BAB II
LEMAK DAN MINYAK
NAMA
NIM
: 013021211007
DOSEN
ASISTEN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Lemak dan minyak yang acapkali disebut trigliserida adalah anggota dari
keluarga lipid. Sbagai bahan makanan, golongan ini merupakan sumber masalah
kegemukan dan bersama-sama dengan lipid lainnya, yaitu kolesterol dicurigai sebagai
zat pengeras pembuluh nadi. Namun, trigliserida tidak selamanya buruk. Senyawa ini
berfungsi sebagai pembawa vitamin larut minyak, yaitu vitamin A, D, E, dan K.
Mengurangi lemak dalam makanan juga berarti mengurangi pengambilan zat gizi
tersebut. Trigliserida tertentu berfungsi sebagai sumber utama asam linoleat yakni
asal lemak tak jenuh. Karena senyawa ini tak dapat disintesis oleh tubuh, asam
linoleat dianggap sebagai asam lemak esensial. Akhirnya, trigliserida menunda rasa
lapar sesudah makan karena senyawa ini meninggalkan lambung secara perlahanlahan.
Lipid mudah dibedakan dari karbohidrat, protein dan asam nukleat karena
kelarutannya dalam pelarut organik nonpolar.
Secara kimiawi, lemak dan minyak adalah campuran ester dari asam lemak
dan gliserol. Lemak dan minyak dapat diperoleh dari berbagai macam sumber, baik
dari tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, kacang-kacangan, biji-bijian, dan lainlain maupun dari hewan. Kandungan lemak dan minyak beragam bergantung pada
sumbernya.
Lemak dapat diisolasi melalui cara mekanis, perebusan dan ekstraksi kimia.
Dalam ekstraksi lemak dari kacang-kacangan dan biji-bijian, pelarut yang sering
digunakan ialah benzene, CCl4, CHCl3, heksana atau petroleum eter. Pengerjaannya
menjadi lebih singkat jika keeping biji diubah menjadi partikel halus. Lemak yang
diperoleh dengan cara ini lebih jernih, dan proteinnya tertinggal dalam ampas. Lemak
yang dihasilkan dengan ekstraksi perlu dimurnikan dari pengotor, zat warna, asam
lemak bebas, dan senyawa keton dan aldehida.
Karena sumber lemak beraneka macamnya, maka setiap jenis lemak berbeda
sifat fisik dan kimianya. Dengan menganalisis sifat fisika dan kimianya dapat
ditentukan tindakan apa yang harus dilakukan terhadap lemak dan minyak tersebut
sebelum digunakan untuk keperluan manusia, misalnya untuk pembuatan sabun dan
margarin.
Dalam hal ini, sifat-sifat kimia lemak atau minyak yang sering dianalisis
antara lain bilangan penyabunan, bilangan asam dan asam lemak bebas (FFA) dan
bilangan peroksida. Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan praktikum
Lemak dan Minyak ini.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
Mempelajari hubungan antara struktur residu asam lemak dalam lipid dan
sifat fisik kimianya.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran, yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Minyak nabati terdapat dalam buahbuahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman, dan sayur-sayuran. Dalam
jaringan hewan lemak terdapat di seluruh badan, tetapi jumlah terbanyak terdapat
dalam jaringan adipose dan sumsum tulang. (Anwar et.al, 1996)
Secara kimia yang diartikan dengan lemak adalah trigliserida dari gliserol dan
asam lemak. Berdasarkan bentuk strukturnya trigliserida dapat dipandang sebagai
hasil kondensasi ester dari satu molekul gliseril dengan tiga molekul asam lemak,
sehingga senyawa ini sering juga disebut sebagai triasilgliserol. Jika ketiga asam
lemak penyusun lemak itu sama disebut trigliserida paling sederhana. Tetapi jika
ketiga asam lemak tersebut tidak sama disebut dengan trigliserida campuran. Pada
umumnya trigliserida alam mengandung lebih dari satu jenis asam lemak. Trigliserida
jika dihidrolisis akan menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1
molekul gliserol. Reaksi hidrolisis trigliserida dapat digambarkan sebagai berikut:
(Sudarmadji et.al, 1989)
O
O
O
O
O
O
R1
R2
R1COOH
CH2OH
3H2O
R3
CHOH
R2COOH
R3COOH
CH2OH
trigliserida
gliserol
asam lemak
O
OH
Asam Laurat
H27C13
O
OH
Asam Mistarat
H35C17
O
OH
Asam Stearat
H29C17
O
OH
Asam Linoleat
H31C19
OH
Asam
Arakidonat
atau padat, memberikan gambaran mengenai jenis residu asam lemak yang ada. Telah
menjadi kebiasaan untuk menamakan trigliserida padat sebagai lemak dan yang cair
sebagai minyak.
2.3 Reaksi trigliserida
Proses
esterifikasi
bertujuan
untuk
asam-asam
lemak
bebas
dari
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum, yaitu neraca analitik, pendingin tegak,
erlenmeyer 250 mL, buret, tabung reaksi, dan beaker gelas.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum, yaitu etanol 35%, Na2CO3,
minyak, kalium hidroksida (KOH), alkohol 0,5 N, HCl 0,5 N, indikator pp, benzena,
NaOH 0,01 N, kloroform, KI 10%, Na2S2O3 0,01 N;0,1 N, akuades, brom, batu didih,
amilum atau pati 1%, dan asam asetat.
3.3 Prosedur kerja
3.3.1 Pemisahan Asam lemak bebas
Mencuci lemak dengan campuran 1,5 mL etanol 35% dan 7,5 mL larutan
Na2CO3. Lakukan pencairan 3 kali. Residu yang ada adalah trigliserida.
3.3.2 Bilangan penyabunan
Pertama menimbang 2 gram minyak ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
Menambahkan 25 mL larutan KOH dalam alcohol 0,5 N serta batu didih.
Menghubungkan Erlenmeyer dengan pendingin tegak dan mendidihkan selama 1
jam, sambil sesekali menggoyangkan. Setelah itu mengangkat erlenmeyer dan
menambahkan 1 mL indikator PP dan menititrasi dengan HCl 0,5 N. Membuat pula
penetapan blanko (melakukan 3 kali).
3.3.3 Bilangan asam dan asam lemak bebas (FFA)
Menimbang dengan teliti 2,5 gram contoh minyak di dalam Erlenmeyer 250
ml (3 kali). Disamping itu menetralkan 25 mL campuran alcohol : benzene (1 : 1)
dengan keadaan panas dititar dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna kemerahmerahan (lakukan 3 kali). Mencampurkan larutan yang telah dinetralkan tersebut
dengan contoh di atas, mengocok dan mendidihkan. Dalam keadaan panas menitrar
campuran dengan larutan NaOH 0,01 N sampai warna kemerah-merahan tetap
setidak-tidaknya 10 menit (melakukan 3 kali).
3.3.4 Bilangan peroksida
Menimbang 5 gram contoh minyak kedalam 250 mL erlenmeyer bertutup
basah dan menambahkan 30 mL larutan asetat : kloroform (3 : 2). Menggoyangkan
larutan sampai bahan terlaut semua. Menambahkan 0,5 mL larutan KI jenuh.
Mendiamkan
selama
menit
dengan
kadangkala
digoyang,
kemudian
Hasil pengamatan
Larut
Etanol 35% + Na2CO3
Warna kuning dari metega memudar,
Na2CO3.
VHCl (ml)
28,7
42,3
Pengamatan
Bening
Warna menjadi kemerahmerahan, sebanyak 0,5ml titran
Warna menjadi kemerahmerahan, sebanyak 1ml titran
Hasil pengamatan
Larut
kloroform (3 : 2)
Volum
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pemisahan Asam lemak bebas
Percobaan ini dilakukan dengan cara mencuci sampel yang merupakan
mentega dengan campuran larutan etanol 35% dengan Na2CO3. Hasil yang didapat,
adanya perubahan warna yakni warna kuning dari mentega memudar, dan warna
pencuci dari bening menjadi warna kekuning-kuningan. Lemak tersebut tidak
larut didalamnya. Karena sifat dari lemak itu sendiri adalah tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik polar. Asam
lemak bebas itu sendiri merupakan asam lemah yang terbentuk
akibat
proses
hidrolisis
yang
terjadi
pada
lemak
sehingga
refluks. Sedangkan ditambahkan alkohol pada KOH bertujuan sebagai pelarut untuk
memudahkan pencampuran KOH dengan sampel minyak selama proses refluks.
Selanjutnya campuran hasil refluks tersebut dititrasi dengan HCl 0,5 N dan
menggunakan indikator Phenolphtalein (PP). Untuk mengetahui kelebihan larutan
KOH, maka dilakukan titrasi blanko, yaitu titrasi tanpa adanya sample dengan
prosedur yang sama.
Persamaan reaksi yang berlansung :
O
O
O
O
O
O
R1
R2
CH2OH
3KOH
3R
R3
Trigliserida
CHOH
CH2OH
Sabun Kalium
Gliserol
Kesalahan yang timbul pada saat titrasi adalah penentuan titik akhir,
kesalahan ini disebabkan karena perubahan warna yang seharusnya terjadi adalah dari
coklat pekat, kemudian kuning, lalu berubah menjadi putih pucat. Perubahan warna
dari kuning ke putih tersebut tidak terlalu kontras dan menyebabkan titik akhir sulit
ditentukan.
Berdasarkan percobaan volume HCl yang dibutuhkan hingga sampai titik
akhir titrasi (terjadi perubahan warna) yaitu 42,3 mL. Penentuan ini juga hanya
dilakukan 1 kali (simplo), sehingga nilai rata-ratanya tidak dapat diketahui. Untuk
mengetahui hasil pengujian tersebut benar atau tidak, maka perlu dibandingkan
dengan titrasi blanko yang diperoleh sebanyak 28,7 mL HCl yang terpakai. Sehingga
melalui perhitungan dapat ditentukan angka penyabunan dari percobaan ini
sebesar 190,74 mg.
4.2.3 Bilangan Asam dan Asam lemak
Penentuan asam lemak dapat dipergunakan untuk mengetahui kualitas dari
minyak atau lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk
mengukur dan mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sample.
Semakin besar angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam
sample semakin tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel
dapat diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang
kurang baik.
Sample yang dipergunakan pada saat praktikum ditimbang dalam keadaan
cair, sehingga sample terlebih dahulu dicairkan, proses pencairan dilakukan untuk
mempermudah proses titrasi selanjutnya, karena apabila sample dalam keadaan padat
akan menyulitkan proses titrasi selanjutnya. Dengan pengecilan ukuran, maka asam
lemak yang terkandung dalam bahan akan lebih banyak keluar daripada sample dalam
keadaan padat.
Pada penentuan kadar asam lemak bebas, pelarut yang dipergunakan adalah
campuran alcohol dan Benzene, campuran ini harus dalam kondisi panas dan netral.
Dalam kondisi yang panas campuran ini akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel
yang juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh
benar-benar tepat.
Pada saat titrasi sample yang pertama volume titrasi, volume
penitar tidak jauh berbeda. Untuk sample yang pertama, volume
NaOH
yang
Sedangkan
sudah
untuk
dipergunakan
sample
yang
adalah
kedua
sebanyak
volume
0,5
NaOH
mL.
yang
Peroksida terbentuk pada tahap inisiasi oksidasi, pada tahap ini hidrogen
diambil dari senyawa oleofin menghasikan radikal bebas. Radikal bebas
yang terbentuk bereaksi dengan oksigen membentuk radikal peroksi, selanjutnya
dapat mengambil hidrogen dari molekul tak jenuh lain menghasilkan peroksida dan
radikal bebas yang baru.
Bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap
1000 g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida menunjukkan derajat
kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen
pada ikatan rangkapnya membentuk peroksida dan selanjutnya terbentuk aldehid hal
inilah yang menyebabkan bau dan rasa tidak enak serta ketengikan minyak.
Semakin besar nilai bilangan peroksida berarti semakin banyak peroksida
yang terdapat pada sampel. Pada minyak baru hanya sedikit diperlukan larutan
Na2S2O3 untuk menitrasi I2 yang terbentuk. Berarti hanya sedikit peroksida yang
terbentuk dibandingkan pada minyak bekas. Semakin kecil bilangan peroksida yang
didapat, maka semakin kecil kerusakan yang terjadi pada miyak tersebut. Dengan
reaksi :
CH3CH2CHCOOH + O2 CH3CH2COOCH2COOH
Asam lemak tak jenuh
Peroksida
Dari hasil praktikum, pada titrasi dengan larutan tiosianat tidak terjadi
perubahan warna, hal ini terjadi karena adanya beberapa factor kesalahan, salah
satunya yaitu volume campuran antara asam asetat dengan kloroform yang kurang
sesuai dengan prosedur karena kurangnya kelarutan antara 2 senyawa tersebut
sehingga terjadi kesalahan dalam pemipetan. Sehingga hasil tidak dapat disimpulkan.
BAB V
KESIMPULAN
1. Minyak dalam suhu kamar berwujud cair, sedangkan lemak berwujud padat
2. Minyak jelantah memiliki bilangan penyabunan tinggi di banding minyak goreng
biasa
3. Minyak jelantah memiliki bilangan asam yang tinggi disbanding minyak goreng
dan lemak
4. Minyak jelantah memiliki tingkat kerusakan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Chairil, dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Sunaryo, H. dkk. 1985. Pengaruh Pemberian Kurkuminoid Curcuma Domestica val
terhadap Kadar Kolesterol HDL Serum Tikus Putih. Simposium Temulawak.
Sudarmadji, Slamet, Suhardi, Bambang Haryono. 1989. Analisa Bahan Pangan dan
Pertanian. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
LAMPIRAN
A. Pertanyaan
1. Pikirkan keuntungan penggunaan cara ekstraksi dengan
pelarut organic , baik dari segi lemak maupun ampasnya.
2. Apakah bagian alcohol dari semua trigliserida sama?
3. Apa arti residu asam lemak?
4. Tulis struktur lengkap asam lengkap berikut : miristat, linoleat,
dan laurat. Asam mana yang tak jenuh?
5. Adakah beda antara lemak dan minyak ? Uraikan !
6. Apa manfaat uji bilangan iod ? Apa artinya bilangan iod yang
tinggi ?
Jawaban
1. Ekstraksi dengan pelarut organik berguna dengan baik karena
dapat memisahkan senyawa yang diinginkan dengan baik.
2. Iya
3. Residu adalah sisa insektisida yang ditinggalkan sesudah
perlakuan dalam jangka waktu menyebabkan terjadinya
peristiwa-peristiwa kimia &fisis mulai bekerja.
4. Linoleat : CH3 (CH2)4 CH=CHCH2CH=CH(CH2)7 CO2H
Miristat : CH3 (CH2)12COOH
Laurat : CH3 (CH2)10 COOH
5. Perbedaan. Lemak
: bersifat padat, mengandung asam
alkonat jenuh (asam palmitat, asam stearat). Sedangkan
minyak : berfase cair, mengandung asam alkonat tak jenuh
(asam oleat). Perbedaan terlihat pada ikatan rantainya dan
suhu kamar. Lemak
: R-CH = CH = CH COO-R
6. Manfaat uji bilangan iod adalah untuk mengetahui banyaknya
ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dalam minyak.
Tingginya bilangan iod menunujukan besarnya iod yang
diserap oleh minyak serta menunjukan banyaknya ikatan
rangkap.