Anda di halaman 1dari 41

Kelompok :

1. Dede mahpudin
2. Gina Masturah V
3. Rusinih
Tugas Analisis Farmasi

1. Tentang Obat Sulfa tapa saja ?

1.1 Sulfonamida

Sulfonamida atau sulfa adalah golongan antibiotik yang digunakan untuk


mengatasi infeksi bakteri. Sulfa bisa digunakan untuk menangani berbagai penyakit
akibat infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih, bronkitis, meningitis bakterial,
pneumonia, serta infeksi mata atau telinga.

Sulfonamida bekerja dengan cara mengganggu pembentukan asam folat pada


bakteri. Asam folat merupakan nutrisi yang dibutuhkan bakteri untuk membentuk
asam nukleat, DNA, dan RNA, agar bakteri dapat berkembang biak. Jika proses
pembentukan asam folat terganggu, bakteri tidak bisa berkembang biak.

Struktur Kimia :

Sulfonamida adalah kemoterapeutik dalam resep. Biasanya sulfa dikombinasi


dengan Na-bicarbonat atau Natrium nitrat untuk mendapatkan suasana alkalis, karena
jika tidak dalam suasana alkalis maka sulfa-2 akan menghablur dalam saluran air
kencing, hal ini akan menimbulkan iritasi yang cukup mengerikan. Tapi tidak semua
sulfa dikombinasi dengan Natrium bikarbonat atau Natrium sitras, misalnya : Trisulfa
dan Elkosin, hal ini karena pH-nya sudah alkalis, maka Kristal urea dapat dihindari.

Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para
Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :

H2N – C6H4 – COOH

Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya, toksisitasnya,
dll. Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup sulfonamide
(NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi grup p-amino menghasilkan hilangnya aktifitas
anti bakterial, namun turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan
yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif
dan sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah untuk
melepaskan komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan misalnya pada saat
sebelum dan sesudah bedah perut.

1.2 Sulfonilurea

Struktur :

Sulfonilurea adalah turunan sulfanilamid tetapi tidak mempunyai aktivitas


antibakteri. Golongan ini bekerja merangsang sekresi insulin di pankreas sehingga
hanya efektif bila sel - pankreas masih dapat berproduksi. Golongan sulfonilurea
dibagi 2, yaitu generasi I (asetoheksaid, klorpropamid, tolazamid, tolbutaid) dan
generasi II (glipizid, gliburid, glimepirid). Indikasi : diabetes mellitus tipe II.

Sulfonilurea memiliki mekanisme kerja dengan meningkatkan sekresi insulin,


meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin, dan menurunkan sekresi
glukagon. Indikasi penggunaan sulfonilurea adalah untuk terapi DM tipe 2.
Sedangkan kontraindikasinya adalah pada pasien menyusui, ketoasidosis (kondisi
yang terjadi ketika tubuh tidak mampu menggunakan glukosa sebagai sumber energi
akibat kurangnya kadar insulin), dan gangguan ginjal. Sulfonilurea memiliki efek
samping hipogilkemi (anjloknya kadar gula darah menjadi di bawah normal),
gangguan pencernaan, mual, dan anemia.

Ada 3 jenis sulfonil urea, yaitu :

1. Sulfonilurea short acting, contohnya adalah tolbutamin. Jenis short acting memiliki
sifat absorpsinya (penyerapan) cepat dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek
sampingnya bisa menyebabkan hipoglikemi dan terjadinya rash (kemerahan) di kulit
serta gangguan pencernaan.

2. Sulfonilurea intermediate acting, contohnya :

o Acetoheksamid : memiliki sifat absorpsinya cepat dan berefek


diuretik lemah (tidak terlalu berefek memperbanyak
pengeluaran urin).
o Tolazamid : absorpsinya lambat
o Gliburid : absorpsinya cepat, berefek diuretik lemah, dan
menghambat produksi glukosa di hepar (hati)
o Glipizid : absorpsi cepat dan dapat dihambat oleh makanan
3. Sulfonilurea long acting : Klorpropamide dan glibenklamid
1.3 Thiazid

 Struktur :

Diuretik merupakan obat-obatan yang dapat meningkatkan laju aliran urin.


Golongan obat ini menghambat penyerapan ion natrium pada bagianbagian tertentu
dari ginjal. Oleh karena itu, terdapat perbedaan tekanan osmotik yang menyebabkan
air ikut tertarik, sehingga produksi urin semakin bertambah. Terdapat golongan-
golongan dari diuretik yang memiliki efektivitas yang bervariasi, mulai dari golongan
diuretik hemat kalium yang hanya mengekskresikan 2% ion natrium sampai golongan
diuretik loop yang dapat mengekskresikan sampai 20% ion natrium. Selain
mempengaruhi ekskresi (pembuangan) ion natrium, diuretik juga mempengaruhi
kemampuan ginjal mengatasi ionion lain seperti kalium, hidrogen, kalsium,
magnesium, klor, bikarbonat, fosfat, dan asam urat. Diuretik juga mempengaruhi
secara tidak langsung sirkulasi darah.

 Fungsi

Fungsi dari diuretik secara umum sesuai dengan definisi yaitu meningkatkan laju
aliran urin yang selanjutnya meningkatkan produksi urin. Akantetapi, fungsi secara
khusus bergantung pada masingmasing golongan dari diuretik. Terdapat 5 golongan
diuretik

1. diuretik tiazid;

2. diuretik loop;

3. diuretik hemat kalium;


4. penghambat karbonik anhidrase;

5. diuretik osmotik.

2. Contoh-contohnya

1. Sulfonamide

Contoh-contoh sulfonamida antara lain:

1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil] (-asetamida);

2. Sulfadiazin

3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-pirimidinil)benzenesulfonamida)

4. Sulfadimidin (=sulfametazin: 4-amino-N-(4,6-dimetil-2


pirimidinil)benzenesulfonamida);

5. Sulfaguanidin (4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);

6. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);

7. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);

8. sulfatiazol (4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamida); dan sebagainya.

2. Sulfonilurea

1. Klorpropamide

2. Glibenklamid

3. Tolbutamid

4. Tolazamid

5. Glimepiridin
6. Glibenklamid

7. Glipizid

8. Gliklazid

3. Tiazid

1. Klorotiazid

2. Hidroklorotiazid

3. Hidroflumetiazid

4. Politiazid

5. Benztiazid

6. Siklotiazid

7. Klortalidon

8. Kuinetazon

9. Indepamid.

 Untuk Reaksi- Reaksinya

1. Sulfonilamid
 Reaksi Umum Penentuan Sulfonamida :

1. Pemeriksaan pendahuluan/ penggolongan

a. Reaksi elementor terhadap unsur C, N, S : positif

b. Reaksi terhadap gugus-gugus amin :


Reaksi Diazotasi, reaksi dengan p-DAB HCL (Erlich), reaksi korek/api dan
reaksi idophenol. Positif untuk amin-amin yang tidak terblokir/amin bebas,
amin yang terblokir akn negative misalnya ftalazol.

c. Reaksi terhadap gugus sulfon :

Sulfonamida akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan :

Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya
endapan BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif
untuk amin-amin bebas.

d. Reaksi furfural : terhadap gugus amin bebas

1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat
memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu.

Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol,


septazin.

e. Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti

Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4
ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas
nyala api kecil : kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih).

Kecuali :

Sulfamerazin Na : merah tua

Sulfamezathin Na : merah tua

Irgamid : hijau tua – hitam dengan tepi merah


f. Reaksi Korek Api

Zat + HCL encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, Sulfonamida akan
positif, terjadi warna jingga sampai jingga kuning dari amin aromatis. Selain
sulfa yang positif untuk reaksi ini adalah floroglucine, asam sulfa nitrat dan
resorcine.

Asam sulfanilat : kuning

g. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer

Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol
dan α-naftol : merah ungu.

Cratisin : kekeruhan jingga kuning

Negative : sulfasuksidin, seotazin, thalazol

Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga, penambahan β-


naftol dalam NaOH menimbulkan warna merah-ungu. Bila digunakan α-naftol
terjadi warna merah darah. Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif.
Setelah dihidrolisa baru memberikan hasil positif.

h. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic

Sulfonamida akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis


primer pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya
positif dengan reaksi ini.

Pereaksi : p-DAB HCL : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml Zat + pereaksi 1-2 tetes
diatas plat tetes : warna yang timbul adalah warna kuning jingga.

Kuning sitrun : Sulfametazin, Sulfadiazine, Sulfamorazin, Gratisin

Kuning : Elkosin

Kuning Tua : Thalazol, Sulfanilamide


Jingga : Sulfaguanidin

i. Reaksi dengan CuSO4

Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang
hetrosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna.

Hijau : Elkosin, Globucid, Lucocil, Sulfapyridin.

Ungu : Sulfadiazin, Sulfasuksidin, Sulfatiazol

Putih : Irgafon, Sulfanilamid

j. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas )

Caranya :

Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu
segera + 2 tetes NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar,
amati warna yang terjadi.

- Albuoid : Hijau (hijau tua)

- Elkosin : Coklat

- Gantrisin : Merah coklat

- Irgafon : Hijau

- Lucosil : Coklat merah

- Sulfapyridin : Coklat

- Sulfa thiazol : Kuning jingga

- Sulfadiazin : Merah rose

- Sulfaquanidin : Kuning

- Sulfamorazin : Merah rose

- Sulfamotatin : Merah rose


- Sulfanolamid : Biru (ungu)

- Sulfasuksidin : Kuning lemah

- Thazalol : tidak berwarna

k. Reaksi Roux, amati perubahan warna

Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml

aquadest 100 ml

NaOH 2 ml

KMnO4,.

Cara melakukan reaksi:

Na Nitropusid dilarutkan dalam air lalu +kan NaOH kemudian + KMnO4,


terjadi endapan banyak. Saring ke dalam botol berwarna coklat,sebaiknya
dibuat r.p. karena mudah terurai dalam penyimpanan.

Cara melakukan reaksi :

Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu tambah satu tetes pereaksi lalu diaduk
dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan warna yang terjadi.

- Albuoid : Coklat hijau-hijau

- Sulfapyridin : Ungu

- Elkosin : Ungu coklat-ungu

- Sulfasuksidin : Hijau kuning

- Sulfadiazin : Ungu- hijau biru

- Sulfathiazol : Hijau kuning

- Sulfaquanidin : ungu-coklat

- Sulfatiooreum : Merah biru


- Sulfamezatinus : Ungu- hijau tua

- Irgafen : Hijau Kuning

- Lucosil : Hijau kuning hijau

- Thazalol : (-0)

l. Reaksi dengan KBrO3

Tablet harus diisolasi terlbih dahulu.

Pelaksanaannya :

Dalam tabung reaks kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes K-Bromat jenuh amati
perubahan wana yang terjadi.

- Sulfa yang memberikan warna kuning

- Sulfa yang memberikan warna ungu-biru, rose merah

- Asam Sulfanilat : Ungu coklat

- Cratisin : Coklat

- Marfanil : Keruh putih kuning

- Medison : Coklat-ungu-coklat

- Ftalazol : Tidak berwarna

- Sulfadiazine : Kuning jingga coklat merah

- Sulfanilamide : Ungu merah

- Sulfasukdidin : Ungu coklat, endapan

- Thidicur : Kuning coklat jingga


 Pirolisa

Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna dari
residu :

- Sulfadiazine : Merah

- Sulfaguanidin : Ungu

- Sulfanilamid : Violet

- Sulfatiazol : Coklat merah

Atau akan membebaskan H2S :

- Elkosin

- Septazin

- Soluseptazin

- Sulfamerazin

- Sulfasuksidin

- Ultraseptyl

- Sulfatiazol

- Na-Sulfamezatin

- Na-Sulfamerazin

- Na-Sulfathiazol

- Na-Irgafen

- Sulfamozatin

- Na-Irgamid
Yang membebaskan H2S adalah garam Na nya :

Atau melepaskan NH3 :

- Sulfaguanidin

- Sulfanilamide

- Sulfathiazole

Atau gas SO2:

- Lucosil

- Sulfapyridin

n. Sublimasi

Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,


Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).

 Reaksi Kristal

 Rekristalisasi aseton – air

Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air. Larutan
diteteskan pada glass objek.

 Reaksi Kristal

Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa lama,
lihat dibawah mikroskop.

Bouchardat, Fe kompleks, Bi kompleks dan Cu Kompleks. Pembentukan reaksi


kompleks terjadi setelah pemanasan dan ada yang tanpa pemanasan telah terbentuk,
misal Sulfasetamida, Asam pikrat, asam pikrolon ( jangan terlalu asam ), Asam
silikowalframat ( silikowalframat 2 % dalam HCl 4N ),

 Reaksi Eder
(1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air 10 %

 Reaksi Romyn dan Leveizer

Reagen berisi 10 g Cu asetat dalam NaOH 25 % hingga 100 ml, atau 1 g Cu asetat
dalam NaOH hingga 100 ml. Reaksi ini juga dapat memberikan bermacam-macam
warna dan positif untuk sulfa, barbital dan asam organik.

 Rowin : zat +CuAc kristal + amin, digoraskan batang kaca. Aminnya methylamin,
dan ethylamin.

2. Reaksi pendahuluan dan reaksi warna


a. Zat murni, dilelehkan dalam tabung reaksi akan terjadi perubahan warna dan
keluar gas H2S, NH3 dan CO2.
b. Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,
Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).
c. Tes Weber ( K4Fe(CN)6 10 % + Na Nitroprusid 10 % + NaOH 10 % campur
sama banyak ), perhatikan perubahan warna

2. Sulfonilurea

1. Reaksi elementor terhadap unsur C, N, S : positif

2. Reaksi terhadap gugus sulfon :

Sulfonilurea akan positif bila terjadi reaksi dengan penambahan :

Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya
endapan BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif untuk
amin-amin bebas.

3. Reaksi furfural : terhadap gugus amin bebas

1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat
memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu.
Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol, septazin.

4.Reaksi Vanilin : Huckhal dan Turftiti

Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4
ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas nyala api
kecil : kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih).

Kecuali :

Sulfamerazin Na : merah tua


Sulfamezathin Na : merah tua
Irgamid : hijau tua – hitam dengan tepi merah

5. Reaksi Diazo : untuk amin aromatik primer

Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol dan α-
naftol : merah ungu.

Cratisin : kekeruhan jingga kuning

Negative : sulfasuksidin, seotazin, thalazol

Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga, penambahan β-naftol dalam
NaOH menimbulkan warna merah-ungu. Bila digunakan α-naftol terjadi warna merah
darah. Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif. Setelah dihidrolisa baru
memberikan hasil positif.

6. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic

Sulfonamida akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer
pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan
reaksi ini.

Pereaksi : p-DAB HCL : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml Zat + pereaksi


1-2 tetes diatas plat tetes : warna yang timbul adalah warna kuning jingga.
Kuning sitrun : Sulfametazin, Sulfadiazine, Sulfamorazin, Gratisin
Kuning : Elkosin
Kuning Tua : Thalazol, Sulfanilamide
Jingga : Sulfaguanidin

7. Reaksi dengan CuSO4

Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang
hetrosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna.

Hijau : Elkosin, Globucid, Lucocil, Sulfapyridin.


Ungu : Sulfadiazin, Sulfasuksidin, Sulfatiazol
Putih : Irgafon, Sulfanilamid

8. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas )

Caranya :

Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera + 2
tetes NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar, amati warna yang
terjadi.

- Albuoid : Hijau (hijau tua)


- Elkosin : Coklat
- Gantrisin : Merah coklat
- Irgafon : Hijau
- Lucosil : Coklat merah
- Sulfapyridin : Coklat
- Sulfa thiazol : Kuning jingga
- Sulfadiazin : Merah rose
- Sulfaquanidin : Kuning
- Sulfamorazin : Merah rose
- Sulfamotatin : Merah rose
- Sulfanolamid : Biru (ungu)
- Sulfasuksidin : Kuning lemah
- Thazalol : tidak berwarna

9. Reaksi Roux, amati perubahan warna

Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml
aquadest 100 ml
NaOH 2 ml
KMnO4,

Cara melakukan reaksi:

Na Nitropusid dilarutkan dalam air lalu +kan NaOH kemudian + KMnO4,


terjadi endapan banyak. Saring ke dalam botol berwarna coklat,sebaiknya
dibuat r.p. karena mudah terurai dalam penyimpanan.
Cara melakukan reaksi :
Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu tambah satu tetes pereaksi lalu
diaduk dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan warna yang terjadi.
- Albuoid : Coklat hijau-hijau
- Sulfapyridin : Ungu
- Elkosin : Ungu coklat-ungu
- Sulfasuksidin : Hijau kuning
- Sulfadiazin : Ungu- hijau biru
- Sulfathiazol : Hijau kuning
- Sulfaquanidin : ungu-coklat
- Sulfatiooreum : Merah biru
- Sulfamezatinus : Ungu- hijau tua
- Irgafen : Hijau Kuning
- Lucosil : Hijau kuning hijau
- Thazalol : (-0)

10. Reaksi dengan KBrO3

Tablet harus diisolasi terlbih dahulu.


Pelaksanaannya :
Dalam tabung reaks kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes K-Bromat jenuh
amati perubahan wana yang terjadi.
- Sulfa yang memberikan warna kuning
- Sulfa yang memberikan warna ungu-biru, rose merah
- Asam Sulfanilat : Ungu coklat
- Cratisin : Coklat
- Marfanil : Keruh putih kuning
- Medison : Coklat-ungu-coklat
- Ftalazol : Tidak berwarna
- Sulfadiazine : Kuning jingga coklat merah
- Sulfanilamide : Ungu merah
- Sulfasukdidin : Ungu coklat, endapan
- Thidicur : Kuning coklat jingga

11. Pirolisa

Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul
warna dari residu :
- Sulfadiazine : Merah
- Sulfaguanidin : Ungu
- Sulfanilamid : Violet
- Sulfatiazol : Coklat merah

Atau akan membebaskan H2S :


- Elkosin
- Septazin
- Soluseptazin
- Sulfamerazin
- Sulfasuksidin
- Ultraseptyl
- Sulfatiazol
- Na-Sulfamezatin
- Na-Sulfamerazin
- Na-Sulfathiazol
- Na-Irgafen
- Sulfamozatin
- Na-Irgamid
Yang membebaskan H2S adalah garam Na nya :
Atau melepaskan NH3 :
- Sulfaguanidin
- Sulfanilamide
- Sulfathiazole
Atau gas SO2:
- Lucosil
- Sulfapyridin

12. Sublimasi

Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,


Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).

 Reaksi Kristal
a. Rekristalisasi aseton – air
Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air.
Larutan diteteskan pada glass objek.

 Reaksi Kristal
Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa
lama, lihat dibawah mikroskop.
Bouchardat, Fe kompleks, Bi kompleks dan Cu Kompleks. Pembentukan
reaksi kompleks terjadi setelah pemanasan dan ada yang tanpa pemanasan
telah terbentuk, misal Sulfasetamida, Asam pikrat, asam pikrolon ( jangan
terlalu asam ), Asam silikowalframat ( silikowalframat 2 % dalam HCl 4N ),
 Reaksi Eder
( 1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air
10 %

 Reaksi Romyn dan Leveizer


Reagen berisi 10 g Cu asetat dalam NaOH 25 % hingga 100 ml, atau 1 g Cu
asetat dalam NaOH hingga 100 ml. Reaksi ini juga dapat memberikan
bermacam-macam warna dan positif untuk sulfa, barbital dan asam organik.
 Rowin : zat +CuAc kristal + amin, digoraskan batang kaca. Aminnya methylamin,
dan ethylamin.
3. Reaksi pendahuluan dan reaksi warna
Zat murni, dilelehkan dalam tabung reaksi akan terjadi perubahan warna dan
keluar gas H2S, NH3 dan CO2.
Sublimasi, hanya beberapa sulfa yang positif (Sulfadiazin, Sulfamerazin,
Sulfamezatin, Thalazol, Elkosin).
Tes Weber ( K4Fe(CN) 6 10 % + Na Nitroprusid 10 % + NaOH 10 % campur
sama banyak ), perhatikan perubahan warna

3. Sulfothiazid

 Identifikasi senyawa :

 Reaksi golongan :
1. Sifat khas senyawa nitrogen
Nitrogen terdapat dalam bentuk nitrat dan nitrit sebagai senyawa nitro dalam
ikatan dengan senyawa karbon sebagai amin primer,sekunder,atau tersier yang
bersifat basa sebagi ammonium kuanterner golongan amin aromatik,asam
amida netral,garam ion zwitter seperti asam amino dan dalam bentuk lain.

 Pemeriksaan nitrat
Semua nitrat larut dalam air dengan menambahkan FeSO4 dan H2SO4 pekat
terbentuk cincin berwarna coklat.

 Pemeriksaan senyawa nitro aromatik


Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 3 ml etanol.sesudah pemberian 3 ml
HCI encer, 4ml air dan 200 mg Zn campuran di penanganan air selama 10
menit. Lalu 2 ml filtratnya direaksikan dengan 2 tetes pereaksi Diazo I.
selanjutnya larutan dituangkan ke dalam 2 ml pereaksi Diazo II terbentuk
warna jingga atau endapan, misalnya pada niklosamida,nitrazepam,dan
kloramfenikol.
Pereaksi Diazo I : 10 g NaNO2 dalam 100 ml air suling.
Pereaksi DiazoII: 0,25 g 2-naftol dalam 100ml 3N NaOH

 Pemeriksaan senyawa basa amin


Dengan pereaksi Mayer senyawa basa amin membentuk endapan kekuning-
kuningan.caranya kedalam larutan zat yang jernih yang bersifat asam lemah
akibat penambahan asam sulfat ditambahkan beberapa tetes pereaksi.Reaksi
tidak sama untuk semua senyawa basa amin.
Morfin dan efedrin hanya memberikan sedikit endapan atau sama sekali tidak.
Pereaksi Mayer :1,35 g HgCI2 dalam 100 ml larutan KJ 5%

 Pemeriksaan amin alfatik primer (reaksi Senfol)


Larutan amin dalam etanol dituangi karbondisulfida sama banyak,dipanaskan
sampai karbondisulfida yang berlebih menguap.Pada sisa larutan ditambahkan
beberapa tetes larutan raksa (II)klorida 5% tercium bau khas “mustard” jika
ada amin alfatik primer.
 Pereaksi amin aromtik primer (reaksi Diazo)
Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 1 ml 3N HCL larutan direaksikan
dengan 2 tetes pereaksi Diazo I kemudian dituangkan kedalam 2 ml pereaksi
Diazo II terbentuk warna merah jingga atau endapan. Reaksi positif untuk
benzokain,etrakridin, PAS, prokain dan sulfonamide.

 Pemeriksaan amin sekunder


Zat dilarutkan dalam 2 ml 3N HCI didinginkan pada 5 ,kemudian direaksikan
dengan 2 ml larutan NaNO2, 1% lima menit kemudian larutan diencerkan
dengan 5 ml air dan dikocok dua kali, setiap kali dengan 5 ml eter. Larutan
eter dicuci dan akhirnya diluapkan sampai kering.kepada sisa penguapan
ditambahkan 50mg fenol,dipanaskan sebentar,didinginkan dan direaksikan
dengan 1 ml H2SO4 : terbentuk warna biru-hijau pekat yang bila hasil reaksi
dituangkan ke dalam air berubah menjadi merah. Jika dibasakan, warna hijau-
biru semula timbul lagi (percobaan nitrosamin dan lieabermann).

 Pemeriksaan amin ailfatik primer dan amin aromatik (reaksi isonitril)


Sedikit zat dilarutkan dalam etanol,direaksikan dengan beberapa tetes
kloroform dan basa alkali dalam etanol,kemudian dipanaskan dengan api
kecil.tercium bau khas isonitril.
 Pemeriksaan asam amino (reaksi Ninhidrin)
Ke dalam 1 ml larutan zat yang netral ditambahkan 2 tetes larutan ninhidrin
1% dalam air, kemudian dipanaskan sampai mendidih.terbentuk warna
kemerah-merahan,ungu,atau biru reaksi positif antar lain untuk
efedrin( merah) tolbutamida (ungu) oksendrin(merah-coklat sampai
ungu),asam askorbat(merah tua).

 Pemeriksaan golongan guanidin ( reaksi sakaguchi)


Kedalam larutan 1 mg zat dalam 5 ml air ditambahkan 1 ml larutan NaOH
10% dan 1 ml larutan 1-naftol 0,05% dalam etanol.campuran didinginkan
pada _+ 15 C lalu ditambahkan 3 tetes larutan natrium hipobromit (2g Na OH
dalam 7,5 ml air +0,5 ml brom, ditambahkan air sampai 10 ml) terbentuk
warna merah-ungu(streptomisin).
 Pemeriksaan turunan piridin
Pada pemanasan 100 mg zat dengan 100 mg natrium karbonat kering tercium
bau pridin hal ini terjadi pada sebagian besar turunan piridin.

Sejumlah 5 mg zat dicampur atau digerus dengan 10 mg 1 klor-2,4-


dintrobenzol lalu dilumerkan sebentar.Lumeran yang sudah dingin dilarutkan
dalam 2 ml 0,5N K OH –etanol.terbentuk warna tua (nikotilnamida).

 Pemeriksaan senyawa pereduksi


 Reaksi Fehling
Ke dalam 1 ml campuran pereaksi Fehling II sama banyak ditambahkan 20
mg zat lalu dipanaskan 30 menit di penagas air.bila reduksi terbentuk endapan
tembaga (I)oksida berwarna merah bata.
Positif pada suhu kamar : asam askorbat.
Positif pada pemanasan : isoniazida ,gula pereduksi,hidrokortisin,sorbitol
yang sebelumnya dioksidasikan dengan KMNO4, sakarosa setelah dihidrolisis
dengan asam.
Pereaksi Fehling I : larutan CuSO4,5H2 O 7%.
Pereaksi Fehling II: 35 g Kna-tartrat+ 10 g NaOH+air sampai 100 ml.

 Percobaan kalium permangat


Dalam larutan netral atau asam
Ke dalam larutan zat dalam air (bila perlu dalam aseton atau asam asetat)
ditambahkan larutan KMnO 4 0,1% dalam air atau dalam aseton.warna
semula yang hilang pada suhu kamar kemudiaan berubah menjadi coklat
terjadi pada asam askorbat,isoniazida,olefin.
Pada pemanasaan warna semula (warna KMnO4 )hilang ; terjadi pada asam
sitrat,asam tartrat,asam oksalat,asam mandelat,asam salisilat( juga asam
benzoat),gula pereduksi (sakarosa setelah dihidrolisa oleh asam),sorbitol.
Apabila ada basa,percobaan harus dilakukan dalam suasana asam sulfat.

 Dalam larutan basa (percobaan bayer terhadap ikatan tak jenuh olefin)
Tata kerja seperti pada butir a tetapi reaksi dilakukan setelah kedalam zat asal
ditambahkan natrium karbonat.perlu pemeriksaan blanko (misalnya
amitriptilin).

 Reaksi adisi dengan brom


Sejumlah 50 mg zat dilarutkan dalam 2 ml asam asetat,lalu ditambahkan tetes
demi tetes air brom (1,0 g Br2 atau 0,3 ml Br2/100 ml asam asetat).apabila
ada ikatan tak jenuh,warna brom hilang.senyawa aromatik,seperti asam
salisilat,mengganggu,karna terjadi subsitusi.

2. Pemeriksaan asam organik


Sejumlah 100 mg zat dipanaskan dengan 6 tetes tioniklorida di penangas air
sampai terbentuk gas yang baunya menusuk yang kemudian hilang,atau
sampai ada sisa kering.kepadanya ditambahkan 1 ml larutan hidroksilamin
HCl 7% dalam metanol yang mengandung timolftalein 0,02% kemudian
campuran direaksikan dengan 2N K OH dalam metanol sampai terbentuk
warna
biru.akhirnya ditambahkan 5 tetes basa (berlebih). Campuran didihkan
sebentar didinginkan,lalu direaksikan dengan 3 N HCI sampai warna biru
hilang.setelah ditambahkan beberapa tetes larutan besi(III) klorida 10% dan
HCI berlebih,terbentuk warna merah (kompleks besi-hidroksamat).
3. Pemeriksaan ester (reaksi asam hidroksamat)
Sejumlah 50-100 mg zat direaksikan dengan 1 ml larutan
hidroksilaminklorida 7% dalam metanol.kemudian dilakukan cara serupa
seperti pada pemeriksaan asam organik di atas.asam amida dan asam
anhidrida memberikan reaksi yang sama

4. Pemeriksaan aldehida (reaksi schiff)


Zat dilarutkan atau diusapkan dalam air,diasamkan dengan 3N HCI sampai
pH mencapai kurang dari 3, lalu ditambahkan pereaksi schiff yang tak
berwarna dengan volume sama banyak,setelah beberapa waktu terbentuk
warna merah sampai ungu.reaksi blanko terhadap pereaksi perlu dilakukan.
Pereaksi schiff : 100mg rosanilinklorida dilarutkan dalam 50 ml air dengan
cara dipanaskan. Setelah ditambahkan 1,25g natrium sulfit dan 20 ml 6N HCI,
diencerkan sampai 100 ml jika setelah didiamkan selama 12 jam warna belum
hilang,larutan dikocok dengan 0,5 g karbon,lalu disaring pereaksi tahan
selama 4 minggu.

5. Pemeriksaan hasil uraian formaldehida (reaksi asam kromotropat)


Pemeriksaan hasil urai formaldehida dilakukan dengan menambahkan 10 mg
zat ke dalam beberapa menit dengan hati-hati.terbentuk warna biru sampai
ungu.

Natrium noramidopirin metan sulfonat, metamizol, karbokromen,


hodroklorotiazida dan asam etakrinat : ungu

indometasin : merah-ungu

Fenoksi metil penisilin : biru

Triheksifenidil : merah-coklat

Etakridin laktat : merah

Reaksi diganggu oleh zat yang mengarang.


6. Pemeriksaan gugus aktif metilen (-CH2-CO-)
Ke dalam larutan zat dalam etanol ditambahkan beberapa butir kristal 1,3
dinitrobenzol dan beberapa tetes larutan basa akial 15%.terbentuk warna
merah,misalnya pada diazepam,hidromorfin,hidrokodon,oksikodo

7. Reaksi iodoform
Sejumlah 10 mg zat dipanaskan 2 ml 3N NaOH dan beberapa tetes air iodium
(1,0g I2,20 g KI,100 ml H2O). Bau iodium tercium jika ada
aseton,etanol,isopropanol,asam laktat atau benzoakain (turunan etilster),dan
warfarin.

8. .Reaksi besi(III) klorida


Sejumlah 5 mg zat dilarutkan dalam 1 ml air dinetralkan dengan NaHCO3
atau HCI, lalu direaksikan dengan 2 tetes larutan FeCI3 1% yang dibuat segar.
Warna merah sampai ungu terbentuk jika ada asam hidroksi
aromatik,fenol,enol,pirazolon,atau fenotiazin ,misalnya pada zat berikut ini :
Asam asetilsalisilat: warna ungu baru terbentuk setelah campuran dimasak
sebentar dan kemudian didinginkan.
Asam askorbat :pada pH 8 Aminofenazon,fenazon Asam p-
aminosalisila Klorpromazin,prometazin Asam mefenamat
Morfin : warna kebiru-biruan
Nipagin : warna ungu baru terbentuk setelah campuran dimasak
sebentar dan kemudian didinginkan
Metamizol : biru-ungu lemah
Piridoksin
Tetrasiklin
Rutodisa: warna hijau yang dengan NaOH berubah menjadi merah-
coklat

9. Reaksi Millon
Larutan zat dan pereaksi Millon dalam jumlah sama banyak dipanaskan
bersama-sama warna merah terbentuk pada fenol,misalnya pada
nipagin,simpatomimetika.pada metamizol sepintas lalu berwarna biru.
Pereaksi Millon : sejumlah 10 g air raksa dilarutkan dengan pendingin
dalam 10g asam nitrat berasap.larutan tersebut diencerkan dengan 20 g
air dingin,lalu didiamkan.pada metamizol yang terbentuk dipisahkan
dengan cara menungkan larutan (didekantasi).

10. Reaksi gabungan dengan asam sulfanilat terdiazotasi


Sejumlah 10mg zat dilarutkan dalam 1 ml 3N NaOH tambahkan campuran
segar yang terdiri atas larutan asam sulfat dan larutan NaNO2 10% sama
banyak.warna merah terbentuk pada zat yang mudah digabungkan seperti
fenol dan imidazole, misalnya :
Tetrasiklin : merah tua
Piridoksin: kuning-jingga yang menjadi merah dengan asam asetat
Histidin,paracetamol : merah
Teofilin : warna merah-ungu terbentuk setelah campuran dipanaskan
dengan 3 N NaOH.
Reaksi dengan pilokarpin : negatif
Larutan asam sukfanilat : sejumlah 0,5 g asam sulfanilat digerus halus
dilarutkan dalam 70 ml air tanpa pemanasan. Larutan direaksikan
dengan 6,0 ml 6N HCI,kemudiaan ditambahkan air sampai 100 ml

4. Nitrimetri
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada
reaksi pembentukan garam diazonium. Pembentukan warna dari reaksi
pembentukan garam azo antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus amina
atau heteroatom atau heterosiklik.
Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang
mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam
senyawa asam. Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam
diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam
nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam
diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam
nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam.
Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan
kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa
anestesika lokal golongan asam amino benzoat
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium
nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium (Gandjar dan Rohman, 2007).
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa
senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer.
Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer
(aromatik) dengan natrium nitrit dalam suasana asam yang membentuk garam
diazonium dan dikenal sebagai reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana asam
umumnya digunakan asam klorida.
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan
kadar-kadar senyawa antibiotik sulfonamide dan juga senyawa-senyawa
anastetika lokal golongan asam amina benzoate. Metode titrasi diazotasi
disebut juga nitrimetri, yaitu metode penetapan kadar secara kuatitatif dengan
menggunakan larutan baku NaNO2-. Metode ini didasarkan pada reaksi
diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi tercapai apabila
pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas
kanji iodide akan terbentuk warna hijau tosca atau biru (Wunas, 1968).
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk
nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M)
karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Gandjar dan Rohman,
2007).
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :
1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15° C,
walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung
pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada temperatur 5-15° C
digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada
suhu tinggi karena :
• HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
• Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk :
• Mengubah NaNO2 menjadi HNO2
• Pembentukan garam diazonium
3. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna
maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang
kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang
titik akhir menjadi 2 ml/menit.
Karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi
nitrimetri diperlukan sebagai :
1. Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat
mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan
reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol.
2. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai
atau menguap.

3. Prinsip Reaksi Nitrimetri


Prinsip titrasi nitrimetri adalah reaksi diazotasi, yaitu :
1. Pembentukan garam diazonium dari gugus amin aromatik primer (amin
aromatik sekunder dan gugus nitro aromatik). Contoh zat yang memiliki
gugus amin aromatik primer adalah benzokain. Contoh zat yang memiliki
gugus amin aromatis sekunder adalah parasetamol dan fenasetin. Contoh zat
yang memiliki gugus nitroaromatik adalah kloramfenikol.
2. Pembentukan senyawa nitrosamine dari amin alifatik sekunder. Contoh
zat yang mempunyai gugus amin alifatis adalah Na siklamat.
3. Pembentukan senyawa azo dari gugus hidrazida. Contoh zat yang
memiliki gugus hidrazida adalah INH.
4. Pemasukkan gugus nitro yang jarang terjadi karena sulitnya titrasi dengan
menggunakan asam nitrit dalam suasana asam.
Reaksi diazotasi tidak stabil dalam suhu kamar,karena garam diazonium yang
terbentuk mudah terdegradasi membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen.
Sehingga reaksi dilakukan pada suhu dibawah 15°C. Untuk mendapatkan
suhu dibawah 15°C dapat dilakukan dengan merendam erlenmeyer yang
berisi sampel dalam bejana berisi batu es.
 Jenis – jenis Reaksi Nitrimetri
Jenis titrasi diazotasi cukup sederhana untuk dilakukan dan sangat berguna
untuk analisis antibiotik sulfonamide dan anastetik lokal turunan asam
benzoat. Titrasi dilakukan dengan menggunakan natrium nitrit yang
diasamkan, menyebabkan fungsi amin aromatik primer diubah menjadi garam
diazonium, seperti pada reaksi sulfasetamina dengan asam nitrit (Watson,
2010).
 Jenis – jenis reaksi nitrimetri meliputi:
1. Reaksi diazotasi antara sulfanilamide (mengandung gugus amin
aromatis primer) dengan asam nitrit (Gandjar dan Rohman, 2007).
Penjelasan dari reaksi diatas :
a. Ketika campuran asam nitrat dan asam sulfat (bereaksi secara in situ)
direaksikan dengan benzena, dalam perbandingan tertentu ion nitronium
(NO2-) yang merupakan spesies nukleofilik, adalah ion nitrit (NO2-) yang
terdapat pada asam nitrit, dengan bahwa sesama muatan sejenis tidak dapat
bereaksi.
b. Secara in situ, Sn dan HCl akan bereaksi membentuk SnCl2, yang berperan
sebagai reduktor lemah dalam reaksinya dengan nitrobenzena sehingga anilin
akan terbentuk.
c. Secara in situ asam klorida akan bereaksi dengan natrium nitrit (NO2-)
untuk membentuk asam nitrit. Reaksi ini diperlukan karena asam nitrit tidak
dapat dibuat secara langsung karena asam nitrit dengan mudah teroksidasi
menjadi asam nitrat (HNO3-) apabila tidak diisolasi dengan benar. Reaksi 3
inilah yang disebut reaksi diazotasi dengan benzena daiazonium sebagai
produknya.
d. Benzenadiazonium tidak stabil pada suhu panas sehingga reaksi
diazotasidisarankan berlangsung pada suhu rendah (biasanya 0oC).
Penambahan air disertai protonisasi sebagai pemacu reaksi akan mensubtitusi
klorida yang terdapat dalam benzenadiazonium. Klorida memiliki nilai
elektronegativitas yang besar sehingga sebanyak klorida (benzenadiazonium)
tersebut tidak begitu stabil. Dengan adanya pemanasan hidroksi
benzenadiazonium akan terurai dan tertata ulang membentuk fenol.

9. Reaksi diazotasi pada analisis suksinil sulfatiazol (Gandjar dan Rohman,


2007).
Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic yang
terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis
lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk
selanjutnya bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam
membentuk garam diazonium. Senyawa-senyawa yang mempunyai gugus
nitro aromatis seperti kloramfenikol (Gandjar dan Rohman, 2007).

10. Reaksi diazotasi pada analisis kloramfenikol (Gandjar dan Rohman,


2007).
Kloranfenikol yang mempunyai gugus nitro atomatis direduksi terlebih
dahulu dengan Zn/HCl untuk menghasilkan senyawa amin aromatis
primer yang bebas yang selanjutnya bereaksi dengan asam nitrit untuk
membentuk garam diaonium.

 Indikator
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan
indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar dan
Rohman, 2007).
1. Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau
kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi
iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru
segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml
natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan
sebagai berikut:
NaNO2 + HCl  HNO2 + NaCl
KI + HCl  KCl +HI
2 HI + 2 HONO  I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + kanji  kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan yang dititrasi pada
pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga
terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena
oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007):
4 KI + 4 HCl + O2  2H2O + 2 I2 + 4 KCl
I2 + kanji  kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka
pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit (Gandjar dan
Rohman, 2007). Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-KI mempunyai
kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :

Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih
jelas.

Kekurangan :

 Cara kerja tidak praktis


 Terlalu sering menguap menyebabkan adanya kemungkinan zat
terbuang.
 Titrasi harus dilakukan pada suhu dibawah 150 C
 Harus diketahui jumlah volume titran yang dibutuhkan. Bila tidak,
titrasi akan berlangsung sangat lama yang berarti makin banyak
larutan yang dititrasi hilang (karena digoreskan pada pasta kanji iodida
untuk mengetahui titik akhir titrasi).
2. Indikator Dalam
Indikator dalam terdiri atas campuran tropeolin OO dan metilen biru.
Tropoelin OO merupakan indikator asam-basa yang berwarna merah dalam
suasana asam dan berwarna kuning bila dioksidasi oleh adanya kelebihan
asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai pengkontras warna sehingga pada
titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari ungu menjadi biru sampai hijau
tergantung senyawa yang dititrasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pada pemakaian Indikator dalam ini ternyata mempunyai kelebihan yaitu
sebagai berikut :
a. Cara kerja cepat dan praktis.
b. Dapat dilakukan pada suhu kamar.

Pemakaian kedua indikator ini ternyata memiliki kekurangan. Pada indikator


luar harus diketahui dulu perkiraan jumlah titran yang diperlukan, sebab kalau
tidak tahu perkiraan jumlah titran yang dibutuhkan, maka akan sering
melakukan pengujian apakah sudah tercapai titik akhir titrasi atau belum. Di
samping itu, kalau sering melakukan pengujian, dikhawatirkan akan banyak
larutan yang dititrasi (sampel) yang hilang pada saat pengujian titik akhir.
Sementara itu pada pemakaian indikator dalam walaupun perlakuannya
mudah tetapi sering kali untuk senyawa yang berbeda akan memberikan
warna yang berbeda. Untuk mengatasi hal ini, maka akan digunakan metode
pengamatan titik akhir secara potensiometri (Gandjar dan Rohman, 2007).
3. Secara Potensiometri
Metode yang baik untuk penetapan titik akhir nitrimetri adalah metode
potensiometri dengan menggunakan electrode kolomelplatina yang
dicelupkan ke dalam nitrat. Pada saat titik akhir titrasi (adanya kelebihan asam
nitrit), akan terjadi perubahan arus yang sangat tajam sekitar +0,80 Volt
sampai +0,90 Volt. Metode ini sangat cocok untuk sampel dalam bentuk
sediaan sirup berwarna (Gandjar dan Rohman, 2007).
 Aplikasi Analisis Nitrimetri / Diazotasi Dalam Analisis Obat dan Bahan
Obat Beserta Beberapa Contohnya

Dalam farmakope Indonesia Titrasi diazotasi digunakan untuk menetapkan


kadar: benzokain primakuin fosfat dan sediaan tabletnya, prokain HCl,
sulfasetamid, natrium sulfasetamid, sulfametazin, sulfadoksin,
sulfametoksazol, tetrakain, dan tetrakain HCl (Gandjar, 2007).
Tirtasi diazotasi dapat digunakan untuk :
1. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mempunyai gugus amin aromatis
primer bebas seperti selfamilamid.
2. Penetapan kadar senyawa-senyawa yang mana gugus amin aromatic terikat
dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol, ftalil sulfatiazol dan
parasetamol. Pada penetapan kadar senyawa yang mempunyai gugus aromatic
yang terikat dengan gugus lain seperti suksinil sulfatiazol harus dihidrolisis
lebih dahulu sehingga diperoleh gugus amin aromatis bebas untuk selanjutnya
bereaksi dengan natrium nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Reaksi yang terjadi pada analisis suksinil sulfatiazol.

4. Penggunaan suatu zat warna azo sebagai indikator - metil jingga


Senyawa Azo berisi sistem yang sangat terdelokalisasi elektron yang
mengambil di kedua cincin benzena dan atom nitrogen dua menjembatani
cincin. The delokalisasi juga dapat diperluas pada hal-hal yang melekat pada
cincin benzena juga.
Jika cahaya putih jatuh pada salah satu molekul, beberapa panjang
gelombang yang diserap oleh elektron terdelokalisasi. Warna yang Anda lihat
adalah hasil dari panjang gelombang non-diserap. Kelompok-kelompok yang
memberikan kontribusi pada delokalisasi (dan sehingga untuk penyerapan
cahaya) dikenal sebagai sebuah kromofor.
Memodifikasi kelompok hadir dalam molekul dapat memiliki efek
pada cahaya diserap, dan sebagainya pada warna yang Anda lihatAnda dapat
mengambil keuntungan dari hal ini dalam indikator.
Metil oranye adalah zat warna azo yang ada dalam dua bentuk tergantung
pada pH:

Zat Warna Azo


Zat warna azo adalah senyawa yang paling banyak terdapat dalam
limbah tekstil, yaitu sekitar 60 % - 70 %

Senyawa azo memiliki struktur umum R─N═N─R’, dengan R dan R’ adalah


rantai organik yang sama atau berbeda.

Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan struktur azo. Nama
azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen bermula
dari bahasa Yunani a (bukan) + zoe (hidup).
Garam azo berwarna / Nitrimetri : Pembentukan warna dari reaksi
pembentukan garam azo antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus
amina/heteroatom/heterosiklik.

Senyawa azo dapat berupa senyawa aromatik atau alifatik. Senyawa


azo aromatik bersifat stabil dan mempunyai warna menyala. Senyawa azo
alifatik seperti dimetildiazin (Gambar 2) lebih tidak stabil. Dengan kenaikan
suhu atau iradiasi, ikatan nitrogen dan karbon akan pecah secara simultan
melepaskan gas nitrogen dan radikal. Dengan demikian, beberapa senyawa
azo alifatik digunakan sebagai inisiator radikal.

1. Pentiter : NaNO2
2. Pembakuan
pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat.
1. timbang dengan seksama 100 mg asam oksalat.
2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25
mL.
3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL.
4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3)
5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali
sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya.

 Penetapan kadar sample berberntuk larutan:


1. larutkan sample dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda batas.
2. aduk larutan sample sampai larut sempurna.
3. pipet larutan sample dengan pipet ukur/volume pipet sebnyak 25 mL.
4. Tambahkan HCl 4N sebnyak 5 mL.
5. Tambahkan indicator campur Tropeolin oo + metilen blue (5:3)
6. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambahkan KBr 10 mg jika perlu.
7. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N yang akan dibakukan kembali
sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
8. Hitung kadar % zat aktif dalam sample.

 Reaksi
NaNO2 + HCI HNO2 = NaCI
H2O + HCI H3O + CI
HNO2 + H3O + Br N=O + 2H2O
Br
 Pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat.
1. Timbang dengan seksama 100 mg asam oksalat.
2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25
mL.
3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL.
4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3)
5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali
sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya.

 Penetapan kadar sample berberntuk larutan:


1. larutkan sample dalam labu ukur, dengan aquadest sampai tanda batas.
2. aduk larutan sample sampai larut sempurna.
3. pipet larutan sample dengan pipet ukur/volume pipet sebnyak 25 mL.
4. Tambahkan HCl 4N sebnyak 5 mL.
5. Tambahkan indicator campur Tropeolin oo + metilen blue (5:3)
6. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambahkan KBr 10 mg jika perlu.
7. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1 N yang akan dibakukan kembali
sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
8. Hitung kadar % zat aktif dalam sample.

 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk
mendeteksi suatu senyawa, unsur, ataupun zat lainnya dalam suatu larutan
secara visual, baik dalam keadaan kering maupun basah. Parameter dalam
analisis kualitatif adalah endapan, perubahan warna pada larutan, serta warna
endapan yang terbentuk.
Analisis reaksi-reaksi khusus senyawa C, H, O, N merupakan suatu metode
analisis yang digunakan untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa
C, H, O, N yang terdapat dalam sampel obat-obatan. Metode yang digunakan
adalah analisis kualitatif. Dalam metode ini hanya dilakukan penentuan ada
atau tidak adanya zat yang ingin diketahui di dalam sampel yang diteliti,
dimana dalam metode ini lebih mementingkan proses dibandingkan hasil
akhir, oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung
pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Percobaan pertama kami kami melarutkan parasetamol dalam 10 ml air yang
kemudian ditambah 1 tetes FeCl3 sampai warna larutan berubah menjadi biru
violet yang menandakan hasil positif. Parasetamol dicampurkan dengan air
agar parasetamol bisa tercampur atau bisa larut. Besi ( III ) klorida ini akan
mengikat 3 molekul parasetamol dan Fe3+ ini yang menjadi atom pusat. Fe
ini yang akan sebagai akseptor atau penerima elektronnya sedangkan ligannya
yang akan memberikan electron sehingga akan terjadi ikatan kovalen. FeCl3
merupakan senyawa kompleks yang mana senyawa kompleks ini mempunyai
ciri yang khas yaitu umumnya berwarna tapi warna itu tergantung ligannya.

 Analisis Kuantitatif
Reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus
aromatis-bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada pebentukan garam-garam
diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit dengan amin aromatik bebas.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar parasetamol dengan
menggunakan metode nitrimetri. Titran yang digunakan adalah NaNO2 0,1 N
yang kemudian direaksikan dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit
(HNO2). Titrasi dilakukan di bawah suh 15C. Hal ini karena garam
diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol
dan natrium. Pada pecobaan ini, digunakan indikator luar yakni kertas kanji
iodida. Pada kertas kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru
karena iodida diubah menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan
bereaksi dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium, namun tidak
semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan
pada kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida
mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru
segera. Berikut reaksinya :
2HI + 2HNO2 → I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kanji → kanji iod (biru)
Pada percobaan ini, digunakan sampel parasetamol Untuk sampel
paracetamol, paracetamol 125 mg ditambahkan dengan H2SO4 10% sebagai
bahan untuk menghidrolisa gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer.
Kemudian dipanaskan dan ditambahkan HCl encer. Untuk mempercepat
reaksi, ditambahkan KBr lalu ditambahkan air. Setelah itu, dinginkan ingát
suhu di bawah 15C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika
suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Selanjutnya
dtirasi dengan NaNO2 0,1 N. titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru
segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan
adalah 60 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang
dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
ketidaktelitian saat dilakukan nya titrasi (kesalahan Paradoksal), karena titrasi
ini menggunakan indikator luar, sehingga agak sulit untuk mengetahui kapan
titrasi sudah mendekati, maupun sudah mencapai titik akhir. Faktor lain yang
menyebabkan kesalahan dalam analisis parasetamol tsb adalah suhu yang
tidak tepat dan tidak terjaga saat dilakukannya titrasi.
Pembakuan larutan natrium nitrit terhadap asam sulfanilat
Natrium nitrit (sebagai larutan sekunder) sebelum digunakan untuk penentuan
kadar parasetamol, harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan asam
sulfanilat (larutan primer). Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari
15oC, hal ini dilakukan karena asam nitrit yang diperoleh dari reaksi natrium
nitrit dengan asam klorida tidak stabil dan mudah terurai dalam suhu kamar.
Selain itu, garam diazonium yang terbentuk pun tidak stabil. Ketidakstabilan
ini dikarenakan garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi
membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada
suhu dibawah 15 oC.
Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium
bromida.
Indikator yang digunakan adalah jenis indikator dalam, yaitu indikator
tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa
yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila
dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari
ungu menjadi biru sampai hijau. Metilen blue harus di tambahkan karena titik
akhir dari indikator Tropeolin OO ini transparan sehingga harus ditambahkan
pengontras warna.

Anda mungkin juga menyukai