Anda di halaman 1dari 33

LABOLATORIUM KIMIA FARMASI

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

LAPORAN PRAKTIKUM II
ANALISIS KUALITATIF SENYAWA OBAT SULFONAMIDA

KELOMPOK III
ANGKATAN 2019

SUHARDILAH B1A119249
SYARIFAH MUKASYIFAH QURAISY B1A119345
NUR AIN AULIA B1A119352
KARISMA YANTI B1A119405

PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sulfonamida merupakan suatu golongan senyawa antibakteri, yang

mengandung gugus sulfonamida−¿SO2NH.Walaupun dimasa lalu senyawa ini

banyak digunakan, pada beberapa tahun terakhir ini, penggunaannya telah

menurun dengan adanya antibiotik-antibiotik baru, seperti penisilin dan

sefalosporin (Donald Cairns, 2008).

Semua sulfonamida merupakan asam lemah (pKa sekitar 5-8) akibat

efek penarikan elektron yang kuat oleh substituen−¿SO2−¿ dan stabilisasi anion

yang dihasilkan melalui resonansi. Sulfonamida biasanya diberikan dalam bentuk

garam natrium untuk meningkatkan kelarutannya dalam air (Donald Cairns,

2008).

Sulfonamida juga merupakan salah satu kemoterapeutika yang pertama

kali digunakan secara sistemik. Penggunaannya cepat meluas. Derivat golongan

ini dapat pula dimanfaatkan untuk pengobatan diabetes, diuretika, lepra, dan lain-

lain (Anggota IKAPI, 2008).

Golongan sulfonamida mempunyai spektrum AM yang cukup luas,

meliputi kokus gram positif dan gram negatif, serta basilus gram negatif. Pada

umumnya sulfonamida bersifat bakteriostatik dan dalam dosis besar dapat bersifat

bakterisid (Anggota IKAPI, 2008).

Penggunaan sulfonamida sudah banyak tergeser oleh antibiotika yang

memang lebih baik. Walaupun demikian, sulfonamida masih digunakan untuk


penggunaan utama untuk infeksi akut pada saluran kemih. Penggunaan lain untuk

disentribasiler, meningitis, nokardiasis, aktinomikosis, infeksi oleh streptokokus,

trakoma (obat pilihan utama untuk trakoma adalah tetrasiklin), toksoplasmosis,

dan dermatitis herpetiformis (Anggota IKAPI, 2008).

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan pada percobaan ini yaitu:

1. Menentukan golongan obat sulfonamida berdasarkan reaksinya dan pereaksi

umum.

2. Menentukan jenis obat golongan sulfonamida berdasarkan reaksinya dengan

pereaksi khusus.

3. Mengenali jenis obat golongan sulfonamida dari sampel murni atau dari

sampel campuran.

C. Prinsip Percobaan

Berdasarkan percobaan ini, terjadi perubahan warna pada sampel bila

bereaksi dengan zat pereaksi agar dapat mengetahui sifat-sifat kimia dari sampel

tersebut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Sulfonamida merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar

yang sama yaitu H2N-C6H4-SO2NHR dan R adalah berbagai jenis substituen.

Pada prinsipnya senyawa ini dapat digunakan terhadap berbagai infeksi (Tjay

2015).

Sulfanilamida merupakan obat antimikroba turunan para-aminobenzen

sulfonamida yang digunakan secara sistemik untuk mengobati dan mencegah

beberapa penyakit infeksi (Made Sudarma, 2008).

Semua sulfonamida merupakan asam lemah (pKa sekitar 5-8) akibat

efek penarikan elektron yang kuat oleh substitusi -SO2- dan stabilisasi anion yang

dihasilkan melalui resonansi. Sulfonamida biasanya diberikan dalam bentuk

garam natrium untuk meningkatkan kelarutannya dalam air (Cairns, 2008).

Bell dan Roblin (1942) memberikan postulat bahwa aktivitas antibakteri

suldonamida mencapai maksimum bila mempunyai nilai pKa 6-8. Pada nilai pKa

tersebut sulfonamida terionisasi ± 50%. Pada nilai pKa 3-5, sufonamida

terionisasi sempurna, dan bentuk ionisasi ini tidak dapat menembus membran

sehingga aktivitas antibakterinya rendah (Siswandono, 2016).

Sulfametoksazol atau 5-metil-3-sulfanilamida isoksazol merupakan obat

yang termasuk golongan antimikroba yang banyak digunakan pada manusia dan

juga kedokteran hewan. Golongan sulfonamida merupakan agen pertama yang

digunakan untuk mengobati infeksi bakteri (Simorangkir, 2020).


Antibiotik analog sulfanilamid selain dipergunakan pada manusia juga

banyak dipergunakan pada bidang peternakan ayam. Dari sekian banyak

antibiotik, peternak tentu sudah tidak asing lagi dengan antibiotik analog

sulfanilamid seperti Sulfanilamiddimidin dan Sulfaquinoxalin (Made Sudarma,

2008).

Antibiotik analog sulfanilamid tentu mempunyai keunggulan dan

kelemahan. Keunggulannya antara lain: harganya relatif murah, stabil, dan

spektrumnya luas. Sedangkan kelemahannya: konsentrasi tinggi dalam darah

menyebabkan kristalisasi terutama pada ginjal sehingga disarankan dosisnya tidak

berlebihan, sering terjadi efek samping pada analog sulfanilamid yang molekulnya

sederhana (Made Sudarma, 2008).

Golongan sulfonamida mempunyai spektrum AM yang cukup luas,

meliputi kokus gram positif dan gram negatif, serta basilus gram negatif. Pada

umumnya, sulfonamida bersifat bakteriostatik dan mempunyai dosis besar dapat

bersifat bakterisid (Staf pengajar departemen farmakologi fakultas kedokteran

universitas sriwijaya. 2009).

Penggunaan sulfonamida sering menimbulkan resistensi kuman.

Resistensi ini dapat timbul karena (1) Perubahan sistem enzimatik kuman sendiri

(2) Perubahan metabolik pathway, (3) Keadaan daya tahan tubuh penderita, daya

tahan tubuh yang lemah dapat mengurangi efektivitas sulfonamida yang

diberikan, (4) Faktor yang menghambat kerja obat (Staf pengajar departemen

farmakologi fakultas kedokteran universitas sriwijaya. 2009).


Selain sebagai kemoterapeutika terutama untuk pengobatan infeksi

saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri gram positif atau gram negatif yang

peka, sulfonamida juga digunakan sebagai diuretika (zat perintang karbonan

hidrase) dan antidiabetika oral (Tjay, 2015).

Sulfonamida bersifat amfoter artinya dapat membentuk garam dengan

asam maupun basa. Daya larutnya dalam air sangat kecil, garam alkalinya lebih

baik, walaupun larutan ini tidak stabil karena mudah terurai (Tjay, 2015).

Sulfonamida memiliki efek bakteriostatik yang luas terhadap banyak

bakteri gram positif dan gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan

pencegahan sintesis (dihidro) folat dalam kuman dengan cara antagonisme

saingan dengan PABA. Secara kimiawi sulfonamida merupakan analog-analog

dari asam p-aminobenzoat (PABA, H2N-C6H4-COOH) (Tjay, 2015).

B. Uraian Bahan

1. Alkohol (Ditjen POM Edisi III 1979. Hal: 65)

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : - Etanol

- Alkohol

: 46,07 g/mol
Berat Molekul
:
C2H5OH
Rumus Molekul :

Rumus Struktur
:

Pemerian
Cairan tak berwarna, jernih mudah

menguap dan mudah bergerak; bau khas; rasa

panas mudah terbakar dengan memberikan nyala


: biru yang tidak berasap.

Sangat mudah larut dalam air dalam


Kelarutan : klorofom P dan dalam eter P.

Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

Penyimpanan cahaya; ditempat sejuk, jauh dari nyala api.


:

Zat tambahan atau sebagai pereaksi.

Kegunaan

2. Amonia Hidroklorida (Ditjen POM Edisi III 1979. Hal: 86)

Nama Resmi : AMMONIA

Nama Lain : Amonia

Berat Molekul : 35,05 g/mol

Rumus Molekul : NH4OH

Rumus Struktur :
Pemerian :
Cairan jernih; tidak berwarna; bau khas,

menusuk kuat.

kelarutan : Mudah larut dalam air

penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat; di tempat

sejuk.
Kegunaan :

Zat tambahan atau pereaksi

3. Asam Klorida (Ditjen POM Edisi IV 1995. Hal: 49 )

Nama Resmi : ACIDUM HYDROCHLORIDUM

Nama Lain : Asam Klorida

Berat Molekul : 36,46 g/mol

Rumus Molekul : HCl

Rumus Struktur :

Cairan tidak berwarna; berasap; dan bau


Pemerian : merangsang.
Mudah larut dalam air dan etanol (95%)

Kelarutan : Dalam wadah tertutup rapat

Penyimpanan : Zat tambahan atau pereaksi

Kegunaan :

4. Asam Sulfat (Ditjen POM Edisi III 1979. Hal: 58 )

Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama Lain : Asam Sulfat

Berat Molekul : 98,07 g/mol

Rumus Molekul : H2SO4

Rumus struktur :

Cairan jernih, seperti minyak, korosif, tidak


Pemerian : berwarna; jika ditambahkan kedalam air

menimbulkan panas.

Sangat mudah larut dalam air

Dalam wadah tertutup rapat


Kelarutan :

Zat tambahan atau sebagai pereaksi


Penyimpanan :
Kegunaan :

5. Kalium Bromat (Ditjen POM Edisi III 1979. Hal: 687 )

Nama Resmi : KALIUM BROMAT

Nama Lain : Kalium Bromat

Berat Molekul : KBrO3

Rumus Molekul :

Serbuk halus; putih

Pemerian : Pada suhu 15,5o larut dalam 12,5 bagian air,

dalam 2 bagian air, dalam 2 bagian air mendidih;


Kelarutan :
sangat sukar dalam etanol (95%) P.

Zat tambahan atau sebagai pereaksi

Kegunaan :

6. Natrium Hidroksida (Ditjen POM Edisi III 1979. Hal: 412)

Nama Resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama Lain : Natrii Hidroksida


Berat Molekul : 40,00 g/mol

Rumus Molekul : NaOH

Rumus Struktur :

Bentuk batang, butiran, massa hablur atau

keping,..kering,..keras,..rapuh..dan..menunjukkan

susunan hablur; putih, mudah meleleh basa.


Pemerian :
Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap

karbondioksida.

Sangat mudah larut dalam air etanol (95%)

P.

Dalam wadah tertutup baik

Zat Tambahan
Kelarutan :

Penyimpanan :

Kegunaan :

7. Kalium (II) sulfat P (Ditjen POM Edisi III 1979. Hal: 412)

Nama Resmi : CUPRII SULFAT


Nama Lain : Kalium (II) Sulfat P

Berat Molekul : 159, 60

Rumus Molekul : CuSO4

Pemerian : Prisma terklinik atau serbuk hablur; biru.

Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan dalam 3

bagian 3 bagian gliserol P;sangat sukar larut

dalam etanol (95%) p.

Dalam wadah tertutup rapat.

Penyimpanan :
Zat tambahan atau sebagai pereaksi.

Kegunaan :
C. Uraian Sampel

1. Cotrimoxazole (BPOM RI, 2008; IONI, Hal: 409)

Komposisi : - Trimetoprin

- sulfametoksazol

untuk mengatasi eksaserbasi akut dari bronkitis


Indikasi :
kronis dan infeksi saluran kemih jika ada bukti hasil

uji sensitivitas bakteri terhadap kotrimoksazol dan

alasan kuat untuk menggunakan kombinasi ini dari

pada antibakteri lain secara tunggal. Penggunaan

obat ini untuk mengatasi otitis media akut pada anak


hanya dianjurkan jika ada alasan kuat.

Gagal ginjal dan gangguan fungsi hati yang

berat, porfiria.

Mual, muntah, ruam (termasuk sindrom


Kontra :
Stevens-
indikasi
jonson,..nekrolisis..epidermal..toksik,...fotosensitivit-

as) hentikan obat dengan segera.


:

Efek samping Oral: 960 mg/hari tiap 12 jam, dapat

ditingkatkan menjadi 1,44 gram tiap 12 jam pada

infeksi berat. 480 mg tiap 12 jam bila pengobatan

: lebih dari 14 hari. Anak atau bayi; tiap 2 jam, 6

Dosis minggu sampai 5 bulan, 120 mg, 6 minggu sampai 5

bulan, 240 mg; 6-12 tahun, 480 mg.

BAB III

METODOLOGI KERJA

A. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini. yaitu, Botol cokelat

Cawan porselin, gegep, korek api kayu, lumpang dan alu, pipet tetes, rak tabung

reaksi, tabung reaksi.


Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, Alkohol,

ammonium hidroksida (NH4OH), asam klorida (HCl), asam sulfat (H 2SO4),

Cotrimoxazole, kalium bromat (KBrO3), natrium Hidroksida (NaOH), Pereaksi

parri, tembaga (II) sulfat (CuSO4).

B. Cara Kerja

1. Reaksi korek api

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Digerus obat cotrimoxazole

c. Masukkan obat ke dalam cawan porselin dan dilarutkan dengan air panas

d. Ditambahkan HCl encer

e. Celupkan batang korek api

f. Amati perubahan warna yang terjadi

2. Cuprifil

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.

b. Masukkan cotrimoxazole ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan

NaOH.

c. Dinetralkan dengan HCl

d. Tambahkan CuSO4 dan dihomogenkan

e. Amati perubahan warna yang terjadi

3. Bromat picoof

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Dimasukkan cotrimoxazole ke dalam tabung reaksi


c. Ditambahkan H2SO4 dan KBrO3 jenuh

d. Diamati perubahan warna yang terjadi

4. Reaksi Parri

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Dimasukkan cotrimoxazole ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan

alkohol

c. Ditambahan pereaksi parry dan NH4OH 1 tetes

d. Diamati perubahan warna yang terjadi

5. Reaksi dengan CuSO4

a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan

b. Dimasukkan cotramoxazole ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan dengan

air panas lalu dihomogenkan

c. Larutkan dengan CuSO4

d. Diamati perubahan warna yang terjadi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

N K

o Sampel Pereaksi Hasil et.


Cuprifil Elkosin
1 NaOH +
(Cotrimoxasa (biru muda agak +
. HCL + CUSO4
zole) hijau)

Reaksi Korek

2 Api Warna jingga


HCL +
. (Cotrimoxasa sampai kuning jingga

zole)

Bromat

3 Picoof H2SO4 + Sulfadimidin


+
. (Cotrimoxasa KBrO3 (Coklat cacao)

zole)

Reaksi Parri Alkohol +


4 Sulfadiacin
(Cotrimoxasa Pereaksi Parri + +
. (Biru Tua)
zole) NH4OH

Reaksi
Elkosin, globucid,
5 dengan CuSO4 CuSO4 +
lucocil dan sulfapyridin +
. (Cotrimoxasa NaOH
(Hijau)
zole)

Keterangan:

(+) = Positif

( ̶ ) = Negatif
B. Pembahasan

Sulfonamida, merupakan obat antimikroba turunan para-aminobezen

sulfonamida yang digunakan secara sistemik untuk mengobati dan mencegah

beberapa penyakit infeksi.

Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan golongan obat

sulfonamida berdasarkan reaksinya dan pereaksi umum dan pereaksi khusus,

mengenali jenis obat golongan sulfonamida dari sampel murni atau dari sampel

campuran.

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel pengujian cuprifil yaitu dengan

memasukkan sampel obat cotrimoxasazole kedalam tabung reaksi kemudian

dilarutkan dengan NaOH dan dinetralkan dengan HCl, ditambahkan CuSO 4 dan

homogenkan amati perubahan warnanya. Hasil yang didapatkan yaitu warna biru

muda agak hijau yang menandakan bahwa sampel mengandung elkosin.

Hasil pengamatan pada tabel pengujian reaksi korek api yaitu dengan

memasukkan sampel obat cotrimoxasazole kedalam cawan porselin kemudian

larutkan dengan air panas dan ditambahkan HCl encer selanjutnya celupkan

batang koren api dan amati perubahan warnanya. Hasil yang didapatkan yaitu

warna jingga sampai kuning jingga yang menandakan bahwa kandungan asam

sulfanilat hilang dalam sampel.

Hasil pengamatan pada tabel pengujian reaksi bromat picoof yaitu

dengan memasukkan sampel obat cotrimoxasazole kedalam tabung reaksi

kemudian larutkan dengan H2SO4 dan tambahkan KBrO3 jenuh dan amati
perubahan warnanya. Hasil yang didapatkan yaitu warna coklat cacao yang

menandakan sampel mengandung sulfadimidin.

Hasil pengamatan pada tabel pengujian reaksi parri yaitu dengan

memasukkan sampel obat cotrimoxasazole kedalam tabung reaksi dan dilarutkan

dengan alkohol kemudian tambahkan pereaksi parri dan NH 4OH selanjutnya

amati perubahan warna. Hasil yang didapatkan yaitu warna biru tua yang

menandakan sampel mengandung sulfadiacin.

Hasil pengamatan pada tabel pengujian reaksi dengan CuSO4 yaitu

dengan memasukkan sampel obat cotrimoxasazole kedalam tabung reaksi

kemudian larutkan CuSO4 dan NaOH amati perubahan warnanya. Hasil yang

didapatkan yaitu warna hijau yang menandakan sampel mengandung elkosin,

glubocid, lucocil, dan sulfapyridin.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum analisis kualitatif senyawa obat sulfonamida

dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan

golongan obat sulfonamida berdasarkan reaksinya dan pereaksi umum dan

pereaksi khusus, mengenali jenis obat golongan sulfonamida dari sampel murni

atau dari sampel campuran. Pada reaksi cuprifil dengan menggunakan sampel

cotrimoxasole diperoleh warna biru muda agak hijau yang menandakan sampel

positif elkosin, pada reaksi korek api dengan menggunakan sampel obat

cotrimoxasole diperoleh hasil berwarna jingga. Pada reaksi bromat picoof dengan

menggunakan sampel obat cotrimoxasole memperoleh hasil coklat cacao

menandakan sampel positif sulfadimidin. Pada reaksi parri dengan menggunakan

sampel obat cotrimoxasole memperoleh hasil warna biru tua menandakan sampel

positif sulfadiacin. Pada reaksi CuSO4 dengan mengguanakan sampel obat

cotrimoxasole memperoleh hasil warna hijau menandakan sampel positif elkosin,

globucid, lucocil dan sulfapyridin.

B. Saran

1. Labolatorium

Adapun saran untuk laboratorium yaitu diharapkan agar

kedepannya alat dan bahan yang akan digunakan dilengkapi lagi agar tidak

terjadi kendala atau keterlambatan dalam melakukan praktikum.


2. Asisten

Selama praktikum ini asisten dosen menjalankan tugas dengan

baik, pemberian instruksinya jelas dan bisa membuat praktikum ini tidak

menegangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggota IKAPI. 2008. "Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisi 2". Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

BPOM RI. 2009. “Informasi Obat Nasional Indonesia”. Anggota IKAPI: Jakarta.
Cairns, Donald. 2008. "Intisari Kimia Farmasi, Edisi 2". Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

Ditjen POM. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.

Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia: Jakarta.

Donald Cairns. 2008. “Intisari kimia farmasi edisi 2”. Jakarta; EGC

Joan Tjay Yan dan Kirana Rahardja. 2015. “Obat-Obat Penting Khasiat,
Penggunaan Dan Efek - Efek Samping Edisi Ke Tujuh” . PT Elex Media
Komputindo kelompok kompas-gramedia; Jakarta.

Siswandono, 2016. “Kimia Medisinal 1 edisi 2”. Surabaya; Airlangga University


Press.

Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas


Sriwijaya. 2009. “Kumpulan Kuliah Farmakologi Edisi 2”. Jakarta;
EGC.

Sudarma I Made & Mulyanto, 2008. “Studi Sintesis Analog Sulfanilamid dari
Senyawa Bahan Alam Alkaloid Papaverine”. Universitas Mataram Jurnal
ILMU DASAR, Vol. 9 No. 2.

TPH Simorangkir, Iis Yuliani, Adhitami Kurnia Wulan Dewi. 2020.


“Pengembangan Metode Hijau untuk Analisis Sulfametoksazol dan
Trimetoprim Pada Produk Sultrim di Lembaga Farmasi Puskesad,
Bandung”. Universitas Brawijaya; Malang.
LAMPIRAN

A. Skema Kerja

1. Reaksi Korek Api

2.
Obat
cotrimoxazole

+ HCLencer

Masukkan sampel dan celupkan korek api kedalam cawan


porselin

Warnajingga, asam sulfanilat


hilang

3. Cuprifil

4.
Obat
cotrimoxazole

+ NaOH
+ HCL
+ CuSO4

Warna biru muda agak hijau,


elkosin

5. Bromat Picoof
6.
Obat
cotrimoxazole

+ H2SO4
+ KBrO3 jenuh

Warna coklat cacao, SD


(sulfadimidin)

7. Reaksi Parri

8.
Obat
cotrimoxazole

+ Alkohol
+ Pereaksi parri
+ NH4OH 1 tetes

Warna biru tua, SA (sulfadiasin)

9. Reaksi dengan CuSO4

10.
Obat
cotrimoxazole
Larutkan dengan air panas, lalu
homogenkan

+ larutkandengan CuSO4

Warnahijau (elkosin, globucid, lucocil dan


sulfatiazol)

B. Perhitungan
C. Foto Pengamatan

1. Alat dan Bahan

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket: Ket:
Disiapkan alat yang akan Disiapkan bahan yang akan
digunakan digunakan

2. Reaksi Korek Api

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket: Ket:
Digerus obat cotrimoxazole Masukkan obat cotrimoxazole
kedalam lumpang yang sudah digerus kedalam cawan
porselin dan larutkan dengan air panas
LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS
FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket: Ket:
Ditambahkan HCL encer Dicelupkan batang korek api akan
timbul warna jingga, asam sulfanilat
hilang.

3. Cuprifil

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket: Ket:
Digerus obat cotrimoxazole Dilarutkan dalam NaOH
kedalam lumpang. Dimasukkan sampel
kedalam tabung reaksi
LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS
FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket: Ket:
Dinetralkan..dengan..HCL..dan..t Menghasilkan elkosin berwarna
amba-hkan CuSO4 biru muda agak hijau, mengandung
cuprifil

4. Bromat Picoof

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS FARMASI


FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI UNIVERSITAS MEGAREZKY
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
MAKASSAR
Ket: Ket:
Digerus obat cotrimoxazole Ditambahkan H2SO4
kedalam lumpang. Dimasukkan sampel
kedalam tabung reaksi

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket: Ket:
Ditambahkan KBrO3 jenuh. Menghasilkan..SD..
(sulfadimidin)..ber- warna coklat
cacao, mengandung bromat picoof.

5. Reaksi Parri

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket: Ket:
Digerus obat cotrimoxazole Dilarutkan dalama lkohol 1 %
kedalam lumpang. Dimasukkan sampel
kedalam tabung reaksi.

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket: Ket:
Ditambahkan..pereaksi..parri..dan.. Menghasilkan..SA..
NH4OH 1 tetes (sulfadiasin)..ber-warna biru tua,
mengandung reaksi parri
6. Reaksi dengan CuSO4

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR

Ket: Ket:
Digerus obat cotrimoxazole Dilarutkan dengan air panas,
kedalam lumpang. Dimasukkan sampel kemudian dihomogenkan.
kedalam tabung reaksi

LABORATORIUM ANALISIS LABORATORIUM ANALISIS


FARMASI FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR MAKASSAR
Ket: Ket:
Dilarutkan dengan CuSO4 Menghasilkan..warna..hijau,..men
gand-
ung..elkosin,..globucid,..lucocil,..dan
sulfatiazol.

D. Foto Zoom

Anda mungkin juga menyukai