Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum Kimia Dasar

SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK

NUR ASMAUL HUSNA

H041211007

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Laporan Praktikum Kimia Dasar

SIFAT-SIFAT SENYAWA ORGANIK

Disusun dan diajukan oleh

NUR ASMAUL HUSNA


H041211007

Laporan praktikan telah diperiksa dan diketahui oleh :

Makassar, 31 Oktober 2021

Asisten Praktikan

ANDI SUBHAN MUBARAQ NUR ASMAUL HUSNA


H031191074 H041211007
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa organik adalah percabangan studi ilmiah dari ilmu kimia mengenai

struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan sintesis senyawa organik. Senyawa

hidrokarbon kurang (tidak) reaktif, tetapi tidak akan reaktif bila satu atom hidrogen.

Gugus fungsional adalah atom atau kelompok atom yang reaktif (Pranowo, 2020)

Sejarah Kimia Organik. - Sekitar tahun 1780 an, ilmuwan bernama Karl

Wilhelm Scheele sudah mulai membedakan antara senyawa organik dan senyawa

anorganik. Scheele mendefinisikan senyawa organik sebagai senyawa yang

dihasilkan dari makhluk hidup, sedangkan senyawa anorganik didefinisikan sebagai

senyawa yang tidak dihasilkan dari makhluk hidup. Pada tahun 1828, seorang

ilmuwan Jerman bernama Friedrich Wöhler yang merupakan murid Berzelius

berhasil mensintesis Urea (sebuah senyawa organik yang biasa ditemukan pada

urin) dari senyawa anorganik Ammonium Isosianat. Ia mereaksikan Perak Isosianat

dengan Ammonium Klorida membentuk Ammonium Isosianat 1 Ia ingin

memperoleh kristal NH4OCN dengan pemanasan, akan tetapi karena

pemanasannya terlalu lama maka Ammonium Isosianat berubah menjadi

Urea.Senyawa organik dan reaksinya telah dipakai orang sejak zaman dulu. Jika

daun atau kulit kayu atau akar tumbuhan dicampur dengan air untuk dibuat obat,

sebetulnya disini suatu campuran rumit dari bahan alam organik diestraksi untuk

mendapatkan komponen yang aktif biologis (Morath dkk., 2012).


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mempelajari kelarutan

beberapasenyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa

organik.senyawa organik dan mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. mempelajari kelarutan beberapa senyawa organik.

2. mempelajari beberapa reaksi senyawa organik.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan ini adalah penentuan kelarutan senyawa organik dengan

cara mencampurkan senyawa organik dengan air dan dietil eter dan reaksi-reaksi

senyawa organik dengan perubahan yang terjadi setelah ditambahkan dengan

zat-zat pengoksidasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelarutan Senyawa Organik

Kelarutan adalah kadar jenuh solut dalam sejumlah pada suhu tertentu

yangmenunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solut atau solven telah

terjadi dan membentuk dispersi molukuler yang homogen. Kelarutan sebagian

besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya. Namun

Hildebrand membukti bahwa pertimbangan tentang dipol momen saja tidak cukup

untuk menerangkan kelarutan zat polar dalam air. Kemampuan zat terlarut

membentuk ikatan hidrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih

berpengaruh dibandingkan dengan polaritas (Silberberg dan Stuart).

Kelarutan merupakan kemampuan suatu zat untuk dapat bercampur

secara sempurna dengan suatu pelarut tertentu. Secara umum, dikatakan larutan

apabila zat terlarut dan pelarutnya berada dalam fase yang sama. Campuran ini

disebut dengan campuran heterogen. Zat organik dibagi menjadi 2, yaitu yang

beraroma dan yang tidak beraroma. Zat terlarut ionik dan polar tidak larut atau

hanya dapat larut sedikit dalam pelarut nonpolar. Maka, minyak dan lemak larut

dalam benzen, tetrakloroda dan minyak mineral. Alkaloida basa dan asam lemak

larut dalam pelarut nonpolar (Martin, 1993).

2.2 Reaksi Senyawa Organik

Reaksi substitusi atau disebut reaksi pertukaran gugus fungsi terjadi saat

atom atau gugus atom dari suatu senyawa karbon digantikan oleh atom atau gugus

atom lain dari senyawa yang lain. Secara umum mekanismenya. Atom karbon ujung
suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini bisa rentan

terhadap (susceptible; mudah diserang oleh) serangan oleh anion dan spesi lain apa

saja yang mempunyai sepasang elektron menyendiri (unshared) dalam kulit

luarnya. Dihasilkan reaksi subtitusi –suatu reaksi dalam mana satu atom, ion atau

gugus disubstitusikan untuk (menggantikan) atom, atau gugus lain. Reaksi kimia

adalah perubahan ireversibel dalam komposisi awal zat untuk membentuk produk

kimia yang sama sekali berbeda. Proses pembentukan produk dengan reaktan

merupakan fenomena yang luar biasa dan menarik. Senyawa organik membentuk

struktur dasar dari kehidupan di bumi dan memiliki struktur yang bervariasi serta

beragam, reaksi dari senyawa ini secara luas diklasifikasikan menjadi empat

kategori yaitu reaksi samping (adisi), reaksi penghapusan (eliminasi), reaksi

pergantian (subtitusi), reaksi penataan ulang (isomerisasi), serta reaksi reduksi dan

oksidasi (Sumardjo, 2009).

2.2.1 Reaksi Samping (Adisi)

Adisi artinya penambahan atau penangkapan. Dalam reaksi adisi, suatu zat

ditambahkan ke dalam suatu senyawa yang mempunyai ikatan rangkap sehingga

ikatan rangkap itu berubah menjadi ikatan tunggal. Reaksi adisi dapat digunakan

untuk membedakan alkana dan alkena. Reaksi pengenalan ini dilakukan dengan

menambahkan Br2 yang berwarna merah cokelat. Terjadinya reaksi adisi ditandai

dengan hilangnya warna merah cokelat dari bromin. Karena alkana tidak memiliki

ikatan rangkap (tidak mengalami reaksi adisi) warna merah dari bromin tidak

berubah (Sumardjo, 2009).

2.2.2 Reaksi Penghapusan (Eliminasi)


Eliminasi artinya penghilangan atau pelepasan. Reaksi eliminasi melibatkan

penghapusan atom atau kelompok atom dari molekul. Pada reaksi ini, dua atom atau

gugus yang masing-masing terikat pada dua buah atom karbon yang letaknya

berdampingan dilepaskan oleh suatu pereaksi sehingga menghasilkan ikatan

rangkap. Reaksi ini hanya dapat berlangsung bila ada zat yang menarik molekul

yang akan dieliminasi. Pada reaksi eliminasi terdapat proses dimana senyawa-

senyawa jenuh akan dikonversi ke senyawa tak jenuh. Hal ini dilakukan biasanya

melalui reaksi asam, basa, logam atau panas. Oleh karena itu, pada reaksi eliminasi

merupakan reaksi pembentukan ikatan rangkap. Hal ini berarti reaksi eliminasi

adalah kebalikan dari reaksi adisi (Housecroft dan Constable, 2006).

2.2.3 Reaksi Pergantian (Subtitusi)

Reaksi subtitusi merupakan reaksi khas alkana. Reaksi subtitusi adalah

reaksi di mana satu atau lebih atom H pada hidrokarbon digantikan dengan oleh

gugus fungsi lain. Pada reaksi subtitusi terjadi reaksi penggantian gugus fungsi

(atom atau molekul) yang terikat pada atom C suatu senyawa hidrokarbon. Reaksi

subtitusi yang paling umum adalah reaksi halogenasi. Pada reaksi halogenasi

alkana, atom hidrogen yang terikat pada atom C senyawa alkane digantikan dengan

atom halogen. Ketika campuran metana dan klorin dipanaskan hingga 100°C atau

radiasi sinar UV maka akan dihasilkan senyawa klorometana (Sumardjo, 2009).

2.2.4 Reaksi Penataan Ulang

Reaksi penataan ulang adalah suatu reaksi penataan kembali. Reaksi

penataan ulang adalah reaksi penataan kembali struktur molekul untuk membentuk

struktur molekul yang baru yang berbeda dengan struktur molekulyang semula.
Reaksi ini dapat terjadi apabila suatu senyawa ditambah senyawalain dan

diperlukan pada kondisi khusus.Ciri khas dari reaksi penataan ulang ditandai oleh

adanya suatu gugus yangberpindah dari suatu atom ke atom yang lain dalam suatu

molekul. Sebagian besarperpindahan (migrasi) tersebut adalah dari suatu atom ke

atom yang lain yangberdampingan, sehingga dinamakan ”perpindahan – 1,2”.

Struktur molekul ditata kembali untuk membentuk struktur molekul baru yang

berbeda dengan struktur molekul semula. Reaksi ini dapat terjadi apabila suatu

senyawa ditambah senyawa lain dan diperlakukan pada kondisi khusus. Reaksi

perubahan n-propil bromida menjadi isopropil bromida dengan bantuan alumunium

bromida dan asam bromida (Sumardjo, 2009).

2.2.5 Reaksi Reduksi dan Oksidasi)

Reaksi oksidasi reduksi atau sering disebut reaksi redoks merupakan bagian

yang penting dalam ilmu kimia untuk dipahami dan dimengerti. Reaksi redoks

merupakan perubahan kimia yang berhubungan dengan pengaruh arus listrik.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak perubahan kimia yang termasuk reaksi redoks,

seperti proses perkaratan, pembakaran, pernafasan, metabolisme dan fotosintesis.

Beberapa industri juga sering melibatkan reaksi redoks, misalnya pengolahan

logam dari bijihnya, pelapisan logam (elektroplating). Reduksi dan oksidasi

merupakan reaksi-reaksi yang sangat umum di dalam kimia organik. Reaksi-reaksi

ini dapat memengaruhi perubahan senyawa-senyawa dengan ikatan rangkap dua,

ikatan rangkap tiga, alkohol, aldehida, keton, dan senyawa-senyawa lain. Dalam

kimia organik, definisi reduksi dan oksidasi sangat sederhana. Reaksi reduksi

adalah reaksi antara suatu senyawa dengan hidrogen, sedangkan reaksi oksidasi

adalah reaksi antara suatu senyawa dengan oksigen (Sumardjo, 2009).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan-bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah dietil eter,

n-heksana, kloroform, etanol, etil asetat, akuades, aseton, glukosa, kalium

permanganat, fehling A dan B, vitamin C, dan betadin.

3.2 Alat-alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet tetes skala,

tabung reaksi, rak tabung, penjepit tabung dan pemanas air.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Kelarutan Senyawa Organik

Disiapkan 8 buah tabung reaksi. Dimasukkan akuades sebanyak 0,5 mL ke

dalam 4 tabung reaksi. Lalu dimasukkan dietil eter sebanyak 0,5 mL ke dalam 4

tabung reaksi lainnya. Kemudian ditambahkan 10 tetes n-heksana ke dalam tabung

reaksi yang berisi akuades dan dietil eter. Senyawa tersebut dihomogenkan dan

diamati hasilnya. Lakukan hal yang sama dengan ditambahkan kloroform, etanol,

dan etil asetat.

3.3.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Disiapkan tujuh tabung reaksi yang bersih dan kering. Ketujuh tabung

tersebut ditambahkan 1 mL secara berurut dengan n-heksana (1), alkohol (2),

asetaldehida (3), aseton (4), kloroform (5), glukosa (6), dan vitamin C (7). Tabung

(1) dan (2), (3) dan (4) ditambah dengan larutan KMnO4, panaskan bila perlu;
tabung (5) ditambah NaI dengan aseton, kocok; tabung (6) ditambahkan dengan

Fehling A+B, panaskan; tabung (7) ditambahkan dengan I2 atau betadin. Amati

perubahan yang terjadi pada setiap tabung, catat.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Kelarutan Senyawa Organik

Tabel 1. Kelarutan Senyawa Organik


Zat Jumlah fase dalam Jumlah fase dalam
No. Keterangan
terlarut campuran akuades campuran dietil eter

1. n-heksana 2 2 Non polar

2. Kloroform 1 2 Non polar

3. Etanol 1 2 Polar

4. Etil asetat 2 2 Non Polar

4.1.2 Reaksi dengan Senyawa Organik

Tabel 2. Reaksi dengan Senyawa Organik


Perubahan yang terjadi
No. Zat Keterangan
Fehling
KMnO4 KI/aseton I2 /betadin
A+B
Warna
1. n-heksana X X X Bereaksi
ungu
Warna
2. Alkohol X X X Bereaksi
cokelat
Warna
3. Aseton X X X Bereaksi
ungu
Warna
4. Kloroform X X X Bereaksi
bening
Endapan
Tidak
5. Glukosa X X merah X
bereaksi
bata
Warna Tidak
6. Vitamin C X X X
jingga bereaksi
4.2 Pembahasan

4.2.1 Kelarutan Senyawa Organik

Berdasarkan hasil pada tabel di atas diketahui bahwa setiap senyawa

memiliki sifat yang berebeda beda. Pada pengujian pertama, dilakukan pengujian

terhadap kelarutan n-heksana yang dicampurkan dengan aquades dan n-heksana

yang dicampurkan dengan dietil eter. Dari percobaan tersebut didapatkan hasil dari

pencampuran n-heksana dan aquades memiliki dua fase, dimana fase diatas adalah

n-heksana dan fase dibawah adalah aquadesnya. Hal ini dikarenakan massa jenis

aquades lebih besar dari massa jenis n-heksana. Sedangkan n-heksana yang

dicampur dengan dietil eter memiliki satu fase, dimana n-heksana dan dietil eter

dapat bercampur (homogen). Hal ini menunjukkan bahwa n-heksana termasuk

senyawa non polar karena dapat larut dalam dietil eter yang bersifat non polar.

Pada pengujian kelarutan senyawa organik yang kedua yaitu dilakukan pengujian

kelarutan antara kelarutan kloroform dalam aquades dan dietil eter. Dari percobaan

ini dapat diperoleh kloroform yang dicampur dengan aquades memiliki dua fase.

Dimana fase diatas adalah fase kloroform dan fase dibawah adalah fase aquades.

Sama dengan uji coba pertama, uji coba kedua juga dikarenakan massa jenis dari

aquades lebih besar dari massa jenis kloroform. Sedangkan kloroform yang

dicampur dengan dietil eter memiliki satu fase, terlihat dari menyatunya kedua

larutan. Hal ini menunjukkan bahwa kloroform termasuk senyawa non polar.

4.2.2 Reaksi-Reaksi Senyawa Organik

Berdasarkan hasil percobaan yang terdapat dalam tabel di atas dalam

menghomogenkan n-heksana dan aseton dengan KMnO4 diperoleh kedua

campuran tersebut tidak dapat bereaksi. Hal ini dikarenakan perubahan warna yang
terjadi pada kedua campuran. Percobaan reaksi senyawa organik pada kloroform

dengan aseton diperoleh campuran tersebut tidak bereaksi. Hal ini dikarenakan

tidak terdapat perubahan warna, tidak adanya endapan, dan karena gugus Cl pada

kloroform tidak dapat disubtitusi dengan aseton karena keelektronegatifan Cl lebih

besar dibanding I pada NaI sehingga kloroform tetap mempertahankan

kedudukannya. Pada percobaan reaksi antara alkohol dengan KMnO4 diperoleh

larutan tersebut bereaksi. Hal ini dikarenakan terbentuknya endapan Selanjutnya

pada percobaan reaksi senyawa glukosa dengan Fehling A+B diperoleh adanya

reaksi (bereaksi). Hal ini dikarenakan adanya endapan berwarna merah bata.
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari kegiatan praktikum ini yaitu:

1. senyawa organik dapat larut dalam pelarut polar dan nonpolar. Kelarutan

senyawa organik tergantung pada kemampuan senyawa organik untuk

membentuk ikatan hidrogen dengan atom-atom elektronegatif sehingga larut

dalam senyawa polar. Senyawa polar antara lain etanol, aseton, dan aquades,

sedangkan senyawa nonpolar yaitu n-heksana, kloroform, dan dietil eter.

2. senyawa organik seperti alkohol dan aseton dapat mengalami reaksi oksidasi

dengan KmnO 4 sedangkan n-heksana tidak dapat dioksidasi, kloroform tidak

dapat mengalami reaksi subtitusi dengan KI/aseton, glukosa dapat mengalami

reaksi identifikasi dengan fehling A+B dan vitamin C dapat mengalami reaksi

eliminasi dengan I2 .

5.2. Saran

5.2.1 Saran untuk Praktikum

Saran yang dapat saya sampaikan dalam menjalani praktikum virtual

(secara daring) ini yakni meningkatkan kualitas suara video agar dapat diamati

dengan baik.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Saran yang dapat saya sampaikan kepada kakanda Asisten Laboratorium

Kimia Dasar ini adalah tetap semangat dan selalu menjaga kesehatan di tengah

padatnya kegiatan yang dijalani.


DAFTAR PUSTAKA

Prasojo, L,S., 2007, Kimia Oragnik 1, Buku Pegangan Kuliah untuk Mahasiswa

Farmasi, Yogayakarta

Roni, A, K., 2021, Noer Fikri, Kimia Organik, Palembang

Amanatie., 2018, Buku Pegangan Mahasiswa Kimia Organik Sintesis, Universitas

Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Maya, M., Pupuk Musacarica Solusi Meminimalisir Penggunaan Agrokimia pada

Petani Sayurr untuk Mewujudkan Indonesia Food Sovereignty, Jurnal Pena,

5(1): 834, Desember 2017

Syukri dkk., Media untuk Mempublikasikan Hasil-Hasil Penelitian Mahasiswa dan

Dosen Kimia FMIPA Universitas Andalas, Jurnal Kimia Unand, 4(4),

November 2015
Lampiran 1. Bagan Percobaan

1. Kelarutan Senyawa Organik

Akuades Dietil eter

 Disiapkan 2 tabung reaksi.


 Dimasukkan akuades pada tabung 1 dan dietil
eter pada tabung 2 masing- masing 0,5 mL.
 Diteteskan n-heksana ±10 tetes setelah itu
dikocok.
 Diperhatikan kelarutannya.
 Dicatat pada tabel pengamatan.

Hasil

Catatan: dengan prosedur yang sama n-heksena diganti dengan kloroform, etanol

dan etil asetat.


2. Sifat-Sifat Senyawa Organik

n-heksana Alkohol Aseton

 Disiapkan 3 tabung reaksi.


 Diisi tabung 1 dengan n-heksana, tabung 2
dengan alkohol dan tabung 3 dengan aseton
masing- masing 1 mL.
 Diteteskan KMnO 4 ke masing-masing tabung,
dipanaskan bila perlu.
 Diamati reaksi yang terjadi.
 Dicatat pada tabel pengamatan.

Hasil

Kloroform Glukosa Vitamin C

 Disiapkan 3 tabung reaksi.


 Diisi tabung 1 dengan kloroform, tabung 2
dengan glukosa dan tabung 3 dengan vitamin
C masing- masing 1 mL.
 Diteteskan pada tabung 1 NaI(aseton) lalu
dikocok, tabung 2 Fehling A+B lalu
dipanaskan dan tabung 3 I2 (betadin).
 Diamati reaksi yang terjadi.
 Dicatat pada tabel pengamatan.

Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Pengenalan alat dan bahan Gambar 2. Memasukkan akuades ke


tabung reaksi

Gambar 3. Memasukkan dietil eter ke Gambar 4. Hasil pencampuran


dalam tabung reaksi n-heksana dengan akuades

Gambar 5. Hasil pencampuran Gambar 6. Memasukkan kloroform ke


n-heksana dengan dietil eter dalam tabung reaksi berisi
akuades dan dietil eter

Gambar 7. Hasil pencampuran Gambar 8. Hasil pencampuran


kloroform dengan akuades kloroform dengan dietil eter
Gambar 9. Memasukkan etanol ke Gambar 10. Hasil pencampuran
dalam tabung reaksi berisi etanol dengan akuades
akuades dan dietil eter

Gambar 11. Hasil pencampuran Gambar 12. Memasukkan etil asetat ke


etanol dengan dietil eter dalam tabung reaksi berisi
akuades dan dietil eter

Gambar 13. Hasil pencampuran Gambar 14. Hasil pencampuran etil


etil asetat dengan akuades asetat dengan dietil eter
Gambar 15. Pengenalan alat dan bahan Gambar 16. Memasukkan n-heksana,
etanol dan aseton ke
tabung reaksi

Gambar 17. Memasukkan KMnO 4 Gambar 18. Hasil pencampuran


ke tabung reaksi berisi n-heksana dengan KMnO 4
n-heksana, etanol dan aseton

Gambar 19. Hasil pencampuran Gambar 20. Hasil pencampuran


etanol dengan KMnO4 aseton dengan KMnO 4

Gambar 21. Melakukan pemanasan Gambar 22. Hasil pemanasan


apabila tidak terjadi reaksi n-heksana dengan KMnO 4
Gambar 23. Hasil pemanasan etanol Gambar 24. Hasil pemanasan aseton
dengan KMnO 4 dengan KMnO 4

Gambar 25. Memasukkan kloroform Gambar 26. Memasukkan aseton


ke dalam tabung reaksi ke dalam tabung reaksi
berisi kloroform

Gambar 27. Memasukkan glukosa ke Gambar 28. Melakukan pemanasan


tabung reaksi lalu di agar reaksi cepat terjadi
tambahkan fehling A+B

Gambar 29. Hasil reaksi glukosa


dengan fehling A+B

Anda mungkin juga menyukai