Anda di halaman 1dari 13

Reaksi elementer

Reaksi elementer adalah reaksi pemecahan paling sederhana dan hasil dari reaksi ini tidak
memiliki produk sampingan.[9] Kebanyakan reaksi yang berhasil ditemukan saat ini adalah
pengembangan dari reaksi elementer yang munculnya secara secara paralel atau berurutan.
Sebuah reaksi elementer biasanya hanya terdiri dari beberapa molekul, biasanya hanya satu atau
dua, karena kemungkinannya kecil untuk banyak molekul bergabung bersama.[10]

Isomerisasi azobenzena yang diinduksi oleh cahaya (h) atau panas ()


Reaksi paling penting dalam reaksi elementer adalah reaksi unimolekuler dan bimolekuler.
Reaksi unimolekuler hanya terdiri dari satu molekul yang terbentuk dari transformasi atau
diasosiasi satu atau beberapa molekul lain. Beberapa reaksi ini membutuhkan energi dari cahaya
atau panas. Sebuah contoh dari reaksi unimolekuler adalah isomerisasi cistrans, di mana sebuah
senyawa bentuk cis akan berubah menjadi bentuk trans.[11]
Dalam reaksi disosiasi, ikatan di dalam sebuah molekul akan terpecah menjadi 2 fragmen
molekul. Pemecahan ini dapat berupa homolitik ataupun heterolitik. Dalam pemecahan
homolitik, ikatan akan terpecah sehingga setiap produknya tetap mempunyai satu elektron
sehingga menjadi radikal netral. Dalam pemecahan heterolitik, kedua elektron dari ikatan kimia
akan tersisa pada salah satu produknya, sehingga akan menghasilkan ion yang bermuatan. Reaksi
disosiasi memegang peranan penting dalam reaksi berantai, seperti contohnya hidrogen-oksigen
atau reaksi polimerisasi.
Disoasi dari molekul AB menjadi fragmen A dan B

Pada reaksi bimolekular, 2 molekul akan bertabreakan dan saling bereaksi. Hasil reaksinya
dinamakan sintesis kimia atau reaksi adisi.

Kemungkinan reaksi yang lain adalah sebagian dari sebuah molekul berpindah ke molekul
lainnya. Reaksi tipe seperti ini, contohnya adalah reaksi redoks dan reaksi asam-basa. Pada
reaksi redoks partikel yang berpindah adalah elektron, sedangkan pada reaksi asam-basa yang
berpindah adalah proton. Reaksi seperti ini juga disebut dengan reaksi metatesis.

contohnya
NaCl(aq) + AgNO3(aq) NaNO3(aq) + AgCl(s)

Termodinamika
Reaksi kimia dapat ditentukan oleh hukum-hukum termodinamika. Reaksi dapat terjadi dengan
sendirinya apabila senyawa tersebut eksergonik atau melepaskan energi. Energi bebas yang
dihasilkan reaksi ini terdiri dari 2 besaran termodinamika yaitu entalpi dan entropi]]:[12]
G: energi bebas, H: entalpi, T: suhu, S: entropi, : perbedaan

Reaksi eksotermik terjadi apabila H bernilai negatif dan energi dilepaskan. Contoh reaksi
eksotermik adalah presipitasi dan kristalisasi, dimana sebuah padatan terbentuk dari gas atau
cairan. Kebalikannya, dalam reaksi endotermik, panas diambil dari lingkungan. Hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan entropi sistem. Karena kenaikan entropi berbanding lurus
dengan suhunya, maka kebanyakan reaksi endotermik dilakukan pada suhu tinggi. Kebalikannya,
kebanyakan reaksi eksotermik dilakukan pada suhu yang rendah. Perubahan temperatur kadangkadang dapat mengubah arah reaksi, seperti contohnya pada reaksi Boudouard:

Reaksi antara karbon dioksida dan karbon untuk membentuk karbon monoksida ini merupakan
reaksi endotermik dengan suhu di atas 800 C dan menjadi reaksi eksotermik jika suhunya
dibawah suhu ini[13]
Reaksi juga dapat diketahui dengan energi dalam yang menyebabkan perubahan pada entropi,
volume, dan potensial kimia.[14]
U: energi dalam, S: entropi, p: tekanan, : potensial kimia, n: jumlah molekul, d: tanda yang artinya
perubahan kecil

Pengelompokan reaksi kimia


Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam
mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut,
yang sering kali tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi reaksi kimia yang
biasanya digunakan.

Empat reaksi dasar


Sintesis

Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana bergabung
membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua reaktan atau lebih yang bereaksi
menghasilkan satu produk juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui kalau itu reaksi
sintesis. Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang hasilnya
adalah air.[15]
Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk amoniak,
dengan persamaan reaksi:
N2 + 3 H2 2 NH3
Dekomposisisi
Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah senyawa yang
lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.[15][16] Contohnya adalah
molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen, dengan persamaan reaksi:
2 H2O 2 H2 + O2
Penggantian tunggal
Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan elemen
tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang bereaksi dengan asam
klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam dapur, dengan persamaaan reaksi:
2 Na(s) + 2 HCl(aq) 2 NaCl(aq) + H2(g)
Penggantian ganda
Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk
senyawa baru yang berbeda.[15] Hal ini terjadi ketika kation dan anion dari 2 senyawa yang
berbeda saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru.[16] Rumus umum dari reaksi
ini adalah:
AB + CD AD + CB
Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium iodida
untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:
Pb(NO3)2 + 2 KI PbI2 + 2 KNO3
Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat membentuk
natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) NaNO3(aq) + AgCl(s)

Oksidasi dan reduksi

Ilustrasi dari reaksi redoks (reduksi oksidasi)

Dua bagian reaksi redoks


Reaksi redoks dapat dipahami sebagai transfer elektron dari salah satu senyawa (disebut
reduktor) ke senyawa lainnya (disebut oksidator). Dalam proses ini, senyawa yang satu akan
teroksidasi dan senyawa lainnya akan tereduksi, oleh karena itu disebut redoks. Oksidasi sendiri
dimengerti sebagai kenaikan bilangan oksidasi, dan reduksi adalah penurunan bilangan oksidasi.
Dalam prakteknya, transfer dari elektron ini akan selalu mengubah bilangan oksidasinya, tapi
banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai reaksi redoks walaupun sebenarnya tidak ada
elektron yang berpindah (seperti yang melibatkan ikatan kovalen).[17][18]
Contoh reaksi redoks adalah:
2 S2O32(aq) + I2(aq) S4O62(aq) + 2 I(aq)
Yang mana I2 direduksi menjadi I- dan S2O32- (anion tiosulfat) dioksidasi menjadi S4O62-.
Untuk mengetahui reaktan mana yang akan menjadi agen pereduksi dan mana yang akan
menjadi agen teroksidasi dapat diketahui dari keelektronegatifan elemen tersebut. Elemen yang
mempunyai nilai keelektronegatifan yang rendah, seperti kebanyakan unsur logam, maka akan
dengan mudah memberikan elektron mereka dan teroksidasi - elemen ini menjadi reduktor.
Kebalikannya, banyak ion mempunyai bilangan oksidasi tinggi, seperti H2O2, MnO4-, CrO3,
Cr2O72-, OsO4) dapat memperoleh satu atau lebih tambahan elektron, sehingga disebut oksidator.
Jumlah elektron yang diberikan atau diterima pada reaksi redoks dapat diketahui dari konfigurasi
elektronn elemen reaktannya. Setiap elemen akan berusaha untuk menjadikan konfigurasi
elektronnya sama seperti konfigurasi elemen gas mulia. Logam alkali dan halogen akan
memberikan dan menerima satu elektron. Elemen gas alam sendiri sebenarnya tidak aktif secara
kimiawi.[19]
Salah satu bagian penting dalam reaksi redoks adalah reaksi elektrokimia, dimana elektron dari
sumber listrik digunakan sebagai reduktor. Reaksi ini penting untuk pembuatan elemen-elemen
kimia, seperti klorin[20] atau aluminium. Proses kebalikan dimana reaksi redoks digunakan untuk
menghasilkan listrik juga ada dan prinsip ini digunakan pada baterai.

Reaksi asam-basa
Reaksi asam-basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke molekul
basa. Disini, asam berperan sebagai donor proton dan basa berperan sebagai akseptor proton.
Reaksi asam basa, HA: asam, B: Basa, A: basa konjugasi, HB+: asam konjugasi

Hasil dari transfer proton ini adalah asam konjugasi dan basa konjugasi.[21] Reaksi kesetimbangan
(bolak-balik) juga ada, dan karena itu asam/basa dan asam/basa konjugasinya selalu dalam
kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan ini ditandai dengan adanya konstanta diasosiasi asam dan
basa (Ka dan Kb) dari setiap substansinya. Sebuah reaksi yang khusus dari reaksi asam-basa
adalah netralisasi dimana asam dan basa dalam jumlah yang sama akan membentuk garam yang
sifatnya netral.
Reaksi asam basa memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang digunakan.
Beberapa definisi yang paling umum adalah:

o Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa
berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
o Definisi Brnsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah
penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius
o Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor
pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brnsted-Lowry.

Presipitasi

Presipitasi

Presipitasi adalah proses reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah larutan sebagai
hasil dari reaksi kimia. Presipitasi ini biasanya terbentuk ketika konsentrasi ion yang larut telah
mencapai batas kelarutan[22] dan hasilnya adalah membentuk garam. Reaksi ini dapat dipercepat
dengan menambahkan agen presipitasi atau mengurangi pelarutnya. Reaksi presipitasi yang
cepat akan menghasilkan residu mikrokristalin dan proses yang lambat akan menghasilkan
kristal tunggal. Kristal tunggal juga dapat diperoleh dari rekristalisasi dari garam mikrokristalin.
[23]

Reaksi pada zat padat


Reaksi dapat terjadi di antara dua benda padat. Meski begitu, karena tingkat difusi pada zat padat
sangat rendah, maka reaksi kimia yang berlangsung terjadi sangat lambat. Reaksi dapat
dipercepat dengan cara meningkatkan suhu sehingga akan memecah reaktan, sehingga luas
permukaan kontak menjadi lebih besar.[24]

Reaksi fotokimia

Dalam reaksi PaternoBchi, sebuah gugus karbonil yang tereksitasi akan diamahkan ke olefin
yang tidak tereksitasi, dan menghasilkan oksetan.
Dalam reaksi fotokimia, atom dan molekul akan menyerap energi (foton) dari cahaya dan
mengubahnya ke eksitasi. Atom dan molekul ini lalu dapat melepaskan energi dengan
memecahkan ikatan kimia, maka menghasilkan radikal. Reaksi ang termasuk ke dalam reaksi
fotokimia di antaranya reaksi hidrogen-oksigen, polimerisasi radikal, reaksi berantai dan reaksi
penataan ulang.[25]
Banyak proses-proses penting menggunakan fotokimia. Contoh yang paling umum adalah
fotosintesis, dimana tanaman menggunakan energi matahari untuk mengubah karbon dioksida
dan air menjadi glukosa dan oksigen sebagai hasil samping. Manusia mengandalkan fotokimia
dalam pembentukan vitamin D, dan persepsi visual dihasilkan dari reaksi fotokimia di rhodopsin.
[11]
Pada kunang-kunang, sebuah enzim pada abdomen mengkatalisasi reaksi yang menghasilkan
bioluminesensi.[26] Banyak reaksi fotokimia, seperti pembentukan ozon, terjadi di atmosfer bumi
yang merupakan bagian dari kimia atmosfer.

Katalisis

Diagram skema energi yang menunjukkan efek dari pemberian katalis pada sebuah reaksi kimia
endotermik. Adanya katalis akan mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Hasil akhirnya akan sama dengan reaksi tanpa katalis.
Pada katalisis, reaksinya tidak berlangsung secara spontan, tapi melalui substansi ketiga yang
disebut dengan katalis. Tidak seperti reagen lainnya yang ikut dalam reaksi kimia, katalis tidak
ikut serta dalam reaksi itu sendiri, tapi dapat menghambat, mematikan, atau menghancurkan
melalui proses sekunder. Katalis dapat digunakan pada fase yang berbeda (katalis heterogen)
maupun pada fase yang sama (katalis homogen) sebagai reaktan. Fungsi katalis hanyalah
mempercepat reaksi - zat kimia yang memperlambat reaksi disebut dengan inhibitor.[27][28]
Substansi yang meningkatkan aktivitas katalis disebut promoter, dan substansi yang mematikan
katalis disebut racun katalis. Sebuah reaksi kimia yang semestinya tidak bisa berlangsung karena
energi aktivasinya terlalu tinggi, bisa menjadi berlangsung karena kehadiran katalis ini.
Katalis heterogen biasanya padat dan berbentuk bubuk agar dapat memaksimalkan luas
permukaan yang bereaksi. Zat-zat yang penting pada katalisis heterogen di antaranya logamlogam grup platinum dan logam transisi lainnya. Zat-zat ini biasanya digunakan pada
hidrogenasi, pembentukan katalitik dan sintesis dari senyawa-senyawa kimia seperti asam nitrat
dan amonia. Asam adalah contoh dari katalis homogen, mereka meningkatkan nukleofilitas dari
karbonil. Kelebihan dari katalis homogen adalah mudah untuk dicampurkan dengan reaktannya,
tapi kekurangannya adalah susah dipisahkan dari produk akhirnya. Oleh karena itu, katalis
heterogen lebih dipilih di banyak proses industri.[29]

Reaksi dalam kimia organik


Dalam kimia organik, banyak reaksi yang dapat terjadi yang melibatkan ikatan kovalen di antara
atom karbon dan heteroatom lainnya seperti oksigen, nitrogen, atau atom-atom halogen lainnya.
Beberapa reaksi yang lebih spesifik akan dijelaskan di bawah ini.

Substitusi
Dalam reaksi substitusi, sebuah gugus fungsi di dalam suatu senyawa kimia digantikan oleh
gugus fungsi lainnya.[30] Reaksi ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa subtipe yaitu
nukleofilik, substitusi elektrofilik, atau substitusi radikal.

SN1 mechanism

SN2 mechanism
Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron sehingga
bermuatan negatif, akan menggantikan atom lainnya atau bagian lainnya dari molekul "substrat".
Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan substrat membentuk ikatan baru, sedangkan
gugus lepas akan lepas bersamaan dengan sebuah pasangan elektron. Nukleofil sendiri dapat
bermuatan netral atau positif, sedangkan substrat biasanya bermuatan positif atau netral. Contoh
nukleofil adalah ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini biasanya
ditemukan pada hidrokarbon alifatik dan jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik.
Hidrokarbon aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa melangsungkan
substitusi aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi
nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut namanya, S
singkatan dari substitusi, N singkatan dai nukleofilik, dan, dan angka menunjukkan ordo kinetik
reaksi, unimolekuler atau bimolekuler.[31]

3 tahap dalam Reaksi SN2. Nukleofil berwarna hijau dan gugus lepas berwarna merah

Reaksi SN2 menyebabkan inversi stereo (inversi Walden)


Reaksi SN1 berlangsung dalam 2 tahap. Tahap pertama, gugus lepas akan lepas dan membentuk
karbokation. Tahap ini akan diikuti reaksi yang sangat cepat dengan nukleofil.[32]

Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang lepas saja
yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya. Reaksi SN1
menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan pusat chiral, melainkan dalam
bentuk isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah yang diamati pada
mekanisme SN2.[33]
Substitusi elektrofilik merupakan kebalikan dari substitusi nukleofilik di mana atom atau
molekul yang melepas, atau elektrofilnya, mempunyai kerapatan elektron yang rendah sehingga
bermuatan positif. Biasanya elektrofil ini adalah atom karbon dari gugus karbonil, karbokation
atau sulfur atau kation nitronium. Reaksi ini berlangsung pada hidrokarbon aromatik saja,
sehingga disebut substitusi aromatik elektrofilik. Serangan elektrofil akan menciptakan kompleks
yang disebut sebagai -compleks, sebuah fase transisi di mana sistem aromatiknya hilang. Lalu,
gugus lepas (biasanya proton), akan terpisah dan sifat kearomatikannya kembali. Alternatif lain
untuk substitusi aromatik adalah substitusi alifatik elektrofilik. Substitusi ini mirip dengan
substitusi aromatik elektrofilik dan juga mempunyai 2 tipe utama yaitu SE1 dan SE2[34]

Mekanisme dari substitusi aromatik elektrofilik

Adisi dan eliminasi


Adisi dan pasangannya eliminasi merupakan reaksi yang mengubah jumlah substituen dalam
atom karbon, dan membentuk ikatan kovalen. Ikatan ganda dan tiga dapat dihasilkan dengan
mengeliminasi gugus lepas yang cocok. Seperti substitusi nukleofilik, ada beberapa mekanisme
reaksi yang mungkin terjadi. Dalam mekanisme E1, gugus lepas terlebih dahulu melepas dan
membentuk karbokation. Selanjutnya, pembentukan ikatan ganda terjadi melalui eliminasi
proton (deprotonasi). Dalam mekanisme E1cb, urutan pelepasan terbalik: proton dieliminasi
terlebih dahulu. Dalam mekanisme ini keterlibatan suatu basa harus ada.[35] Reaksi dalam
eliminasi E1 maupun E1cb selalu bersaing dengan substitusi SN1 karena memiliki kondisi reaksi
kondisi yang sama.[36]

Eliminasi E1

eliminasi E1cb

Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus
lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik. Berbeda dengan
eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan dalam reaksi yang memiliki
mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan eleminasi proton yang berada pada posisianti terhadap gugus lepas. Oleh karena kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu
bersaing dengan substitusi SN2.[37]

Adisi elektrofilik hidrogen bromida


Kebalikan dari reaksi eliminasi adalah reaksi adisi. Pada reaksi adisi, ikatan rangkap dua atau
rangkap tiga diubah menjadi ikatan rangkap tunggal. Mirip dengan reaksi substitusi, ada
beberapa tipe dari adisi yang dibedakan dari partikel yang mengadisi. Contohnya, pada adisi
elektrofilik hidrogen bromida, sebuah elektrofil (proton) akan mengganti ikatan rangkap ganda
dan membentuk karbokation, lalu kemudian bereaksi dengan nukleofil (bromin). Karbokation
dapat terbentuk di salah satu ikatan rangkap tergantung dari gugus yang melekat di akhir.
Konfigurasi yang lebih tepat dapat diprediksikan dengan aturan Markovnikov.[38] Aturan
Markovnikov mengatakan: "Pada adisi heterolitik dari sebuuah molekul polar pada alkena atau
alkuna, atom yang mempunyai keelektronegatifan yang besar, maka akan terikat pada atom
karbon yang mengikat atom hidrogen yang lebih sedikit."[39]

Reaksi kimia organik lainnya

Penataan ulang dari 3-metil-1,5-heksadiena

Mekanisme dari reaksi Diels-Alder

Orbital overlap in a Diels-Alder reaction


Pada reaksi penataan ulang, kerangka karbon dari sebuah molekul disusun ulang sehingga
membentuk isomer struktur dari molekul aslinya. Reaksi ini termasuk dengan [reaksi
sigmatropik]] seperti penataan ulang Wagner-Meerwein, dimana gugus hidrogen, alkil, atau aril
berpindah-pindah tempat dari suatu atom karbon ke atom karbon lainnya. Kebanyakan reaksi
penataan ulang adalah pemutusan dan pembentukan ikatan karbon-karbon baru. Contoh lain dari
reaksi ini adalah penataan ulang cope. [40]

Reaksi lainnya

Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang struktur tanpa
perubahan pada komposisi atomnya

Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang dapat terbakar
bergabung dengan unsur-unsur oksidator, biasanya oksigen, untuk menghasilkan panas
dan membentuk produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran biasanya digunakan untuk
merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada keseluruhan molekul. Oksidasi terkontrol
hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak termasuk dalam proses pembakaran.
C10H8+ 12 O2 10 CO2 + 4 H2O
CH2S + 6 F2 CF4 + 2 HF + SF6

Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis produk yang berbeda hanya
pada keadaan oksidasinya.
2 Sn2+ Sn + Sn4+

Kinetika kimia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kinetika kimia

Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun tekanan
zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi
sangatlah penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian
kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:

Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat apabila
konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan pertumbukan atom per
satuan waktu,

Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi, terutama reaktan
padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar akan meningkatkan laju
reaksi.

Tekanan, dengan meningkatkan tekanan, kita menurunkan volume antar molekul


sehingga akan meningkatkan frekuensi tumbukan molekul.

Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk
membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi yang lebih tinggi
mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi
daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.

Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini dikarenakan
temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul, sehingga meningkatkan tumbukan
antar molekul per satuan waktu.

Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah lintasan
(mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan. Katalis tidak dikonsumsi ataupun
berubah selama reaksi, sehingga ia dapat digunakan kembali.

Untuk beberapa reaksi, keberadaan radiasi elektromagnetik, utamanya ultraviolet,


diperlukan untuk memutuskan ikatan yang diperlukan agar reaksi dapat bermulai. Hal ini
utamanya terjadi pada reaksi yang melibatkan radikal.

Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Hubungan ini
ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu diperhatikan bahwa beberapa reaksi
memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi
orde nol.

Reaksi biokimia

Ilustrasi dari aktivitas enzim pada reaksi biokimia


Reaksi biokimia pada umumnya dikendalikan oleh enzim. Protein-protein ini hanya dapat
mengkatalis satu jenis reaksi yang spesifik, sehingga reaksinya benar-benar dapat dikontrol.
Reaksi ini berlangsung pada sisi aktif dari substrat. Reaksi katalisasi enzim ini bergantung pada
banyak hal, di antaranya adalah bentuk enzimnya, jenis ikatannya, interaksi elektrostatik,
pemberian dan penerimaan proton (pada reaksi asam/basa), dan lainnya. [41]
Reaksi kimia yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup biasanya juga dikenal dengan
sebutan metabolisme. Diantara semua reaksi-reaksi ini, reaksi yang paling penting adalah reaksi
anabolisme, dimana DNA dan enzim-terkontrol memproses pembentukan protein dan
karbohidrat dari senyawa-senyawa yang lebih kecil.[42] Bioenergitika mempelajari sumber energi
untuk reaksi biokimia. Sumber energi yang paling penting dalam reaksi ini adalah glukosa, yang
diproduksi tanaman melalui proses fotosintesis. Semua organisme membutuhkan glukosa untuk
memproduksi adenosin trifosfat (ATP), yang digunakan makhluk hidup untuk menjalankan
aktivitasnya.

Anda mungkin juga menyukai