Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FARMASETIKA DASAR
FILOSOFI TOKSIKOLOGI

DOSEN PENGAPU :
(DEDENT EKA BIMMA HARYANTO S.Farm.,M.Si Apt)

Di Susun Oleh :
1. Muhammad rizal januardi (1908060015)
2. Irsan Efendi (1908060006)
3. Aulia Agustina (1908060058)
4. Baiq Retno Apriani (1908060022)
5. Ahadin Nizar Makhroji (1508060001)

 
Universitas Nahdlatul Ulama NTB
Fakultas kesehatan
Program S1 Farmasi
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun mengucapkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat dan karunia-Nya serta izinNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan
tepat waktu. Makalah ini disusun dengan judul ”Filosofi Toksikologi” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Dasar.
Melalui makalah ini kami penulis berharap makalah ini dapat memberikan
informasi yang dapat menjadi pengetahuan baru bagi pembacanya. Penulis
menyadari bahwa, masih banyak kesalahan dan kekurangan di dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang Semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Mataram, 1 Januari  2021
           

Penyusun

1|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
 Latar Belakang......................................................................................
 Rumusan masalah.................................................................................
 Tujuan masalah.....................................................................................
 Manfaat.................................................................................................
BAB II PEMBAHASA...................................................................................
A. SEJARAH TOKSIKOLOGI.................................................................
B. PERISTILAHAN DAN KLASIFIKASI DALAM BIDANG
TOKSIKOLOGI...................................................................................
C. KEDUDUKAN ILMU TOKSIKOLOGI.............................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................
 Kesimpulan ..........................................................................................
 Saran ....................................................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................

2|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
Dalam bidang toksikologi sudah dikenal adanya Postulat Paracelcus: “All
substances are poisons; there is none which is not a poison. The right dose
differentiates a poison from a remedy”, "Semua zat adalah racun, tidak ada yang
bukan racun. Dosis yang tepat yang membedakan racun dari obat." Apabila zat
kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang
berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada
suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi
bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk
efek yang ditimbulkan. Sehingga apabila menggunakan istilah toksik atau
toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi mekanisme biologi di mana efek
berbahaya itu timbul. Sedangkan toksisitas merupakan sifat relatif dari suatu zat
kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau penyimpangan
mekanisme biologi pada suatu organisme.
Toksin Clostridium botulinum, adalah salah satu contoh tokson, dimana
dalam konsentrasi yang sangat rendah (10-9 mg/kg berat badan), sudah dapat
mengakibatkan efek kematian. Berbeda dengan metanol, baru bekerja toksik pada
dosis yang melebihi 10 g. Pengobatan parasetamol yang direkomendasikan dalam
satu periode 24 jam adalah 4 g untuk orang dewasa dan 90 mg/kg untuk anak-
anak. Namun pada penggunaan lebih dari 7 g pada orang dewasa dan 150 mg/kg
pada anak-anak akan menimbulkan efek toksik. Dengan demikian, resiko
keracunan tidak hanya tergantung pada sifat zatnya sendiri, tetapi juga pada
kemungkinan untuk berkontak dengannya dan pada jumlah yang masuk dan
diabsorpsi. Dengan lain kata tergantung dengan cara kerja, frekuensi kerja dan
waktu kerja. Antara kerja (atau mekanisme kerja) sesuatu obat dan sesuatu tokson
tidak terdapat perbedaan yang prinsipil, ia hanya relatif. Semua kerja dari suatu
obat yang tidak mempunyai sangkut paut dengan indikasi obat yang sebenarnya,
dapat dinyatakan sebagai kerja toksik.

3|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
 Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah mengenai filosofi Toksikologi adalah :
1. Sejarah Toksikologi ?
2. Apa Itu Toksikologi ?
3. Peristilahan Dalam Bidang Toksikologi ?
4. Klasifikasi Bahan Toksik ?
5. Kedudukan Ilmu Toksikologi ?

 Tujuan Masalah
Tujuan disusunnya makalah mengenai Filosofi Toksikologi adalah :
1. Menjelaskan Sejarah Toksikologi.
2. Menjelaskan Apa Itu Toksikologi.
3. Menjelaskan Peristilahan Dalam Bidang Toksikologi.
4. Menjelaskan Klasifikasi Bahan Toksik.
5. Menjelaskan Kedudukan Ilmu Toksikologi.

 Manfaat
1. Mengetahui Sejarah Toksikologi.
2. Untuk memberikan pengetahuan Apa Itu Toksikologi.
3. Mengetahui Saja Peristilahan Dalam Bidang Toksikologi.
4. Dapat mengetahui Klasifikasi Bahan Toksik.
5. Mengetahui Kedudukan Ilmu Toksikologi.

4|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH TOKSIKOLOGI
Sejak perkembangan peradaban manusia dalam mencari makanan, tentu telah
mencoba beragam bahan baik botani, nabati, maupun dari mineral. Melalui
pengalamannya ini ia mengenal makanan, yang aman dan berbaya. Dalam konteks
ini kata makanan dikonotasikan ke dalam bahan yang aman bagi tubuhnya jika
disantap, bermanfaat serta diperlukan oleh tubuh agar dapat hidup atau
menjalankan fungsinya. Sedangkan kata racun merupakan istilah yang digunakan
untuk menjelaskan dan mengambarkan berbagai bahan ”zat kimia” yang dengan
jelas berbahaya bagi badan. Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa
Yunani, yaitu dari akar kata tox, dalam bahasa Yunani tox berarti panah. Dimana
panah pada saat itu digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada
anak panahnya terdapat racun. Di dalam ”Papyrus Ebers (1552B.C.)“ orang Mesir
kuno memuat informasi lengkap tentang pengobatan dan obat. Di Papyrus ini juga
memuat ramuan untuk racun, seperti antimon (Sb), tembaga, timbal, hiosiamus,
opium, terpentine, dan verdigris (kerak hijau pada permukaan tembaga).
Sedangkan di India (500 - 600 B.C.) di dalam Charaka Samhita disebutkan,
bahwa tembaga, besi, emas, timbal, perak, seng, bersifat sebagai racun, dan di
dalam Susrata Samhita banyak menulis racun dari makanan, tananaman, hewan,
dan penangkal racun gigitan ular (Ariens, 1985).
Hippocrates (460 - 370 B.C.), dikenal sebagai bapak kedokteran, disamping
itu dia juga dikenal sebagai toksikolog dijamannya. Dia banyak menulis racun
bisa ular dan di dalam bukunya juga menggambarkan, bahwa orang Mesir kuno
telah memiliki pengetahuan penangkal racun yaitu dengan menghambat laju
penyerapan racun dari saluran pencernaan. Disamping banyak lagi nama besar
toksikolog pada jaman ini, terdapat satu nama yang perlu mendapat catatan disini,
yaitu nama besar pada jaman Mesir dan Romawi kuno adalah Pendacious
Dioscorides (A.D. 50), dikenal sebagai bapak Materia Medika, adalah seorang
dokter tentara. Di dalam bukunya dia mengelompokkan racun dari tanaman,
hewan, dan mineral (Ling, 2000). Hal ini membuktikan, bahwa efek berbahaya
(toksik) yang ditimbulkan oleh zat racun (tokson) telah dikenal oleh manusia

5|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
sejak awal perkembangan beradaban manusia. Oleh manusia efek toksik ini
banyak dimanfaatkan untuk tujuan seperti membunuh atau bunuh diri. Untuk
mencegah keracunan, orang senantiasa berusaha menemukan dan
mengembangkan upaya pencegahan atau menawarkan racun. Usaha ini seiring
dengan perkembangan toksikologi itu sendiri. Namun, evaluasi yang lebih kritis
terhadap usaha ini baru dimulai oleh Maimonides (1135 - 1204) dalam bukunya
yang terkenal Racun dan Andotumnya (Lu, 1995).
Matthieu Joseph Bonaventura Orfila dikenal sebagai bapak toksikologi
modern. Ia adalah orang Spayol yang terlahir di pulau Minorca, yang hidup antara
tahun 1787 sampai tahun 1853. Pada awak karirnya ia mempelajari kimia dan
matematika, dan selanjutnya mempelajari ilmu kedokteran di Paris. Dalam
tulisannya (1814-1815) mengembangkan hubungan sistematik antara suatu
informasi kimia dan biologi tentang racun. Dia adalah orang pertama, yang
menjelaskan nilai pentingnya analisis kimia guna membuktikan bahwa
simtomatologi yang ada berkaitan dengan adanya zat kimia tertentu di dalam
badan. Orfila juga merancang berbagai metode untuk mendeteksi racun dan
menunjukkan pentingnya analisis kimia sebagai bukti hukum pada kasus kematian
akibat keracunan. Orfila bekerja sebagai ahli medikolegal di Sorbonne di Paris.
Orfila memainkan peranan penting pada kasus LaFarge (kasus pembunuhan
dengan arsen) di Paris, dengan metode analisis arsen, ia membuktikan kematian
diakibatkan oleh keracuanan arsen. M.J.B. Orfila dikenal sebagai bapak
toksikologi modern karena minatnya terpusat pada efek tokson, selain itu karena
ia memperkenalkan metodologi kuantitatif ke dalam studi aksi tokson pada
hewan, pendekatan ini melahirkan suatu bidang toksikologi modern, yaitu
toksikologi forensik. Dalam bukunya Traite des poison, terbit pada tahun 1814,
dia membagi racun menjadi enam kelompok, yaitu: corrosives, astringents, acrids,
stupefying or narcotic, narcoticacid, dan septica atau putreficants (Lu, 1995).
B. PERISTILAHAN DAN KLASIFIKASI DALAM BIDANG
TOKSIKOLOGI
Dalam lingkup toksikologi sering digunakan beberapa istilah yang mirip
yaitu, racun, toksin, toksikan yang memiliki arti yang mirip tetapi berbeda.
Berikut beberapa definisi yang perlu dipahami.

6|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
1. Racun Menurut Taylor, “Racun adalah setiap bahan atau zat yang dalam
jumlah tertentu bila masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimiawi
yang akan menyebabkan penyakit dan kematian”. Menurut Dorland Dictionary:
Racun adalah setiap zat yang bila dalam jumlah sedikit ditelan atau dihirup atau
diserap atau dioleskan atau disuntikkan ke dalam tubuh atau dihasilkan dalam
tubuh, memiliki aksi kimiawi dan menyebabkan kerusakan pada struktur atau
gangguan fungsi yang menimbulkan gejala, penyakit atau kematian.
2. Toksin Racun (poison) adalah zat yang memiliki efek berbahaya pada
organisme hidup. Sedangkan toksin adalah racun yang diproduksi oleh organisme
hidup. “Bisa”(venom) adalah racun yang disuntikkan dari organisme hidup ke
makhluk lain. “Bisa” (venom) adalah toksin dan toksin adalah racun, tidak semua
racun adalah toksin, tidak semua toksin adalah venom.
3. Venom atau “bisa” Racun dan “bisa” (venom) adalah toksin, karena toksin
didiskripsikan secara sederhana sebagai bahan kimia yang diproduksi secara
biologis yang mengubah fungsi normal organisme lain.
4. Toksikan Apa perbedaan toksin dan toxicant? Toksin adalah produk alami
seperti yang ditemukan pada jamur beracun, atau racun ular. Toksikan adalah
produk buatan manusia, produk buatan yang dipaparkan ke lingkungan karena
aktivitas manusia; Contohnya adalah produk limbah industri dan pestisida.
5. Toksoid Toksoid adalah toksin yang tidak aktif atau dilemahkan. Toksin
adalah racun yang dibuat oleh organisme lain yang bisa membuat kita sakit atau
membunuh kita. Dengan kata lain, toksin beracun. Toksoid tidak lagi beracun
tetapi masih sebagai imunogenik sebagai toksin dari mana ia berasal.
6. Xenobiotik Xenobiotik berasal dari bahasa Yunani: Xenos yang artinya
asing. Xenobiotik adalah zat asing yang secara alami tidak terdapat dalam tubuh
manusia. Contoh: obat obatan, insektisida, zat kimia.

 Klasifikasi Bahan Toksik :

1. Berdasarkan sumbernya, bahan toksik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Toksin tanaman b. Toksin hewan c. Toksin lingkungan (air, tanah, udara).
2. Berdasarkan senyawanya: a. Logam berat b. Senyawa organik c. Racun gas.
3. Berdasarkan penggunaannya: a. Obat-obatan b. Pestisida c. Pelarut organik
d. Logam berat.

7|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
C. KEDUDUKAN ILMU TOKSIKOLOGI
Pengetahuan dasar tentang toksikologi klinis dan forensik sangat penting.
Terlebih seorang analis laboratorium harus bisa berkomunikasi secara efektif
dengan klinisi, ahli patologi, petugas pemadam kebakaran, polisi dan, mungkin
juga orang lain. Selain itu, pemahaman yang baik tentang kimia klinis,
farmakologi dan farmakokinetik sangat diharapkan. Toksikologi modern
merupakan bidang yang didasari oleh multi disiplin ilmu, ia dengan dapat dengan
bebas meminjam bebarapa ilmu dasar, guna mempelajari interaksi antara tokson
dan mekanisme biologi yang ditimbulkan.
Ilmu toksikologi ditunjang oleh berbagai ilmu dasar, seperti kimia, biologi,
fisika, matematika. Kimia analisis dibutuhkan untuk mengetahui jumlah tokson
yang melakukan ikatan dengan reseptor sehingga dapat memberikan efek toksik.
Bidang ilmu biokimia diperlukan guna mengetahui informasi penyimpangan
reaksi kimia pada organisme yang diakibatkan oleh xenobiotika. Perubahan
biologis yang diakibatkan oleh xenobiotika dapat diungkap melalui bantuan ilmu
patologi, immunologi, dan fisiologi. Untuk mengetahui efek berbahaya dari suatu
zat kimia pada suatu sel, jaringan atau organisme memerlukan dukungan ilmu
patologi, yaitu dalam menunjukan perubahan wujud atau perubahan makroskopi,
mikroskopi, atau submikroskopi dari normalnya. Perubahan biologi akibat
paparan toksin dapat termanisfestasi dalam bentuk perubahan sistem kekebalan
(immun) tubuh, untuk itu diperlukan bidang ilmu immunologi guna lebih dalam
mengungkap efek toksik pada sistem kekebalan organisme.

8|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
Analisis toksikologi meliputi: (1) toksikologi darurat dan rumah sakit umum,
termasuk pemeriksaan “bisa” dan (2) kategori khusus: toksikologi forensik,
skrining untuk penyalahgunaan obat (drugs abuse), pemantauan obat terapeutik
(therapeutic drugs monitoring=TDM) dan toksikologi lingkungan serta yang
terkait dengan pekerjaan (occupational toxicology), meskipun ada banyak
tumpang tindih antara semua area ini. Metode analisis yang digunakan dalam
melakukan analisis toksikologi pada sampel biologis terkait dari studi toksikologi
itu sendiri, terutama toksikologi klinis dan forensik. Laboratorium tidak dapat
melakukan apapun untuk membantu proses diagnostik kecuali seseorang, baik itu
klinisi, ahli patologi, atau orang lain, mencurigai penyebab keracunan dan
memastikan spesimen dikumpulkan dan dikirim untuk dianalisis. Namun,
pengumpulan dan penanganan sampel yang tepat tidak selalu mudah dan memang
merupakan subjek tersendiri.

9|FILOSOFI TOKSIKOLOGI
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perkembangan ilmu toksikologi berawal dari konsep yang sederhana yaitu
racun, Kata racun (toxic berasal dari bahasa Yunani yang berarti panah. Panah
digunakan sebagai senjata pada saat itu dan anak panah diberi racun. Kemudian
orang Mesir kuno menggunakan racun untuk pengobatan. Hippocrates,
Pendacious Dioscorides Paracelcius mengembangkan konsep racun menjadi ilmu
tentang racun yang menjadi dasar dari toksikologi. Matthieu Joseph Bonaventura
Orfila dikenal sebagai bapak toksikologi modern. Orfila juga merancang berbagai
metode untuk mendeteksi racun dan menunjukkan pentingnya analisis kimia
sebagai bukti hukum pada kasus kematian akibat keracunan. M.J.B. Orfila dikenal
sebagai bapak toksikologi modern karena minatnya terpusat pada efek tokson,
selain itu karena ia memperkenalkan metodologi kuantitatif ke dalam studi aksi
tokson pada hewan, pendekatan ini melahirkan suatu bidang toksikologi modern,
yaitu toksikologi forensik.
Hubungan dosis, reseptor dan efek adalah hubungan linier, jika semakin
tinggi dosis racun yang masuk kedalam reseptor (merupakan tempat berikatnya
molekul obat dan sel tubuh) dan reseptor memberikan afinitas (daya tarik kimia)
yang tinggi maka efek toksik semakin besar. Dalam bidang toksikologi dibedakan
antara istilah racun, toksin, dan toksikan Toksisitas suatu bahan toksik dapat
dinyatakaan dalam ukuran LD50, atau dengan peristilahan misalnya: karsinogen,
mutagen, teratogen. Toksisitas juga digolongkan menjadi toksisitas akut dan
kronis. Penggunaan obat dapat mengakibatkan toleransi, habituasi,
ketergantungan (dependensi) dan ketagihan (adiksi).

2. SARAN
Penulis menyadari makalah ini sangat banyak kekurangan sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan makalah yang akan datang.

10 | F I L O S O F I T O K S I K O L O G I
DAFTAR PUSTAKA
Ariens E.J., Mutschler, E. R., dan A.M. Simonis. (1986). Toksikologi Umum: Pengantar.
(Penerjemah: Wattimena, Y.R., Widianto, M.B., Sukandar, E.Y. Editor: Kosasih
Padmawinata) Gajahmada University Press, Yogyakarta.
Flanagan, R.F., Taylor, A., Watson, I.D., Whelpton, R. (2007). Fundamental of Analytical
Toxicology, Willey, Sussex, England.
Frank C. Lu. (1985). Toksikologi dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko, edisi
kedua (Penerjemah: Edi Nugroho). Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Manahan, E.S. (2003).Toxicological Chemistry and Biochemistry, 3 rd ed. Lewis Publisher,
London.
Moffat, C.A., Osselton M,D., Widdop, B., (2004). Clark’s Analysis of Drugs and Poison: in
pharmaceutical, body fluid and post mortem material, 4th ed.Pharmacy Press,
Chicago.
Wirasuta, I M.A.G. (2006). Buku Ajar Toksikologi Umum, Jurusan Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Udayana, Denpasar.

11 | F I L O S O F I T O K S I K O L O G I

Anda mungkin juga menyukai