Reaksi elementer adalah reaksi pemecahan paling sederhana dan hasil dari reaksi ini tidak
memiliki produk sampingan.[9] Kebanyakan reaksi yang berhasil ditemukan saat ini adalah
pengembangan dari reaksi elementer yang munculnya secara secara paralel atau berurutan.
Sebuah reaksi elementer biasanya hanya terdiri dari beberapa molekul, biasanya hanya satu atau
dua, karena kemungkinannya kecil untuk banyak molekul bergabung bersama.[10]
Pada reaksi bimolekular, 2 molekul akan bertabreakan dan saling bereaksi. Hasil reaksinya
dinamakan sintesis kimia atau reaksi adisi.
Kemungkinan reaksi yang lain adalah sebagian dari sebuah molekul berpindah ke molekul
lainnya. Reaksi tipe seperti ini, contohnya adalah reaksi redoks dan reaksi asam-basa. Pada
reaksi redoks partikel yang berpindah adalah elektron, sedangkan pada reaksi asam-basa yang
berpindah adalah proton. Reaksi seperti ini juga disebut dengan reaksi metatesis.
contohnya
NaCl(aq) + AgNO3(aq) NaNO3(aq) + AgCl(s)
Termodinamika
Reaksi kimia dapat ditentukan oleh hukum-hukum termodinamika. Reaksi dapat terjadi dengan
sendirinya apabila senyawa tersebut eksergonik atau melepaskan energi. Energi bebas yang
dihasilkan reaksi ini terdiri dari 2 besaran termodinamika yaitu entalpi dan entropi]]:[12]
G: energi bebas, H: entalpi, T: suhu, S: entropi, : perbedaan
Reaksi eksotermik terjadi apabila H bernilai negatif dan energi dilepaskan. Contoh reaksi
eksotermik adalah presipitasi dan kristalisasi, dimana sebuah padatan terbentuk dari gas atau
cairan. Kebalikannya, dalam reaksi endotermik, panas diambil dari lingkungan. Hal ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan entropi sistem. Karena kenaikan entropi berbanding lurus
dengan suhunya, maka kebanyakan reaksi endotermik dilakukan pada suhu tinggi. Kebalikannya,
kebanyakan reaksi eksotermik dilakukan pada suhu yang rendah. Perubahan temperatur kadangkadang dapat mengubah arah reaksi, seperti contohnya pada reaksi Boudouard:
Reaksi antara karbon dioksida dan karbon untuk membentuk karbon monoksida ini merupakan
reaksi endotermik dengan suhu di atas 800 C dan menjadi reaksi eksotermik jika suhunya
dibawah suhu ini[13]
Reaksi juga dapat diketahui dengan energi dalam yang menyebabkan perubahan pada entropi,
volume, dan potensial kimia.[14]
U: energi dalam, S: entropi, p: tekanan, : potensial kimia, n: jumlah molekul, d: tanda yang artinya
perubahan kecil
Dalam reaksi kombinasi langsung atau sintesis, dua atau lebih senyawa sederhana bergabung
membentuk senyawa baru yang lebih kompleks. Dua reaktan atau lebih yang bereaksi
menghasilkan satu produk juga merupakan salah satu cara untuk mengetahui kalau itu reaksi
sintesis. Contoh dari reaksi ini adalah gas hidrogen bergabung dengan gas oksigen yang hasilnya
adalah air.[15]
Contoh lainnya adalah gas nitrogen bergabung dengan gas hidrogen akan membentuk amoniak,
dengan persamaan reaksi:
N2 + 3 H2 2 NH3
Dekomposisisi
Reaksi dekomposisi atau analisis adalah kebalikan dari reaksi sintesis. Sebuah senyawa yang
lebih kompleks akan dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.[15][16] Contohnya adalah
molekul air yang dipecah menjadi gas oksigen dan gas hidrogen, dengan persamaan reaksi:
2 H2O 2 H2 + O2
Penggantian tunggal
Dalam reaksi penggantian tunggal atau substitusi, sebuah elemen tunggal menggantikan elemen
tunggal lainnya di suatu senyawa. Contohnya adalah logam natrium yang bereaksi dengan asam
klorida akan menghasilkan natrium klorida atau garam dapur, dengan persamaaan reaksi:
2 Na(s) + 2 HCl(aq) 2 NaCl(aq) + H2(g)
Penggantian ganda
Dalam reaksi penggantian ganda, dua senyawa saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk
senyawa baru yang berbeda.[15] Hal ini terjadi ketika kation dan anion dari 2 senyawa yang
berbeda saling berpindah tempat, dan membentuk 2 senyawa baru.[16] Rumus umum dari reaksi
ini adalah:
AB + CD AD + CB
Contoh dari reaksi penggantian ganda adalah timbal(II) nitrat bereaksi dengan kalium iodida
untuk membentuk timbal(II) iodida dan kalium nitrat, dengan persamaan reaksi:
Pb(NO3)2 + 2 KI PbI2 + 2 KNO3
Contoh lainnya adalah natrium klorida (garam dapur) bereaksi dengan perak nitrat membentuk
natrium nitrat dan perak klorida, dengan persamaan reaksi:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) NaNO3(aq) + AgCl(s)
Reaksi asam-basa
Reaksi asam-basa adalah reaksi yang mendonorkan proton dari sebuah molekul asam ke molekul
basa. Disini, asam berperan sebagai donor proton dan basa berperan sebagai akseptor proton.
Reaksi asam basa, HA: asam, B: Basa, A: basa konjugasi, HB+: asam konjugasi
Hasil dari transfer proton ini adalah asam konjugasi dan basa konjugasi.[21] Reaksi kesetimbangan
(bolak-balik) juga ada, dan karena itu asam/basa dan asam/basa konjugasinya selalu dalam
kesetimbangan. Reaksi kesetimbangan ini ditandai dengan adanya konstanta diasosiasi asam dan
basa (Ka dan Kb) dari setiap substansinya. Sebuah reaksi yang khusus dari reaksi asam-basa
adalah netralisasi dimana asam dan basa dalam jumlah yang sama akan membentuk garam yang
sifatnya netral.
Reaksi asam basa memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep asam basa yang digunakan.
Beberapa definisi yang paling umum adalah:
o Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan ion H3O+; basa
berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
o Definisi Brnsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+) donors; basa adalah
penerima (akseptor) proton. Melingkupi definisi Arrhenius
o Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa adalah pendonor
pasangan elektron. Definisi ini melingkupi definisi Brnsted-Lowry.
Presipitasi
Presipitasi
Presipitasi adalah proses reaksi terbentuknya padatan (endapan) di dalam sebuah larutan sebagai
hasil dari reaksi kimia. Presipitasi ini biasanya terbentuk ketika konsentrasi ion yang larut telah
mencapai batas kelarutan[22] dan hasilnya adalah membentuk garam. Reaksi ini dapat dipercepat
dengan menambahkan agen presipitasi atau mengurangi pelarutnya. Reaksi presipitasi yang
cepat akan menghasilkan residu mikrokristalin dan proses yang lambat akan menghasilkan
kristal tunggal. Kristal tunggal juga dapat diperoleh dari rekristalisasi dari garam mikrokristalin.
[23]
Reaksi fotokimia
Dalam reaksi PaternoBchi, sebuah gugus karbonil yang tereksitasi akan diamahkan ke olefin
yang tidak tereksitasi, dan menghasilkan oksetan.
Dalam reaksi fotokimia, atom dan molekul akan menyerap energi (foton) dari cahaya dan
mengubahnya ke eksitasi. Atom dan molekul ini lalu dapat melepaskan energi dengan
memecahkan ikatan kimia, maka menghasilkan radikal. Reaksi ang termasuk ke dalam reaksi
fotokimia di antaranya reaksi hidrogen-oksigen, polimerisasi radikal, reaksi berantai dan reaksi
penataan ulang.[25]
Banyak proses-proses penting menggunakan fotokimia. Contoh yang paling umum adalah
fotosintesis, dimana tanaman menggunakan energi matahari untuk mengubah karbon dioksida
dan air menjadi glukosa dan oksigen sebagai hasil samping. Manusia mengandalkan fotokimia
dalam pembentukan vitamin D, dan persepsi visual dihasilkan dari reaksi fotokimia di rhodopsin.
[11]
Pada kunang-kunang, sebuah enzim pada abdomen mengkatalisasi reaksi yang menghasilkan
bioluminesensi.[26] Banyak reaksi fotokimia, seperti pembentukan ozon, terjadi di atmosfer bumi
yang merupakan bagian dari kimia atmosfer.
Katalisis
Diagram skema energi yang menunjukkan efek dari pemberian katalis pada sebuah reaksi kimia
endotermik. Adanya katalis akan mempercepat reaksi dengan cara menurunkan energi aktivasi.
Hasil akhirnya akan sama dengan reaksi tanpa katalis.
Pada katalisis, reaksinya tidak berlangsung secara spontan, tapi melalui substansi ketiga yang
disebut dengan katalis. Tidak seperti reagen lainnya yang ikut dalam reaksi kimia, katalis tidak
ikut serta dalam reaksi itu sendiri, tapi dapat menghambat, mematikan, atau menghancurkan
melalui proses sekunder. Katalis dapat digunakan pada fase yang berbeda (katalis heterogen)
maupun pada fase yang sama (katalis homogen) sebagai reaktan. Fungsi katalis hanyalah
mempercepat reaksi - zat kimia yang memperlambat reaksi disebut dengan inhibitor.[27][28]
Substansi yang meningkatkan aktivitas katalis disebut promoter, dan substansi yang mematikan
katalis disebut racun katalis. Sebuah reaksi kimia yang semestinya tidak bisa berlangsung karena
energi aktivasinya terlalu tinggi, bisa menjadi berlangsung karena kehadiran katalis ini.
Katalis heterogen biasanya padat dan berbentuk bubuk agar dapat memaksimalkan luas
permukaan yang bereaksi. Zat-zat yang penting pada katalisis heterogen di antaranya logamlogam grup platinum dan logam transisi lainnya. Zat-zat ini biasanya digunakan pada
hidrogenasi, pembentukan katalitik dan sintesis dari senyawa-senyawa kimia seperti asam nitrat
dan amonia. Asam adalah contoh dari katalis homogen, mereka meningkatkan nukleofilitas dari
karbonil. Kelebihan dari katalis homogen adalah mudah untuk dicampurkan dengan reaktannya,
tapi kekurangannya adalah susah dipisahkan dari produk akhirnya. Oleh karena itu, katalis
heterogen lebih dipilih di banyak proses industri.[29]
Substitusi
Dalam reaksi substitusi, sebuah gugus fungsi di dalam suatu senyawa kimia digantikan oleh
gugus fungsi lainnya.[30] Reaksi ini dapat dibedakan lagi menjadi beberapa subtipe yaitu
nukleofilik, substitusi elektrofilik, atau substitusi radikal.
SN1 mechanism
SN2 mechanism
Pada tipe yang pertama, nukleofil, atom atau molekul yang memiliki kelebihan elektron sehingga
bermuatan negatif, akan menggantikan atom lainnya atau bagian lainnya dari molekul "substrat".
Pasangan elektron nukleofil akan bersatu dengan substrat membentuk ikatan baru, sedangkan
gugus lepas akan lepas bersamaan dengan sebuah pasangan elektron. Nukleofil sendiri dapat
bermuatan netral atau positif, sedangkan substrat biasanya bermuatan positif atau netral. Contoh
nukleofil adalah ion hidroksida, alkoksida, amina, dan halida. Reaksi semacam ini biasanya
ditemukan pada hidrokarbon alifatik dan jarang ditemukan pada hidrokarbon aromatik.
Hidrokarbon aromatik memiliki rapatan elektron yang tingi dan hanya bisa melangsungkan
substitusi aromatik nukleofilik hanya dengan gugus penarik elektron yang sangat kuat. Substitusi
nukleofilik dapat berlangsung melalui 2 mekanisme, Reaksi SN1 dan SN2. Menurut namanya, S
singkatan dari substitusi, N singkatan dai nukleofilik, dan, dan angka menunjukkan ordo kinetik
reaksi, unimolekuler atau bimolekuler.[31]
3 tahap dalam Reaksi SN2. Nukleofil berwarna hijau dan gugus lepas berwarna merah
Dalam mekanisme SN2, nukleofil akan membentuk tahap transisi dengan molekul yang lepas saja
yang terlekang. Kedua mekanisme ini berbeda pada hasil stereokimianya. Reaksi SN1
menghasilkan adisi non-stereospesifik dan tidak menghasilkan pusat chiral, melainkan dalam
bentuk isomer geometri (cis/trans). Kebalikannya, inversi Warden-lah yang diamati pada
mekanisme SN2.[33]
Substitusi elektrofilik merupakan kebalikan dari substitusi nukleofilik di mana atom atau
molekul yang melepas, atau elektrofilnya, mempunyai kerapatan elektron yang rendah sehingga
bermuatan positif. Biasanya elektrofil ini adalah atom karbon dari gugus karbonil, karbokation
atau sulfur atau kation nitronium. Reaksi ini berlangsung pada hidrokarbon aromatik saja,
sehingga disebut substitusi aromatik elektrofilik. Serangan elektrofil akan menciptakan kompleks
yang disebut sebagai -compleks, sebuah fase transisi di mana sistem aromatiknya hilang. Lalu,
gugus lepas (biasanya proton), akan terpisah dan sifat kearomatikannya kembali. Alternatif lain
untuk substitusi aromatik adalah substitusi alifatik elektrofilik. Substitusi ini mirip dengan
substitusi aromatik elektrofilik dan juga mempunyai 2 tipe utama yaitu SE1 dan SE2[34]
Eliminasi E1
eliminasi E1cb
Eliminasi E2
Mekanisme E2 juga memerlukan basa. Akan tetapi, pergantian posisi basa dan eliminasi gugus
lepas berlangsung secara serentak dan tidak menghasilkan zat antara ionik. Berbeda dengan
eliminasi E1, konfigurasi stereokimia yang berbeda dapat dihasilkan dalam reaksi yang memiliki
mekanisme E2 karena basa akan lebih memfavoritkan eleminasi proton yang berada pada posisianti terhadap gugus lepas. Oleh karena kondisi dan reagen reaksi yang mirip, eliminasi E2 selalu
bersaing dengan substitusi SN2.[37]
Reaksi lainnya
Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang struktur tanpa
perubahan pada komposisi atomnya
Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan yang dapat terbakar
bergabung dengan unsur-unsur oksidator, biasanya oksigen, untuk menghasilkan panas
dan membentuk produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran biasanya digunakan untuk
merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada keseluruhan molekul. Oksidasi terkontrol
hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak termasuk dalam proses pembakaran.
C10H8+ 12 O2 10 CO2 + 4 H2O
CH2S + 6 F2 CF4 + 2 HF + SF6
Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis produk yang berbeda hanya
pada keadaan oksidasinya.
2 Sn2+ Sn + Sn4+
Kinetika kimia
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kinetika kimia
Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi ataupun tekanan
zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan berjalannya waktu. Analisis laju reaksi
sangatlah penting dan memiliki banyak kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian
kesetimbangan kimia. Laju reaksi secara mendasar tergantung pada:
Konsentrasi reaktan, yang biasanya membuat reaksi berjalan dengan lebih cepat apabila
konsentrasinya dinaikkan. Hal ini diakibatkan karena peningkatan pertumbukan atom per
satuan waktu,
Luas permukaan yang tersedia bagi reaktan untuk saling berinteraksi, terutama reaktan
padat dalam sistem heterogen. Luas permukaan yang besar akan meningkatkan laju
reaksi.
Energi aktivasi, yang didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk
membuat reaksi bermulai dan berjalan secara spontan. Energi aktivasi yang lebih tinggi
mengimplikasikan bahwa reaktan memerlukan lebih banyak energi untuk memulai reaksi
daripada reaksi yang berenergi aktivasi lebih rendah.
Temperatur, yang meningkatkan laju reaksi apabila dinaikkan, hal ini dikarenakan
temperatur yang tinggi meningkatkan energi molekul, sehingga meningkatkan tumbukan
antar molekul per satuan waktu.
Keberadaan ataupun ketiadaan katalis. Katalis adalah zat yang mengubah lintasan
(mekanisme) suatu reaksi dan akan meningkatkan laju reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi yang diperlukan agar reaksi dapat berjalan. Katalis tidak dikonsumsi ataupun
berubah selama reaksi, sehingga ia dapat digunakan kembali.
Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Hubungan ini
ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu diperhatikan bahwa beberapa reaksi
memiliki kelajuan yang tidak tergantung pada konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi
orde nol.
Reaksi biokimia