1. Dede mahpudin
2. Gina Masturah V
3. Rusinih
Tugas Analisis Farmasi
1.1 Sulfonamida
Struktur Kimia :
Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para
Amino Benzoic Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :
Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya, toksisitasnya,
dll. Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup sulfonamide
(NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi grup p-amino menghasilkan hilangnya aktifitas
anti bakterial, namun turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan
yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif
dan sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah untuk
melepaskan komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan misalnya pada saat
sebelum dan sesudah bedah perut.
1.2 Sulfonilurea
Struktur :
1. Sulfonilurea short acting, contohnya adalah tolbutamin. Jenis short acting memiliki
sifat absorpsinya (penyerapan) cepat dan tidak dipengaruhi oleh makanan. Efek
sampingnya bisa menyebabkan hipoglikemi dan terjadinya rash (kemerahan) di kulit
serta gangguan pencernaan.
Struktur :
Fungsi
Fungsi dari diuretik secara umum sesuai dengan definisi yaitu meningkatkan laju
aliran urin yang selanjutnya meningkatkan produksi urin. Akantetapi, fungsi secara
khusus bergantung pada masingmasing golongan dari diuretik. Terdapat 5 golongan
diuretik
1. diuretik tiazid;
2. diuretik loop;
5. diuretik osmotik.
2. Contoh-contohnya
1. Sulfonamide
2. Sulfadiazin
3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-pirimidinil)benzenesulfonamida)
5. Sulfaguanidin (4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide);
6. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il)benzenesulphonamide);
7. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)benzenesulfonamida);
2. Sulfonilurea
1. Klorpropamide
2. Glibenklamid
3. Tolbutamid
4. Tolazamid
5. Glimepiridin
6. Glibenklamid
7. Glipizid
8. Gliklazid
3. Tiazid
1. Klorotiazid
2. Hidroklorotiazid
3. Hidroflumetiazid
4. Politiazid
5. Benztiazid
6. Siklotiazid
7. Klortalidon
8. Kuinetazon
9. Indepamid.
1. Sulfonilamid
Reaksi Umum Penentuan Sulfonamida :
Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya
endapan BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif
untuk amin-amin bebas.
1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat
memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu.
Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4
ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas
nyala api kecil : kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih).
Kecuali :
Zat + HCL encer lalu kedalamnya dicelupkan korek api, Sulfonamida akan
positif, terjadi warna jingga sampai jingga kuning dari amin aromatis. Selain
sulfa yang positif untuk reaksi ini adalah floroglucine, asam sulfa nitrat dan
resorcine.
Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol
dan α-naftol : merah ungu.
h. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic
Pereaksi : p-DAB HCL : 1 gram dalam 10 ml + air ad 100 ml Zat + pereaksi 1-2 tetes
diatas plat tetes : warna yang timbul adalah warna kuning jingga.
Kuning : Elkosin
Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang
hetrosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna.
j. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas )
Caranya :
Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu
segera + 2 tetes NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar,
amati warna yang terjadi.
- Elkosin : Coklat
- Irgafon : Hijau
- Sulfapyridin : Coklat
- Sulfaquanidin : Kuning
Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml
aquadest 100 ml
NaOH 2 ml
KMnO4,.
Zat padat diletakkan diatas plat tetes lalu tambah satu tetes pereaksi lalu diaduk
dengan batang pengaduk. Dilihat perubahan warna yang terjadi.
- Sulfapyridin : Ungu
- Sulfaquanidin : ungu-coklat
- Thazalol : (-0)
Pelaksanaannya :
Dalam tabung reaks kecil 10 mg zat + 1 cc H2SO4 + 1 tetes K-Bromat jenuh amati
perubahan wana yang terjadi.
- Cratisin : Coklat
- Medison : Coklat-ungu-coklat
Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul warna dari
residu :
- Sulfadiazine : Merah
- Sulfaguanidin : Ungu
- Sulfanilamid : Violet
- Elkosin
- Septazin
- Soluseptazin
- Sulfamerazin
- Sulfasuksidin
- Ultraseptyl
- Sulfatiazol
- Na-Sulfamezatin
- Na-Sulfamerazin
- Na-Sulfathiazol
- Na-Irgafen
- Sulfamozatin
- Na-Irgamid
Yang membebaskan H2S adalah garam Na nya :
- Sulfaguanidin
- Sulfanilamide
- Sulfathiazole
- Lucosil
- Sulfapyridin
n. Sublimasi
Reaksi Kristal
Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air. Larutan
diteteskan pada glass objek.
Reaksi Kristal
Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa lama,
lihat dibawah mikroskop.
Reaksi Eder
(1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air 10 %
Reagen berisi 10 g Cu asetat dalam NaOH 25 % hingga 100 ml, atau 1 g Cu asetat
dalam NaOH hingga 100 ml. Reaksi ini juga dapat memberikan bermacam-macam
warna dan positif untuk sulfa, barbital dan asam organik.
Rowin : zat +CuAc kristal + amin, digoraskan batang kaca. Aminnya methylamin,
dan ethylamin.
2. Sulfonilurea
Zat + H2O2 30% + FeCl3 + HNO3 dan BaCl2 atau Barium Nitrat dan adanya
endapan BaSO4 putih (BaSO4 sukar larut, bahkan dalam aqua regia) positif untuk
amin-amin bebas.
1 tetes pereaksi atau reagen (furfural 2% dalam asam asetat glasial) + zat
memberikan warna merah tua segera berubah menjadi ungu.
Semua sulfa memberikan hasil positif, kecuali sulfasuksidin, pthalazol, septazin.
Terhadap derivate metil piridin, diatas kaca arloji atau objek : 1 tetes H2SO4
ditambah beberapa Kristal vanillin, campurkan. + zat uji, panaskan diatas nyala api
kecil : kuning atau hijau muda (dilihat dibawah dasar putih).
Kecuali :
Zat + 2 gtt HCL 2 N dan air, + NaOH dan teteskan larutan 0,1 gram β-naftol dan α-
naftol : merah ungu.
Khusus amin aromatis mula-mula terjadi endapan jingga, penambahan β-naftol dalam
NaOH menimbulkan warna merah-ungu. Bila digunakan α-naftol terjadi warna merah
darah. Amin aromatis yang tak bebas reaksinya negatif. Setelah dihidrolisa baru
memberikan hasil positif.
6. Reaksi erlich dengan p-DAB HCL : reaksi yang umum dengan amin aromatic
Sulfonamida akan memberikan warna jingga dengan adanya amin aromatis primer
pada gugusnya. Bezokain dan alkaloid turunan amino benzoate lainnya positif dengan
reaksi ini.
Larutkan CuSO4 dalam air yang encer. Reaksi ini diberikan oleh sulfa yang
hetrosiklik dalam NaOH dengan CuSO4 : endapan tidak berwarna.
8. Reaksi Indophenol ( khusus untuk amin aromatis dengan tempat para bebas )
Caranya :
Panaskan zat 100 mg dalam tabung reaksi + 2 cc air sampai mendidih lalu segera + 2
tetes NaOH dan 2 ml kaforit + 1 tetes fenol liquafactum segar, amati warna yang
terjadi.
Pereaksi : Na Nitroprusida 10 ml
aquadest 100 ml
NaOH 2 ml
KMnO4,
11. Pirolisa
Semua sulfa kalau dipanaskan diatas titik leburnya akan terurai dan timbul
warna dari residu :
- Sulfadiazine : Merah
- Sulfaguanidin : Ungu
- Sulfanilamid : Violet
- Sulfatiazol : Coklat merah
12. Sublimasi
Reaksi Kristal
a. Rekristalisasi aseton – air
Dalam tabung reaksi zat dilarutkan dalam aseton, disaring filtratnya + air.
Larutan diteteskan pada glass objek.
Reaksi Kristal
Drogendorf, yaitu zat + HCl 0,5N + 1 tetes pereaksi dan asamkan beberapa
lama, lihat dibawah mikroskop.
Bouchardat, Fe kompleks, Bi kompleks dan Cu Kompleks. Pembentukan
reaksi kompleks terjadi setelah pemanasan dan ada yang tanpa pemanasan
telah terbentuk, misal Sulfasetamida, Asam pikrat, asam pikrolon ( jangan
terlalu asam ), Asam silikowalframat ( silikowalframat 2 % dalam HCl 4N ),
Reaksi Eder
( 1 bagian Br2, 1 bagian Kbr dan 20 bagian air ), PtCl3 ( AuCl3 ) dalam air
10 %
3. Sulfothiazid
Identifikasi senyawa :
Reaksi golongan :
1. Sifat khas senyawa nitrogen
Nitrogen terdapat dalam bentuk nitrat dan nitrit sebagai senyawa nitro dalam
ikatan dengan senyawa karbon sebagai amin primer,sekunder,atau tersier yang
bersifat basa sebagi ammonium kuanterner golongan amin aromatik,asam
amida netral,garam ion zwitter seperti asam amino dan dalam bentuk lain.
Pemeriksaan nitrat
Semua nitrat larut dalam air dengan menambahkan FeSO4 dan H2SO4 pekat
terbentuk cincin berwarna coklat.
Dalam larutan basa (percobaan bayer terhadap ikatan tak jenuh olefin)
Tata kerja seperti pada butir a tetapi reaksi dilakukan setelah kedalam zat asal
ditambahkan natrium karbonat.perlu pemeriksaan blanko (misalnya
amitriptilin).
indometasin : merah-ungu
Triheksifenidil : merah-coklat
7. Reaksi iodoform
Sejumlah 10 mg zat dipanaskan 2 ml 3N NaOH dan beberapa tetes air iodium
(1,0g I2,20 g KI,100 ml H2O). Bau iodium tercium jika ada
aseton,etanol,isopropanol,asam laktat atau benzoakain (turunan etilster),dan
warfarin.
9. Reaksi Millon
Larutan zat dan pereaksi Millon dalam jumlah sama banyak dipanaskan
bersama-sama warna merah terbentuk pada fenol,misalnya pada
nipagin,simpatomimetika.pada metamizol sepintas lalu berwarna biru.
Pereaksi Millon : sejumlah 10 g air raksa dilarutkan dengan pendingin
dalam 10g asam nitrat berasap.larutan tersebut diencerkan dengan 20 g
air dingin,lalu didiamkan.pada metamizol yang terbentuk dipisahkan
dengan cara menungkan larutan (didekantasi).
4. Nitrimetri
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada
reaksi pembentukan garam diazonium. Pembentukan warna dari reaksi
pembentukan garam azo antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus amina
atau heteroatom atau heterosiklik.
Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi antara senyawa yang
mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam
senyawa asam. Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam
diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam
nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi
(nitritometri). Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam
diazonium dari gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam
nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit
dengan suatu asam.
Titrasi diazotasi sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan
kadar senyawa-senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa-senyawa
anestesika lokal golongan asam amino benzoat
Metode titrasi diazotasi disebut juga dengan nitrimetri yakni metode
penetapan kadar secara kuantitatif dengan menggunakan larutan baku natrium
nitrit. Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatik primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium (Gandjar dan Rohman, 2007).
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa
senyawa-senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer.
Penetapan kuantitas zat didasari oleh reaksi antara fenil amina primer
(aromatik) dengan natrium nitrit dalam suasana asam yang membentuk garam
diazonium dan dikenal sebagai reaksi diazotasi. Untuk membuat suasana asam
umumnya digunakan asam klorida.
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk menetapkan
kadar-kadar senyawa antibiotik sulfonamide dan juga senyawa-senyawa
anastetika lokal golongan asam amina benzoate. Metode titrasi diazotasi
disebut juga nitrimetri, yaitu metode penetapan kadar secara kuatitatif dengan
menggunakan larutan baku NaNO2-. Metode ini didasarkan pada reaksi
diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer dengan asam nitrit dalam
suasana asam membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi tercapai apabila
pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodide atau kertas
kanji iodide akan terbentuk warna hijau tosca atau biru (Wunas, 1968).
Dalam nitrimetri, berat ekivalen suatu senyawa sama dengan berat
molekulnya karena 1 mol senyawa bereaksi dengan 1 mol asam nitrit dan
menghasilkan 1 mol garam diazonium. Dengan alasan ini pula, untuk
nitrimetri, konsentrasi larutan baku sering dinyatakan dengan molaritas (M)
karena molaritasnya sama dengan normalitasnya (Gandjar dan Rohman,
2007).
2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam titrasi nitrimetri adalah :
1. Suhu
Pada saat melakukan titrasi, suhu harus berada antara 5-15° C,
walaupun sebenarnya pembentukan garam diazonium berlangsung
pada suhu yang lebih rendah yaitu 0-5° C. Pada temperatur 5-15° C
digunakan KBr sebagai stabilisator. Titrasi tidak dapat dilakukan pada
suhu tinggi karena :
• HNO2 yang terbentuk akan menguap pada suhu tinggi
• Garam diazonium yang terbentuk akan terurai menjadi fenol
2. Keasaman
Titrasi ini berlangsung pada pH ± 2 hal ini dibutuhkan untuk :
• Mengubah NaNO2 menjadi HNO2
• Pembentukan garam diazonium
3. Kecepatan Reaksi
Reaksi diazotasi berlangsung lambat sekali, sehingga agar reaksi sempurna
maka titrasi harus dilakukan perlahan-lahan dan dengan pengocokan yang
kuat. Frekuensi tetesan pada awal titrasi kira-kira 1 ml/menit, lalu menjelang
titik akhir menjadi 2 ml/menit.
Karena asam nitrit terbentuk pada suasana asam, penambahan KBr pada titrasi
nitrimetri diperlukan sebagai :
1. Katalisator, yaitu untuk mempercepat reaksi, karena KBr dapat
mengikat NO2 membentuk nitrosobromid, yang akan meniadakan
reaksi tautomerasi dari bentuk keto dan langsung membentuk enol.
2. Stabilisator, yaitu untuk mengikat NO2 agar asam nitrit tidak terurai
atau menguap.
Indikator
Pada titrasi diazotasi, penentuan titik akhir titrasi dapat menggunakan
indikator luar, indikator dalam, dan secara potensiometri (Gandjar dan
Rohman, 2007).
1. Indikator Luar
Indikator luar yang digunakan adalah pasta kanji-iodida atau dapat pula
menggunakan kertas kanji-iodida. Ketika larutan digoreskan pada pasta atau
kertas, adanya kelebihan asam nitrit akan mengoksidasi iodide menjadi
iodium dan dengan adanya kanji atau amilum akan menghasilkan warna biru
segera. Indikator kanji-iodida ini peka terhadap kelebihan 0,05 – 0,10 ml
natrium nitrit dalam 200 ml larutan. Reaksi yang terjadi dapat dituliskan
sebagai berikut:
NaNO2 + HCl HNO2 + NaCl
KI + HCl KCl +HI
2 HI + 2 HONO I2 + 2 NO + 2 H2O
I2 + kanji kanji iod (biru)
Titik akhir titrasi tercapai apabila pada penggoresan lautan yang dititrasi pada
pasta kanji-iodida atau kertas kanji-iodida akan terbentuk warna biru juga
terbentuk beberapa saat setelah dibiarkan di udara. Hal ini disebabkan karena
oksidasi iodida oleh udara (O2) menurut reaksi (Gandjar dan Rohman, 2007):
4 KI + 4 HCl + O2 2H2O + 2 I2 + 4 KCl
I2 + kanji kanji iod (biru)
Untuk meyakinkan apakah benar-benar sudah terjadi titik akhir titrasi, maka
pengujian seperti di atas dilakukan lagi setelah dua menit (Gandjar dan
Rohman, 2007). Dengan indikator luar, dengan pasta kanji-KI mempunyai
kelebihan dan kekurangan yaitu sebagai berikut :
Kelebihan :
Untuk beberapa zat lebih tepat dipakai karena perubahan warna lebih
jelas.
Kekurangan :
Senyawa ini memiliki gugus ─N═N─ yang dinamakan struktur azo. Nama
azo berasal dari kata azote, merupakan penamaan untuk nitrogen bermula
dari bahasa Yunani a (bukan) + zoe (hidup).
Garam azo berwarna / Nitrimetri : Pembentukan warna dari reaksi
pembentukan garam azo antara nitrit dengan atom nitrogen pada gugus
amina/heteroatom/heterosiklik.
1. Pentiter : NaNO2
2. Pembakuan
pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat.
1. timbang dengan seksama 100 mg asam oksalat.
2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25
mL.
3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL.
4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3)
5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali
sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya.
Reaksi
NaNO2 + HCI HNO2 = NaCI
H2O + HCI H3O + CI
HNO2 + H3O + Br N=O + 2H2O
Br
Pembakuan larutan baku NaNO2 oleh asam sulfanilat.
1. Timbang dengan seksama 100 mg asam oksalat.
2. Larutkan dalam labu Erlenmeyer dengan menggunakan aquadest 25
mL.
3. Tambahkan HCl 4N sebanyak 5 mL.
4. Tambahkan indicator campur tropeolin oo + metilen blue (5:3)
5. Dinginkan sampai suhu 15oC, tambah KBr sebanyak 10 mg jika perlu.
6. Titrasi dengan larutan NaNO2 0,1N yang akan dibakukan kembali
sampai terjadi perubahan warna larutan ungu menjadi biru kehijauan.
7. hitung kadar NaNO2 0,1 N sebenarnya.
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk
mendeteksi suatu senyawa, unsur, ataupun zat lainnya dalam suatu larutan
secara visual, baik dalam keadaan kering maupun basah. Parameter dalam
analisis kualitatif adalah endapan, perubahan warna pada larutan, serta warna
endapan yang terbentuk.
Analisis reaksi-reaksi khusus senyawa C, H, O, N merupakan suatu metode
analisis yang digunakan untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa
C, H, O, N yang terdapat dalam sampel obat-obatan. Metode yang digunakan
adalah analisis kualitatif. Dalam metode ini hanya dilakukan penentuan ada
atau tidak adanya zat yang ingin diketahui di dalam sampel yang diteliti,
dimana dalam metode ini lebih mementingkan proses dibandingkan hasil
akhir, oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat berubah-ubah tergantung
pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan.
Percobaan pertama kami kami melarutkan parasetamol dalam 10 ml air yang
kemudian ditambah 1 tetes FeCl3 sampai warna larutan berubah menjadi biru
violet yang menandakan hasil positif. Parasetamol dicampurkan dengan air
agar parasetamol bisa tercampur atau bisa larut. Besi ( III ) klorida ini akan
mengikat 3 molekul parasetamol dan Fe3+ ini yang menjadi atom pusat. Fe
ini yang akan sebagai akseptor atau penerima elektronnya sedangkan ligannya
yang akan memberikan electron sehingga akan terjadi ikatan kovalen. FeCl3
merupakan senyawa kompleks yang mana senyawa kompleks ini mempunyai
ciri yang khas yaitu umumnya berwarna tapi warna itu tergantung ligannya.
Analisis Kuantitatif
Reaksi diazotasi biasanya dilakukan pada senyawa yang memiliki gugus
aromatis-bebas. Reaksi diazotasi didasarkan pada pebentukan garam-garam
diazonium yang terbentuk dari reaksi asam nitrit dengan amin aromatik bebas.
Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar parasetamol dengan
menggunakan metode nitrimetri. Titran yang digunakan adalah NaNO2 0,1 N
yang kemudian direaksikan dengan HCl sehingga membentuk asam nitrit
(HNO2). Titrasi dilakukan di bawah suh 15C. Hal ini karena garam
diazonium tidak stabil dan jika suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol
dan natrium. Pada pecobaan ini, digunakan indikator luar yakni kertas kanji
iodida. Pada kertas kanji iodida akan terjadi perubahan warna mendi biru
karena iodida diubah menjadi iodium ketika bertemu dan kanji. HNO2 akan
bereaksi dengan sampel dan akan membentuk garam diazonium, namun tidak
semua HNO2 itu akan bereaksi dengan sampel. Ketika larutan digoreskan
pada kertas, adanya kelebihan / sisa asam nitrit akan mengoksidasi iodida
mejadi iodium dan dengan adanya amilum akan menghasilkan warna biru
segera. Berikut reaksinya :
2HI + 2HNO2 → I2 + 2NO + 2H2O
I2 + kanji → kanji iod (biru)
Pada percobaan ini, digunakan sampel parasetamol Untuk sampel
paracetamol, paracetamol 125 mg ditambahkan dengan H2SO4 10% sebagai
bahan untuk menghidrolisa gugus amin sekunder menjadi gugus amin primer.
Kemudian dipanaskan dan ditambahkan HCl encer. Untuk mempercepat
reaksi, ditambahkan KBr lalu ditambahkan air. Setelah itu, dinginkan ingát
suhu di bawah 15C. Hal ini karena garam diazonium tidak stabil dan jika
suhunya lebih tinggi bisa terurai menjadi fenol dan natrium. Selanjutnya
dtirasi dengan NaNO2 0,1 N. titrasi dihentikan ketika terbentuk warna biru
segera ketika larutan digoreskan di kertas kanji iodida. Kadar yang didapatkan
adalah 60 %. Kadar ini tidak sesuai dengan pustaka (FI III) yakni tidak kurang
dari 98% dan tidak lebih dari 101,0%. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh
ketidaktelitian saat dilakukan nya titrasi (kesalahan Paradoksal), karena titrasi
ini menggunakan indikator luar, sehingga agak sulit untuk mengetahui kapan
titrasi sudah mendekati, maupun sudah mencapai titik akhir. Faktor lain yang
menyebabkan kesalahan dalam analisis parasetamol tsb adalah suhu yang
tidak tepat dan tidak terjaga saat dilakukannya titrasi.
Pembakuan larutan natrium nitrit terhadap asam sulfanilat
Natrium nitrit (sebagai larutan sekunder) sebelum digunakan untuk penentuan
kadar parasetamol, harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu dengan asam
sulfanilat (larutan primer). Percobaan ini dilakukan pada suhu kurang dari
15oC, hal ini dilakukan karena asam nitrit yang diperoleh dari reaksi natrium
nitrit dengan asam klorida tidak stabil dan mudah terurai dalam suhu kamar.
Selain itu, garam diazonium yang terbentuk pun tidak stabil. Ketidakstabilan
ini dikarenakan garam diazonium yang terbentuk mudah terdegradasi
membentuk senyawa fenol dan gas nitrogen. Sehingga reaksi dilakukan pada
suhu dibawah 15 oC.
Reaksi diazotasi dapat dipercepat dengan panambahan garam kalium
bromida.
Indikator yang digunakan adalah jenis indikator dalam, yaitu indikator
tropeolin OO dan metilen biru. Tropeolin OO merupakan indicator asam-basa
yang berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna kuning bila
dioksidasi oleh adanya kelebihan asam nitrit, sedangkan metilen biru sebagai
pengkontras warna sehingga pada titik akhir titrasi akan terjadi perubahan dari
ungu menjadi biru sampai hijau. Metilen blue harus di tambahkan karena titik
akhir dari indikator Tropeolin OO ini transparan sehingga harus ditambahkan
pengontras warna.