Anda di halaman 1dari 20

STANDARDISASI

SIMPLISIA, EKSTRAK
DAN KONTROL
KUALITAS

Dr. apt. Meri Susanti,M.Farm


PARAMETER SPESIFIK
1. Identitas
2. Organoleptik
3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
1. IDENTITAS
 Tujuan : memberikan identitas objektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas
 Prinsip : 1. deskripsi tata nama

a. nama ekstrak
b. nama latin tumbuhan
c. bagian tumbuhan yang digunakan
d. nama Indonesia tumbuhan
2. ekstrak dapat memiliki senyawa identitas, artinya senyawa tertentu yang menjadi
petunjuk spesifik dengan metode tertentu
 Contoh :
1. Deskripsi tata nama :
Curcumae extractum (ekstrak
temulawak)
Curcuma xanthoriza Roxb
Curcumae rizhoma
Temu lawak
2. Senyawa identitas adalah
xanthorizol
2. ORGANOLEPTIK
 Tujuan : pengenalan yang sederhana seobyektif mungkin

 Prinsip : penggunaan pancaindra mendistribusikan bentuk, warna, bau, rasa sebagai berikut :

1. bentuk : padat, serbuk-kering, kental, cair


2. warn : kuning, coklat
3. bau : aromatic, tidak berbau
4. rasa : pahit, manis, kelat
Contoh :
Bentuk : serbuk kering
Warna : kuning kemerahan
Bau : aromatic
Rasa : pahit
3. SENYAWA TERLARUT DALAM
PELARUT TERTENTU
 Tujuan : memberikan gambaran awaal jumlah senyawa kandungan
 Prinsip : melarutkan ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk ditentukan jumlah solute
yang identic dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu dapat
diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain. Ex : heksana, diklorometan dan methanol
 Nilai : nilai minimal atau rentang yang ditentukan terlebih dahulu.
KADAR SENYAWA YANG LARUT DALAM AIR
KADAR SENYAWA YANG LARUT DALAM ETANOL
UJI KANDUNGAN KIMIA
EKSTRAK
1. Pola kromatogram
2. Kadar total golongan kandungan kimia
3. Kadar kandungan kimia tertentu
1. POLA KROMATOGRAM
 Tujuan : memberikan gambaran awal komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatogram (KLT, KG, KCKT)
 Prinsip : ekstrak ditimbang, diekstraksi dengan pelarut dan cara tertentu, kemudian dilakukan
analisis kromatografi sehingga memberikan pola kromatogram yang khas
 Nilai : kesamaan pola dengan data baku yang ditetapkan terlebih dahulu
PROSEDUR
 Penyiapan larutan uji

Ekstrak ditimbang dan diekstraksi berturut-turut dengan pelarut heksan, etil asetat, etanol air.
Cara ekstraksi dapat dilakukan dengan pengocokan Selama 15 menit atau dengan getaran
ultrasonic atau dengan pemanasan kemudian disaring untuk mendapatkan larutan uji
Larutan uji diperiksa dengan KLT, GC atau KCKT
2. KADAR TOTAL GOLONGAN
KANDUNGAN KIMIA
 Tujuan : memberikan informasi kandungan kimia sebagai parameter mutu ekstrak dalam kaitannya dengan efek farmakologis

 Prinsip : dengan penerapan metode spektrofotometri, titrimetric, volumetri, gravimetri atau lainnya dapat ditetapkan kadar kandungan
golongan kimia. Metode harus sudah teruji validitasnya terutama selektivitas dan batas linieritasnya. Ada beberapa golongan
kandungan kimia yang dapat dikembangkan dan ditetapkan metodenya. Yakni :
1. Golongan minyak atsiri
2. Golongan steroid
3. Golongan tannin
4. Golongan flavonoid
5. Golongan triterpenoid (saponin)
6. Golongan alkaloid
7. Golongan antraquinon
3. KADAR KANDUNGAN
KIMIA TERTENTU
 Tujuan : memberikan data kadar kimia kandungan tertentu sebagai senyawa identitas atau
senyawa yang diduga bertanggung jawab pada efek farmakologi.
 Prinsip : dengan tersedianya suatu kandunngan kimia yang berupa senyawa identitas atau
senyawa kimia utama ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara kromatografi
instrumental dapat dilakukan penetapan kadar kandungan kimia tersebut. Instrumen yang
dapat digunakan adalah KLT densitometri, GC atau KCKT. Metode pengujian kadar harus
diuji dulu validitasnya yaitu batas deteksi, selektivitas, linieritas, ketelitian, ketepatan dll.
 Chemical finger printing (Sidik jari kimiawi) telah
dibuktikan sebagai teknik yang paling baik untuk
mengontrol kualitas obat-obatan herbal.
 Sidik jari kimiawi adalah pola unik yang menunjukkan

SENYAWA adanya beberapa penanda kimiawi dalam sampel.


Penanda kimia yang ideal adalah komponen terapeutik

IDENTITAS dari obat-obatan herbal.


 EMEA (European Medicines Agency )

(MARKER) mengkategorikan penanda kimia menjadi 2 :


1. penanda analitis (konstituen atau kelompok konstituen
yang berfungsi semata-mata untuk tujuan analitis)
2. penanda aktif (konstituen atau kelompok konstituen
yang berkontribusi pada aktivitas terapeutik)
CHEMICAL MARKERS FOR THE QUALITY CONTROL OF HERBAL MEDICINES: AN OVERVIEW (SONGLIN LI, QUANBIN HAN, CHUNFENG QIAO, JINGZHENG SONG, CHUEN LUNG CHENG AND HONGXI XU )

 (1) komponen terapeutik


 (2) komponen bioaktif
 (3) komponen sinergis
 (4) komponen karakteristik
 (5) komponen utama
 (6) komponen korelatif
 (7) komponen toksik
 (8) komponen umum yang digunakan dengan spektrum sidik jari.
 Komponen terapeutik memiliki efek
terapeutik langsung dari obat herbal. Mereka
dapat digunakan sebagai penanda kimiawi
untuk penilaian kualitatif dan kuantitatif.
 Contoh
1.  Artemisinin dari Herba Artemisiae Annuae
KOMPONEN (Qinghao) adalah contoh dari komponen
terapeutik. Herba Artemsiae Annuae terkenal
TERAPEUTIK karena aktivitas antimalaria yang manjur.
Artemisinin menghambat Plasmodium
falciparum dan Plasmodium vivax, dua
patogen penyebab malaria. Artemisinin
sekarang digunakan sebagai penanda kimiawi
di untuk menilai kualitas tanaman (bagian dan
keseluruhan) pada berbagai tahap termasuk
daun tanaman yang segar dan kering.
 Komponen bioaktif adalah sekelompok
penanda kimia yang menunjukkan aktivitas
farmakologis serupa dan sebanding dengan
aktivitas simplisia secara umum,
 komponen tunggal tidak memiliki efek
terapeutik langsung, kombinasi senyawa,
2. berkontribusi pada efek terapeutik.
KOMPONEN  Komponen bioaktif dapat digunakan sebagai
BIOAKTIVE penanda kimiawi untuk penilaian kualitatif
dan kuantitatif.
 Contoh : saponin, isoflavonoid dan
polisakarida adalah kelompok senyawa yang
digunakan secara bersamaan dalam kontrol
kualitas Radix Astragali (Astragalus
membranaceus).
 Komponen sinergis tidak berkontribusi pada
efek terapeutik atau bioaktivitas terkait secara
langsung. Namun, mereka bertindak secara
sinergis untuk memperkuat bioaktivitas
3. komponen lain, sehingga memodulasi efek
terapeutik dari jamu.
KOMPONEN
 Komponen sinergis dapat digunakan sebagai
SINERGIS penanda kimiawi untuk penilaian kualitatif
dan kuantitatif.
 Contoh : senyawa rutin pada standarisasi
Hypericum perforatum
 Produk dari (Hypericum perforatum L.) sangat populer untuk mengobati depresi ringan
 Naphthodianthrone, hypericin, dan hyperforin (turunan phloroglucinol) diidentifikasi sebagai
komponen utama yang berkontribusi pada aktivitas farmakologisnya.
 Rutin, flavonoid produk alami di mana-mana, menunjukkan tindakan antidepresan sinergis di
dalam simplisia ini
 Ekstrak menjadi aktif ketika tingkat rutin ditingkatkan menjadi sekitar 3%. Namun, rutin saja
tidak menunjukkan efek apapun pada kondisi yang sama [24]. Hasil ini menunjukkan bahwa
bahan kimia dalam simplisia bekerja secara sinergis untuk mencapai efek antidepresan. Oleh
karena itu, naphthodianthrones, phloroglucinols dan flavonoid dapat digunakan sebagai
penanda kimiawi untuk pengendalian kualitas
TUGAS
 Jelaskan dengan bagan kerja cara penentuan kadar golongan kimia (minyak atsiri, steroid,
tannin, flavonoid, triterpenoid, alkaloid dan antraquinon
 Jelaskan persyaratan metode yang dapat digunakan pada pengujian kadar golongan senyawa
tertentu dan kadar senyawa identitas

Anda mungkin juga menyukai