Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

NAMA NIM KELOMPOK

:YENNI OCTAVIANA : H31112293 : IV

HARI/TANGGAL : RABU/ 26 FEBRUARI 2014 ASISTEN : SARTIKA

LAPORAN BIOKIMIA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Lipid merupakan hal yang tidak lazim lagi dalam kehidupan kita tapi

dalam hal ini, lipid lebih dikenal dengan sebutan lemak. Lipid memiliki peranan penting bagi kehidupan dan terdapat dalam semua bagian tubuh manusia terutama dalam otak yang berperan dalam proses metabolisme secara umum. Sebagian besar lipid sel jaringan terdapat sebagai komponen utama pada membran sel yang berfungsi mengatur jalannya metabolisme dalam sel. Percobaan kali ini, kita akan mempelajari tentang pengujian terhadap beberapa sampel untuk mengetahui ada tidaknya kandungan gliserol di dalamnya. Trigliserida tergolong jenis lipid sederhana yang merupakan triester dari asam lemak dan gliserol. Lipid jika dihidrolisis akan menghasilkan gliserol. Sampel yang digunakan yaitu gliserol, minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, mentega, minyak VOC, lilin serta air sebagai blanko. Percobaan ini, kita melakukan dua tes yaitu tes akrolein dan tes kolorimetri. Uji gliserol pada tes akrolein ditandai dengan adanya bau khas pada sampel sedangkan pada tes kolorimetri ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud. Mengetahui pentingnya senyawa tersebut bagi tubuh dan kehidupan kita maka perlu mengetahui lebih lanjut, salah satunya yaitu melalui pengujian atau lebih dikenal dengan prektikum (percobaan). Tujuannya agar tidak hanya mengetahui teorinya saja, namun dapat mengetahui penerapannya secara nyata.

1.2 1.2.1

Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami

identifikasi gliserol pada senyawa lipid dengan menggunakan metode tertentu. 1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah: 1. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak dengan tes akrolein. 2. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak dengan tes kolorimetri. 1.3 1.3.1 Prinsip Percobaan Tes Akrolein Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan penambahan KHSO4 lalu dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau tengik yang menandakan sampel mengandung gliserol. 1.3.2 Tes Kolorimetri Mengidentifikasi kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan menambahkan pereaksi tertentu dan dipanaskan hingga terbentuk warna hijau zamrud yang menandakan sampel mengandung gliserol.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sebagian besar biomolekul diklasifikasikan sebagai lipid karena sifatnya yang larut dalam lemak (lipofilik) dan pelarut organik, seperti alkohol tetapi tidak larut dalam air. Lipid dibagi menjadi empat golongan (James, 2008) : Trigliserida Fosfolipid Steroid Prostaglandin Trigliserida merupakan lemak yang ditemukan dalam makanan dan merupakan sumber paling kaya energi yang didapatkan dari makanan. Trigliserida tersusun dari dua subunit-gliserol dan asam lemak. Gliserol mengandung gugus fungsional -OH dan merupakan suatu alkohol (James, 2008) : Ada dua golongan asam lemak yang ditemukan di alam yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak jenuh membentuk ikatan tunggal seluruhnya antara dua atom C, sedangkan asam lemak tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap pada ikatan dua atom C-nya, meskipun tidak keseluruhan.

Sebagian besar asam-asam lemak tidak jenuh yang terikat oleh gliserol mudah sekali rusak bila disimpan, kerusakan karena pemanasan dapat berupa uap (Winarti, 2010). Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Bobot energi yang dihasilkan per gram lemak adalah 2 kali lebih besar daripada karbohidrat dan protein, 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori

sedangkan 1 gram karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kalori (Suharjo, 1992). Lemak yang di bicarakan di sini adalah lemak netral yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak gliserol mempunyai tiga gugusan hidroksil di mana masing masing akan mengikat satu molekul asam lemak disebut Trigliserida (Suharjo, 1992). Ikatan C-H non polar yang terdapat pada ekor asam lemak, menyebabkan lemak bersifat hidrofobik. Lemak terpisah dari air karena molekul air karena membentuk ikatan hidrogen satu sama lain, dan menyingkirkan lemak. Contoh umum fenomena ini adalah pemisahan minyak goreng (suatu lemak cair) dari larutan asam cuka dalam botol bumbu salad (Campbelt, 2002). Meskipun lemak bukan merupakan polimer, senyawa ini adalah molekul besar dan terbentuk dari molekul yang lebih kecil melalui reaksi dehidrasi. Asam lemak memiliki kerangka karbon yang panjang, umumnya 16 sampai 18 karbon rantai panjangnya. Asam lemak memiliki panjang serta jumlah dan lokasi ikatan ganda yang beragam. Istilah lemak jenuh dan tidak jenuh digunakan dalam konteks nutrisi (Campbelt, 2002). Penggunaan produk kelapa sawit untuk industri nonpangan dilakukan dengan proses hidrolisis sehingga menghasilkan asam lemak dan gliserin. Asam lemak kemudian di proses lagi menjadi derivat-derivatnya, seperti amida, amina, alkohol, metil ester, dan lain lain. Penggunaan minyak sawit untuk produk pangan bersaing dengan minyak kedelai yang merupakan produk sampingan dari pembuatan tepung kedelai untuk pangan untuk pangan ternak. Sementara untuk penggunaan produk nonpangan kepala sawit juga bersaing dengan asam lemak

yang dihasilkan dari lemak sapi yang merupakan hasil sampingan dari produk daging (Suharjo, 1992). Jika karbon dalam rantai hanya berikatan tunggal (C-C) maka disebut asam lemak jenuh. Jika terdapat ikatan karbon ganda (C=C) maka disebut asam lemak tak jenuh. Semakin banyak ikatan ganda yang terdapat dalam molekul semakin besar kemungkinan asam lemak berbentuk minyak (James, 2008). Menurut ada tidaknya ikatan rangkap yang dikandung asam lemak maka asam lemak dapat dibagi menjadi (Suharjo, 1992). 1. Asam lemak jenuh yaitu mempunyai ikatan tunggal atom karbon (C), dimana masing masing atom karbon ini akan berikatan dengan atom hidrogen (H). Contoh: asam buritat (C4), asam kaproat (C6), asam kaprilat (C8), dan asam kaprat (C10) umumnya sampai dengan C10 ini sifat asam lemak adalah cair dan mulai C12-C24 bersifat padat. 2. Asam lemak tak jenuh tunggal, asam lemak ini selalu mengandung paling sedikit satu ikatan rangka antara 2 atom karbon (C) dengan kehilangan paling sedikit 2 atom hidrogen (H). Asam lemak yang mempunyai satu ikatan rangkap disebut asam lemak tidak jenuh tunggal (Mono Unsaturated Fatty Acif disingkat MUFA). Contoh :asam palmitoleat (C16) dan asam oleat (C18). Umumnya banyak terdapat pada lemak nabati maupun lemak hewan, dan asam lemak ini bersifat cair Asam lemak yang ada didalam minyak maupun lemak dapat diklasifikasi berdasarkan panjang rantai atom C dan berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap

(ganda). Atas dasar panjang rantai atom Cnya ada tiga kelompok yaitu (Winarti, 2010) : 1. Minyak dengan asam lemak rantai C pendek terdiri dari 2-6 atom karbon 2. Minyak dengan asam lemak rantai C pendek terdiri dari 8-16 atom karbon 3. Minyak dengan asam lemak rantai C pendek terdiri 18 atau lebih atom karbon Secara umum diketahui bahwa semakin panjang rantaian atom karbon (C) asam lemak, akan semakin tinggi tingkat ketidakjenuhannya. Sifat fisik asam lemak ini cenderung semakin cair. Dalam pangan dapat dibedakan kepadatan dari lemak dan minyak. Pada suhu kamar (23C) lemak akan bersifat padat, sedangkan minyak pada suhu kamar 23C bersifat cair (Suharjo, 1992). Lilin (wax) digolongkan ke dalam lipid karena sifatnya yang tidak larut dalam air, juga karena sifatnya yang sangat hidrifobik (menolak air). Lilin tersusun atas sebuah alkohol kompleks yang terhubungkan dengan sebuah asam lemak berantai panjang oleh sebuah ikantan ester khas. Lilin merupakan lipid struktural penting yang sering sekali di temukan sebagai lapisan pelindung pada permukaan daun, batang, rambut, kulit, bulu-bulu dan lain lain (Fried, 2005). Lilin memberikan perlindungan yang efektif terhadap kehilangan air, dalam beberapa kasus, lilin merupakan komponen penyusun bangun yang kaku dari struktur-struktur yang kompleks seperti bagian dalam sarang lebah. Lilin juga memiliki kegunaan komersial, sebagai pelitur perabotan, senyawa pelapis kendaraan bermotor, dan pelapis lantai (Fried, 2005)

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1

Bahan Percobaan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain lilin,

mentega, minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, minyak VCO, gliserol, KHSO4, NaOCl 2%, HCl, H2SO4 pekat, -naftol, aquades, korek api, spiritus dan tissue rol.

3.2

Alat Percobaan Alat-alat yang digunakan dalam pecobaan ini antara lain tabung reaksi, rak

tabung, pinset, pipet tetes, lampu spiritus, alat pemanas, gegep dan sikat tabung.

3.2 3.2.1

Prosedur Percobaan Tes Akrolein Disiapkan 7 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan 1

mL larutan sampel (lilin, mentega, minyak sawit, minyak kelapa, minyak wijen, minyak VCO dan gliserol) pada masing-masing tabung. Ditambahkan sedikit KHSO4 pada masing-masing tabung lalu dipanaskan. Diamati, adanya kandungan gliserol ditandai dengan adanya bau tengik pada larutan sampel. 3.2.2 Tes Kolorimetri Disiapkan 8 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan 1 mL larutan sampel (air, lilin, mentega, minyak kelapa, minyak sawit, minyak wijen, minyak VCO dan gliserol) pada masing-masing tabung dan 1 tabung reaksi diisi blanko (aquades). Ditambahkan 1 mL NaOCl 2% pada

masing-masing tabung. Setelah 2 sampai 3 menit, ditambahkan lagi 3 sampai 4 tetes HCl pekat lalu didihkan untuk membuang kelebihan asam. Setelah itu, ditambahkan 0,2 mL -naftol kemudian 2 mL H2SO4 pekat pada masing-masing tabung. Diamati, adanya kandungan gliserol ditandai dengan terbentuknya warna hijau zamrud pada larutan sampel.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan 4.1.1 Tes Akrolein Tes akrolein merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi adanya gliserol pada lemak yang ditandai dengan bau khas pada sampel yang diuji. Pada percobaan ini, digunakan gliserol, minyak sawit, minyak kelapa, minyak wijen, minyak VCO, mentega, dan lilin. Tabel Data Pengamatan Tes Akrolein Contoh Gliserol Minyak VCO Minyak sawit Minyak Kelapa Minyak Wijen Mentega Lilin Keterangan : +++++ ++++ +++ ++ + : sangat berbau : berbau : cukup berbau : agak berbau : kurang berbau : tidak berbau Panaskan (Bau) +++++ ++++ ++++ +++ ++ + -

4.1.2 Tes Kolorimetri Pada identifikasi gliserol dengan tes kolorimetri didasarkan pada warna hijau zamrud yang terbentuk pada sampel yang telah ditambahkan NaOCl 2%, HCl pekat kemudian dipanaskan dan ditambahkan -naftol serta larutan H2SO4 pekat selagi masih panas. Penambahan NaOCl disini berfungsi untuk mereduksi kelebihan lemak sehingga terbentuk gliseril. Sedangkan HCl pekat ditambahkan sebagai katalis untuk mempercepat reaksi, sehingga setelah penambahan HCl larutan harus dipanaskan untuk membuang kelebihan asam akibat HCl. Sedangkan larutan naftol ditambahkan bersama H2SO4 agar pada larutan terbentuk warna hijau zamrud sehingga keberadaan gliserol dalam sampel dapat kita ketahui.

Tabel Data Pengamatan Tes Kolorimetri Contoh Minyak kelapa Minyak Sawit Minyak wijen Mentega Lilin Gliserol Minyak VCO Blanko (air) Warna yang terbentuk Hijau zamrud Hijau zamrud Hijau zamrud Hijau zamrud Hijau Hijau Zamrud Hijau zamrud Kuning Keterngan 2 fasa 2 fasa 2 fasa 2 fasa 2 fasa 1 fasa 2 fasa 1 fasa

Keterangan : Warna hijau zamrud = terdapat gliserol Warna kuning = tidak terdapat gliserol

4.2 Reaksi 4.2.1 Tes Akrolein Lilin


O H2 C (CH2)14 C OCH2 (H2C)14 CH3 + KHSO 4

Minyak Kelapa
O CH2 O C O CH O C O CH2 O C (CH2)16 CH3 CH2 OH (CH2)16 CH3 KHSO4 CH OH (CH2)16 CH3 CH2 OH

O 3 C9H18=C8H15 C OH

CH2 CH CH O 2 H2O

Akrolein
Gliserol

H2C HC H2C

OH OH + OH KHSO4

CH2 Gliserol CH O HC Akrolein + 2H2O

Mentega
O H2C HC H2C O O O C O C O C (CH2)14CH3 (CH2)14CH3 (CH2)14CH3 KHSO 4

H2C HC H2C

OH O OH OH + (H2C) 14 C 3CH3 OH

O H2 C CH C H + 2H2O

Akrolein

Minyak VCO
O H2C HC H2C O O O C O C O C (CH2)16CH3 (CH2)16CH3 + KHSO 4 (CH2)16CH3

H2C HC H2C

OH O OH OH
O

3C9H18

C8H15 C

OH

H2 C

CH

2H2O

Akrolein

Minyak Wijen
O H2C HC H2C O O O C O C O C (CH2)16CH3 (CH2)16CH3 + KHSO 4 (CH2)16CH3

H2C HC H2C

OH O OH OH + 3C9H18 C8H15 C OH

O H2 C CH C H + 2H2O

Akrolein

Minyak Sawit
O H2C HC H2C O O O C O C O C (CH2)16CH3 (CH2)16CH3 + KHSO 4 (CH2)16CH3

H2C HC H2C

OH O OH OH
O

3C9H18

C8H15 C

OH

H2 C

CH

2H2O

Akrolein

4.2.2 Tes Kolorimetri Gliserol


H2 C HC H2 C OH + 3 NaOCl H2 C HC H2 C ONa ONa + ONa

OH OH

3 HOCl + HCl

H2 C HCl p HC H2 C

OH OH + OH 3 H2SO4 OH

H2C 3NaCl HC H2C

O + 3H2O

O O

Lilin
O H3C (CH2)14 C OCH2 (CH2)14 CH3 + NaOCl

ONa H3 C (CH2)14 C OCl OCH2 (CH2)14 CH3 +

OH

Minyak Kelapa
O H2 C HC H2 C O O O C O C O C (CH2)16CH3 + 3 NaOCl (CH2)16CH3 (CH2)16CH3

H2C HC H2C

ONa O ONa + 3 C 9H18 ONa C8H15 C OCl + HCl

H2C HC H2C

OH OH + 3 OH

OH H2SO4

H2C HC H2C

O O

+ 3 H2O

Mentega
O H2 C HC H2 C O O O C (CH2)14CH3 O + 3 NaOCl C (CH2)14CH3 O C (CH2)14CH3

H2C HC H2C

ONa

ONa ONa

O + 3 CH3 (H 2C) 14 C OCl + HCl

H2 C HC H2 C

OH OH + OH 3 H2SO4 OH

H2 C 3NaCl HC H2C

O O

+ 3 H2O

Minyak Wijen

O H2 C HC H2 C O O O C O C O C (CH2)16CH3 + 3 NaOCl (CH2)16CH3 HC H2 C


H2C O 3 C9H18 C8H15 C OCl + HCl HC H2C OH OH OH

(CH2)16CH3

H2 C

ONa

ONa ONa

OH + 3 H2SO4

H2C HC H2C

O + 3 H2O

O O

Minyak Sawit
O H2C HC H2C O O O C O C O C (CH2)16CH3 + (CH2)16CH3 3NaOCl HC H2C ONa ONa (CH2)16CH3 H2 C ONa

H2C O + 3C9H18 C8H15 C OCl HCl p HC H2C

OH OH + OH

3NaCl

H2C H2SO4 OH HC H2C 3

O + 3H2O

O O

Blanko
OH

H2O

NaOCl

H2 O

4.3 Pembahasan 4.3.1 Tes Akrolein Pada percobaan ini, sampel yang berbentuk padat dipanaskan terlebih dahulu untuk mengubahnya menjadi bentuk cair (Lilin dan mentega). Hal ini dilakukan agar dapat dengan mudah mereaksikannya dengan pereaksi yang digunakan. Masing-masing sampel direaksikan dengan KHSO4 yang berbentuk cair. Penambahan KHSO4 ini berfungsi sebagai katalis dalam hidrolisis lipid menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan pemanasan disini berfungsi agar terjadi proses hidrasi pada sampel sehingga H2O hilang dan akan terbentuk akrolein atau akrildehida yang memiliki bau yang khas yakni bau yang tajam seperti lemak yang terbakar (bau tengik). Dengan pemanasan yang cukup, trigliserida yang terkandung didalam sampel akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam karboksilat yang kemudian ditandai dengan bau yang tengik dari larutan.

Dari percobaan yang dilakukan, diketahui urutan ketengikan dari yang paling tengik pada beberapa sampel ialah Gliserol, minyak VCO, minyak sawit, minyak kelapa, minyak wijen, dan mentega. Sedangkan lilin tidak diidentifikasi adanya gliserol di dalamnya, hal ini terbukti dengan tidak ada bau khas pada lilin saat pemanasan.

4.3.2 Tes Kolorimetri Pada tes kolorimetri, penambahan NaOCl dan HCl dilakukan untuk menghidrolisis trigliserida menghasilkan gliserol. Kelebihan asam diuapkan dengan pendidihan. Gliserol yang telah terbentuk direaksikan dengan -naftol, dan menggunakan katalis H2SO4 pekat. Reaksi ini akan menghasilkan suatu senyawa yang berwarna hijau zamrud. Adanya kandungan gliserol dalam sampel dengan mudah ditandai dengan terbentuknya warna hijau pada tes ini. Hasil percobaan yang diperoleh menunjukkan terbentuknya warna hijau zamrud pada sampel minyak sawit, minyak wijen, minyak kelapa, mentega, minyak VCO dan blanko. Seharusnya lilin tidak menujukan warna hijau kekuningan, tetapi kemungkinan diakibatkan oleh suatu hal, seperti misalnya tabung reaksi yang kurang bersih, dsb, karena secara teori lilin tidak menghasilkan gliserol melainkan hanya mengandung alkohol biasa. Blanko (aquades) menunjukkan warna hijau kekuningan, yang berarti pada blanko pengerjaannya belum tepat, dan tidak sesuai yang seharusnya. Hasil ini bisa disebabkan pada waktu pencampuran zat terhadap larutan blanko, dan faktorfaktor lainnya. Pada uji ini, sampel minyak sawit, minyak wijen, minyak kelapa, lilin, mentega, dan minyak VCO membentuk dua lapisan. Sampel minyak sawit,

minyak wijen, minyak kelapa, lilin dan mentega mengandung rantai alkana yang panjang sehingga sampel ini cenderung bersifat nonpolar, sedangkan pereaksipereaksi yang ditambahkan adalah senyawa yang polar. Oleh karena ini tidak dapat saling bercampur, sehingga membentuk dua lapisan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Larutan sampel (gliserol, minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, minyak VCO, dan mentega) mengandung gliserol pada tes akrolein yang ditandai dengan bau yang khas (bau tengik), sedangkan lilin tidak

mengandung gliserol karena tidak berbau tengik. 2. Larutan sampel yang sama (gliserol, minyak kelapa, minyak wijen, minyak sawit, mentega, minyak kemir, minyak VCO) juga mengandung gliserol pada tes kolorimetri yang ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna hijau zamrud, sedangkan lilin dan aquades tidak mengandung gliserol 5.2 Saran Adapun saran yang dapat saya berikan untuk praktikum kali ini yaitu sebaiknya jenis pengujian yang dilakukan lebih beragam. Saran untuk laboratorium yaitu yakni ada baiknya jika disediakan alat yang dapat membandingkan bau tengik pada tes akrolein, sehingga perbandingan bau yang didapatkan betul-betul akurat

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 3 Maret 2014 Asisten Praktikan

Sartika

Yenni Octaviana

LAMPIRAN 1 Bagan Prosedur 1. Tes Akrolein


Larutan sampel


Data

Dimasukkan kedalam tebung reaksi sebanyak 1mL. Ditambahkan sedikit KHSO4. Dipanaskan dengan api kecil. Diamati baunya.

2. Tes Kolorimetri
Larutan sampel Blanko

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1mL.

Ditambahkan 1mL NaOCl 2%. Setelah 2-3 menit, ditambahkan 3-4 tetes HCl pekat.

Data

Dipanaskan. Ditambahkan 0,2 mL -naftol Ditambahkan 2 mL H2SO4 pekat. Diamati warnanya.

LAMPIRAN 2 Gambar Percobaan

Tes Akrolin

Tes Kolorimetri

Anda mungkin juga menyukai