Anda di halaman 1dari 28

Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

NUR ASMAUL HUSNA

H041211007

KELOMPOK 1 B

LABORATORIUM BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Laporan Praktikum Biokimia

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

Disusun dan diajukan oleh

NUR ASMAUL HUSNA


H041211007

Laporan praktikan telah diperiksa dan diketahui oleh :

Makassar, 14 November 2022

Asisten Praktikan

MOHAMMAD NURSALIM NUR ASMAUL HUSNA


NIM. H031171004 NIM. H041211007
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Trigliserida merupakan salah satu jenis lemak yang diangkut dalam darah dan

disimpan pada jaringan lemak tubuh. Trigliserida merupakan asam lemak yang

ditemukan dengan aliran darah dengan kadar normal biasanya tidak melebihi 150

mg/dL Monogliserida merupakan istilah untuk gliserida dimana satu molekul

gliserol telah membentuk satu ikatan ester dengan satu molekul asam lemak.

Istilah resmi digunakan dalam kelaziman modern untuk monogliserida adalah

monoasilgliserol. Tata nama monogliserida dan ditentukan oleh jumlah, jenis, dan

posisi asam lemak yang terikat pada gliserin. Jumlah asam lemak yang terikat satu

atau dua diberi awalan mono- atau di- (Sarira, 2017).

Trigliserida yang lebih dikenal dengan sebutan triasilgliserol merupakan

gliserida dimana gliserol diestrerifikasi dengan 3 asam lemak. Trigliserida

terdapat pada minyak sayur dan lemak hewan. Trigliserida merupakan 95%-98%

dari seluruh lemak terkonsumsi Trigliserida dibentuk di hati yang berasal dari

lipid yang kita makan atau berasal dari karbohidrat dan disimpan sebagai lemak di

bawah kulit dan di organ-organ lain. Trigliserida adalah bentuk lemak yang paling

efisien untuk menyimpan kalor yang penting untuk proses-proses yang

membutuhkan energi dalam tubuh. Tigliserida banyak didapatkan dalam sel-sel

lemak; terutama 99% dari volume sel. Disamping digunakan sebagai sumber

energi, trigliserida dapat dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid

lain kalau dibutuhkan (Laufs, dkk., 2017).


I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

I.2.1 Maksud Percobaan

Adapun maksud percobaan ini adalah untuk mempelajari dan

mengetahui adanya gliserol dalam sampel yang digunakan.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel dengan menggunakan tes

akrolein.

2. Untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel dengan menggunakan tes

kalorimetri.

I.3 Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan dengan menggunakan uji akrolein ialah

mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel melalui H2SO4 dan pemanasan

hingga timbul bau khas yaitu bau tengik yang menandakan bahwa sampel

mengandung gliserol.

Prinsip percobaan dengan menggunakan uji kalorimetri ialah

mengidentifikasi adanya gliserol dalam sampel melalui pemanasan dan

penambahan pereaksi tertentu hingga terbentuk warna hijau zamrud yang

menandakan bahwa sampel mengandung gliserol.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Lipid

Lipida atau lemak merupakan senyawa organik yang banyak ditemukan

dalam sel jaringan, tidak larut dalam air, larut dalam zat pelarut non polar seperti

(eter, kloroform, dan benzena). Lipid bersifat non polar atau hidrofolik. Penyusun

utama lipida adalah trigliserida, yaitu ester gliserol dengan tiga asam lemak yang

bisa beragam jenisnya. Rumus kimia trigliserida adalah CH2COOR-CHCOOR’-

CH2-COOR‖ dimana R, R’ dan R‖ masing-masing adalah sebuah rantai alkil yang

panjang. Ketiga asam lemak RCOOH, R’COOH dan R‖COOH Penyusun lipida

lainnya berupa gliserida, monogliserida, asam lemak bebass, lilin (wax), dan juga

kelompok lipida sederhana yang mengandung komponen asam lemak) seperti

derivate senyawa terpenoid/isoprenoid serta derivate steroida.. Meskipun lipid

secara umum didefinisikan sebagai komponen yang mudah larut pada pelarut

organik yang cenderung non-polar seperti etanol, ether, dan kloroform, namun

terdapat beberapa golongan lipid yang larut pada pelarut polar (Mamuaja, dkk.,

2017).

Asam lemak penyusun lipida ada dua macam, yaitu asam lemak jenuh dan

asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh molekulnya mempunyai ikatan

rangkap pada rantai karbonnya. Halogen dapat bereaksi cepat dengan atom C pada

rantai yang ikatannya tidak jenuh (peristiwa adisi). Selama penyimpanan, lemak

atau minyak mungkin menjadi tengik. Ketengikan ini terjadi karen asam lemak

pada suhu ruang dirombak akibat hidrolisis atau oksidasi menjadi hidrokarbon,

alkanal, atau keton, serta sedikit apoksi dan alkohol (alkanol) dengan BM relatif
rendah dan bersifat volatile dengan aroma yang tidak enak (tengik/rancid). Dalam

pengidentifikasian gliserol pada lipid dan lemak KHSO4 berperan sebagai

pengkatalis. Penambahan katalis pada campuran reaksi yang tidak berada pada

kesetimbangan akan mempercepat laju reaksi balik sehingga campuran

kesetimbangan tercapai lebih cepat (Chang, 2018).

Lipid kompleks lain juga meliputi sulfolipid, aminolipid, dan lipoprotein

Lipida kompleks dibagi menjadi triasilgliserol, fosfolipida, sfingolipida, dan lilin,

yang dapat dihidrolisis dengan alkali dalam keadaan panas yang selanjutnya akan

menghasilkan sabun. Triasilgliserol mudah larut didalam pelarut non polar, seperti

chloroform, benzene, atau eter, yang seringkali dipergunakan untuk ekstraksi

lemak dari jaringan. Triasilgliserol dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh

dan karenanya berbentuk cair pada suhu kamar, dapat diubah secara kimia

menjadi lemak padat oleh hidrogenasi sebagi gandanya. Jika terkena udara,

triasilgliserol yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami

proses autooksidasi. Molekul oksigen dapat bereaksi dengan asam lemak yang

memiliki dua atau lebih ikatan ganda, menghasilkan produk kompleks yang

menyebabkan rasa dan bau menyimpang pada lemak yang mengalami ketengikan

(Mamuaja, dkk., 2017).

II.2 Minyak

Minyak dan lemak (trigliserida) yang diperoleh dari berbagai sumber

mempunyai sifat fisikokimia yang berbeda satu sama lain, karena perbedaan

jumlah dan jenis ester yang terdapat di dalamnya. Dalam struktur lemak dan

minyak, asam lemak terikat pada gliserol melalui ikatan kovalen sehingga

terbentuk ester gliserol. Ikatan yang terbentuk adalah antara gugus karboksil pada
asama lemak dan gugus hidroksil pada gliserin. Setiap pembentukan ikatan

kovalen akan membebaskan satu molekul air sehingga reaksinya disebut reaksi

polimerisasi kondensasi. Karena gliserin memiliki tiga gugus hidroksil maka

gliserin dapat mengikat maksimum tiga rantai asam lemak dandapat melepaskan

maksimal tiga molekul air untuk membentuk trigliserida (Mamuaja, dkk., 2017).

Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan berdasarkan sumbernya yaitu

berasal dari tanaman (nabati) dan hewan (hewani). Lemak dan minyak yang dapat

dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam, yang dapat bersumber dari bahan

nabati atau hewani. Adapun perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani

adalah : 1) lemak hewani mengandung kolestrol sedangkan lemak nabati

mengandung fitosterol, 2) kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani

lebih kecil dari lemak nabati, dan 3) lemak hewani mempunyai bilangan Reichert-

Meissl lebih besar dan bilangan Polenske lebih kecil dibanding dengan minyak

nabati. Struktur kimia lemak dan minyak memiliki tiga buah asam lemak yang

terikat pada gliserin sehingga disebut trigliserida. Berdasarkan jenis asam lemak

yang terikat pada gliserin, trigliserida dapat dikelompokkan menjadi trigliserida

sederhana dan trigliserida campuran. Kelompok trigliserida sederhana adalah

apabila ketiga asam lemak yang terikat pada gliserin adalah sama, sedangkan

trigliserida campuran adalah apabila salah satu atau seluruh asam lemak yang

terikat berbed. Contoh trigliserida campuran adalah yang disusun oleh 3 jenis

asam lemak yang berbeda. Trigliserida tersebut disusun oleh asam palmitat pada

C1, asam linoleat pada C2, dan asam stearat pada C3. Trigliserida campuran ini

dapat diberikan nama 1-palmitoleoyl-2-linoleoyl-3-stearoyl-glycerol (Yusuf,

2018).
BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah gliserol, minyak sawit,

minyak wijen, minyak kelapa, mentega, lilin, akuades, padatan KHSO4, larutan

NaOCl 2%, HCl pekat, H2SO4 pekat, larutan α-naftol, aluminium foil,

kertas label, sunlight, dan tissue roll.

III.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas piala, tabung

reaksi, rak tabung, spatula, pipet tetes, pipet skala, bulb, hot plate, pembakar

bunsen, dan gegep.

III.3 Prosedur Percobaan

III.3.1 Tes Akrolein

Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah,

masing-masing tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan sampel (minyak kelapa,

minyak sawit, minyak wijen, mentega, lilin, gliserol, dan akuades). Ditambahkan

0,5 gram KHSO4,ke masing-masing sampel lalu dikocok. Masing-masing tabung

ditutup dengan aluminium foil, kemudian dipanaskan maksimal 10 menit. Diamati

bau yang timbul.

III.3.2 Tes Kolorimetri

Tabung reaksi yang bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah,

masing-masing tabung reaksi diisi dengan 1 mL larutan sampel (minyak kelapa,


minyak sawit, minyak wijen, mentega, lilin, dan gliserol) serta akuades sebagai

kontrol negatif. Ditambahkan 1 mL larutan NaOCl 2%, dihomogenkan. Diamkan

selama 2-3 menit. Ditambahkan 2-3 tetes HCl pekat dan dihomogenkan,

kemudian dipanaskan selama 1 menit. Ditambahkan 0,2 mL larutan α-naftol dan

dihomogenkan. Ditambahkan sedikit demi sedikit tetesan H2SO4 pekat secara

berkala, dihomogenkan. Diamati warna yang timbul.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil Pengamatan

IV.1.1 Tes Akrolein

Tabel 1. Hasil pengamatan tes akrolein.


Bau setelah
No. Larutan sampel +0,5 gram KHSO4
dipanaskan
1. Lilin 2 fasa ++++
2. Mentega/keju 2 fasa ++
3. Minyak kelapa 2 fasa +++
4. Minyak wijen 2 fasa +++
5. Gliserol 1 fasa ++
6. Aquades 1 fasa -
Keterangan:
++++ : sangat berbau
+++ : berbau
++ : agak berbau
+ : kurang berbau
‒ : tidak berbau

IV.1.2 Tes Kolorimetri

Tabel 2. Hasil pengamatan tes kolorimetri.


No. Larutan minyak dan lemak Warna yang terbentuk
1. Lilin Hijau zamrud pekat
2. Mentega/keju Hijau pekat
3. Minyak kelapa Hijau pekat
4. Minyak wijen Hijau tidak pekat
5. Gliserol Hijau tidak pekat
6. Aquads Tidak berwarna

IV.2 Reaksi

IV.2.1 Tes Akrolein


a. Minyak Kelapa

b. Minyak Wijen
c. Mentega

d. Lilin

e. Gliserol

f. Akuades
4.2.1 Tes Kolorimetri

a. Minyak Kelapa

b. Minyak Wijen
c. Mentega
d. Lilin

e. Gliserol

f. Akuades
IV.3 Pembahasan

IV.3.1 Tes Akrolein

Salah satu cara mengidentifikasi gliserol dalam suatu sampel adalah

dengan tes akrolein. Sampel yang digunakan adalah minyak kelapat, minyak

wijen, mentega, lilin, gliserol, dan akuades. Pada tes ini gliserol diidentifikasi

dengan cara penambahan KHSO4 ke dalam tabung reaksi yang berisi sampel.

Penambahan KHSO4 berfungsi sebagai senyawa pengkatalis dalam proses

hidrolisis trigliserida atau lipid. Dengan penambahan KHSO4 lipid akan

terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, reaksi hidrolisis ini mengakibatkan

kerusakan trigliserida. Setelah penambahan KHSO4, setiap tabung ditutup dengan

aluminium foil supaya saat larutan dipanaskan baunya tidak habis menguap.

Kemudian dilakukan pemanasan yang bertujuan untuk mengoksidasi gliserol

menjadi akrolein serta untuk menghilangkan kadar air. Akrolein yang terbentuk

ditandai dengan timbulnya bau tengik.

Pada hasil percobaan, dapat diketahui sampel minyak dan lemak yang

mengandung gliserol dengan mengamati bau yang dihasilkan. Dari hasil

percobaan didapatkan urutan ketajaman bau tengik dari yang paling tengik sampai

yang tidak tengik, yaitu lilin > mentega > gliserol > minyak kelapa > akuades.

Kekuatan bau tengik tersebut didasarkan pada kandungan gliserol dari masing-

masing sampel, semakin banyak kandungan gliserolnya maka semakin kuat bau

tengik yang dihasilkan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa bau gliserol tidak

terlalu tengik, hal ini bertentangan dengan teori dimana seharusnya gliserol yang

memiliki bau tengik paling kuat. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa

kesalahan, seperti sampel gliserol yang telah terkontaminasi ataupun kesalahan


pada saat pengujian dimana jumlah penambahan KHSO4 terlalu sedikit dan

KHSO4 tidak larut sempurna. Selain itu, pada hasil percobaan diperoleh bau

tengik pada lilin, hal ini juga bertentangan dengan teori dimana lilin tidak

mengandung gliserol karena pada saat dihidrolisis lilin hanya menghasilkan asam

lemak dan alkohol. Hal ini mungkin disebabkan oleh sampel lilin yang telah

terkontaminasi dengan sampel minyak yang lain.

IV.3.2 Tes Kolorimetri

Tes kolorimetri digunakan untuk mengidentifikasi adanya gliserol dalam

sampel dengan uji positif berupa adanya perubahan warna hijau zamrud pada

sampel. Sampel minyak dan lemak yang digunakan adalah minyak kelapa, minyak

sawit, minyak wijen, mentega, lilin, dan gliserol, serta akuades sebagai kontrol

negatif. Pada tes ini dilakukan penambahan NaOCl 2% yang berfungsi untuk

mereduksi kelebihan lemak sehingga gliserol terbentuk. Setelah itu didiamkan

selama 3 menit supaya NaOCl larut dengan sempurna. Kemudian ditambahkan

HCl pekat sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi, lalu dipanaskan untuk

membuang kelebihan asam. Setelah pemanasan, ditambahkan larutan α-naftol

0,1% yang berfungsi untuk mengidentifikasi gliserol lalu ditambahkan H2SO4

pekat. Penambahan H2SO4 pekat mampu memisahkan gugus yang terikat pada -

OH sehingga gugus benzena yang terikat pada α-naftol bisa berikatan dengan

gugus -OH yang ada pada gliserol dan menghasilkan senyawa yang berwarna

hijau zamrud.

Pada hasil percobaan diperoleh hasil bahwa semua sampel minyak dan

lemak yang diuji mengandung gliserol kecuali akuades. Hal ini ditandai dengan

terbentuknya larutan berwarna hijau zamrud pekat pada lilin, minyak kelapa,

minyak wijen, mentega.


BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan kali ini adalah

sebagai berikut :

1. Semakin tinggi konsentrasi zat yang direaksikan, maka kecepatan reaksinya

juga akan meningkat.

2. Semakin tinggi suhu sistem dari suatu reaksi, maka kecepatan reaksinya juga

akan meningkat.

V.2 Saran

V.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran yang dapat saya sampaikan untuk laboratorium ialah agar air keran

dalam laboratorium dapat berfungsi dan mengalirkan air serta penyimpanan

bahan-bahan percobaan dengan rapi.

V.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran yang dapat saya sampaikan tentang percobaan kali ini adalah

sebaiknya para praktikan mengggunakan sarung tangan latex untuk melindungi

diri dan mengikuti prosedur percobaan dengan baik dan benar.


DAFTAR PUSTAKA

Chang, R., 2018.Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-konsep Inti, Erlangga, Jakarta.

Laufs, U, dkk., 2020, Clinical review on triglycerides, European Heart Journal,

(41), 99–109

Sarira, R, dkk., 2017, Gambaran Hasil Pemeriksaan Kadar Trigliserida pada

Petugas Perawatan Lantai 4 RSU Wisata Universitas Indonesia Timur

Makassar 2018, Jurnal Media Laborn, 7 (2): 1-6

Mamuaja, C., 2017, Lipida, Unsrat Press, Manado.

Yusuf, Y., 2018, Kimia Dasar, Educenter Indonesia, Jakarta.


Lampiran 1. Bagan Percobaan
1.2 Tes Akrolein

Sampel

 Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi

sebanyak 1 mL.

 Ditambahkan 0,5 gram KHSO4 lalu dihomogenkan

 Tabung ditutup dengan aluminium foil kemudian

dipanaskan

 Diamati bau yang timbul

Hasil

1. Tes Kalorimetri

Sampel
-

 Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam tabung


reaksi sebanyak 1mL lalu ditambahkan NaOCl 2%,
dihomogenkan.

 Diamkan 2-3 menit kemudian ditambahkan 2-3 tetes

HCl pekat dan dihomogenkan kemudian dipanaskan

selama 1 menit.

 Ditambahlan 0,3 mL larutan a-noftol 0,1% dan

dihoogenkan, ditambah sedikit demi sedikit tetes

H2SO4 pekat secara berkala, dihomogenkan

 Diamati warna yang timbul.


Hasil
Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar.1 Percobaan Kalorimetri

Gambar.2 Percobaan Akrolein


Lampiran 3. Laporan Sementara
Referensi

Anda mungkin juga menyukai