KERACUNAN
Disusun Oleh :
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT , atas
berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelasaikan makalah
ini. Tidak lupa Shalawat beserta Salam kami sampaikan kapada junjungan Nabi
Besar Muhammad SAW, yang telah diutus kemuka bumi ini sebagai Rahmatanlil a’lamin
yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas matakuliah “Analisis Forensik” tentang
“Keracunan” . Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir
dibidang terkait dengannya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam proses penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen analisis forensik, yaitu Ibu dr.
Rahmi Adelina yang bersedia membimbing dan mengarahkan kami dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5
2.1 Pengertian Racun.......................................................................................................5
2.2 Cara Masuknya Racun Kedalam Tubuh Manusia.................................................6
2.3 Pengelompokan Jenis Racun.....................................................................................6
2.4 Mekanisme Kerja Racun...........................................................................................8
2.5 Kapan Perlu Dilakukan Pemeriksaan Keracunan..................................................9
2.6 Diagnosis kasus keracunan........................................................................................9
2.7 Faktor yang mempengaruhi kerja Racun..............................................................10
2.8 Pemeriksaan Atas Korban Keracunan Yang Fatal..............................................13
2.9 Pengambilan Sampel Pada korban Yang Tewas...................................................17
2.10 Bahan Pengawet Yang Dipergunakan....................................................................18
2.11 Hal Yang Perlu Diperhatikan.................................................................................18
2.12 Contoh Kasus............................................................................................................19
BAB III PENUTUP.................................................................................................................20
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................20
3.2 Saran...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sedangkan Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar kata
tox, dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat itu digunakan
sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak panahnya terdapat racun. Di dalam
”Papyrus Ebers (1552 B.C.)“ orang Mesir kuno memuat informasi lengkap tentang
pengobatan dan obat. Di Papyrus ini juga memuat ramuan untuk racun, seperti antimon (Sb),
tembaga, timbal, hiosiamus, opium, terpentine, dan verdigris (kerak hijau pada permukaan
tembaga). Sedangkan di India (500 - 600 B.C.) di dalam Charaka Samhita disebutkan, bahwa
tembaga, besi, emas, timbal, perak, seng, bersifat sebagai racun, dan di dalam Susrata
Samhita banyak menulis racun dari makanan, tananaman, hewan, dan penangkal racun gigitan
ular.
Dalam forensik terdapat cabang ilmu yang mempelajari khusus tentang racun atau
toxic yaitu Toksikologi forensik. Toksikologi forensik sendiri berkaitan dengan penerapan
ilmu toksikologi pada berbagai kasus dan permasalahan kriminalitas dimana obat-obatan dan
bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan konsekuensi medikolegal serta untuk menjadi
bukti dalam pengadilan.
Pemeriksaan forensik dalam kasus keracunan, dapat dibagi dalam dua kelompok, yang
pertama bertujuan untuk mencari penyebab kematian, misalnya kematian akibat keracunan
morfin, sianida, karbon monoksida, keracunan insektisida, dan lain sebagainya, dan kelompok
yang kedua dimana sebenarnya yang terbanyak kasusnya, akan tetapi belum banyak disadari
adalah untuk mengetahui mengapa suatu peristiwa, misalnya peristiwa pembunuhan,
kecelakaan lalu lintas, kecelakaan pesawat udara dan perkosaan dapat terjadi. Dengan
1
demikian, tujuan yang kedua bermaksud untuk membuat suatu rekaan rekonstruksi atas
peristiwa yang terjadi. Bila pada tujuan pertama dari pemeriksaan atas diri korban diharapkan
dapat ditemukan reaksi atau obat dalam dosis yang mematikan, maka tidaklah demikian pada
yang kedua, dimana disini yang perlu dibuktikan atau dicari korelasinya adalah sampai sejauh
mana reaksi obat tersebut berperan dalam memungkinkan terjadinya berbagai peristiwa tadi.
Karena sifat beracunnya, mudahnya didapat serta mudahnya digunakan oleh
masyarakat, maka wajarlah jika ada yang menyalahgunakannya untuk hal-hal yang
bertentangan dengan hukum, misalnya pada kasus pembunuhan, yang bisa dilakukan secara
langsung maupun perlahan-lahan dengan gejala yang tidak jelas. Dalam menghadapi kasus
yang demikian, maka peranan kedokteran kehakiman sangatlah penting dalam menentukan
apakah korban benar-benar meninggal karena arsen, atau sebab lain. Selain dengan
pemeriksaan otopsi, dokter juga bekerja sama dengan bagian toksikologi dalam menentukan
adanya arsen atau sebab lainnya dan jumlahnya yang ada pada korban.
Banyak kasus keracunan dan overdosis, baik yang menyebabkan kematian maupun
tidak yang sulit terungkap, yang umumnya disebabkan karena seringkali data yang diperlukan
tidak cukup untuk dapat membuktikan penyebabnya. Salah satu contoh kasus overdosis yang
tinggi di Indonesia adalah overdosis yang disebabkan oleh penggunan Heroin. Setiap harinya
terdapat 2 – 3 orang yang meninggal akibat overdosis Heroin. Dalam menentukan jenis zat
toksik yang menyebabkan keracunan, seringkali menjadi rumit karena adanya proses yang
secara alamiah terjadi dalam tubuh manusia. Jarang sekali suatu bahan kimia bertahan dalam
bentuk asalnya didalam tubuh. Bahan kimia, ketika memasuki tubuh akan mengalami proses
ADME, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi. Misalnya, setelah memasuki
tubuh, heroin dengan segera termetabolisme menjadi senyawa lain dan akhirnya menjadi
morfin, menjadikan investigasi yang lebih detil perlu dilakukan seperti jenis biomarker
(petanda biologik) zat racun tersebut, jalur paparan zat, letak jejak injeksi zat pada kulit dan
kemurnian zat tersebut untuk mengkonfirmasi hasil diagnosa. Zat toksik juga kemungkinan
dapat mengalami pengenceran dengan adanya proses penyebaran ke seluruh tubuh sehingga
sulit untuk terdeteksi. Walaupun zat racun yang masuk dalam ukuran gram atau miligram,
sampel yang diinvestigasi dapat mengandung zat racun atau biomarkernya dalam ukuran
mikrogram atau nanogram, bahkan hingga pikogram.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah :
3
1.4 Manfaat Penulisan
1. Dapat Mengetahui Apa itu racun.
2. Dapat Mengetahui Bagaimana cara masuknya racun ke dalam tubuh manusia.
3. Dapat Mengetahui Berapa pengelompokkan jenis racun.
4. Dapat Mengetahui Bagaimana mekanisme kerja racun.
5. Dapat Mengetahui Kapan perlu dilakukan pemeriksaan keracunan.
6. Dapat Mengetahui Bagaimana pemeriksaan korban.
7. Dapat Mengetahui Bagaimana pengambilan sampel korban keracunan.
8. Dapat Mengetahui Apa saja bahan pengawet yang digunakan.
9. Dapat Mengetahui Apa saja hal yang harus diperhatikan seputar sampel keracunan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Racun (toxicant atau toxic) didefinisikan sebagai semua substansi bahan kimia yang
menyebabkan efek berbahaya apabila diberikan kepada organisme. Hal ini dibedakan dengan
racun yang dihasilkkan di dalam tubuh organisme atau makhluk hidup sebagai hasil
metabolisme yang disebut dengan toksin (toxin).
Menurut Taylor, racun adalah suatu zat yang dalam jumlah relatif kecil (bukan
minimal), yang jika masuk atau mengenai tubuh seseorang akan menyebabkan timbulnya
reaksi kimiawi (efek kimia) yang besar yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Menurut Gradwohl racun adalah substansi yang tanpa kekuatan mekanis, yang bila
mengenai tubuh seorang (atau masuk), akan menyebabkan gangguan fungsi tubuh, kerugian,
bahkan kematian.
Sehingga jika dua definisi di atas digabungkan, racun adalah substansi kimia, yang
dalam jumlah relatif kecil, tetapi dengan dosis toksis, bila masuk atau mengenai tubuh, tanpa
kekuatan mekanis, tetapi hanya dengan kekuatan daya kimianya, akan menimbulkan efek
yang besar, yang dapat menyebabkan sakit, bahkan kematian.
Toksikologi merupakan ilmu yang membahas seputar efek merugikan berbagai efek
samping yang merugikan dari berbagai agen kimiawi terhadap semua sistem makhluk hidup.
Toksikologi (berasal dari kata Yunani, toxicos dan logos) merupakan studi mengenai perilaku
dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap organisme/mahluk hidup. Dalam toksikologi,
dipelajari mengenai gejala, mekanisme, cara detoksifikasi serta deteksi keracunan pada sistim
biologis makhluk hidup. Toksikologi sangat bermanfaat untuk memprediksi atau mengkaji
akibat yang berkaitan dengan bahaya toksik dari suatu zat terhadap manusia dan
lingkungannya.
5
Toksikologi forensik adalah ilmu yang mempelajari tentang racun dan
pengidentifikasian bahan racun yang diduga ada dalam organ atau jaringan tubuh dan cairan
korban. Mengingat sulitnya pengungkapan kejahatan terutama yang menggunakan racun,
maka saat ini sangat diperlukan aparat penegak hukum khususnya polisi yang mempunyai
pengetahuan yang memadai baik teori maupun teknik melakukan penyidikan secara cepat dan
tepat dalam rangka pengungkapan kejahatan pembunuhan khususnya kasus pembunuhan yang
ada indikasi korbannya meninggal karena diracun.
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui latar belakang toksikologi digunakan
dalam proses pembuktian pembunuhan serta manfaat toksikologi sebagai media pengungkap
dalam proses penyidikan tindak pidana pembunuhan yang menggunakan racun. Toksikologi
Forensik sangat penting diberikan kepada penyidik dalam rangka membantu penyidik polisi
dalam pengusutan perkara yaitu : mencari, menghimpun, menyusun dan menilai barang bukti
di Tempat Kejadian Perkara (TKP) dengan tujuan agar dapat membuat terang suatu kasus
pembunuhan yang ada indikasi korbannya meninggal akibat racun.
8
f. Insektisida golongan hidrokarbon yang di-chlor-kan dan phosphorus terutama
berpengaruh terhadap hati.
2.4.3 Racun yang bekerja secara setempat dan secara umum
Misalnya:
a. Asam oksalat
b. Asam karbol
c. Arsen
d. Garam Pb
Selain menimbulkan rasa nyeri (efek lokal) juga akan menimbulkan depresi pada
susunan syaraf pusat (efek sistemik). Hal ini dimungkinkan karena sebagian dari asam karbol
tersebut akan diserap dan berpengaruh terhadap otak.
2.5 Kapan Perlu Dilakukan Pemeriksaan Keracunan
Bila dibandingkan dengan kelainan atau penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri, virus
ataupun trauma, maka kasus keracunan relatif sedikit, sehingga tidak jarang terjadi
kekeliruan dalam penanganan pasien , untuk itu perlu diketahui pada keadaan apa sajah
pemeriksaan toksikologi ini diperlukan.
A. Pada kasus kematian mendadak.
B. Pada kematian mendadak yang terjadi pada sekelompok orang.
C. Pada kematian yang dikaitkan pada tindakan abortus.
D. Pada kasus perkosaan dan kejahatan seksual lainnya.
E. Pada kecelakaan transfortasi khususnya pada pengemudi dan pilot
F. Pada kasus penganiayaan atau pembunuhan (selektip)
G. Pada kasus yang memang diketahui atau patut diduga menelan racun
H. Pada kematian setelah tindakan medis, penyuntikan, operasi dan lain sebagainya.
12
e. Susunan kimia
Ada beberapa zat yang jika diberikan dalam susunan kimia tertentu tidak akan
menimbulkan gejala keracunan, tetapi bila diberikan secara tersendiri terjadi hal yang
sebaliknya.
f. Antagonisme
Kadang-kadang dijumpai kasus dimana seseorang memakan lebih dari satu macam
racun, tetapi tidak mengakibatkan apa-apa, oleh karena reaksi-reaksi tersebut saling
menetralisir satu sama lain. Dalam klinik adanya sifat antagonis ini dimanfaatkan untuk
pengobatan, misalnya nalorfin dan kaloxone yang dipakai untuk mengatasi depresi pernafasan
dan oedema paru-paru yang terjadi pada keracunan akut obat-obatan golongan narkotik.
Kelainan atau perubahan yang terjadi pada korban yang tewas karena keracunan, pada
umumnya dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu atas dasar interval waktu antara korban
kontak dengan racun dan saat terjadinya kematian,
13
2. Kematian yang berlangsung lambat ("delayed porsoring death")
Pemeriksaan Luar
2. pada bunuh diri : bercak beraturan, pada bagian tangan dari atas ke bawah,
1. merah terang : keracunan Sianida atau terkena benda yang bersuhu rendah (es),
-bau dari mulut dan hidung, yaitu dengan cara menekan dinding dada, dan dekatkan hidung
pemeriksa pada mulut atau hidung, untuk menge tahui bau yang keluar,
14
-kelainan lain,
1. bekas suntikan (needle mark ), di daerah lipatsiku, punggung tangan, lengan atas,
penis dan sekitar puting susu : keracunan narkotika,
2. skin blisters”: keracunan narkotika, barbiturat dan karbon- monoksida,
3. kulit menjadi kuning : keracunan fosfor, tembaga dan keracunan "chlorinated
hydrocarbon insecticide"
Pemeriksaan dalam
perhatikan bau yang keluar, warna jaringan otak (cherry red pada keracunan CO; menjadi
lebih coklat pada kecarunan zat yang menyebabkan terjadinya met-Hb,)
perhatikan warna dan bau yang keluar, pada keracunan zat yang mengakibatkan terjadinya
hemolisis seperti: bisa ular, pyrogallol, hydroquinone atau arsine, darah dan organ menjadi
coklat kemerahan dan gelap, pada keracunan zat yang mengganggu trombosit, akan tampak
adanya perdarahan pada otot-otot,
bila racunnya ditelan, maka kelainan terutama terdapat pada lambung; selain tentunya juga
harus diperhatikan bau yang keluar serta perubahan warna dari jaringan tubuh, adapun
kelainan pada lambung tersebut adalah:
1. hiperemi, pada keracunan zat korosif hal ini sering dijumpai terutama pada daerah
curvatura-mayor; pada keracunan tembaga, selain hiperemi juga didapatkan
pewarnaan biru atau kehijauan, sedangkan pada asam sulfat akan berwarna kehitaman,
2. perlunakan, sering didapatkan pada keracunan zat korosif alkalis; kelainan ini terdapat
pada curvatura-mayor dan perlu dibedakan dengan perlunakan yang terjadi sebagai
akibat proses pembusukan,
3. ulserasi, terutama keracunan zat korosif, tetapi ulkus tampak rapuh, tipis dan
dikelilingi tanda peradangan,
4. perforasi, biasanya hanya terjadi pada keracunan asam sulfat pekat; perlu dibedakan
dengan proses pembusukan.
15
kelainan pada lambung yang disebabkan oleh zat korosif anorganik, dapat dibedakan dengan
korosif organik, seperti : golongan fenol dan formaldehid,
1. korosif an-organik yang bersifat asam, seperti asam sulfat. as.khlorida, dan as.nitrat:
mukosa lambung mengkerut, berwarna coklat atau hitam,
mukosa memberi kesan kering dan hangus terbakar.
2. korosif anorganik yang bersifat basa, seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida
dan garam-garam karbonat nya serta ammonia:
mukosa lambung lunak, sembab dan basah,
mukosa berwarna merah atau coklat,
pada perabaan memberi kesan seakan meraba sabun, oleh karena terjadi proses
penyabunan.
2. keracunan sulfat kronis dan barbital: urine korban berwarna merah anggur.
3. keracunan fenol atau salisilat: urine berwarna hijau kecoklatan atau hijau gelap,
16
4. keracunan yang mengakibarkan terbentuknya met-Hb: urine akan berwarna merah
coklat atau coklat kehitaman.
17
2.10 Bahan Pengawet Yang Dipergunakan
Jumlah bahan pengawet untuk sempel padat, minim al 2 x volume sempel tersebut; bahan
pengawet yang dianjurkan:
alkohol absolut
larutan garam jenuh (untuk Indonesia paling ideal),
Natrium fluoride 1%
Natrium fluoride + natrium sitrat (75 mg +50mg, untuk setiap 10 ml sempel)
Natrium benzoat dan phenyl mercurie nitrate.
Alkohol dan larutan garam jenuh untuk sempel padat atau organ, sedangkan NaF 1%,
dan capuran NaF dengan Na sitrat, untuk sempel cair; sedangkan natrium benzoat dan phenyl
mercuric nitrate khusus untuk pengawet urine.
18
2.12 Contoh Kasus
Pada tanggal 6 Januari 2016 telah ditemukan jenazah seorang perempuan di kamar
kontrakannya yang beralamat Jl. Dr. Siwabessi No. 10 Kelurahan Pematangsulur Kecamatan
Telanaipura, Kota Jambi. Jenazah tersebut ditemukan terlentang diatas tempat tidurnya oleh
ibu kandung korban yang kemudian melaporkan kejadian tersebut ke polisi. Kemudian polisi
menindak lanjuti laporan keluarga ke lokasi dan membawa jenazah tersebut bersama surat
permintaan visumnya ke RSUD Raden Mattaher Jambi untuk dilakukan pemeriksaan luar dan
dalam. Selanjutnya dokter melakukan pemeriksaan. Setelah selesai melakukan pemeriksaan,
dokter berkoordinasi dengan penyidik bahwa pemeriksaan sudah selesai.
Hasil pemeriksaan yang didapatkan, antara lain:
Pemeriksaan Luar
a. Jenazah perempuan, panjang badan 158 cm, berat badan 57 kg, dan kesan gizi cukup.
Jenazah menggunakan pakaian berupa sebuah baju dalam, celana dalam, kaos lengan
pendek, dan celana pendek. Terdapat sebuah gelas kaca bening diatas meja yang terletak
disamping tempat tidur korban.
b. Kaku mayat ditemukan pada kelopak mata kanan dan kiri, rahang bawah dan leher. Kaku
mayat sulit dilawan.
c. Lebam mayat ditemukan pada daerah punggung, lengan bawah bagian depan, bokong,
dan tungkai. Lebam mayat berwarna merah terang dan dapat hilang dengan penekanan.
d. Tidak terdapat tanda-tanda pembusukan.
e. Kepala:
1) Bentuk kepala simetris, rambut lurus, warna hitam, panjang 35 cm. Wajah tampak
berwarna kebiruan.
2) Mata kanan dan kiri berbentuk bundar, diameter pupil 0,7 mm, tampak bintik-bintik
perdarahan di konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi dan kornea tampak keruh.
3) Bentuk hidung mancung. Dari lubang hidung, tercium bau amandel.
4) Telinga berbentuk oval, tidak ada kelainan.
5) Bibir mulut atas, bibir mulut bawah, dan mukosa mulut tampak berwarna kebiruan,
lidah tidak ada kelainan, dan seluruh gigi sudah lengkap. Pada rongga mulut terdapat
buih halus berwarna putih dan tercium bau amandel.
f. Pada leher tidak ada kelainan.
g. Pada bahu tidak ada kelainan.
h. Pada dada tidak ada kelainan.
i. Pada perut tidak ada kelainan.
j. Pada punggung tidak ada kelainan.
k. Pada bokong tidak ada kelainan
l. Pada anggota gerak atas sebelah kanan dan kiri didapatkan ujung jari dan jaringan
dibawah berwarna kebiruan, tidak ada kelainan.
m. Pada anggota gerak bawah sebelah kanan dan kiri didapatkan ujung jari dan jaringan
dibawah berwarna kebiruan, tidak ada kelainan.
n. Pada alat kelamin, rambut kelamin keriting, warna hitam, tidak mudah dicabut. Bibir
besar, bibir kecil, kelentit, selaput dara, liang senggama dan dinding liang senggama tidak
ada kelainan.
o. Diameter lingkar dubur nol koma lima sentimeter, tidak ada kelainan.
19
PEMERIKSAAN DALAM
a. Rongga Kepala
1) Kulit kepala bagian dalam, tulang atap tengkorak, tulang dasar tengkorak, selaput
keras otak, selaput lunak otak tidak ada kelainan.
2) Otak besar: Tampak berwarna putih, berat seribu tiga ratus gram, panjang tiga puluh
sentimeter, lebar sepuluh sentimeter, tebal delapan koma tujuh sentimeter, perabaan
kenyal, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan.
3) Otak kecil: Tampak berwarna putih, berat seratus lima puluh gram, panjang sepuluh
sentimeter, lebar tiga sentimeter, tebal dua sentimeter, perabaan kenyal, pada
pengirisan penampang tidak ada kelainan.
4) Batang otak: Berat empat puluh gram, panjang lima sentimeter, lebar dua sentimeter,
tebal tiga sentimeter, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan.
b. Leher: Tidak terdapat kelainan.
c. Rongga Dada
1) Jaringan bawah kulit, otot, sternum dan tulang costae tidak didapatkan kelainan dan
tanda-tanda kekerasan.
2) Rongga dada tidak ada perlekatan dengan organ sekitar. Tercium bau amandel.
3) Paru:
o Paru Kanan terdiri dari 3 lobus, ukuran 20 x 10 x 5 cm, berat 500 gram, warna
merah terang, perabaan seperti spons, pada pengirisan penampang tampak buih
halus berwarna kemerahan.
o Paru Kiri terdiri dari 2 lobus, ukuran 18 x 7 x 3 cm, berat 400 gram, warna merah
terang, perabaan seperti spons, pada pengirisan penampang tampak buih halus
berwarna kemerahan.
4) Jantung:
o Terletak diantara kedua paru, berat 30 gram, ukuran 4 x 3 x 3 cm, permukaan
licin, perabaan kenyal, warna merah terang. Terdapat cairan pericardium sebanyak
13 ml.
o Jantung kanan terdiri dari 3 katup, ukuran panjang lingkar ke-3 katup 11 cm, tebal
otot ventrikel kanan 1,8 cm. Aorta terdiri dari 3 katup, ukuran panjang ke-3 katup
5 cm, katup tidak ada kelainan.
o Jantung kiri terdiri dari 2 katup, ukuran panjang lingkar ke-2 katup 12 cm, tebal
otot ventrikel kiri 2,5 cm. Arteri pulmonalis terdiri dari 3 katup, ukuran panjang
ke-3 katup 7 cm, katup tidak ada kelainan.
d. Rongga Perut
1) Jaringan bawah kulit, otot, selaput dinding tidak terdapat kelainan.
2) Tidak ada perlekatan antara dinding rongga perut dengan organ sekitar, tercium bau
amandel
3) Lambung: Permukaan tidak ada kelainan, mukosa lambung berwarna merah
kecoklatan, perabaan padat, panjang lengkung besar 32 cm, panjang lengkung kecil
20 cm, ukuran 25 x 23 x 4 cm, berat 300 gram, tidak berisi makanan.
4) Usus: Berat 2 kg, warna merah terang.
5) Hati: Berat 1300 gram, ukuran 30 x 24 x 3 cm, warna merah terang, perabaan keras,
tepi tajam, permukaan licin dan rata, pada pengirisan tampak cairan berwarna merah
terang.
20
6) Limpa: Berat 70 gram, ukuran 8 x 6 x 1,5 cm warna merah terang, perabaan kenyal,
permukaan licin, pada pengirisan tidak ada kelainan.
7) Pankreas: Berat 3 gram, ukuran 4,5 cm, warna merah terang, perabaan lunak, pada
pengirisan tidak terdapat kelainan.
8) Ginjal:
o Ginjal kanan: Selaput pembungkus ginjal sulit dilepas, warna merah pucat, berat
200 gram, ukuran 15 x 10 x 3 cm, pada pengirisan penampang tidak ada
kelainan, ureter kanan tidak ada kelainan.
o Ginjal kiri: Selaput pembungkus ginjal sulit dilepas, warna merah pucat, berat
300 gram, ukuran 15 x 8 x 4 cm, pada pengirisan penampang tidak ada kelainan,
ureter kiri tidak ada kelainan.
e. Kandung Kemih: Terdapat cairan berwarna kuning sebanyak 15 ml, tidak ada kelainan.
f. Rahim: Berat 40 gram, ukuran 7 x 5 x 2 cm, warna merah pucat, pada pengirisan
penampang tidak ada isi, tidak ada kelainan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Tes golongan darah : A
b) Tes Narkoba : Negatif
c) Tes Alkohol : Negatif
d) Uji kertas saring : Positif (warna ungu)
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Toksikologi forensik merupakan penerapan ilmu toksikologi yang berguna dalam
membantu proses peradilan.
Pemeriksaan toksikologi sangat diperlukan jika terjadi kasus keracunan.
Hasil pemeriksaan toksikologi dapat menegakan diagnosa keracunan sehingga dapat
membantu pemberian terapi secara cepat dan tepat pada korban hidup serta membantu
menentukan sebab pasti kematian pada korban mati.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, maka dari itu
penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca agar ada peningkatan dalam pembuatan
makalah sehingga penulis bisa lebih baik lagi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, M.S. et al. (2008). Investigasi Kematian Dengan Toksikologi Forensik. [Online].
Tersedia : https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2008/11/investigasi-kematian-
dengan-toksikologi-forensik-files-of-drsmed.pdf (17 April 2015)
Wirasuta, M.A.G. (2006). Buku Ajar : Toksikologi Umum. [Online]. Tersedia : Buku-Ajar-
Toksikologi-Umum. http://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/Buku-Ajar-
Toksikologi-Umum.pdf (17 April 2015)
Wirasuta, M.A.G. (2008). Buku Ajar : Analisis Toksikologi Forensi. [Online]. Tersedia :
http://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-content/uploads/Anal-Tok-For-Formatbaru.pdf (17
April 2015)
23