BAB 1
REAKSI KIMIA
KOMPETENSI UMUM:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat menguasai konsep-konsep dasar ilmu kimia
serta dapat menyebutkan contoh-contoh penerapannya
KOMPETENSI KHUSUS:
Setelah mempelajari Bab Reaksi Kimia mahasiswa dapat mengidentifikasi terjadinya reaksi
dan menjelaskan jenis-jenis reaksi
Jika kita perhatikan perubahan yang terjadi pada es yang mencair dan kertas yang dibakar, ada
perbedaan yang dapat diamati. Es yang telah mencair menjadi air dapat dikembalikan lagi menjadi es
dengan cara membekukannya di tempat yang yang sangat dingin, misalnya referrigator (lemari
pendingin). Tetapi kertas yang terbakar menjadi abu atau arang tidak dapat dikembalikan lagi menjadi
kertas dalam waktu yang relatif singkat. Peristiwa perubahan es menjadi air merupakan perubahan
fisika, sedangkan yang terjadi pada kertas yang terbakar merupakan perubahan kimia. Dari
susunannya es maupun air mempunyai rumus molekul yang sama, yaitu H2O; sedangkan kertas sangat
berbeda molekulnya dari arang maupun abu. Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia.
Besi banyak terdapat di alam, mudah untuk dibentuk ketika dipanaskan, dan relatif kuat, terutama
ketika dicampur dengan karbon sebagai baja. Dari waktu ke waktu, benda yang dibuat dari besi akan
berkarat jika dibiarkan di udara. Berkarat adalah suatu perubahan kimia. Pada bagian ini akan
dipelajari cara untuk mengenali perubahan kimia dan untuk membedakannya dari perubahan fisika.
Kemampuan suatu unsur untuk mengalami suatu perubahan kimia secara spesifik disebut suatu sifat
kimia. Sifat kimia dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu unsur. Tetapi sifat kimia dapat
diamati hanya ketika suatu unsur mengalami suatu perubahan bahan kimia. Pada perubahan kimia,
komposisi atau identitas bahan berubah. Suatu zat baru terbentuk. Berbeda dengan suatu perubahan
fisika. Pada perubahan fisika komposisi zat-zat tetap sama.
Perbedaan antara perubahan fisika dan perubahan dapat dicontohkan dengan membandingkan
antara campuran dan reaksi kimia berikut.
Campuran:
Serbuk besi dan serbuk belerang bila dicampur pada temperatur kamar akan menghasilkan
perubahan (campuran) fisika, karena serbuk besi yang mengkilap dan serbuk belerang yang
berwarna kuning masih dapat diamati. Serbuk besi dapat dipisahkan kembali dari campuran ini
dengan magnet.
2
Reaksi:
Suatu campuran serbuk besi dan belerang dipanaskan (dibakar). Besi dan belerang bereaksi dan
membentuk besi sulfide yang berwarna hitam (pirit). Ini adalah suatu contoh suatu perubahan
bahan kimia.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa reaksi kimia adalah perubahan zat yang menghasilkan suatu
senyawa atau zat baru yang mempunyai komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dari sifat zat
semula
Reaksi kimia secara umum dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
1. Reaksi asam-basa: adalah reaksi pertukaran ion-ion, dan pada reaksi ini tanpa disertai
perubahan bilangan oksidasi. Reaksi ini dikenal sebagai reaksi penetralan, yaitu reaksi antara
asam dan basa, menghasilkan garam dan air yang bersifat netral
Contoh:
2. Reaksi Reduksi dan Oksidasi (redoks): adalah reaksi yang disertai dengan perubahan
bilangan oksidasi. Salah satu contoh reaksi redoks adalah reaksi pembakaran. Reaksi ini
merupakan reaksi suatu senyawa dengan oksigen yang menghasilkan panas:
Secara lebih khusus reaksi kimia dibedakan menjadi empat tipe reaksi yaitu:
Reaksi penggabungan adalah reaksi dari unsur-unsur yang sederhana menjadi suatu senyawa atau dari
senyawa dengan susunan yang sederhana menjadi senyawa dengan susunan yang lebih kompleks
a. Reaksi antara unsur-unsur menghasilkan senyawa
Contoh:
Contoh:
SO2(g) + H2O(g) → H2SO3(g)
Reaksi penguraian adalah reaksi yang menghasilkan dua atau lebih zat yang terbentuk dari suatu
zat tunggal, dengan mengubah senyawa menjadi unsur-unsur pembentuknya atau dari senyawa yang
kompleks menjadi senyawa senyawa dengan susunan yang lebih sederhana.
Contoh:
Pada reaksi penggantian (substitusi) tunggal ini hanya satu bagian dari salah satu senyawa yang
mengalami penggantian atau satu unsur menggantikan unsur yang lain
Contoh:
Contoh:
Pada reaksi penggantian (substitusi) ganda ini kedua pereaksi mengalami perubahan dengan saling
mempertukarkan bagian dari masing-masing senyawa. Reaksi terjadi karena adanya pertukaran ion-
ion positif dari dua senyawa.
Contoh:
Contoh:
Larutan perak nitrat bila ditetesi dengan larutan natrium klorida akan terbentuk endapan putih
perak klorida.
Contoh:
4
Batu kapur (kalsium karbonat) dalam larutan asam klorida menghasilkan gelembung gas
karbon dioksida
Contoh:
Warna larutan kalium permanganat (ungu) akan menghilang bila direaksikan dengan asam
oksalat dalam suasana asam.
Contoh:
X-Y=Z → X=Y-Z
Dalam reaksi redoks tertentu, satu pereaksi lehilangan elektron (teroksidasi), pereaksi
Iainnya menerima elektron (tereduksi). Pe reaksi yang teroksidasi disebut reduktor,
sedangkan pereaksi yang tereduksi disebut oksidator.
A + B → A+ + B–
Reaksi pergantian tunggal merupakan salah satu jenis reaksi redoks.
Dalam reaksi kimia tidak terjadi perubahan pada inti atom (nucleus), hanya interaksi
awan-awan elektron dari atom-atom yang terlibat reaksi. (Perubahan komposisi dalam
inti atom disebut reaksi inti atau reaksi nuklir, dan tidak dianggap reaksi kimia, walaupun
reaksi kimia kemungkinan diikuti tranformasi inti)
Reaksi kimia hampir selalu melibatkan perubahan energi, biasanya diukur sebagai panas
reaksi. Selisih energi antara keadaan “sebelum” dan “sesudah” reaksi dapat dihitung
secara teoritis menggunakan tabel data. Jika temperatur sistem sesudah reaksi lebih
5
Setiap reaksi kimia, dalam teori, pada dasarnya dapat dibalikkan “arahnya”. Pada reaksi maju,
reaktant diubah menjadi produk. Pada reaksi balik produk diubah menjadi reaktan.
Kesetimbangan kimia adalah keadaan pada saat laju reaksi maju sama dengan laju reaksi
balik, sehingga jumlah reaktan dan produk tidak berubah. Tetapi reaksi setimbang dapat
didorong ke arah maju atau arah sebaliknya dengan mengubah kondisi reaksi, misalnya
temperatur atau tekanan
Meskipun semua reaksi dapat dikatakan merupakan reaksi dapat balik, beberapa reaksi dapat
digolongkan sebagai reaksi tidak dapat balik (irreversible), yaitu reaksi yang “berlansung
sempurna”. Artinya hampir seluruh reaktan digunakan untuk membentuk produk. Reaksi ini
sangat sulit untuk dibalikkan bahkan pada kondisi ekstrim.
Katalisator
Katalisator merupakan zat/bahan untuk meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi, dan memberikan energi yang
cukup agar reaksi terjadi. Katalisator tidak mengalami kerusakan atau perubahan selama
proses reaksi, sehingga dapat diperoleh kembali.
SOAL-SOAL LATIHAN
c. Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu
d. Cs + Br2 CsBr
BAB 2
STOIKIOMETRI
KOMPETENSI UMUM:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat menguasai konsep-konsep dasar ilmu kimia
serta dapat menyebutkan contoh-contoh penerapannya
KOMPETENSI KHUSUS:
Setelah mempelajari Bab Stoikiometri mahasiswa dapat menghitung zat-zat yang terlibat
dalam reaksi berdasarkan hukum-hukum dasar ilmu kimia
Kata aslinya adalah “STOICHIOMETRY” yang artinya “mengukur unsur”, berasal dari
Bahasa Yunani dan merupakan gabungan dari dua kata yaitu STOICHION (unsur: bisa berarti
atom, molekul, ion, juga partikel pembentuk atom) dan METREIN (mengukur: bisa berarti
menimbang atau menghitung).
Stoikiometri merupakan bagian ilmu kimia yang mempelajari kuantitas pereaksi dan produk
yang terlibat dalam reaksi kimia. Jika diketahui jumlah pereaksi –pereaksi yang tersedia,
maka dengan stoikiometri dapat dihitung produk yang akan dihasilkan. Data-data yang
diperlukan unyuk menyelesaikan perhitungan secara stoikiometri meliputi: jumlah mol atau
massa, bobot atom, bobot molekul, dan jenis (type) persamaan reaksi. Stoikiometri tidak
terlepas dari Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia
Partikel Atom terdiri dari sejumlah proton yang bermuatan positif, elektron yang
bernuatan negative, dan neutron yang bersifat netral. Sehingga bobot sebuah atom sama
dengan jumlah bobot (massa) ketiga partikel yang ada di dalam atom tersebut, kecuali
atom hydrogen yang hanya mempunyai proton dan electron. Karena bobot elektron jauh
lebih kecil dibandingkan dengan bobot proton maupun neutron, bobot atom ditentukan
berdasarkan jumlah proton dan neutron yang dimilikinya.
Massa proton dan neutron sedemikian kecilnya sehingga kurang praktis untuk digunakan
dalam perhitungan. Oleh karena itu diusulkan suatu satuan yang dinamakan satuan massa
atom (atomic mass unit, amu). Satu satuan massa atom (1 amu) setara dengan 1,660539 x
10-27 kg. Satuan ini dapat ditulis sebagai u (unified atomic mass unit) atau Da (dalton).
Massa ini sama dengan 1/12 massa isotop 12C netral dan bebas dalam keadaan dasar
(groundstate).
Massa atom relatif adalah angka banding (ratio) bobot atom rata-rata yang terdapat di
alam sebagai unsur (tercantum pada Tabel Periodik Unsur) terhadap satu-per-duabelas
(1/12) massa atom karbon-12 (12C). Nama ini merupakan sebutan baru dari bobot atom
(BA)
Massa Molekul Relatif adalah jumlah massa atom relatif dari atom-atom yang ada dalam
satu molekul; Mr juga merupakan angka banding (ratio) dari suatu komposisi isotop
suatu senyawa terhadap satu-per-duabelas (1/12) massa atom karbon-12 (12C). Nama ini
merupakan sebutan baru dari bobot molekul (BM)
ISOTOP
Isotop adalah unsur atau atom yang mempunyai nomor atom sama tetapi
mempunyai bilangan massa yang berbeda. Sebagai contoh: atom karbon di
alam terdapat sebagai 12C dan 13C. Isotop 14C dapat dibuat di laboratorium.
Massa atom relatif (Ar) yang tercantum pada Tabel Periodik adalah massa rata-
rata isotop yang ada di alam dibandingkan dengan 1/12 massa isotop 12C. Pada
Tabel Periodik karbon memiliki Ar = 12.08, karena komposisi unsur karbon
yang stabil di alam adalah 12C : 99% dan 13C : 1.0%.
Satuan Mol
Satu mol suatu materi adalah menyatakan banyaknya gram materi tersebut yang sesuai
dengan Bobot Atom Relatif (Ar) atau Bobot Molekul Relatif (Mr) dan di dalamnya
terkandung partikel sebanyak bilangan Avogadro (6,02 x 1023)
Misal: Ar Fe = 56; Ar S = 32
Satu mol Fe = 56 gram dan di dalamnya terkandung 6,02 x 1023 partikel (atom) Fe
Satu mol FeS = 88 gram dan di dalamnya terkandung 6,02 x 1023 partikel (molekul) FeS
8
𝑏
b gram senyawa Y= mol
𝑀𝑟𝑌
Setiap terjadi proses kimia massa zat sebelum dan sesudahnya selalu sama, atau dengan kata
lain massa zat-zat yang direaksikan sama dengan massa zat-zat hasil reaksinya.
Contoh:
1. Pada pembakaran yang dilakukan terhadap campuran yang berisi serbuk besi dan serbuk
belerang menghasilkan senyawa Ferrosulfida
Fe + S FeS
- Massa zat sebelum reaksi = massa zat sesudah reaksi yaitu 88 gram
- Oleh karena massa zat sebelum dan sesudah reaksi tetea (sama), berarti jumlah atom-
atom yang ada di dalam zat-zat yang bereaksi dan zat-zat hasil reaksi juga harus tetap
sama
Langkah-langkahnya:
2. Menyusun persamaan-persamaan tentang jumlah setiap atom unsur yang ada dalam reaksi
I. K :a=c
II. Mn: a =d
III. O : 4a = e
IV. H : b = 2e
V. Cl : b = c + 2d + 2f
Misal, a = 1
I. a=c
c=1
II. d=1
III. e=4
IV. b = 2e = 8
V. 8 = 1 + 2 + 2f
2f = 5
f=2½
semua dikalikan 2 :
Contoh:
Fe + S FeS
56 gr 32 gr 88 gr
7 gr 4 gr 11 gr
Perbandingan massa Fe : S = 7 : 4
40 gr 12 gr 48 gr
Bila dua macam unsur dapat membentuk lebih dari satu macam senyawa maka perbandingan
massa unsure yang bersenyawa dengan unsur lain yang massanya tetap merupakan bilangan
bulat dan mudah.
Contoh: dalam reaksi pembakaran karbon kemungkinan ada yang sempurna dan ada yang
tidak sempurna.
perbandingan massa ini setara dengan bilangan indeks pada atom dalam senyawa yang
dibentuk.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukannya terhadap zat-zat yang fasenya gas Gay
Lussac mengemukakan hukum ini sebagai berikut:
11
Volume gas-gas yang bereaksi dan gas hasil bila diukur pada kondisi (suhu dan tekanan) yang
sama, sebagai bilanagan-bilangan bulat dan mudah (sederhana).
Contoh soal:
Reaksi gas hydrogen dengan gas oksigen yang menghasilkan uap air
2H2 + O2 2H2O
10 Lt 5 Lt 10 Lt
2 Lt 1 Lt 2 Lt
Dari kesetaraan ini bila diubah/ dinyatakan menjadi suatu pernyataan sebagai berikut:
V = volume gas
N = mol gas
Jawab:
Misalkan volume gas CH4 = x liter
Gas C2H6 = (10-x) liter
Reaksinya:
7
2. 𝐶2 𝐻6 + 𝑂2 → 2𝐶𝑂2 + 3𝐻2 𝑂
2
7
(10 − 𝑥)𝐿𝑡 𝐶2 𝐻6 ~ (10 − 𝑥)𝐿𝑡 𝑂2
2
Volume Molar :
Volume gas yang diukur pada kondisi suhu 0C dan tekanan 76 cmHg (1 atm). Dari data
percobaan massa 1 liter pada berbagai macam gas
1. Massa 1 liter gas O2 = 1,4286 gram
Volume 1 gram gas O2 = 0,69999 liter
Volume 32 gram (1 mol) gas O2 = 22.3995 liter
2. Massa 1 liter gas CO2 = 1,9643 gram
Volume 1 gram gas CO2 = 0,5091 liter
Volume 44 gram (1 mol) gas CO2 = 22,3998 liter
3. Massa 1 liter gas H2O = 0,8036 gram
Volume 1 gram gas H2O = 1,2444 liter
Volume 18 gram (1 mol) gas H2O = 22,3992 liter
Kesimpulan:
Volume 1 mol setiap gas yang diukur pada suhu 0C dan tekanan1 atm (keadaan standar)
adalah 22,4 liter.
Pengukuran gas yang dilakukan pada kondisi/ keadaan tidak pada suhu 0C atau tidak pada
tekanan 1 atm dapat menggunakan:
Contoh:
Hitung volume oksigen pada 20C dan 745 mmHg yang diperlukan untuk membakar
satu gallon (2655 gram) heptana dengan sempurna
Secara praktis dalam mereaksikan zat-zat pereaksi tidak selalu menggunakan perbandingan kuantitas
sebagaimana yang tertulis sebagai koefisien-koefisien reaksi (stoikiometrik). Untuk reaksi antara dua
yang berjalan “sempurna”, dengan perbandingan kuantitas yang tidak stoikiometrik, salah satu
pereaksi akan habis bereaksi, sedangkan pereaksi yang lainnya tidak mengalami perubahan. Pereaksi
yang habis bereaksi disebut pereaksi pembatas, sedang yang tersisa disebut pereaksi berlebih.
Misalnya pada reaksi antara 10 mol gas hidrogen (H2) dan 4 mol gas oksigen (O2) dengan persamaan
reaksi berikut:
Secara stoikiometrik perbandingan mol antara gas hidrogen dengan gas oksigen yang bereaksi adalah
2 : 1. Karena gas oksigen yang tersedia 4 mol, maka gas hidrogen yang dapat bereaksi sempurna
14
dengan gas oksigen tersebut sebanyak 8 mol. Sehingga terdapat 2 mol gas hidrogen yang tersisa.
Dalam reaksi ini gas oksigen sebagai pereaksi pembatas, dan gas hidrogen sebagai pereaksi berlebih.
Sebagian besar reaksi kimia dalam kenyataannya tidak dapat berlangsung secara sempurna. Ada
sebagian pereaksi yang tidak mengalami perubahan dalam proses reaksi. Perbandingan antara hasil
reaksi secara nyata dengan hasil reaksi stoikiometrik (teoritis) disebut sebagai efisiensi (proses) reaksi.
Sebagai contoh pada pembuatan batu gamping (CaO) dari batu kapur (CaCO3) dengan proses
pemanasan menurut reaksi sebagai berikut:
Δ
CaCO3(s) CaO(s) + CO2(g)
Misalkan dari tiap ton CaCO3 dapat diperoleh CaO sebanyak 500 kg., satu ton CaCO3 setara dengan
10 kmol. Secara teoritis (stoikiometri) CaO yang diperoleh adalah 10 kmol atau 10 kmol x 56 g/mol =
560 kg.
500
= 560 x 100% = 89,39%
SOAL-SOAL LATIHAN
BAB 4
LARUTAN
KOMPETENSI UMUM:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat menguasai konsep-konsep dasar ilmu kimia
serta dapat menyebutkan contoh-contoh penerapannya
KOMPETENSI KHUSUS:
Setelah mempelajari Bab Larutan mahasiswa dapat membedakan antara larutan dengan
campuran, dapat menghitung konsentasi larutan, dapat membedakan larutan elektrolit dan non
elektrolit, dapat menghitung pH larutan
1. Pengertian Larutan
Larutan adalah campuran homogen atau serba sama dari dua atau lebih zat. Jika fasenya sama, zat
yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak disebut pelarut, atau solven. Larutan dapat berwujud gas, contohnya udara, dapat
berwujud cair, contohnya air laut, dan juga dapat berwujud padat, misalnya baja yang merupakan
paduan antara besi dan unsur-unsur lain seperti karbon, nikel dan krom. Dalam bab ini hanya akan
dibahas mengenai larutan dengan pelarut air.
Air murni adalah penghantar arus listrik yang buruk. Jika arus sebuah rangkaian listrik yang
dihubunglan dengan sebuah lampu pijar dilewatkan melalui air murni maka lampu tidak akan
menyala atau menyala sangat redup. Pelarutan sedikit garam dapur ke dalam air murni tersebut
segera akan meningkatkan intensitas nyala lampu pijar. Peningkatan intensitas nyala lampu
menunjukkan adanya peningkatan daya hantar larutan. Air murni yang semula tidak
16
menghantarkan arus listrik atau menghantarkan arus listrik dengan sangat lemah, menjadi lebih
mudah menghantarkan arus setelah ke dalam air murni tersebut dilarutkan garam dapur. Hal ini
disebabkan karena garam dapur (NaCl) ketika terlarut akan terurai menjadi ion-ion Na+ dan ion-
ion Cl–. Semua senyawa ionik jika dilarutkan di dalam air akan terurai menjadi ion-ion negatif dan
ion-ion positif. Ketika ke dalam larutan elektrolit dicelupkan sepasang elektroda yang
dihubungkan dengan sebuah baterai, maka ion-ion positif akan bergerak menuju elektroda negatif
dan ion-ion negatif akan bergerak menuju elektroda positif. Pergerakan ion-ion di dalam larutan
inilah yang meneruskan aliran arus listrik dalam suatu rangkaian listrik tertutup.
-+ Lampu
← Na+ Cl– →
Air murni mengalami ionisasi menjadi ion H+ dan ion OH–. Akan tetapi karena hanya sebagian
kecil saja dari molekul H2O yang mengalami ionisasi maka air murni hampir tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Sementara itu di dalam larutan yang mengandung sedikit garam dapur,
semua padatan NaCl terurai menjadi ion-ion Na+ dan Cl–. Keadaan terurai sempurna seperti larutan
garam dapur ini menyebabkan larutan dapat meneruskan arus listrik dengan sangat baik. Dari sifat
dapat terurai sempurna ini NaCl tergolong sebagai elektrolit kuat, sedangkan air murni adalah
elektrolit lemah.
Elektrolit kuat adalah zat yang apabila dilarutkan di dalam air akan terdisosiasi sempurna, atau
derajat disosiasinya 100%. Disosiasi adalah penguraian senyawa menjadi kation dan anion. Proses
pelarutan natrium klorida di dalam air dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
NaCl(s) H2O
Na+(aq) + Cl–(aq)
Air merupakan pelarut yang sangat efektif untuk senyawa-senyawa ionik. Walaupun H2O
merupakan molekul yang bermuatan netral, namun memiliki sisi-sisi atau kutub positif (atom H)
dan sisi atau kutub negatif (atom O). Karena itulah air sering disebut sebagai pelarut polar. Ketika
senyawa elektrolit, yang sering kali juga disebut dengan senyawa ionik, larut dalam air, susunan
tiga dimensi dari ion-ion dalam padatan akan rusak, ion-ion positif dan negatif akan terpisahkan
satu sama lain. Dalam larutan, setiap ion positif akan dikelilingi oleh molekul-molekul air yang
mengarahkan kutub negatifnya ke arah kation tersebut, sedangkan setiap ion negatif akan
dikelilingi oleh molekul-molekul air yang mengarahkan kutub positifnya ke arah anion tersebut.
Proses yang menghasilkan keadaan seperti ini disebut sebagai sebagai hidrasi. Hidrasi membantu
menstabilkan ion-ion dalam larutan dan mencegah kation untuk bergabung kembali dengan anion.
Asam dan basa juga merupakan elektrolit. Beberapa asam, termasuk asam klorida (HCl) dan asam
nitrat (HNO3), merupakan elektrolit kuat. Asam-asam ini mengalami ionisasi sempurna dalam air.
Sebagai contoh, pada saat gas asam klorida larut dalam air maka terbentuklah ion-ion H+ dan Cl–
HCl(g) H2O
H+(aq) + Cl–(aq)
Dengan kata lain, semua molekul HCl yang terlarut akan terpisah menjadi ion-ion H+ dan Cl– yang
terhidrasi dalam larutan. Oleh karena itu ketika kita menuliskan HCl(aq) berarti di dalam larutan
itu hanya mengandung ion-ion H+(aq) dan Cl–(aq) dan tidak ada molekul HCl yang terhidrasi.
Di lain pihak, beberapa asam tertentu, seperti asam asetat (CH3COOH), mengalami ionisasi
sebagian. Ionisasi asam asetat dinyatakan dengan persamaan reaksi
Penguraian asam dan basa menjadi ion-ion positif dan negatif hanya disebut dengan istilah
ionisasi, sedangkan istilah disosiasi berlaku untuk penguraian senyawa-senyawa selain asam dan
basa.
Tanda panah rangkap dalam persamaan reaksi di atas berarti bahwa reaksi tersebut
berlangsung reversibel; artinya dapat berlangsung dalam dua arah. Awalnya, sejumlah molekul
CH3COOH terurai menghasilkan ion-ion H+ dan CH3COO–. Seiring berjalannya waktu beberapa
ion H+ dan CH3COO– bergabung kembali membentuk molekul CH3COOH. Akhirnya tercapai
suatu keadaan di mana kecepatan penguraian molekul asam menjadi ion-ionnya sama dengan
kecepatan penggabungan kembali ion-ion menjadi molekul asam. Keadaan kimiawi semacam ini,
di mana tidak ada lagi perubahan menyeluruh yang dapat teramati, walaupun aktivitas yang
berkesinambungan terus berlangsung dalam tingkat molekuler, disebut dalam keadaan
kesetimbangan kimia. Gejala seperti yang dialami asam asetat ini berlaku juga untuk zat-zat lain
yang tergolong elektrolit lemah, yang mengalami ionisasi tidak sempurna.
18
Percobaan:
Dengan tiga jenis larutan yang mengandung jumlah molar yang sama zat-zat terlarut dari ketiga
jenis kategori kekuatan eletrolit tersebut, misalnya (1) larutan HCl, (2) larutan CH3COOH, dan
(3) larutan urea; perbandingan intensitas nyala lampu dapat digunakan untuk membuktikan adanya
perbedaan kekuatan elektrolit tersebut. Dalam percobaan dapat digunakan rangkaian menurut
gambar 1.
3. Konsentrasi larutan
Konsentrasi larutan menyatakan jumlah zat terlarut yang terkandung dalam sejumlah larutan. Ada
berbagai cara menyatakan konsentrasi, antara lain:
a. Konsentrasi molar disebut juga molaritas, menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu
liter larutan. Simbol dari konsentrasi molar adalah M. Sebuah larutan, misalnya larutan H2SO4
1 M, menunjukkan bahwa satu liter larutan tersebut mengandung 1 mol atau 98 gram asam
sulfat. Angka 98 adalah massa molekul asam sulfat.
b. Konsentrasi normal disebut juga normalitas, menyatakan jumlah mol ekuivalen zat terlarut
dalam satu liter larutan. Konsentrasi ini digunakan khususnya untuk larutan asam dan basa,
serta zat terlarut yang digunakan untuk reaksi redoks.
Untuk larutan asam dan basa normalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut yang ekuivalen
atau setara dengan jumlah mol ion H+ dalam reaksi penetralan.
Asam klorida, yang dalam air setiap molekul HCl terionisasi menjadi sebuah ion H+ dan dan
sebuah ion Cl–, berarti besarnya konsentrasi normal (normalitasnya) sama dengan konsentrasi
molar (molaritasnya). Hal yang sama berlaku juga untuk semua asam berbasa satu, seperti
asam nitrat, HNO3, dan asam asetat, CH3COOH.
Asam sulfat yang dalam air mengalami ionisasi dengan persamaan sebagai berikut,
H2SO4 (l) → 2H+(aq) + SO4–2(aq)
menunjukkan bahwa setiap penguraian sebuah molekul H2SO4 menghasilkan dua buah ion H+.
Ini berarti bahwa besarnya konsentrasi normal adalah dua kali konsentrasi molar.
Natrium hidroksida yang di larutkan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut;
NaOH(s) H2O
Na+(aq) + OH–(aq)
Menurut persamaan reaksi ionisasi tersebut jumlah mol ion OH– yang dihasilkan sama dengan
jumlah mol Natrium hidroksida yang dilarutkan. Dalam reaksi penetralan, sejumlah ion H+
dibutuhkan untuk menetralkan keadaan basa yang disebabkan oleh adanya ion OH–, dengan
persamaan reaksi sebagai berikut
H+(aq) + OH–(aq) → H2O
Dari persamaan reaksi tersebut nampak bahwa jumlah ion H+ yang dibutuhkan sama dengan
jumlah ion OH–. Jadi untuk larutan NaOH, dan juga basa berasam satu lainnya, seperti KOH
dan NH4OH atau larutan NH3(aq) berlaku ketentuan bahwa normalitas basa tersebut sama
dengan molaritasnya.
Untuk basa berasam dua, misalnya Ca(OH)2 ketika dilarutkan di dalam air akan mengalami
ionisasi sebagai berikut:
Ca(OH)2(s) H2O
Ca+2(aq) + 2OH–(aq)
Dari persamaan reaksi ionisasi tersebut ditunjukkan bahwa jumlah ion OH– yang dihasilkan
adalah dua kali lebih besar dari pada jumlah molekul Ca(OH)2 yang dilarutkan, dan dalam
19
reaksi penetralannya membutuhkan jumlah ion H+ yang sama dengan jumlah ion OH–. Jadi
konsentrasi normal basa berasam dua adalah dua kali konsentrasi molarnya. Sebagai contoh,
normalitas larutan Ba(OH)2 1M adalah 2N.
Untuk larutan yang digunakan dalam titrasi redoks normalitas menyatakan jumlah mol zat
terlarut yang ekuivalen dengan jumlah mol elektron dalam reaksi oksidasi reduksi. Sebagai
contoh dalam titrasi redoks penentuan besi, yang menggunakan KMnO4 sebagai larutan
penitran, sekaligus sebagai oksidator. Titrasi dilakukan dengan memberi suasana asam.
Persamaan reaksi redoks dalam titrasi tersebut adalah sebagai berikut:
MnO4– + 5Fe2+ + 8H+ → Mn2+ + 5Fe3+ + 4H2O
Dalam persamaan reaksi redoks di atas bilangan oksidasi mangan (Mn) berubah dari +7
menjadi +2. Berarti bahwa dalam titrasi tersebut setiap mol MnO4– akan melibatkan 5 mol
elektron. Oleh karena itu normalitas larutan KMnO4 adalah kelipatan lima dari konsentrasi
molarnya. Sebagai contoh, normalitas larutan KMnO4 1M adalah 5N.
b
XB =
(a+b)
e. Konsentrasi %
Ada beberapa cara menyatakan konsentrasi dalam persen antara lain:
1. Persen volume per volume atau %V/V
Konsentrasi ini biasanya digunakan untuk larutan yang dibuat dengan mencampurkan dua
atau lebih zat cair atau gas. Contohnya udara menngandung 21% oksigen artinya dari 100
liter udara yang merupakan campuran homogen gas-gas, mengandung 21 liter oksigen.
2. Persen berat per volume atau % W/V
20
Konsentrasi ini digunakan untuk menyatakan kadar zat padat atau zat cair dalam pelarut
cair. Contohnya: kelarutan butanol dalam air pada suhu 27°C adalah 4 gram dalam 100
ml;
3. Persen berat per berat atau % W/W
Konsentrasi ini menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan. Contohnya
kadar larutan pekat asam klorida, HCl, adalah 36% artinya dalam 100 gram larutan pekat
HCl mengandung 36 gram HCl murni.
Latihan:
1. Bagaimana cara membuat larutan 100ml HCl 0,1 M dari larutan induk HCl 2M yang sudah
disediakan?
2. Berapakah konsentrasi molar dan konsentrasi normal sebuah larutan yang dibuat dengan
melarutkan 4 gram NaOH dalam 250 ml akuades.
3. Berapakah konsentrasi molar dan konsentrasi normal sebuah larutan yang dibuat dengan
melarutkan 4 gram padatan NaOH yang kemurniannya 90% dalam 250 ml akuades?
4. Bagaimana cara membuat 1000 ml larutan HCl 2M dari HCl pekat dengan kadar 36% W/W
yang berat jenisnya 1,19 gram/cm3?
Sebelum dijelaskan mengenai bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap kenaikan titik didih
terlebih dahulu akan kita pelajari bagimana hubungan antara komposisi komponen-komponen
larutan dan komposisi komponen-komponen yang sama dalam fase gas. Perlu diingat kembali
bahwa dalam segala keadaan selalu terjadi proses penguapan zat cair yang berada di dalam ruang
terbuka. Jika zat cair berada dalam ruang tertutup maka penguapan akan ‘berhenti’ pada tingkat
tekanan tertentu. Tekanan uap dalam ruang tertutup itu akan berubah mengikuti perubahan suhu
ruangan. Tekanan uap dalam ruang tertutup ini disebut sebagai tekanan uap jenuh. Sebenarnya
proses penguapan tidak benar-benar terhenti melainkan setiap terjadi penguapan selalu diikuti
dengan proses pengembunan dengan laju yang sama. Keadaan ini disebut sebagai keadaan
setimbang.
Hukum Raoult
Tekanan uap jenuh suatu larutan tersusun atas tekanan uap jenuh komponen-komponen murni
penyusun larutan tersebut secara proporsional. Sebuah larutan yang tersusun atas dua komponen-
komponen yang molekul-molekulnya sangat mirip, misalnya antara benzena dan toluena, tekanan
uapnya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Plarutan = pbenzena + ptoluena
= (P obenzena Xbenzena)+ (P otoluena Xtoluena)
Gambar 3. Grafik tekanan uap larutan vs komposisi, (a) benzene-toluen pada 79,6oC, (b)
aseton-kloroform pada 35oC, (c) benzene-metanol pada 55oC.
22
Larutan yang membentuk keadaan tidak sesuai dengan hukum Raoult disebut sebagai larutan
tidak ideal. Pada Gambar di atas, gambar (a) adalah kurva tekanan uap untuk larutan ideal
benzene-toluena, gambar (b) menunjukkan keadaan larutan yang mengalami deviasi negatif
sedangkan gambar (c) adalah larutan yang mengalami deviasi positif.
tekanan (mmHg)
titik didih t1 t2
pelarut murni
Gambar 4. Penngaruh zat terlarut terhadap titik didih
Dalam praktek di laboratorium penelitian tentang hubungan antara konsentrasi dan kenaikan titik
didih dipelajari dengan percobaan empirik menggunakan larutan dengan berbagai konsentrasi
molal (jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut). Grafik yang menghubungkan kenaikan
titik didih pada setiap konsentrasi molal menghasilkan rumus:
∆Tb = Kb m
∆Tb α}
23
m→
Gambar 5. Penentuan konstanta kenaikan titik didih
∆Tf = Kf m
c. Tekanan osmosis
Larutan gula pekat dimasukkan ke dalam corong yang ditutup dengan sekat semipermeabel,
kemudian dimasukkan ke dalam bejana berisi air, dan dibiarkan dengan posisi yang tetap untuk
beberapa saat, seperti pada gambar berikut ini; maka molekul-molekul pelarut, yaitu air murni
akan mengalir dari bejana masuk ke dalam corong melalui sekat semipermeabel. Akibatnya
akan tejadi kenaikkan permukaan air pada corong setinggi h. Peristiwa ini disebut sebagai
peristiwa osmosis. Tekanan osmosis disefinisikan sebagai tekanan yang harus diberikan agar
tidak terjadi proses osmosis. Besarnya tekanan osmosis, π, dapat dihitung dari perubahan
kenaikan permukaan larutan, h. dengan ρ adalah massa jenis larutan, dan g adalah percepatan
gravitasi
Untuk memperkecil terjadinya perubahan konsentrasi, diusahakan agar lubang saluran corong
sekecil mungkin (kapiler).
Dalam percobaan, tekanan osmosis didapatkan dengan perhitungan yang tetap tunduk pada
hukum gas ideal, PV=nRT, dalam bentuk yang disesuaikan menjadi
π.V = nRT
π = ρ.g.h
dengan n adalah jumlah zat terlarut dalam V liter pelarut. Dalam praktek akan menjadi lebih
mudah jika persamaan tersebut diubah sedemikian sehingga kita dapat menggunakan parameter
konsentrasi larutan yaitu n/V, atau c mol/lt ; sehingga persamaan berubah menjadi
n
π= RT
V
π = c RT
Alat RO yang digunakan di PLTU Paiton khususnya unit 7 dan 8 menggunakan polimer
sebagai membran yang disusun seperti Gambar 8 berikut ini.
semipermeable membrane
brine outlet
brine inlet 50000 ppm
40000 ppm
Fresh water
Gambar 8. Diagram system RO di PLTU Paiton unit 7 dan 8
Untuk menyatakan besarnya penyimpangan dari sifat-sifat ideal dapat digunakan factor van’t
Hoff, i, yang didefinisikan sebagai berikut
Untuk larutan nonelektrolit, pada semua konsentrasi, i akan bernilai satu, tetapi untuk
elektrolit, nilai i selalu lebih besar dari pada satu. Besarnya nilai i bergantung pada elektrolit
yang digunakan. Misalnya saja nilai i untuk barium klorida lebih besar dari pada nilai i untuk
kalium klorida. Juga semakin encer larutan, nilai i akan semakin besar (α = koefisien ionisasi,
akan semakin besar) dan akan mencapai maksimum pada pengenceran tak terhingga. Nilai i
maksimum untuk barium klorida adalah tiga, sedangkan untuk natrium klorida, nilai i
maksimumnya adalah dua. Nilai juga akan semakin besar dengan meningkatnya suhu, oleh
karena itu sifat koligatif yang dihitung berdasarkan nilai i hanya berlaku pada suhu pada saat i
diukur.
26
Contoh perhitungan
Suatu larutan yang terdiri atas 2 gram NaOH dalam 100 gram air membeku pada – 1,7oC.
Berapa faktor van’t Hoff untuk larutan ini? (Kf air = 1,86)
Jawab:?
Konsentrasi molal larutan ini adalah 0,50 m. Titik beku normal untuk larutan dengan
konsentrasi 0,50 m adalah - 0,93oC
∆Tf = Kf.×m = 1,86 × 0,5 = 0,93
Jadi i dapat dihitung sebagai berikut
digunakan factor van’t Hoff, i, yang didefinisikan sebagai berikut
Untuk elektrolit yang berdisosiasi tidak sempurna, hubungan antara i dan α dapat diturunkan
sebagai berikut:
Bila dalam larutan terdapat n molekul elektrolit AB, maka bila α adalah derajat disosiasi pada
kesetimbangan akan diperoleh
AB ⇋ A z + B z
n(1 – α) nγ+α nγ –α
dari persamaan sebelumnya maka diperoleh
n(1 – α) + nγ+α + nγ –α
i = –––––––––––––––––––––––
n
n – nα + nγ+α + nγ –α
i = –––––––––––––––––––––––
n
Jadi:
n – nα + nγ α
i = ––––––––––––––
27
i=1–α+γα
Contoh perhitungan
Penurunan titik beku larutan 0,1 m CH3COOH adalah 0,188oC.
Hitung α untuk larutan asam asetat tersebut (Kf H2O = 1,86)
Bila diasumsikan bahwa asam asetat tidak berdisosiasi, maka penurunan titik bekunya adalah,
∆Tf = Kf m
= 1,86 0,1
= 0,186
1,88
i = = 1,01
1,86
Oleh karena asam asetat berdisosiasi menghasilkan dua ion per molekul, maka nilai γ = 2.
Dengan menggunakan persamaan xx akan diperoleh:
i 1 1,01 1
α= = = 0,01
1 2 1
NaOH(s) H2O
Na+(aq) + OH–(aq)
H2O
NH3(g) NH4+(aq) + OH–(aq)
Dari contoh-contoh di atas, contoh pertama adalah asam dan basa kuat, yaitu asam dan basa
yang seluruh molekulnya terionisasi. Sedangkan contoh kedua adalah asam dan basa lemah,
yaitu asam dan basa yang molekul-molekulnya hanya terionisasi sedikit.
b. Konsep Brønsted-Lowry.
Pada tahun 1923, di tempat terpisah, J.N. Brønsted di Denmark dan T.M. Lowry di Inggris,
menyarankan cara lain dalam menyatakan asam dan basa. Dalam konsep yangh selanjutnya
dikenal sebagai konsep Brønsted-Lowry didefinisikan:
28
Larutan asam dan basa di dalam air (aquous solution of acid and bases)
Menurut konsep Brønsted-Lowry asam adalah zat penyumbang proton dan basa dan adalah zat
penerima proton. Jika secara umum asam dilambangkan sebagai HA, ketika terlarut dalam air
terionisasi menghasilkan proton, H+, dan A– yang menyatakan anion seperti Cl–, NO3–, CH3COO–.
Di dalam air proton akan segera diikat oleh molekul air denngan persamaan reaksi sebagai berikut:
HA + H2Ö∶ → [H2Ö∶H]+ + A–
asam basa
Sebagai konsekuensi dari konsep Brønsted-Lowry maka molekul-molekul H2O yang mengikat
proton adalah basa.
Apabila reaksi berlangsung dapat balik, maka pada reaksi pelepasan kembali proton oleh air yang
akan bergabung kembali dengan ion A– menjadi HA , air terprotonasi adalah asam dan A– adala
basa.
[H2Ö∶H]+ + A– → HA + H2Ö∶
asam basa
gabungan kedua persamaan reaksi tersebut di atas menghasilkan persamaan reaksi antara asam1 dan
basa2 pada sisi kiri menghasilkan asam2 dan basa2 di sisi kanan yang merupakan konjugat dari
asam1 dan basa2.
HA + H2Ö∶ ⇋ [H2Ö∶H]+ + A–
asam1 basa2 asam2 basa2
konjugat
konjugat
basa yang dihasilkan bila suatu asam menyumbangkan protonnya disebut basa konjugat dari asam
tersebut. Dalam persamaan reaksi umum di atas dari kiri ke kanan, A– merupakan basa konjugat
dari asam HA; dan untuk reaksi kebalikannya H2O adalah basa konjugat dari asam H3O+. Asam
yang dihasilkan bila suatu basa menerima proton adalah asam konjugat dari basa tersebut. Dalam
persamaan reaksi umum di atas dari kanan ke kiri, H3O+ adalah asam konjugat dari H2O, dan
untuk reaksi kebalikannya, HA adalah asam konjugat dari A–. Jadi H3O+ dan H2O, serta HA dan
A– adalah pasangan-pasangan asam-basa konjugat.
Asam-asam di atas disebut asam monoprotik karena setiap molekulnya dapat menyumbangkan
satu proton kepada molekul sebuah air.
Asam yang setiap molekulnya dapat menyumbangkan lebih dari satu proton disebut sebagai asam
poliprotik. Asam sulfat dalam air terionisasi dalam dua tahap, dan oleh karena itu disebut sebagai
aasam diprotik.
Reaksi ionisasi tahap pertama asam sulfat dapat berlangsung sempurna, tetapi reaksi ionisasi tahap
kedua berlangsung jauh dari sempurna. Oleh karena itu meskipun asam sulfat merupakan asam
kuat tetapi HSO4– adalah asam lemah. Mari kita perhatikan ion HSO4– dalam kedua persamaan
reaksi ionisasi asam sulfat tersebut. Pada tahap pertama HSO4– merupakan basa, sedangkan pada
tahap kedua ia berfungsi sebagai asam. Molekul seperti itu dikatakan mempunyai sifat amfiprotik,
karena ia dapat menyumbangkan atau menerima proton.
Soal latihan:
Tulislah persamaan reaksi untuk tahap-tahap pengionan asam tripotik H3PO4. Tandai setiap pasangan
asam basa sebagai asam1-basa1, asam2-basa2.
HA + H2O → H3O+ + A–
Sejauh reaksi tersebut berlangsung, juga terjadi kecenderungan ion A– menerima kembali proton
dari H3O+
H3O+ + A– → HA + H2O
Jika kecenderungan yang ditunjukkan oleh reaksi pertama lebih besar dari pada reaksi kedua dari
reaksi-reaksi terseburt di atas, maka HA adalah suatu asam kuat, sedangkan A– adalah suatu basa
lemah. Satu contoh asam kuat adalah HCl, dan dapat disimpulkan bahwa Cl– adalah basa lemah.
Contoh asam lemah CH3COOH dan HCN, sehingga dapat disimpulkan bahwa CH3COO– dan CN–
adalah basa yang relatif kuat.
Perbandingan kekuatan asam dan basa diurutkan dalam table berikut ini. Azas yang mendasar bagi
tingkat kekuatan asam basa, semakin kuat suatu asam, maka basa konjugasinya semakin lemah.
Dalam pelarut non air HClO4 merupakan asam yang lebih kuat dari pada HNO3. Tetapi dalam
pelarut air keempat asam yang tercantum pertama dalam tabel sebagai asam-asam yang lebih kuat
dari pada H3O+, membentuk larutan dengan kuat asam yang praktis sama, karena air merupakan
31
basa yang cukup kuat untuk menarik proton dari masing-masing asam yang lebih kuat daripada
H3O+. Untuk asam kuat apa saja, HA, pengionannya dalam air:
HA + H2O → H3O+ + A–
pada hakekatnya berlangsung sempurna. Ini berarti bahwa asam apa saja yang lebih kuat daripada
H3O+ akan begitu saja membentuk H3O+ dalam air. Jadi H3O+ merupakan asam terkuat yang dapat
berada dalam larutan air.
Sebaliknya terhadap basa apa saja, yang kebasaannya lebih besar dari pada OH– air juga akan
bereaksi dengan basa tersebut menghasilkan OH–, karena OH– m erupakan basa terkuat yang ada
dalam larutan air.
Contohnya, jika Natrium amida, NaNH2, bersentuhan dengan air, akan berlangsung reaksi berikut
Reaksi suatu pelarut untuk mengurangi kekuatan reagensia lain dan menjadi sama kuat disebut
sebagai efek pendataran (leveling effect).
c. Konsep Lewis
Asam menurut konsep Lewis adalah zat yang berfungsi sebagai akseptor pasangan elektron
bebas, sedangkan basa adalah zat yang berfungsi sebagai pendonor pasangan elektron bebas.
Pelarutan gas amonia di dalam air akan terbentuk ion ammonium, yang merupakan
penggabungan dari molekul ammonia yang memiliki satu pasang elektron bebas dengan
sebuah proton hasil penguraian molekul air. Dalam reaksi ini amoniak bertindak sebagai basa
karena menyediakan pasangan elektron bebas, sedangkan proton adalah asam karena
menerima pasangan elektron bebas.
H+ + :NH3 → (H→NH3)+
Definisi Lewis taat-azas dengan pandangan Brønsted-Lowry, karena proton dapat dipandang
sebagai suatu penerima pasangan electron. Suatu zat yang menerima proton dapat dipandang
sebagai donor pasangan electron. Ini dapat dilukiskan oleh reaksi berikut:
H+ + OH– → H2O
asam basa
H+ + H2O → H3O+
asam basa
Suatu keuntungan konsep Lewis adalah bahwa konsep ini mengenali zat-zat tertentu sebagai
asam yang tak mengandung hidrogen tetapi mempunyai sebagai asam berhidrogen biasa.
Contoh-contoh dari reaksi asam-basa yang tidak melibatkan transfer proton tetapi sesuai
dengan definisi Lewis antara lain:
asam basa .
Penetralan
Bila sejumlah mol yang sama dari suatu asam kuat seperti HCl dan basa kuat seperti NaOH
dicampur dalam suatu larutan dalam air, ion hidronium dari asam dan ion hidroksida dari basa
akan bersenyawa membentuk air. Reaksi ini dikenal sebagai penetralan. Persamaan ion
lengkapnya adalah
H3O+ + OH – → 2H2O
H+ + OH – → H2O
Bila spesi asam dan basa bereaksi, dikatakan spesi-spesei ini saling menetralkan.
Meskipun ion-ion Na+ dan Cl – tidak terlibat dalam reaksi penetralan tetapi dapatlah dikatakan
bahwa larutan NaCl terbentuk sebagai akibat reaksi asam-basa.
Meskipun reaksi penetralan pada dasarnya adalah reaksi antara ion-ion hidronium dan hidroksida
tetapi penulisan persamaan reaksi cara lama masih sering digunakan. Dalam cara lama ini reaksi
penetralan dituliskan sebagai reaksi antara asam (ditulis rumus molekul asam) dan basa (dituliskan
rumus molekul basa). Contoh cara penulisan lama antara lain:
Larutan Natrium asetat yang dihasilkan bersifat agak basa, bukannya netral karena ion asetat
dalam larutan air berfungsi sebagai basa.
Dari data tersebut dapatlah dilihat bahwa konsentrasi basa lebih pekat karena volumenya
lebih kecil. Untuk masing-masing larutan berlaku, perkalian antara volume dan
konsentrasi normalitas adalah banyaknya ekuivalen dari spesi yang bereaksi.
VA × NA = ekivalen asam
VB × NB = ekivalen basa.
Dalam reaksi penetralan banyaknya ekivalen asam sama dengan banyaknya ekivalen basa,
sehingga dapatlah ditulis
VA × NA = VB × NB
Karena parameter volume muncul pada kedua ruas persamaan, maka satuan apa saja dapat
digunakan dalam persamaan ini, asal keduanya dinyatakan dengan satuan yang sama,
misalnya keduanya dalam liter atau dalam mili liter.
Dengan persamaan yang terakhir ini konsentrasi asam dapat dihitung sebagai berikut:
25 ml × NA = 20 ml × 0,1N
20 ml × 0,1N
NA = ――――――― = 0,8 N
25 ml.
Dalam larutan asam dan basa, perhitungan-perhitungan diarahkan pada perhitungan konsentrasi ion
H+ dari larutan itu karena tidak ada ion yang lebih penting dari pada ion H+. Metode yang sangat
umum dan nyaman untuk menyatakan konsentrasi ion H+ adalah menggunakan skala pH. pH
adalah nilai negatif dari logaritma aktivitas ion H+. Untuk larutan encer aktivitas dapat dianggap
sama dengan konsentrasi. atau
pH = - log [H+]
pH merupakan derajat keasaman atau derajat kebasaan suatu larutan. Konsep ini pertama kali
diperkenalkan oleh kimiawan Denmark, Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1919.
35
Air murni bersifat netral, pada 25C air terdisosiasi menghasilkan ion hidrogenium (H+) dan ion
hidroksida (OH–) dengan konsentrasi sekitar 10–7 mol/liter, atau pH = 7.
[H+][A–]
Ka = Kc 55,56 = ————
[HA]
Hasil kali antara Kc dan 55,56 diungkapkan denngan tetapan Ka yang disebut sebagai tetapan
ionisasi asam.
Reaksi pengionan seringkali ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana dengan menghilangkan
molekul air. Untuk asam monoprotik lemah, HA, persamaan ionisasi yang disederhanakan adalah:
HA ⇌ H+ + A– . Dari persamaan reaksi sederhana ini dapat langsung diturunkan nilai Ka, akan
tetapi tetapi tetaplah harus diingat bahwa di dalam tetapan Ka mencakup konsentrasi molar air.
Sebagai contoh asam asetat, yang reaksi ionisasinya dapat disederhanakan menjadi:
CH3COOH ⇌ H+ + CH3COO–
tetapan ionisasi asamnya dapat dirumuskan sebagai
[H+][CH3COO–]
Ka = ————————
[CH3COOH]
Pengionan asam poliprotik lemah berlangsung dengan cara bertahap. Tiap tahap pengionan
melibatkan rumus untuk tetapan pengionan yang berlainan. Untuk pengionan asam diprotik, dalam
contoh ini asam karbonat, persamaan kesetimbangan yang disederhanakan untuk tahap-tahap itu
dan rumus tetapan pengionannya adalah:
Tahap I
[ H+][HCO3–]
H2CO3 ⇌ H+ + HCO3– Ka = ——————
[H2CO3]
Tahap II
[H+][CO32–]
HCO3 ⇌ H + CO3
– + 2–
Ka = ——————
[HCO3–]
36
Kuat suatu asam dihubungkan dengan derajat pengionannya, yang besarnya dicerminkan oleh
harga tetapan pengionan seperti ditunjukkan oleh tabel berikut ini. Makin kecil harga Ka,
menunjukkan asam yang makin lemah.
Tabel Tetapan pengionan asam-asam dalam larutan air pada 25oC
No Nama Reaksi pengionan yang disederhanakan Ka
1 Asam klorida HCl ⇌ H+ + Cl– Besar
2 Asam sulfat H2SO4 ⇌ H+ + HSO4– besar
HSO4– ⇌ H+ + SO42– 1,2 10–2
3 Asam sulfit H2SO3 ⇌ H+ + HSO3– 1,3 10–2
HSO3– ⇌ H+ + SO32– 6,3 10–8
4 Asam klorit HClO2 ⇌ H+ + ClO2– 1,1 10–2
5 Asam fosfat H3PO4 ⇌ H+ + H2PO4– 7,5 10–3
H2PO4– ⇌ H+ + HPO42– 6,2 10–8
HPO42– ⇌ H+ + PO43– 4,4 10–13
6 Asam fluorida HF ⇌ H+ + F– 6,6 10–4
7 Asam nitrit HNO2 ⇌ H+ + NO2 – 5,1 10–4
8 Asam format HCOOH ⇌ H+ + HCOO– 1,8 10–4
9 Asam asetat CH3COOH ⇌ H+ + CH3COO– 1,8 10–5
10 Asam karbonat H2CO3 ⇌ H+ + HCO3– 4,3 10–7
HCO3– ⇌ H+ + CO32– 5,6 10–11
11 Asam sulfida H2S ⇌ H+ + HS– 1,1 10–7
HS– ⇌ H+ + S2– 1,0 10–14
12 Asam hipoklorit HClO ⇌ H+ + ClO– 3,0 10–8
13 Asam sianida HCN ⇌ H+ + CN– 6,2 10–10
Asam sangat kuat Ka lebih besar dari pada 1 103
Kuat Ka antara 1,0 103 s/d 1 10–2
lemah Ka antara 1 10–2 s/d 1 10–7
Sangat lemah Ka kurang dari 1 10–7
H2NCH2CH2NH3+ + OH–
H2NCH2CH2NH3+ + H2O ⇌ 5,4 10–7
2+ –
H3NCH2CH2NH3 + OH
4 trimetilamin (CH3)3N + H2O ⇌ (CH3)3NH+ + OH– 6,3 10–5
5 amonia NH3 + H2O ⇌ NH4+ + OH– 1,8 10–5
6 hidrazina N2H4 + H2O ⇌ N2H5+ + OH– 9.8 10–7
N2H5+ + H2O ⇌ N2H62+ + OH– 1,3 10–13
7 hidroksilamin HONH2 + H2O ⇌ HONH3+ + OH– 9,110–9
Kw =[H+][OH–]
[H+] = Kw/[OH–]
= 1,010–14./ 10–2 = 10–12
pH larutan asam dan basa
Cara menyatakan konsentrasi ion H+ yang lebih praktis dan mudah adalah dengan menggunakan
skala pH. Seperti sudah kita ketahui definisinya, pH adalah negatif dari logaritma konsentrasi ion
H+.
Berdasarkan definisi ini maka pH untuk larutan asam HCl 0,01M di atas yang mengandung ion H+
dengan konsentrasi 10–2 atau [H+] = 10–2 maka pHnya adalah – log10–2 = 2
dan untuk basa NaOH 0,01M yang mengandung ion H+ dengan konsentrasi 10 –12, pHnya adalah –
log10–12 = 12
Contoh soal
1. Hitung pH larutan asam lemah CH3COOH 0,1M dalam air jika konstanta kesetimbangan
asamnya, Ka, pada suhu 25oC adalah 1,8 10–5!
Penyelesaian:
Di dalam air asam asetat akan mengalami ionisasi sebagai berikut:
CH3COOH ⇌ H+ + CH3COO–
Dari persamaan ionisasi di atas dapat diturunkan harga
[H+][ CH3COO–]
Ka = ———————
[CH3COOH]
Dalam pelarut air murni ionisasi asam asetat menghasilkan kuantitas ion hidrogen dan ion asetat
yang terbentuk adalah sama, atau [H+]= [CH3COO–], sehingga rumus di atas dapat dimodifikasi
menjadi
[H+][ H+] [ H+]2
Ka = ——————— = —————
[CH3COOH] [CH3COOH]
[H+] = (Ka [CH3COOH] )½
Jadi pH = - log [H+]
= - log (Ka [CH3COOH] )½
= - log (1,8 10–5 10–1) ½
= - log (1,8 10–6 ) ½
= - log 0.0013416408
= 2,87
2. Hitung pH larutan basa lemah NH3 0,1M di dalam air jika konstanta kesetimbangan basanya, Kb,
pada suhu 25oC adalah 1,8 10–5!
Penyelesaian:
Dari persamaan reaksi ionisasi NH3 + H2O ⇌ NH4+ + OH– didapatkan
NH4+][OH–] [OH–]2
Kb = —————— = ———
[NH3] [NH3]
[OH–] = (Kb [NH3] )½
[OH–] = (1,8 10–5 10–1)½
= 0.0013416408
39
b. Dari definisi pH, kita kembangkan definisi untuk pOH= - log [OH–]
pOH = - log 0.0013416408 = 2,87
pH = 14 – pOH
= 14 – 2,87
= 11,1276
Untuk mendapatkan hubungan antara Kh, dengan Ka dan Kw rumus tersebut di atas ditata ulang
sebagai berikut,
[CH3COOH][OH–] [H+]
Kh = ————————— ———
[CH3COO] [H+]
[CH3COOH]
Kh = ——————— [OH–][H+]
[CH3COO–][H+]
1
Kalau kita perhatikan pada ruas kanan dari persamaan terakhir di atas, suku pertama adalah
Ka
sedangkan suku kedua adalah Kw. Maka hubungan antara Kh dengan Ka dan Kw adalah
Kw
Kh =
Ka
Dalam reaksi hidrolisis konsentrasi molekul asam asetat, CH3COOH, dan ion hidroksida, OH–,
yang merupakan produk hidrolisis adalah sama, sehingga dari persamaan:
[CH3COOH][OH–]
Kh = —————————
[CH3COO–]
dapat diturunkan persamaan berikut ini:
40
[OH–]2
Kh = ——————
[CH3COO–]
karena ion CH3COO– merupakan produk ionisasi sempurna garam CH3COONa, maka konsentrasi
ion asetat, [CH3COO–], besarnya sama dengan konsentrasi garam atau [G], sehingga didapatkan
[OH– ] = √𝐾ℎ × [𝐺]
𝐾𝑤
=√ × [𝐺]
𝐾𝑎
Dengan cara yang sama untuk larutan garam dari asam kuat dan basa kuat akan di dapatkan
𝐾𝑤
[H+] = √ × [𝐺]
𝐾𝑏
Larutan penyangga adalah larutan yang pada pengenceran pHnya tidak berubah. Larutan ini dibuat
dengan mencampurkan:
Larutan penyangga 1
Dibuat dengan mencampurkan larutan CH3COONa dan CH3COOH. Di dalam air kedua zat ini
akan mengalamai reaksi pengionan sebagai berikut:
garam: CH3COONa H2O CH3COO– + Na+
asam : CH3COOH ⇌ H+ + CH3COO–
dalam campuran larutan tersebut satu-satunya sistem kesetimbanngan yang ada adalah
kesetimbangan antara ion hidrogen, ion asetat dan molekul asam asetat, seperti yang terjadi dalam
larutan asam asetat,
[H+][CH3COO–]
Ka = ————————
[CH3COOH]
Akan tetapi berbeda dengan pelarutan asam asetat dalam air murni, yang menghasilkan ion asetat
semata-mata berasal dari hasil pengionan asam, dalam sistem larutan penyangga ini ion asetat juga
berasal dari pengionan sempurna garam Na-asetat. Jumlah ion asetat yang berasal dari pengionan
asam dibandingkan dengan yang berasal dari pengionan garam sangatlah kecil, sehingga dapat
diabaikan, maka [CH3COO–]=[ CH3COONa]= [G]
Maka konsentrasi ion hidrogen dalam larutan penyangga adalah
[CH3COONa] [G]
[H+] = Ka —————— = Ka ——
[CH3COOH] [HA]
[G ]
Perbandingan konsentrasi garam terhadap asam, , tidak dipengaruhi oleh volume larutan
[ HA]
atau jumlah pelarut. sehingga larutan penyangga ini adalah larutan yang berfungsi sebagai
penyetabil pH dalam suatu proses kimia.
41
Tugas:
Turunkan rumus untuk menghitung konsentrasi ion hidrogen larutan penyangga yang dibuat dari
campuran garam ammonium klorida dan ammonia.
42
KESETIMBANGAN KIMIA
KOMPETENSI UMUM:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat menguasai konsep-konsep dasar ilmu kimia
serta dapat menyebutkan contoh-contoh penerapannya
KOMPETENSI KHUSUS:
1. Misalnya pencampuran antara larutan Na2CO3 dengan HCl, yang reaksinya ditulis
Na2CO3 + HCl NaCl + H2O + CO2
Begitu gas CO2 tidak terbentuk lagi menunjukkan bahwa reaksi telah berhenti dan
menandakan kedua pereaksi atau salah satunya telah habis. Reaksi semacam ini
digolongkan sebagai reaksi berkesudahan atau reaksi satu arah atau reaksi irreversible.
2. Misalnya pencampuran antara gas N2 dengan gas H2 yang reaksinya dituliskan
N2 + H2 2NH3
Begitu terbentuk NH3 maka NH3 tersebut segera terurai menjadi gas N2 dan gas H2
2NH3 N2 + H2
Reaksi semacam ini digolongkan sebagai reaksi dua arah atau reaksi dapat balik, reaksi
kesetimbangan atau reaksi reversible. Reaksinya dituliskan sebagai berikut:
Keadaan Kesetimbang
Pada permulaan percobaan konsentrasi awal A dan B tergantung pada jumlah mol masing-
masing dan volume tempat. Bila reaksi berlangsung, maka konsentrasi A dan B akan
berkurang. Mula-mula konsentrasi berkurang cepat yang kemudian lambat dan akhirnya
konsentrasi A maupun B menjadi tetap walaupun tidak sama. Sedangkan konsentrasi C dan D
yang semula tidak ada, karena terjadinya reaksi antara A dengan B maka konsentrasi C dan D
naik dengan cepat pada permulaan tetapi kemudian menjadi tetap karena sebagian C dan D
yang terbentuk tadi saling bereaksi membentuk A dan B.
43
3 [C] = [D]
2 [A]
1 [B]
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
44
V1
A + B C + D
V2
𝑘1 [𝐴][𝐵] = 𝑘2 [𝐶][𝐷]
𝑘1 [𝐶][𝐷]
= [𝐴][𝐵]
𝑘2
K = tetapan kesetimbangan
(nilainya merupakan fungsi suhu, selama suhu tetap nilai K akan tetap)
Bila gas-gas yang bereaksi dan hasil reaksinya semua fasenya gas (kesetimbangan homogen),
maka K ada dua macam
[𝐶][𝐷]
𝐾𝑐 = [𝐴][𝐵] dan
Dan bila fase zat-zat yang bereaksi dan hasil reaksinya tidak sama semua (kesetimbangan
heterogen), maka nilai tetapan kesetimbangannya hanya ditentukan oleh zat-zat yang fasenya
gas saja
Perubahan-Perubahan Kesetimbangan
Bila pada suatu sistem dalam keadaan kesetimbangan diganggu, maka akan terjadi reaksi.
Menurut hukum Raoult dinyatakan bahwa jika pada sistem dalam keadaan kesetimbangan
diberi atau dikenai aksi maka akan terjadi reaksi yang berupa pergeseran kesetimbangan
45
kearah sedemikian rupa agar aksi tersebut terjadi sekecil mungkin hungga terbentuk
kesetimbangan yang baru.
Dalam reaksi:
- Jika konsentrasi N2 atau H2 ditambah atau NH3 diambil, terjadi pergeseran kesetimbangan
kearah pembentukan NH3 (ke kanan)
- Jika konsentrasi N2 atau H2 dikurangi atau NH3 ditambah, terjadi pergeseran
kesetimbangan kearah penguraian NH3 (ke kiri)
- Jika volume diperbesar atau tekanan diperkecil terjadi pergeseran kesetimbangan kearah
penguraian NH3 (ke kiri)
- Jika volume diperkecil atau tekanan diperbesar terjadi pergeseran kesetimbangan kearah
pembentukan NH3 (ke kanan)
- Jika suhu dinaikkan, terjadi pergeseran kesetimbangan kearah penguraian NH3 (reaksi
endoterm)
- Jika suhu diturunkan, terjadi pergeseran kesetimbangan kearah pembentukan NH3 (reaksi
eksoterm)
46
BAB 5
REAKSI REDOKS
DAN ELEKTROKIMIA
KOMPETENSI UMUM:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat menguasai konsep-konsep dasar ilmu kimia
serta dapat menyebutkan contoh-contoh penerapannya
KOMPETENSI KHUSUS:
Setelah mempelajari Bab Reaksi Redoks dan Elektrokimia mahasiswa dapat menjelaskan
prinsip reaksi redoks dan terapannya pada industri dan kehidupan sehari-hari. Dapat
menjelaskan konsep elektrokimia dan penerapannya.
Pengertian reaksi redoks dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu dari keterlibatan oksigen,
dari perubahan bilangan oksidasi, atau dari transfer elektron antar atom yang terlibat dalam
reaksi redoks.
Oksidasi dari segi bahasa berarti pembentukan oksida, karena oksigen (O2) merupakan
oksidator pertama yang dikenal. Reaksi oksidasi dapat terjadi apabila suatu unsur bereaksi
dengan oksigen (O2). Dalam istilah termokimia reaksi suatu bahan dengan oksigen disebut
sebagai reaksi pembakaran. Pada pembakaran karbon akan dihasilkan karbon dioksida,
pembakaran bahan bakar minyak (hidrokarbon) akan dihasilkan karbon dioksida dan air
(H2O).Reaksi oksidasi dapat berlangsung lebih dari satu tahap. Misalnya pada pembakaran
hidrokarbon, bila jumlah oksigen yang direaksikan terbatas akan terbentuk senyawa karbon
monoksida (CO) sedangkan pada pembakaran dengan jumlah oksigen yang berlebih akan
terjadi pembakaran sempurna yang menghasilkan karbon dioksida. Pembakaran terhadap
belerang (sulfur, S) pertama kali akan menghasilkan belerang dioksida (SO2) dan reaksi
dengan oksigen lebih lanjut akan menghasilkan belerang trioksida (SO3). Reaksi antara SO2
dengan O2 yang menghaasilkan SO3 merupakan reaksi kesetimbangan (SO3 merupakan bahan
untuk membuat asam sulfat, H2SO4).
Contoh-contoh reaksi:
Reduksi secara bahasa berarti pengurangan. Awalnya kata reduksi dimaksudkan untuk
hilangnya massa zat akibat pemanasan suatu bijih logam sebagai suatu oksida logam untuk
mengekstrak logam.
Dengan kata lain, massa bijih "dikurangi " untuk menjadi logam. Lavoisier menunjukkan
bahwa hilangnya massa zat disebabkan oleh hilangnya oksigen dalam fase gas.
Dalam hal reaksi redoks reduksi merupakan pengurangan atau pelepasan oksigen dari suatu
senyawa oksida, misalnya pada proses-proses metalurgi untuk mengubah bijih-bijih logam
yang berupa oksida menjadi logam-logam murni.
Contoh-contoh reaksi:
Tereduksi teroksidasi
Tereduksi teroksidasi
Reaksi oksidasi menurut definisi ini dapat berlangsung antara suatu unsur dengan oksigen.
Dalam hal ini oksigen berperan sebagai oksidator dan unsur/senyawa yang dioksidasi sebagai
48
reduktor. Tidak seperti reaksi oksidasi untuk reaksi reduksi harus melibatkan unsur/senyawa
lain untuk terjadinya proses reduksi. Unsur/senyawa terakhir ini ternyata mengalami oksidasi.
Jadi reaksi oksidasi tidak dapat berlangsung sendiri, selalu disertai reaksi oksidasi, sehingga
dikenal istilah reaksi reduksi-oksidasi yang seringkali disebut sebagai reaksi redoks.
Bilangan oksiasi adalah muatan efektif suatu atom dalam senyawa, dihitung menurut aturan
yang telah ditetapkan. Pada reaksi oksidasi yang melibatkan oksigen terlihat bahwa zat yang
dioksidasi mengalami peningkatan bilangan oksidasi (dahulu valensi), sedangkan oksigen
yang netral berubah menjadi oksigen dengan muatan -2. Perubahan bilangan oksidasi tersebut
ternyata tidak selalu melibatkan atom oksigen, sehingga definisi reaksi redoks dapat diperluas.
Zat yang mengalami oksidasi, bilangan oksidasinya naik; sedangkan yang mengalami
reduksi, bilangan oksidasinya turun. Zat yang mengalami oksidasi dinamakan reduktor dan
zat yang mengalami reduksi disebut oksidator.
Aturan menentukan bilangan oksidasi suatu atom adalah sebagai berikut:
H +1 2 2 x (+1) = +2
O -2 4 4 x (-2) = -8
H2SO4 0 - s+2–8=0
S s/1 = +6 1 s = +8 - 2
Na +1 2 2 x (+1) = +2
O -2 3 3 x (-2) = -6
Na2S2O3 0 - s+2–6=0
S s/2 = +2 2 s = +6 - 2
50
Contoh cara menentukan oksidator dan reduktor pada reaksi redoks berdasarkan perubahan
bilangan oksidasi:
Pada reaksi tersebut atom-atom natrium dan oksigen tidak mengalami perubahan bilangan
oksidasi, sehingga dapat ditulis perubahan yang terjadi pada masing-masing pereaksi.
Perubahan I:
I2 NaI
Iod Na-iodida
Pada perubahan ini iod yang mempunyai bilangan oksidasi 0 (nol) berubah menjadi iodida
dengan bilangan oksidasi -1. Jadi pada reaksi redoks tersebut iod berperan sebagai oksidator
yang mengalami reduksi.
Na2S2O3 Na2S4O6
Na-tiosulfat Na-tetrationat
Pada perubahan ini S pada tiosulfat mempunyai bilangan oksidasi +2 berubah menjadi
tetrationat dengan bilangan oksidasi +2,5. Jadi pada reaksi redoks tersebut tiosulfat berperan
sebagai reduktor yang mengalami oksidasi
Definisi III
Perkembangan dari definisi reaksi redoks menunjukkan bahwa perubahan bilangan oksidasi
berhububgan dengan pelepasan dan pengambilan elektron oleh suatu zat. Oksidasi: yang
merupakan proses pelepasan elektron akan menyebabkan terjadinya kenaikan bilangan
oksidasi; sedangkan penambahan elektron pada suatu zat akan mengakibatkan penurunan
muatan (bilangan oksidasi) sehingga terjadi proses reduksi. Secara alami logam-logam
(kecuali logam-logam mulia) cenderung mengalami oksidasi dengan melepaskan elektron (-
elektron)-nya, sehingga mempunyai bilangan oksidasi (muatan) positif.
Pakar elektrokimia, John Bockris telah menggunakan kata electronation dan deelectronation
untuk menjelaskan proses reduksi dan oksidasi berturut-turut ketika proses itu terjadi pada
elektrodes-elektrode. Kata-kata ini merupakan analogi bagi protonation dan deprotonation,
tetapi tidak digunakan secara luas oleh para ahli kimia.
Contoh:
Fe Fe2+ + 2e-
Untuk menentukan berapa zat-zat yang diperlukan dalam reaksi redoks secara stoikiometri,
reaksi redoks harus disetarakan. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menyetarakan
reaksi, yaitu:
Contoh:
Penyelesaian:
Langkah II: menyusun sistem persamaan linear berdasarkan zat-zat yang terlibat reaksi redoks
Cr : 2a = d (1)
SO4 : 3a = f (2)
K : b + c = 2d + e + 2f (3)
I : b = e (4)
H : c = 2g (5)
O : 4b + c = 4d + 3e + g (6)
Dimisalkan a = 1,
Cr2(SO4)3 K2CrO4
KIO4 KIO3
Langkah II: beri koefisien reaksi agar atom yang berubah menjadi setara
Cr2(SO4)3 2 K2CrO4
KIO4 KIO3
I: +7 +5 BO = -2 (reduksi)
Langkah IV: berikan perubahan ilangan oksidasi sebagai koefisien yang berlawanan. Bila
perlu dapat disederhanakan
Disederhanakan menjadi
Berdasarkan koefisien ini, langkah selanjutnya menghitung koefisien yang lain, misalnya
dimulai dari koefisien untuk K2SO4 dapat dihitung dari jumlah ionsulfat dalam Cr2(SO4)3,
yaitu 3. Berikutnya menentukan koefisien KOH dengan menghitung jumlah atom kalium pada
ruas kanan persamaan, yaitu 10. Dan terakhir menentukan koefisien H2O berdasarkan jumlah
atom hidrogen pada KOH di ruas kiri persamaan.
Langkah I: hilangkan ion-ion yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi, sehingga
tersisa ion atau atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
Langkah II: tuliskan perubahan masing-masing dan tambahkan elektron di ruas kiri atau
kanan persamaan sesuai dengan perubahan bilangan oksidasi ion atau atom
55
Cr3+ CrO42- + 3 e-
IO4- + 2 e- IO3-
Langkah III: setarakan muatan di ruas kiri dan ruas kanan persamaan dengan menambahkan
ion H+ atau ion OH- dan molekul H2O. Samakan jumlah elektron pada kedua persamaan
tersebut.
Pada ruas kiri 6 ion OH- akan bereaksi dengan 6 ion H+ membentuk 6 molekul H2O, sehingga
dapat mengeliminasi molekul H2O di ruas kanan.
Ekivalensi suatu zat pada reaksi redoks ditentukan berdasarkan perubahan bilangan oksidasi
atau keterlibatan elektron pada perubahan zat tersebut.
Besaran ini sangat berguna dalam menentukan konsentrasi larutan-larutan oksidator ataupun
reduktor dengan cara titrasi (volumetri).
Pada titrasi yang melibatkan reaksi redoks ekivalensi tidak ditentukan berdasarkan valensi
zat-zat yang bereaksi sebagaimana pada titrasi asam-basa, tetapi dengan perhitungkan
perubahan bilangan oksidasi atau jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi. Perubahan
bilangan oksidasi pada reaaksi redoks dipengaruhi oleh suasana larutan, yaitu asam, basa, atau
netral.
Reaksi lengkap:
Reaksi ion:
Dari kedua persamaan reaksi terlihat bahwa reaksi redoks tersebut terjadi pada suasana basa,
dengan perubahan sebagai berikut:
Pada reduktor terjadi perubahan bilangan oksidasi krom dari +3 menjadi +6, atau melibatkan
3 buah elektron. Dalam hal sebagai reduktor pada suasana basa ini satu mol Cr3+ setara
dengan tiga ekivalen atau satu mol Cr2(SO4)3 setara dengan 6 ekivalen.
Pada reduktor terjadi perubahan bilangan oksidasi iod dari +7 menjadi +5, atau melibatkan 2
buah elektron. Sehingga satu mol KIO4 setara dengan dua ekivalen.
57
Pada pembuatan satu liter larutan dengan konsentrasi satu molar (1 M) diperlukan zat terlarut
sebanyak satu mol. Penyediaan satu mol zat terlarut dilakukan dengan menimbang zat terlarut
tersebut dengan massa sama dengan bobot molekulnya, sebagai contoh untuk menyediakan
satu mol Cr2(SO4)3 (Mr = 392) harus ditimbang krom (III) sulfat sebanyak 392 gram.
Banyaknya zat terlarut yang diperlukan untuk membuat satu liter larutan dengan konsentrasi
satu normal (1 N) adalah satu ekivalen. Karena satu mol Cr2(SO4)3 setara dengan 6 ekivalen,
maka 1 ekiv = 1
Cara langsung untuk mendapatkan satu ekivalen Cr2(SO4)3 adalah dengan menimbang zat
tersebut sebanyak 392/6 gram = 65,333 gram. Bilangan 65,333 merupakan bobot ekivalen
(BE) untuk senyawa Cr2(SO4)3 bila digunakan sebagai reduktor pada suasana basa.
Suatu zat digolongkan sebagai oksidator atau reduktor da;am reaksi redoks bersifat relatif. Hal
ini sangat dipngaruhi oleh dapat atau tidaknya reaksi redoks berlangsung. Reaksi redoks akan
berlangsung jika potensial standar yang dihasilkan bernilai positif (E > 0).
Potensial reduksi standar adalah besarnya beda potensial yang dihasilkan oleh reaksi reduksi
suatu zat relatif terhadap reduksi ion hidrogen menjadi gas hidrogen:
ELEKTROKIMIA
Pengertian Elektrokimia
Elektrokimia mempelajari perubahan kimia (reaksi) yang dipengaruhi oleh energi listrik atau
sebaliknya.
Jumlah muatan yang melewati suatu media sebanding dengan kuat arus dan waktu.
Q = I . t
Sel Elektrokimia
Ada dua macam sel elektrokimia, yaitu sel elektrolisis yang memanfaatkan energi listrik
untuk menghasilkan perubahan (reaksi) kimia dan sel Galvani (Volta) yang menghasilkan
energi listrik dari perubahan (reaksi) kimia
Sel Elektrolisis
Terdiri dari dua elektroda dan larutan elektrolit. Elektroda yang bermuatan negatif disebut
katoda; sedangkan elektroda yang bermuatan positif disebut anoda. Pada proses elektrolisis
ion positif (kation) akan tertarik oleh katoda dan ion negatif (anion) akan menuju anoda.
─
K A
A N
T O
O Larutan D
D A
Elektrolit
A
Perubahan yang terjadi pada elektroda selama proses elektrolisis ditentukan oleh larutan
elektrolit yang digunakan dan bahan dari anoda. Secara umum dapat dinyatakan sebagai
berikut
Pada Katoda:
Ion hidrogen, (H+ dari asam) akan diubah menjadi gas hidrogen (H2)
Ion-ion logam aktif (misalnya: Na+, K+, Ca2+) tidak mengalami perubahan, tetapi yang
direduksi H2O (pelarut)
Ion-ion logam transisi (misalnya: Fe2+, Cu2+, Cr3+) akan tereduksi dan mengendap sebagai
unsur logam
Pada Anoda
Hukum Farady
Untuk menentukan kuantitas perubahan zat-zat yang terlibat ddalam proses elektrolisis
digunakan hukum Faraday.
Hukum Faraday I:
Jumlah zat-zat yang mengalami perubahan dalam elektrolisis sebanding dengan jumlah
muatan yang melalui larutan elektrolit.
𝑒. 𝑄
𝑊=
𝐹
e = bobot ekivalen
Satu faraday adalah jumlah muatan yang sama dengan muatan satu mol elektron (6,02 x 1023
e-)
Hukum Faraday II
Jika elektrolit dialiri jumlah muatan yang sama, massa zat yang berubah juga sebanding
dengan bobot ekivalen masing-masing zat:
𝑊1 𝑊2 𝑊3
= = =⋯
𝑒1 𝑒2 𝑒3
61
Persamaan Nernst
𝑅. 𝑇 𝑎𝑜𝑘𝑠
𝐸= 𝑙𝑛
𝑛. 𝐹 𝑎𝑟𝑒𝑑
62
Konduktivitas Molar
63
BAB 6
IKATAN KIMIA
DAN GAYA ANTAR MOLEKUL
KOMPETENSI UMUM:
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa dapat menguasai konsep-konsep dasar ilmu kimia
serta dapat menyebutkan contoh-contoh penerapannya
KOMPETENSI KHUSUS:
Setelah mempelajari Bab Ikatan Kimia mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis ikatan kimia,
dapat menjelaskan gaya antar molekul dan perananya pada sifat fisika suatu zat.
Molekul merupakan sekumpulan atom-atom yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Dalam suatu
molekul, atom-atom tersusun dengan posisi tertentu. Antara satu atom dengan atom yang lain
mempunyai posisi yang tetap dan dipertahankan dengan interaksi tertentu. Interaksi ini disebut dengan
ikatan kimia. Ada empat macam yang utama, yaitu:
1. Ikatan ion
2. Ikatan kovalen
3. Ikatan kovalen koordinasi
4. Ikatan logam
Valence-bond theory
o Localized electrons
o Convenient for presentation
o “Hybrid Atomic Orbitals” are used to form “independent” Valence Bonds
IKATAN ION
Senyawa NaCl terdiri dari unsur Na (logam) dan unsur Cl (non logam). Dalam molekul NaCl,
natrium maupun klor tidak dalam keadaan sebagai atom-atom, tetapi sebagai ion natrium yang
bermuatan positif (kation Na+) dan ion klorida yang bermuatan negatif (anion Cl-). Unsur-unsur
mempunyai kecenderungan untuk memiliki konfigurasi elektron seperti konfigurasi elektron gas mulia
yang paling dekat nomor atomnya pada sistem periodik, yaitu memiliki delapan elektron pada kulit
terluarnya. Unsur natrium dengan nomor atom 11 (1s2 2s2 2p6 3s1) secara alami logam natrium
cenderung untuk menjadi ion bermuatan positif satu. Untuk mencapai kestabilannya natrium harus
mempunyai konfigurasi elektron seperti unsur neon yang mempunyai 10 elektron (10Ne)
Unsur klorida dengan nomor atom 17 (17Cl) cenderung untuk mengambil satu buah elektron untuk
mencapai kestabilannya, dengan konfigurasi elektron yang mirip konfigurasi elektron unsur argon
yang memiliki 18 elektron (18Ar)
Cl- : 1s2 2s2 3s2 3p6 atau [10Ne] 3s2 3p6 = [18Ar]
65
Ion natrium yang bermuatan positif satu akan berikatan dengan satu ion klorida yang bermuatan
negatif satu:
[ ]+[ ]-
Senyawa-senyawa ion pada temperatur ruang berupa padatan kristal. Senyawa ion tersusun secara rapi
sebagai kisi-kisi kristal dengan susunan tertentu yang teratur. Untuk menguraikan senyawa ion
diperlukan energi yang relatif cukup besar, sehingga titik leleh senyawa ion relatif jauh lebih tinggi
daripada titik leleh senyawa kovalen.
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4315/3.2C.htm
Ditinjau dari penyusunnya ion dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu ion monoatom dan ion
poliatom. Ion monoatom adalah ion yang terdiri dari satu atom, sedangkan ion poliatom adalah ion
yang tersusun dari beberapa atom (lebih dari satu macam). Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel ….
berikut:
66
,
67
IKATAN KOVALEN
Ikatan kovalen adalah ikatan antara atom bukan dengan atom bukan logam. Ikatan terjadi dengan
penggunaan bersama pasangan elektron. Masing-masing atom pada umumnya berikatan dengan
memberikan elektron terluarnya dengan mengikuti aturan octet.
Contoh: H – H, H – Cl, F – F, H – O – H, O = O, O = C = O, N N
Hibridisasi
Untuk membahas hibridisasi dan struktur (bentuk) molekul dapat ditinjau hibridisasi atom karbon (C)
dengan nomor atom 6 mempunyai konfigurasi elektron terluar:2s2 2p2
2s 2p
Elektron pada orbital 2s dapat mengalami promosi dengan berpindah pada orbital 2p:
68
2s 2p
Selanjutnya terjadi penggabungan antara orbital 2s dengan 3 (tiga) orbital 2p, yaitu hibridisasi sp3
yang mempunyai struktur tetrahedral.
sp3
Gambar
Contoh molekul dengan atom karbon yang mengalami hibridisasi sp3, yaitu CH4 (metana). Pada
molekul ini terjadi penggunaan bersama 4 (empat) pasangan elektron. Empat elektron berasal dari
orbital hibrid sp3 milik atom karbon, empat elektron lainnya masing-masing dari orbital 1s milik
hidrogen.
Gambar
2s 2p
Selanjutnya terjadi penggabungan antara orbital 2s dengan 2 (dua) orbital 2p, yaitu hibridisasi sp2
yang mempunyai struktur trigonal planar.
sp2 2p
69
Gambar
molekul dengan atom karbon yang mengalami hibridisasi sp2, yaitu C2H4 (etena). Pada molekul ini
terjadi penggunaan bersama 4 (empat) pasangan elektron. Empat elektron berasal dari orbital hibrid
sp2 milik atom karbon, empat elektron lainnya masing-masing dari orbital 1s milik hidrogen.
Disamping itu antara kedua atom karbon membentuk ikatan rangkap 2 (dua) dengan orbital 2p yang
tidak mengalami hibridisasi.
Gambar
2s 2p
Selanjutnya terjadi penggabungan antara orbital 2s dengan satu orbital 2p, yaitu hibridisasi sp yang
mempunyai struktur linear.
Sp 2p
Gambar
molekul dengan atom karbon yang mengalami hibridisasi sp, yaitu C2H4 (etuna atau asetilena). Pada
molekul ini terjadi penggunaan bersama 2 (dua) pasangan elektron. Dua elektron berasal dari orbital
hibrid sp2 milik atom karbon, empat elektron lainnya masing-masing dari orbital 1s milik hidrogen.
Disamping itu antara kedua atom karbon membentuk ikatan rangkap 3 (tiga) dengan orbital 2p yang
tidak mengalami hibridisasi.
70
sp Linear
sp3 Tetrahedral
Bujur sangkar
Octahedral
Seperti halnya ikatan kovalen, ikatan jenis ini menggunakan bersama pasangan elektron, tetapi salah
satu atom menyediakan orbital kosong, yang lainnya menyediakan PEB (pasangan elektron bebas).
Contoh ikatan kovalen koordinasi terdapat pada NH4+, BCl4-, AlF4-.
Sebagai contoh, atom boron (B) dengan nomor atom 5 mempunyai konfigurasi elektron terluar:2s2 2p1
2s 2p
Elektron pada orbital 2s dapat mengalami promosi dengan berpindah pada orbital 2p:
2s 2p
Selanjutnya terjadi penggabungan antara orbital 2s dengan 2 orbital dari orbital 2p, yaitu hibridisasi
sp2 yang mempunyai struktur trigonal planar.
Klor (17Cl) mempunyai konfigurasi elektron pada kulit terluar: 3s2 3p5
3s 3p
1. Covalent bonding
Covalent is really intramolecular force rather than intermolecular force. It is mentioned here,
because some solids are formed due to covalent bonding. For example, in diamond, silicon,
quartz etc., the all atoms in the entire crystal are linked together by covalent bonding. These
solids are hard, brittle, and have high melting points. Covalent bonding holds atoms tighter
than ionic attraction.
2. Metallic bonding
Forces between atom in metallic solids belong to another category. Valence elektron s in
metals are rampant. They are not restricted to certain atoms or bonds. Rather they run freely in
the entire solid, providing good conductivity for heat and electric energy. These behaviour of
elektron s give special properties such as ductility and mechanical strength to metals.
The division into types is for convenience in their discussion. Of course all types can be present
simultaneously for many substances. Usually, intermolecular forces are discussed together with The
States of Matter, which is linked to a well illustrated web-site.
72
IKATAN LOGAM
SENYAWA KOMPLEKS
Pada NaCl (garam dapur), CH3CONH2 (asetamida), dan Cu-Zn (kuningan) masing-masing
memiliki satu jenis ikatan, yaitu berturut-turut ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam.
Sedangkan pada NH4Cl ada ikatan kovalen koordinasi.
Ion-ion logam, terutama logam transisi (yang memiliki elektron terluar pada orbital d),
disamping dapat membentuk ikatan ion dengan anion juga dapat membentuk ikatan
koordinasi dengan molekul atau anion yang memiliki pasangan elektron bebas. Sebagi contoh
senyawa K3[Fe(CN)6], [Cu(NH3)4]SO4, …. Mungkin karena memiliki lebih dari satu macam
ikatan, senyawa-senyawa tersebut dinamakan senyawa kompleks. Ion logam pada senyawa
kompleks disebut ion logam pusat, sedangkan molekul atau anion yang menyediakan
pasangan elektron bebas disebut dengan ligan.
Ligan
Ligan adalah suatu molekul yang mempunyai pasangan elektron bebas dan bersifat sebagai
basa Lewis. Ligan pada senyawa kompleks diikat oleh ion logam pusat yang mempunyai
orbital kosong (asam Lewis). Ditinjau dari lumlah pasangnan elektron bebas yang dapat
diberikan pada ikatan koordinasi, ligan dapat dibedakan menjadi ligan monodentat, bidentat,
tridentat dan seterusnya (polidentat).
Dari kemampuannya mengatur kembali elektron-elektron dalam aion logam pusat, ligan
dibedakan menjadi ligan medan kuat/tinggi (strong/high field ligand) dan ligan medan
lemah/rendah (weak/low field ligand). Ligan medan kuat akan cenderung untuk mendorong
elektron-elektron pada orbital d ion logam pusat untuk membentuk pasangan-pasangan.
Enam orbital molekul ikatan yang terbentuk diisi dengan elektron-elektron dari ligan, dan
elektron elektron dari orbital-d ion logam menempati orbital molekul non-bonding, dalam
beberapa kasus anti-bonding. Selisih energi antara dua jenis terakhir orbital aton itu dinamai
ΔO (O untuk oktahedral) dan ditentukan melalui sifat interaksi- π antara orbital-orbital ligan
dengan orbital-orbital-d pada atom pusat. Sebagaimana dijelaskan di depan, ligan-ligan
donor-π memberikan ΔO yang kecil dan disebut ligan medan lemah atau rendah, sedangkan
ligan-ligan akseptor-π memberikan ΔO yang besar dan disebut ligan medan kuat atau tinggi.
Ligan-ligan yang bukan donor-π atau bukan akseptor-π memberikan ΔO di antaranya.
Deret spektrokimia merupakan suatu daftar yang diturunkan secara empiris dari urutan ligan-
ligan menurut besarnya Δ yang terpisah yang mereka hasilkan. Hal ini dapat dilihat bahwa
ligan-ligan medan-rendah seluruhnya donor-π (antara lain I-), ligan-ligan medan tinggi
74
merupakan akseptor-π (antara lain CN- dan CO), dan ligand-ligan seperti H2O dan NH3,
yang tidak termasuk keduanya, ada di bagian tengah.
I− < Br− < S2− < SCN− < Cl− < NO3− < N3− < F− < OH− < C2O42− < H2O < NCS− < CH3CN <
py (pyridine) < NH3 < en (ethylenediamine) < bipy (2,2'-bipyridine) < phen (1,10-
phenanthroline) < NO2− < PPh3 < CN− < CO
Gambar …
Bilangan Koordinasi
Bilangan koordinasi adalah kemampuan suatu ion logam pusat untuk mengikat pasangan
elektron bebas dari suatu ligan.
75
Jumlah ligan yang dapat dimiliki oleh senyawa kompleks biasanya dua kali muatan tertinggi
ion logam pusatnya.
Ag 1+ 2
Cu 2+ 4
Zn 2+ 4
Co 3+ 6
Fe 3+ 6
[Fe(CN)6]3 ̶
Ion logam pusat Ligan
Senyawa kompleks dalam larutan dapat terionisasi menjadi katiun dan anion:
Mekanisme terbentuknya senyawa kompleks dengan besi sebagai ion logam pusat ditinjau
dari konfigurasi elektronnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Logam besi dapat mengalami ionisasi menjadi ion Fe3+ dengan melepaskan tiga elektron, dua
elektron dari orbital 4s dan satu elektron dari orbital 3d.
Fe Fe3+ + 3e–
Pada ion Fe3+ setelah orbital 4s masih ada orbital 4p dan 4d yang tidak berisi elektron
(kosong)
3d 4s 4p 4d
77
Introduction:
Sifat fisik suatu zat, titik lebur, titik didih, tekanan uap, penguapan, viskositas, tegangan
permukaan, dan kelarutan dihubungkan dengan kekuatan gaya tarik di antara molekul-
molekul. gaya tarik ini dinamakan Gaya Antar Molekul (Intermolecular Forces). Banyaknya
molekul yang “melekat bersama” merupakan hal yang penting untuk interpretasi berbagai
sifat fisik yang disebutkan di atas.
Ada empat jenis gaya antar molekul, yaitu gaya ion-ion, gaya dipol-dipol, gaya ion-dipol, dan
gaya London. Sebagian besar gaya antar molekul identik dengan ikatan di antara atom-atom
dalam molekul tunggal. Gaya antar molekul merupakan perluasan pemikiran tentang gaya di
antara molekul-molekul dan mengikuti pola yang sudah ditetapkan oleh ikatan di dalam
molekul-molekul
78
Gaya-gaya yang menahan ion-ion dalam padatan ion adalah gaya elektrostatik. Muatan-
muatan yang berlawanan saling tarik-menarik. Gaya ini meruparkan gaya antar molekul yang
paling kuat. Gaya ion menahan banyak ion dalam struktur kisi kristal. Energi kisi sangat
berpengaruh pada sifat-sifat padatan. Semakin kuat sifat ionnya akan semakin tinggi energi
kisinya. Beberapa contoh energi kisi beberapa padatan ion: LiF, 1036; LiI, 737; KF, 821;
MgF2, 2957 kJ/mol.
79
Dipol – dipol
2. DIPOLE FORCES:
Molekul kovalen polar disebut juga sebagai dwikutub ("dipoles"), yang berarti bahwa
molekul mempunyai dua buah kutub ("poles"). Satu ujung (kutub) molekul mempunyai
muatan parsial positif sedangkan ujung yang lain mempunyai muatan parsial negatif.
Molekul-molekul itu akan mengarahkan dirinya sedemikian hingga gaya tarik antar muatan
yang berlawanan dapat berlangsung secara efektif.
Asam klorida (H – Cl) merupakan molekul polar dengan muatan parsial positif pada atom
hidrogen dan muatan parsial negatif pada atom klor. Muatan parsial ini dapat mengakibatkan
terjadinya tarik menarik antar molekul-molekul HCl
-dipole forces
Zat yang molekulnya mempunyai momen dipol titik lelehnya atau titik didihnya relatif lebih
tinggi daripada zat dengan molekul tanpa momen dipol
80
Ikatan Hidrogen
3. HYDROGEN BONDING:
Zat-zat tertentu, yaitu H2O, HF, NH3 membentuk iketan hidrogen yang sangat mempengaruhi
sifat-sifatnya (titik leleh, titik didih, kelarutan) senyawa lain yang memiliki gugus OH dan
gugus NH2 juga dapat membentuk ikatan hidrogen, misalnya: alkohol, asam-asam organik,
amina, dan asam amino.
Ikatan hidrogen merupakan keadaan khusus dari gaya dipol. Ikatan hidrogen adalah gaya tarik
menarik antara hidrogen yang terikat langsung pada atom yang sangat elektronegatif (N, O,
atau F) dalam suatu molekul dengan atom yang sangat elektronegatif dalam molekul yang
lain. Dengan kata lain: hidrogen pada satu yang terikat langsung pada atom O, N, atau F
ditarik ke atom O, N, atau F pada molekul yang berbeda.
Pada gambar … hidrogen memiliki muatan parsial positif dan tertarik pada muatan parsial
negatif pada oksigen atau nitrogen. Karena oksigen memiliki dua pasangan elektron bebas,
dapat terjadi dua ikatan hidrogen yang berbeda pada tiap-tiap oksigen.
81
“DIPOL SESAAT” terbentuk oleh pergeseran awan elektron di dalam molekul. Dipol sesaat
ini dapat menarik atau menolak awan elektron dari molekul di dekatnya.
Dipol sesaat berlangsung sangat singkat, demikian juga gaya tarik yang terjadi. Kekuatan
gaya dipol induksian tergantung pada kemudahan awan elektron untuk didistorsi. Atom atau
molekul dengan ukuran lebih besar (dengan elektron relatif jauh dari inti) lebih mudah untuk
terdistorsi.
Gaya-gaya ini selalu bekerja pada setiap zat. Gaya akan muncul dari dipol induksian dan
interaksinya lebih lemah daripada interaksi dipol-dipol. pada umumnya semakin besar bobot
molekulnya akan semakin kuat gaya interaksi van der Waal’s. Sebagai contoh, titik didih gas-
gas inert akan semakin tinggi seiring dengan meningkatnya massa atomnya disebabkan
meningkatnya interaksi dispersi London.
Gaya antar molekul juga memainkan peran yang penting dalam larutan, misalnya pada hidrasi dan
solvasi dalam air. Rangkuman dari interaksi tersebut digambarkan pada diagram berikut
82
83
Kelarutan
Berkelium Bk 97 247
Californium Cf 98 251
Einsteinium Es 99 252
MODUL KULIAH
KIMIA DASAR
(SEMESTER I)
2013