan 2
molekul air, untuk total 4 atom hidrogen dan 2 atom oksigen. Rumus 3Ca(NO3)2 menunjukkan
3 atom kalsium, 6 atom nitrogen, dan 18 atom oksigen

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 3


(3) Metode Percobaan
A.Alat
 Tabung reaksi 12 buah
 Pipet tetes 10 buah
 Gelas ukur 10 ml 3 buah
 Pembakar spirtus 1 buah
 Penjepit tabung reaksi 1 buah
 Rak tabung reaksi 1 buah

B.Bahan
 Serbuk magnesium(Mg) 1 gram
 HCI 6M 10 ml
 CaCO3 0.5 M 10 ml
 H2SO4 0.5 M 10 ml
 FeCI3 0.5 M 10 ml
 NaOH 6M 10 ml
 C2H5OH(Etanol) 10 ml
 AgNO3 0.5 M 10 ml
 CuSO4 0.5 M 10 ml
 Na2CO3 0.5 M 10 ml
 NH4OH (NH3) 10 ml

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 4


(4) Prosedur Kerja

Larutan = 2 ml sedangkan
Padatan = 0,1 gr.

Zat-zat ini dimasukkan kedalam


tabung reaksi untuk melihat
perubahan yang terjadi.

 Mg + HCl →
 AgNO3 + HCl →
 H2SO4 + NaOH →
 CuSO4 + NaOH →
 HCl + NaOH →
 CaCO3 + HCl →
 FeCL3 + NaOH →
 C2H5OH + O2 →
 Na2CO3 + H2SO4 →
 CuSO4 + NH3
 NaOH + FeCl3 →

Diamati reaksi yang terjadi.

Dituliskan persamaan reaksinya


secara lengkap dan disetarakan
koefisien reaksinya.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 5


D. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil
No. Bahan Perlakuan Hasil Reaksi Keterangan
yang Pengamatan Kimia
digunakan
1. Magnesium Memasukan Magnesium Mg (s)
5 butir dan Magnesium larut dalam +
Asam kedalam Asam 2HCl (aq) 
Klorida tabung reaksi Klorida dan MgCl2(aq)
2mL lalu menghasilkan +
menambahkan gelembung H2(g)
asam klorida saat
direaksikan
2. Barium Memasukan Muncul BaCl2 (Aq)
Klorida Barium endapan, +
2mL dan Klorida gelembung, Na2CO3(Aq)
Natrium kedalam dan 
Karbonat tabung reaksi perubahan 2NaCl (Aq)
2mL lalu warna dari +
menambahkan bening BaCO3 (s)
Natrium menjadi
Karbonat warna putih
3. Asam Memasukan Larut dan H2SO4 (Aq)
Sulfat 2mL Asam Sulfat muncul +
dan kedalam gelembung 2NaOH (Aq)
Natrium tabung reaksi saat 
Hidroksida lalu direaksikan Na2SO4
2mL menambahkan (Aq)
Natrium +
Hidroksida H2O (Aq)

4. Tembaga II Memasukan Terdapat CuSO4 (Aq)


Sulfat 2mL Tembaga II endapan +
dan Sulfat setelah 2NaOH (Aq)
Natrium kedalam direaksikan 
Hidroksida tabung reaksi Cu(OH)2 (s)
2mL lalu +
menambahkan Na2SO4
Natrium (Aq)
Hidroksida

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 6


5. Asam Memasukan Larut dan HCl (Aq)
Klorida Asam Klorida saat +
2mL dan kedalam direaksikan NaOH (Aq)
Natrium tabung reaksi terjadi 
Hidroksida lalu perubahan NaCl (Aq)
2 mL menambahkan temperatur +
Natrium dari biasa H2O (l)
Hidroksida menjadi
hangat

6. Kalsium Memasukan Saat CaCO3 (Aq)


Karbonat Kalsium direaksikan +
2mL dan Karbonat membentuk 2HCl (Aq)
Asam kedalam gelembung 
Klorida tabung reaksi dan CaCl2 (s)
2mL lalu menghasilkan +
menambahkan sebuah gas CO2 (g)
Asam Klorida +
H2O (l)

7. Besi III Memasukan Terdapat FeCL3 (Aq)


Klorida Besi III endapan dan +
2mL dan Klorida mengalami 3NaOH (Aq)
Natrium kedalam perubahan 
Hidroksida tabung reaksi warna dari Fe(OH)3 (s)
lalu kuning +
menambahkan menjadi 3NaCl (Aq)
Natrium kuning pekat
Hidroksida menuju hitam

8. Etanol Memasukan Mengalami C2H5OH (l)


2mL Etanol perubahan +
kedalam zat dari 2O2 (g)
tabung reaksi cairan 
lalu dijepitkan menjadi gas 2CO2 (g)
menggunakan (penguapan) +
penjepit dan 3H2O (g)
kemudian mengalami
dipanaskan perubahan
diatas volume
pembakar
spiritus

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 7


9. Natrium Memasukan Terdapat Na2CO3
Karbonat Natrium gelembung (Aq)
2mL dan Karbonat saat +
Asam kedalam diraksikan H2SO4 (Aq)
Sulfat 2 tabung reaksi maupun 
mL lalu setelah Na2SO4
menambahkan direaksikan (Aq)
Asam Sulfat +
CO2 (g)
+
H2O (l)
10. Tembaga II Memasukan Terjadi CuSO4 (Aq)
Sulfat 2mL Tembaga II Perubahan +
dan Sulfat warna dari 4NH3 (Aq)
Amonia kedalam biru pekat 
2mL tabung reaksi menjadi biru Cu(NH3)
lalu muda dan (Aq)
menambahkan tidak terdapat +
Amonia gelembung SO4 (Aq)

11. Natrium Memasukan Terdapat 3NaOH (Aq)


Hidroksida Natrium Endapan +
2mL dan Hidroksida setelah FeCL3 (Aq)
Besi III Kedalam direaksikan 
Klorida tabung reaksi dan Fe(OH)3 (s)
2mL lalu mengalami +
menambahkan perubahan 3NaCL (Aq)
Besi III warna dari
Klorida kuning pekat
menjadi
hitam

2. Pembahasan
Pada praktikum Reaksi Kimia ini kelompok kami melakukan beberapa
praktikum dengan berbagai larutan yang dicampurkan menjadi satu dengan larutan
lainnnya yang bertujuan untuk mengetahui,memahami atau mengenal pengaruh suatu
reaksi kimia.
Pada praktikum ini kami melakukan reaksi kimia sebanyak 11 uji coba dengan
berbagai larutan.
Pada larutan pertama,kami memasukkan magnesium 5 butir ke dalam tabung
reaksi.Setelah itu,memasukkan juga asam klorida 2mL ke dalam tabung reaksi.Hasil
reaksi kimia dari pencampuran kedua bahan tersebut menghasilkan gelembung saat
direaksikan dan magnesium larut ke dalam larutan.Reaksi kimia ini menghasilkan
senyawa baru yaitu MgCl2(Aq) dan H2(g) dari senyawa sebelumnya Mg (s) dan 2HCl

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 8


(Aq)
Pada larutan kedua,kami memasukkan barium klorida sebanyak 2mL ke dalam
tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga natrium karbonat 2mL ke dalam tabung
reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut menghasilkan
endapan,muncul gelembung saat direaksikan dan terjadi perubahan warna dari bening
menjadi warna putih.Reaksi kimia ini menghasilkan 2NaCI(Aq) dan BaCO3(s) dari
senyawa sebelumnnya BaCI2(aq) dan Na2CO3(aq).
Pada larutan ketiga,kami memasukkan asam sulfat sebanyak 2mL ke dalam
tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Natrium Hidroksida 2mL ke dalam
tabung reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut munculnnnya
gelembung saat direaksikan.Reaksi kimia ini menghasilkan Na2SO4(Aq) dan H2O(Aq)
dari senyawa sebelumnnya H2SO4(Aq) dan 2NaOH(Aq).
Pada larutan keempat,kami memasukkan Tembaga II Sulfat sebanyak 2mL ke
dalam tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Natrium Hidroksida 2mL ke dalam
tabung reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut munculnya
endapan saat direaksikan.Reaksi kimia ini menghasilkan CuSO4(Aq) dan 2NaOH(Aq)
dari senyawa sebelumnnya Cu(OH)2(s) dan Na2SO4(Aq).
Pada larutan kelima,kami memasukkan Asam Klorida sebanyak 2mL ke dalam
tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Natrium Hidroksida 2mL ke dalam
tabung reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut terjadi
perubahan suhu dari suhu normal menjadi hangat saat direaksikan.Reaksi kimia ini
menghasilkan NaCI(Aq) dan H2O(I) dari senyawa sebelumnnya HCI(Aq) dan
NaOH(Aq).
Pada larutan keenam,kami memasukkan Kalsium Karbonat sebanyak 2mL ke
dalam tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Asam Klorida 2mL ke dalam tabung
reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut munculnya
gelembung dan menghasilkan sebuah gas saat direaksikan.Reaksi kimia ini
menghasilkan CO2(g),CaCI2(s) dan H2O(I) dari senyawa sebelumnnya CaCO3(Aq)
dan 2HCL(Aq).
Pada larutan ketujuh,kami memasukkan Besi III Klorida sebanyak 2mL ke
dalam tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Natrium Hidroksida 2mL ke dalam
tabung reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut munculnya
endapan dan terjadinnya perubahan warna dari kuning menjadi kuning pekat
kehitaman.Reaksi kimia ini menghasilkan Fe(OH)3(s) dan 3NaCI(Aq) dari senyawa
sebelumnnya FeCI3(Aq) dan 3NaOH(Aq).

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 9


Pada larutan kedelapan,kami memasukkan etanol sebanyak 2mLke dalam
tabung reaksi.Setelah itu,menyalakan pembakar spirtus dan memanaskan etanol yang
di dalam tabung reaksi di atas pembbakar spirtus untuk memegang tabung reaksi
menggunakan penjepit.Hasil reaksi kimia dari etanol yang dipanaskan di atas
pembakarann spirtus tersebut mengalami perubahan zat dari cairan menjadi gas
(penguapan) dan mengalami perubahan volume.Reaksi kimia ini menghasilkan 2CO2
(g) dan 3H2O (g) ) dari senyawa sebelumnnya C2H5OH (l) dan 2O2(g).
Pada larutan kesembilan,kami memasukkan Natrium Karbonat sebanyak 2mL
ke dalam tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Asam Sulfat 2mL ke dalam
tabung reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut munculnya
gelembung saat direaksikan.Reaksi kimia ini menghasilkan Na2SO4(Aq),CO2(g) dan
H2O(I) dari senyawa sebelumnnya Na2CO3(Aq) dan H2SO4(Aq).
Pada larutan kesepuluh,kami memasukkan Tembaga II Sulfat sebanyak 2mL ke
dalam tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Amonia 2mL ke dalam tabung
reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut terjadinya perubahan
warna dari birupekat menjadi biru muda dan tidak menghasilkann gelembung saat
direaksikan.Reaksi kimia ini menghasilkan Cu(NH3)(Aq) dan SO4(Aq) dari senyawa
sebelumnnya CuSO4(Aq) dan 4NH3(Aq).
Pada larutan kesebelas,kami memasukkan Natrium Hidroksida sebanyak 2mL
ke dalam tabung reaksi.Setelah itu,memasukkan juga Besi II Klorida 2mL ke dalam
tabung reaksi.Hasil reaksi kimia dari pencampuran kedua larutan tersebut munculnya
endapan dan terjadinya perubahan warna dari kuning menjadi hitam direaksikan.Reaksi
kimia ini menghasilkan Fe(OH)3(s) dan 3NaCL(Aq) dari senyawa sebelumnnya
3NaOH (Aq) dan FeCI3(aq)

E.Kesimpulan

Kesimpulan dari kelompok kami pada praktikum “Reaksi Kimia” diantaranya yaitu :

 Reaksi Kimia merupakan perubahan satu atau lebih zat menjadi zat – zat baru
yang sifatnya berbeda daripaada zat – zat penyusunnya. Dalam suatu reaksi
kimia terjadi proses ikatan kimia.
 Setelah direaksikan terjadi perubahan wujud (terdapat endapan) dan perubahan
warna (menjadi pekat/gelap) yaitu pada percobaan ke-2; 4; 7; dan 11.
 Menghasilkan gelembung setelah direaksikan ada pada percobaan ke-1; 3; dan
9.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 10


 Percobaan yang mengalami perubahan suhu yaitu percobaan ke-5.
 Pada saat direaksikan saja menghasilkan gelembung dan gas yaitu percobaan ke-
6.
 Percobaan yang mengalami proses penguapan dan perubahan volume yaitu
percobaan ke-8.
 Setelah direaksikan mengalami perubahan warna tetapi tidak terdapat
gelembung ada pada percobaan ke-10.

F.Referensi

James, Brady E. 1989. Kimia Universitas. Edisi: 5. Jakarta: Erlangga.


Keenan Kleinfelter, Wood. A. 1999. Kimia Untuk Universitas. Edisi : 6.
Jakarta Erlangga
Nonimus Petrucci, Raleh H. 1996. Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga.
Sukardjo. 1989. Kimia Fisika. Jakarta: PT Rineke Cipta.
Sutresna Nana. 2006. Kimia. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 11


G.Lampiran

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 12


Material Safety Data Sheet (MSDS)
1. Magnesium (Mg)
Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Serbuk
 Penampilan : Padatan biru gelap
 Bau : Berbau
 pH : >7
 Tekanan Uap : Tidak tersedia
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Viskositas : Tidak tersedia
 Suhu Nyala : 1204 F (651,11 C)
 Titik Didih : 1363 K (1090 C, 1994 F)
 Titik Lebur : 923 K (650 C, 1202 F)
 Kelarutan : Larut dalam air
 Berat Molekul : 24 g/mol
Identifikasi Bahaya
 Mata : Debu dapat menyebabkan iritasi mekanis.
 Kulit : Debu dapat menyebabkan iritasi mekanis. Partikel tertanam di kulit dapat
menyebabkan “gangrene gas kimia” dengan gejala persisten lesi, peradangan
dan gas gelembung dibawah kulit.
 Tertelan : Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Bahaya rendah
untuk biasa penanganan industri.
 Terhirup : Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Menghirup asap
mungkin menyebabkan demam asap logam, yang ditandai dengan gejala seperti
flu dengan rasa logam, demam, menggigil, batuk, kelemahan, nyeri dada, nyeri
otot dan meningkatkan jumlah sel darah putih.
 Kena air, membebaskan gas yang sangat mudah terbakar, secara spontan mudah
terbakar di air (Water Reaktif).
Penanganan
 Mata : Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, kadang
– kadang mengangkat kelopak mata keatas dan kebawah. Dapatkan bantuan
medis.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 13


 Kulit : Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak sabun dan
air selama minimal 15 menit saat mengeluarkan pakaian dan sepatu yang
terkontaminasi.
 Tertelan : Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cupfuls susu atau air.
Dapatkan bantuan medis dengan segera.
 Terhirup : Hapus dari paparan udara segar segera. Jika tidak bernafas,
memberikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan
bantuan medis.

2. Asam Klorida (HCL)


Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Cair
 Penampilan : Cairan tak berwarna sampai dengan kuning pucat
 Bau : Berbau menyengat
 pH : <1
 Tekanan Uap : Tidak tersedia
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : 1,18 g/cm3
 Viskositas : 1,9 mPa.s pada 25 C, larutan 31,5%
 Keasaman (pKa) : -6,3
 Titik Didih : 48 C (321 K), larutan 38%
 Titik Lebur : -27,32 C (247 K), larutan 38%
 Kelarutan : Air dan alkohol
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : Tidak tersedia
 Berat Molekul : 36458 g/mol
Identifikasi Bahaya
 Kelas bahaya : Kerusakan kulit dan mata, korosi dan iritasi.
 Menyebabkan luka bakar pada kulit dan mata yang parah dan kerusakan.
 Jangan menghirup kabut, uap, atau semprotan.
 Kelas bahaya : Toksisitas akut, oral dan inhalasi.
 Berbahaya jika tertelan atau terhirup.
 Hindari menghirup kabut, uap atau semprotan.
 Jangan makan, minum atau merokok saat menggunakan produk ini.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 14


 Kelas bahaya : Korosif terhadap logam.
 Dapat merusak logam.
 Paparan industri terhadap uap dan kabut asam klorida terdaftar sebagai
karsinogen terhadap manusia yang diketahui oleh IARC.
Penanganan
 Jika terhirup : Pindahkan korban ke udara segar dan diamkan dalam posisi yang
nyaman untuk bernafas.
 Jika di mata : Bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan. Lakukan pembilasan.
 Jika pada kulit atau rambut : Segera lepaskan semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilas kulit dengan air. Cuci pakaian yang terkontaminasi
sebelum digunakan kembali.
 Jika tertelan : Bilas mulut dan JANGAN paksa muntah.
 Solusi yang tidak mudah terbakar.
 Saat dipanaskan hingga terurai, mengeluarkan asap hidrogen klorida yang
beracun.
 Jika terjadi kebakaran : Gunakan alat pemadam api kimia kering kelas tiga.
 Kode NFPA
 Hazard (racun) : 3
 Fire (api) ;0
 Reactive (reaktif) : 1
 Beri ventilasi pada area dan berisi tumpahan dengan pasir atau bahan penyerap
lembam lainnya, netralkan dengan natrium bikarbonat atau kalsium hidroksida,
dan simpan dalam kantung atau wadah tertutup, Serap tumpahan untuk
mencegah kerusakan material.
3. Kalsium Karbonat (CaCO3)
Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Bubuk
 Penampilan : Serbuk putih halus, rasa kekapuran
 Bau : Tidak berbau
 pH : Tidak tersedia
 Tekanan Uap : Tidak tersedia
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 15


 Viskositas : Tidak tersedia
 Densitas : 2.711 g/cm3 (Kalsit); 2.83 g/cm3 (Aragonit)
 Titik Didih : Mengurai
 Titik Lebur : 825 C (Kalsit); 1339 C (Aragonit)
 Keasaman (pKa) : 9.0
 Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia
 Kelarutan : Asam tetapi menghasilkan karbondioksida. Sedikit didalam air.
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : 2.7
 Berat Molekul : 100 g/mol
Identifikasi Bahaya
Bahan kimia ini dianggap tidak berbahaya menurut klasifikasi GHS untuk
Standar Komunikasi Bahaya. Perlakukan semua bahan kimia laboratorium dengan hati
– hati.Meskipun bahan ini dianggap tidak berbahaya, reaksi tak terduga diantara bahan
kimia selalu mungkin terjadi. Praktik laboratorium yang bijaksana harus diperhatikan.
Penanganan
 Jika terhirup : Pindahkan korban ke tempat berudara segar dan baringkan dengan
posisi yang nyaman untuk bernafas.
 Jika terkena mata : Bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah melakukannya. Lanjutkan
membilas.
 Jika mengenai kulit : Cuci dengan banyak air.
 Jika tertelan : Bilas mulut. Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika anda
merasa tidak sehat.
 Tidak mudah terbakar, padatan tidak mudah terbakar.
 Saat dipanaskan hingga terurai, dapat mengeluarkan asap beracun.
 Jika terjadi kebakaran : Gunakan alat pemadam api kimia kering kelas tiga.
 Kode NFPA Tidak ada yang ditetapkan
 Sapu tumpahan, tempatkan dalam kantong atau wadah tertutup, dan buang.
Ventilasikan area dan cuci tempat tumpahan setelah pengambilan bahan selesai.

4. Asam Sulfat (H2SO4)


Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Cair
 Penampilan : Tak berwarna dan berminyak

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 16


 Bau : Tidak berbau
 pH : 0
 Tekanan Uap : <10 Pa pada 20 C (diabaikan)
 Kepadatan Uap : <0.3 (25 C)
 Tingkat Penguapan : <1
 Keasaman (pKa) : 1,98 pada 25 C
 Viskositas : 26,7 cP (20 C)
 Densitas : 1,84 g/cm3
 Titik Didih : 337 C
 Titik Lebur : 10 C
 Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia
 Kelarutan : Dapat laut dalam air
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : 1.84
 Berat Molekul : 98 g/mol
Identifikasi Bahaya
Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar. Berbahaya jika teroles. Hindari uap
ataupun asapnya. Gunakan dalam ventilasi cukup. Hindari kontak dengan mata, kulit
atau baju. Cuci tangan dengan bersih setelah memegang dan simpan rapat – rapat
Penanganan
 Pertolongan pertama : Panggil dokter
 Kulit : Bila terjadi kontak, segera basuh kulit dengan air minimal 15 menit saat
membersihkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Bersihkan secara
menyeluruh pakaian dan sepatu sebelum digunakan lagi.
 Mata : Basuh mata dengan air selama minimal 15 menit, buka tutup pelupuk
mata beberapa kali. Cari pertolongan medis.
 Pernapasan : Segera cari udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan, jika masih sulit bernapas, berikan oksigen.
 Tertelan : Berikan beberapa gelas susu atau air. Akan terjadi beberapa kali
muntah, jangan memasukkan apapun kedalam mulut orang yang tidak sadar.
 Serap tumpahan dengan lap basah, kemudian letakkan dalam tempat sampah
kimia. Atau bisa juga dinetralkan dengan basa lemah.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 17


5. Besi III Klorida (FeCl3)
Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Cair
 Penampilan : Coklat atau cairan kuning
 Bau : Tidak berbau
 pH : ~1
 Tekanan Uap : Tidak tersedia
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : 2,898 g/cm3 (Anhidrat); 1,82 g/cm3 (Heksahidrat)
 Viskositas : 12 cP (40% larutan)
 Titik Didih : 315 C (599 F, 588 K) (Anhidrat, terdekomposisi); 280 C (536 F,
553 K) (Heksahidrat, terdekomposisi)
 Titik Lebur : 306 C (Anhidrat); 37 C (99 F, 310 K) (Heksahidrat)
 Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia
 Kelarutan dalam Air : 74,4 g/100 mL (0 C); 92 g/100 mL (Heksahidrat, 20 C)
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : Tidak tersedia
 Berat Molekul : 162,21 g/mol
Identifikasi Bahaya
 Kelas bahaya : Toksisitas akut, oral.
 Mungkin berbahaya jika tertelan.
 Kelas bahaya : Korosi atau iritasi kulit.
 Menyebabkan iritasi kulit ringan.
 Kelas bahaya : Kerusakan atau iritasi mata yang serius.
 Menyebabkan gangguan mata berat.
Penanganan
 Jika terhirup : Pindahkan korban ke udara segar dan jaga posisi istirahat yang
nyaman untuk bernafas.
 Jika di mata : Bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan. Lanjutkan pembilasan.
 Jika iritasi mata berlanjut, dapatkan nasihat atau perhatian medis.
 Jika iritasi kulit terjadi : Dapatkan saran atau perhatian medis. Segera siram
dengan air tawar selama minimal 15 menit.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 18


 Jika tertelan : Bilas mulut. Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika anda
merasa tidak sehat.
 Tidak mudah terbakar, solusi tidak mudah terbakar.
 Jika terjadi kebakaran : Gunakan alat pemadam api kimia kering kelas tiga.
 Area ventilasi. Isi tumpahan dengan pasir atau bahan penyerap dan simpan
dalam kantong atau wadah tertutup.

6. Natrium Hidroksida (NaOH)


Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Padatan
 Penampilan : Putih, licin, kristal buram
 Bau : Tidak berbau
 pH : Tidak tersedia
 Tekanan Uap : <2,4 kPa (pada 20 C)
 Kepadatan : 2,13 g/cm3
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : Tidak tersedia
 Viskositas : Tidak tersedia
 Titik Didih : 1,388 C (2,530 F, 1,661 F)
 Titik Lebur : 323 C (614 F, 596 F)
 Keasaman (pKa) : 15,7
 Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia
 Kelarutan dalam Air : Larut
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : Tidak tersedia
 Berat Molekul : 40 g/mol
Identifikasi Bahaya
Parah menyebabkan iritasi dan luka bakar. Berbahaya jika tertelan. Hindari
menghirup uap atau debunya. Gunakan dengan ventilasi yang memadai. Hindari kontak
dengan mata, kulit, pakaian. Cuci tangan sampai bersih setelah memegang. Jagalah agar
wadah tertutup.
Penanganan
 Pertolongan pertama : Panggil dokter

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 19


 Kulit : Dalam kasus kontak, segera basuh kulit dengan air selama minimal 15
menit sambil melepas pakaian dan sepatu yang tercemar. Bersihkan secara
menyeluruh pakaian dan sepatu sebelum digunakan lagi.
 Mata : Cuci mata dengan air selama minimal 15 menit, buka tutup mata beberapa
kali. Cari pertolongan medis.
 Pernapasan : Hirup udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.
Jika sulit bernapas, berikan oksigen.
 Tertelan : Berikan beberapa gelas susu atau air. Muntah dapat terjadi secara
spontan, tetapi JANGAN DIBUAT MUNTAH! Jangan memasukkan apapun
kedalam mulut orang yang tidak sadar.
 Pakaian pelindung diperlukan saat menyapu, menyendok, atau mengambil
materi tumpah. Pindahkan ke wadah logam yang sebaiknya tertutup untuk
pembuangan limbah ke fasilitas yang telah disetujui.

7. Etanol (C2H5OH)
Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Cairan
 Penampilan : Tak berwarna
 Bau : Bau alkohol
 pH : Tidak tersedia
 Tekanan Uap : 58 kPa (20 C)
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : 0,7893 g/cm3
 Viskositas : 1,200 cP (20 C)
 Titik Didih : 78,29
 Titik Lebur : -114,14
 Keasaman (pKa) : 15,9
 Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia
 Kelarutan dalam Air : Tercampur penuh
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : Tidak tersedia
 Berat Molekul : 46,0688 g/mol
Identifikasi Bahaya
 Kelas bahaya : Cairan mudah terbakar.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 20


 Cairan dan uap yang sangat mudah terbakar.
 Jauhkan dari panas, percikan api, nyala api terbuka, dan permukaan panas.
 Dilarang merokok.
 Kelas bahaya : Toksisitas akut, oral.
 Berbahaya jika tertelan.
 Jangan makan, minum atau merokok saat menggunakan produk ini.
 Kelas bahaya : Kulit dan kerusakan mata yang serius, korosi atau iritasi.
 Menyebabkan kulit dan iritasi mata yang serius.
 Kelas bahaya : Toksisitas sistemik organ target khusus, paparan tunggal, iritasi
saluran pernapasan.
 Dapat menyebabkan iritasi pernapasan.
 Hindari menghirup kabut, uap atau semprotan.
 Kelas bahaya : Toksisitas sistemik organ target khusus, paparan tunggal.
 Menyebabkan kerusakan pada organ.
 Penambahan denaturant membuat produk beracun. Tidak bisa dibuat tidak
beracun.
Penanganan
 Jika terpapar atau terkena : Hubungi PUSAT RACUN atau dokter.
 Jika terhirup : Pindahkan korban ke udara segar dan jaga posisi istirahat yang
nyaman untuk bernafas.
 Jika di mata : Bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan. Lakukan pembilasan.
 Jika pada kulit atau rambut : Segera lepaskan semua pakaian yang
terkontaminasi. Bilas kulit dengan air.
 Jika tertelan : Bilas mulut.
 Kelas IB cairan mudah terbakar.
 Titik nyala : 13 C Batas mudah terbakar : Lebih rendah: 1,4% Atas : 36,0%
 Saat dipanaskan, melepaskan asap yang mudah terbakar.
 Jika terjadi kebakaran : Gunakan alat pemadam api kimia kering kelas tiga.
 Kode NFPA
 Hazard (racun) : 2
 Fire (api) :3
 Reactive (reaktif) ; 0

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 21


 Hapus semua sumber nyala dan beri ventilasi. Isi tumpahan dengan pasir atau
bahan penyerap lembam lainnya dan simpan dalam kantong atau wadah tertutup.

8. Perak I Nitrat (AgNO3)


Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Bubuk
 Penampilan : Padatan berwarna putih
 Bau : Tidak berbau
 pH : ca. 6 (netral untuk lakmus)
 Tekanan Uap (mm Hg) : Sangat rendah
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : 4.35 g cm-3
 Viskositas : Tidak tersedia
 Titik Didih : 444 C (831 F, 717 K)
 Titik Lebur : 212 C (414 F, 485 K)
 Keasaman (pKa) : Tidak tersedia
 Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia
 Kelarutan : Larut dalam etanol dan aseton
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : Tidak tersedia
 Berat Molekul : 4.352 g/mol
Identifikasi Bahaya
Beracun, berbahaya, korosif, menyebabkan luka bakar pada setiap jaringan
tubuh, bisa fatal jika tertelan, berbahaya jika dihirup, oksidator kuat, dapat
menyebabkan kebakaran apabila kontak dengan bahan lain.
Kode NFPA
 Hazard (racun) : 3
 Fire (api) :0
 Reactive (reaktif) : 3
 Contact (Korosif) :3
Penanganan
 Inhalasi : Hilangkan dengan udara segar. Jika tidak bernafas, berikan pernapasan
buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Mendapatkan perhatian medis
segera.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 22


 Ingesti : Jangan menyedot langsung dengan mulut. Berikan minum yang banyak.
Jangan pernah memberikan sesuatu melalui mulut kepada orang yang tidak
sadar . Segera beri pertolongan medis.
 Kontak Kulit : Segera basuh kulit dengan banyak air minimal 15 menit sambil
menghilangkan kontaminan pada pakaian dan sepatu. Segera beri pertolongan
medis. Cuci pakaian dan sepatu sebelum digunakan kembali.
 Kontak Mata : Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit,
sambil dikedip – kedipkan. Segera beri pertolongan medis.
 Bahan pengoksidasi ini mudah terbakar bila didekatkan dengan bahan yang
mudah terbakar.
 Jika terjadi kebakaran, pakailah full protective clothing dan NIOSH-approved
self, terdiri dari alat pernapasan dengan penutup wajah penuh dan dioperasikan
pada tekanan yang diinginkan atau mode tekanan positif lainnya.

9. Tembaga II Sulfat (CuSO4)


Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Bubuk
 Penampilan : Biru (Pentahidrat); Abu – abu putih (Anhidrat)
 Bau : Tidak berbau
 pH : 3,5 – 4,5 pada 50 g/L 20 C
 Tekanan Uap : Tidak tersedia
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : 3.603 g/cm3 (Anhidrat); 2.284 g/cm3 (Pentahidrat)
 Viskositas : Tidak tersedia
 Keasaman (pKa) : Tidak tersedia
 Titik Didih : Tidak tersedia
 Titik Lebur : 110 C (4H2O); 150 C (423 K) (5H2O) < 650 C decomp.
 Kelarutan : Tidak bercampur pada etanol (Anhidrat); Bercampur di metanol 10.4
g/L (18 C) dan tidak bercampur di etanol (Pentahidrat)
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : Tidak tersedia
 Berat Molekul : 249,69 g/mol

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 23


Identifikasi Bahaya
 Berbahaya jika tertelan.
 Menyebabkan kerusakan mata yang serius.
 Sangat toksik pada kehidupan perairan dengan efek jangka panjang.
Penanganan
 Jika terhirup : Hirup udara segar. Jika nafas terhenti, berikan nafas buatan mulut
ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin. Segera
hubungi dokter.
 Jika terkena mata : Bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan. Lakukan pembilasan.
 Jika terjadi kontak kulit : Bilaslah dengan air yang banyak.
 Jika tertelan : Segera beri korban minum air putih (maksimal 2 gelas).
Periksakan ke dokter.
 Tidak mudah terbakar.
 Api ambient dapat melepaskan uap yang berbahaya.
 Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi : Sulfur oksida.
 Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan perlindung pernafasan. Untuk
menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak aman dan gunakan pakaian
pelindung yang sesuai.

10. Natrium Karbonat (Na2CO3)


Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Serbuk
 Penampilan : berwarna putih
 Bau : Tidak berbau
 pH : 11,16 pada 4 g/L 25 C
 Tekanan Uap : Tidak tersedia
 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : 2,53 g/cm3 pada 20 C
 Viskositas : Tidak tersedia
 Keasaman (pKa) : Tidak tersedia
 Titik Didih : 300 C pada 1.013 hPa
 Titik Lebur : 854 C

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 24


 Kelarutan dalam Air : 212,5 g/L pada 20 C
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : 2,54
 Berat Molekul : 105,9888 g/mol
Identifikasi Bahaya
 Kelas bahaya : Kerusakan atau iritasi mata yang serius.
 Menyebabkan gangguan mata berat.
 Kelas bahaya : Toksisitas akut, oral.
 Mungkin berbahaya jika tertelan.
 Kelas bahaya : Korosi atau iritasi kulit..
 Menyebabkan iritasi kulit ringan.
Penanganan
 Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika anda merasa tidak sehat.
 Jika terhirup : Pindahkan korban ke udara segar dan jaga posisi istirahat yang
nyaman untuk bernafas.
 Jika di mata : Bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan. Lakukan pembilasan. Jika
iritasi mata berlanjut, dapatkan nasihat atau perhatian medis.
 Jika pada kulit : Cuci dengan banyak air. Jika iritasi kulit terjadi, dapatkan saran
atau perhatian medis.
 Jika tertelan : Bilas mulut.
 Padatan tidak mudah terbakar.
 Saat dipanaskan hingga terurai, dapat mengeluarkan asap beracun.
 Jika terjadi kebakaran : Gunakan alat pemadam api kimia kering kelas tiga.
 Kode NFPA Tidak ada yang ditetapkan
 Jangan biarkan benda padat mengudara. Ventilasikan area. Bersihkan,
tempatkan dalam kantong atau wadah tertutup dan buang. Cuci lokasi tumpahan
setelah pengambilan material selesai.
11. Amonium Hidroksida (NH4OH)
Sifat Fisika dan Kimia
 Keadaan Fisik : Cairan
 Penampilan : Tidak berwarna
 Bau : Amis, sangat tajam
 pH : Tidak tersedia
 Tekanan Uap : 483 hPa

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 25


 Kepadatan Uap : Tidak tersedia
 Tingkat Penguapan : Tidak tersedia
 Densitas : Tidak tersedia
 Viskositas : Tidak tersedia
 Keasaman (pKa) : Tidak tersedia
 Titik Didih : 37,7 C pada 1.013 hPa
 Titik Lebur : -57,5 C
 Kelarutan dalam Air : Bercampur
 Gravitasi / Kepadatan Spesifik : 0,98 – 0,99
 Berat Molekul : 35,04 g/mol
Identifikasi Bahaya
 Kelas bahaya : Kerusakan atau iritasi mata yang serius.
 Menyebabkan iritasi mata.
 Kelas bahaya : Korosi atau iritasi kulit.
 Menyebabkan iritasi kulit ringan.
 Kelas bahaya : Toksisitas akut, penghirupan.
 Mungkin berbahaya jika terhirup.
Penanganan
 Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika anda merasa tidak sehat.
 Jika terhirup : Pindahkan korban ke tempat berudara segar dan baringkan dengan
posisi yang nyaman untuk bernafas. Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika
anda merasa tidak sehat.
 Jika terkena mata : Bilas secara hati – hati dengan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak jika ada dan mudah dilakukan. Lakukan pembilasan.
 Jika iritasi mata berlanjut : Dapatkan nasehat atau perhatian medis.
 Jika terjadi iritasi kulit : Dapatkan nasehat atau perhatian medis.
 Jika tertelan : Bilas mulut. Hubungi PUSAT RACUN atau dokter jika anda
merasa tidak sehat.
 Larutan yang tidak terbakar dan tidak mudah terbakar.
 Jika terjadi kebakaran : Gunakan alat pemadam api kimia kering kelas tiga.
 Kode NFPA Tidak ada yang ditetapkan
 Ventilasikan area. Isikan tumpahan dengan pasir atau bahan penyerap dan
simpan dalam kantong atau wadah tertutup.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 26


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR
REAKSI PEMBATAS

Tanggal Praktikum : Rabu, 05 April 2023


Nama : 1. Muhammad Faisal (11220970000027)
2. Prita AishaIsmiana (11220970000029)
3. Jati Adinindra (11220970000033)
4. Asmi Saka Noerman (11220970000065)
Kelompok :4
Kelas : 2A

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
1) Pendahuluan

1. Prinsip Percobaan
Dalam suatu reaksi kimia terdapat hubungan yang kuat antara pereaksi dan
produk yang nantinya akan dihasilkan. Reaksi tersebut biasanya menghasilkan
endapan yang dipengaruhi oleh pereaksi pembatas dan pereaksi berlebih. Dua hal
tersebut merupakan bagian dari stoikiometri yang prinsipnya dapat diterapkan.
2. Tujuan Percobaan
 Mahasiswa mampu menentukan reaksi pembatas.
 Mahasiswa mampu mengetahui hubungan tinggi endapan dengan banyak
produk yang dihasilkan.
 Mahasiswa mampu menghitung banyaknya zat yang terbentuk berdasarkan
prinsip stokiometri

2) Tinjauan Pustaka
Suatu reaksi kimia adalah proses dimana ikatan atom di dalam molekul –
molekul zat – zat yang bereaksi dipecahkan, diikuti oleh penyusunan Kembali dari atom
– atom tersebut dalam kombinasi molekul baru. Dengan perkataan lain, timbul zat kimia
baru dan yang lama hilang, tetapi atom – atomnya tetap sama. (Harijono : 103).

Dalam stoikiometri dipelajari hubungan antara berat zat yang beraksi dan yang
dihasilkan pada suaru reaksi. Jumlah pereaksi yang direaksikan akan mempengaruhi
jumlah produk yang diperoleh. Dalam reaksi kimia terdpaat 2 jenis pereaksi yaitu reaksi
pembatas dan pereaksi berlebih. Sesuai namanya, pereaksi pembatas adalah zat
(pereaksi) yang membatasi jumlah produk yang dihasilkan pada suatu reaksi,
dikarenakan zar tersebut telah habis terlebih dahulu ketika zat yang lain masih tersedia.
Atau sederhananya adalah pereaksu yang habis terlebih dahulu. (Nurhasni : 2022)

Pereaksi pembatas dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah mol setiap
pereaksi masing – masing dengan koefisien reaksinya. Penentuan pereaksi pemabatas
dapat dilakukan hanya ketika persamaan reaski kimia sudah berada dalam keadaan
setara. Setelah pereaksi pembatas ditentukan, perhitungan selanjutnya untuk
menentukan jumlah produk yang dihasilkan, mol pereaksi pembatas digunakan sebagai
pembanding. Penetuan pereaksi pembatas ini sangat penting untuk tujuan efisiensi dari
pengunaan pereaksi pada suatu reaksi kimia tertentu. (Dr. Yusraini : 2022).
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah,salah satunya
dengan metode JOB atau metode variasi kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan
dilakukan Pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah - ubah, namun
molar totalnya sama. Sifat Fisika tentunya (massa, Volume, suhu, daya serap) diperiksa,
dan Perubahannya digunakan Untuk meramal stoikrometri sistem. Dari grafik aluran
sifat fisika terhadap kuantitas Pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal
yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi - pereaksi
dalam senyawa. Perubahan kalor pada reaksi kimia bergantung jumlah Pereaksinya.
Jika mol yang bereaksi diubah dengan volume tetap, stoikiometri dapat ditentukon dari
titik perubahan kalor maksimal, yakni dengan mengalurkan kenaikan temperatur
terhadap komposisi campuran. (Sutrisno. 1986 : 247).

Karena tujuan reaksi adalah menghasilkan kuantitas maksimum senyawa yang


berguna dari sejumlah tertentu material awal. Seringkali suatu reaktan dimasukkan
dalam jumlah berlebih untuk menjamin bahwa reaktan yang lebih mahal seluruhnya
diubah menjadi produk yang diinginkan. Konsekuensinya, berapa reaktan akan tersisa
pada akhir reaksi. Reaktan yang pertama habis digunakan pada reaksi kimia disebut
pereaski pembatas, karena jumlah maksimum produk yang terbentuk tergantung pada
beberapa banyak jumlah awal dari reaktan ini. Jika reaktan ini telah digunakan semua,
tidak adalagi produk yang dapat terbentuk. (Chang, 2003).

Zat – zat pereaksu yang dicampurkan sering kali tidak dalam jumlah yang
ekivalen, artinya perbandingan mol tidak sesuai dengan perbandingan koefisien
reaksinya. Apabila terjadi hal seperti itu, maka salah satu pereaksi akan habis terlebih
dahulu, sementara pereaksi lainnya bersisa. Jumlah hasil reaksi akan bergantung pada
jumlah pereaksi yang habis lebih dahulu, artinya zat pereaksi yang habis bereaksi akan
membatasi hasil reaksi disebut reaksi pembatas (Sudarmo, 2003).

(1) Metode Percobaan


1. Alat
 Tabung reaksi 6 buah
 Rak tabung reaksi 1 buah
 Pipet tetes 6 buah
 Gelas ukur 10 mL 6 buah

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 2


2. Bahan
 Na2CO3 1M 100 mL
 Na2CO3 0,5M 100 mL
 CaCI 1M 100 mL
 CaCI 0,5M 100 mL
 CaCI 0,1M 100 mL
 CaCI 0,05M 100 mL

(2) Prosedur Kerja

Dimasukkan 5 mL Na2CO3 dan 5 mL CaCl2 kedalam tabung reaksi


yang berdiameter sama.

Konsentrasi larutan bisa dilihat


di bagian pengamatan.

Mengocok tabung reaksi kuat-kuat

Diamkan tabung di rak tabung reaksi selama 15-30 menit sampai


semua endapan terkumpul.

Laporan Praktikum Kimia Dasar I | 3

Anda mungkin juga menyukai