Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TOKSIKOLOGI XENOBIOTIK OKRATOKSIN PADA TUMBUHAN

Dosen Pengampu : Septia Dwi Cahyani, S.KL., M.KL

Disusun Oleh :

1. Dian Eka Prihandini (211513251415)


2. Elfa Cintiya Dewi (211513251417)
3. Gilbert Julian Mada Kaka (211513251447)
4. Olivia Dewirisna Nuna (211513251425)
5. Ricat Pongu Samalati (211513251427)
6. Sukma Dwi Utami (211513251429)

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah yang telah

memberikan rahmat dan berkah-Nya, yang tiada putus putus-Nya sehingga atas

hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul

“Toksikologi Okratoksin Pada Tumbuhan Okra”. Shalawat serta salam kami

haturkan kepada baginda Rasulullah yang telah membawa kita dari alam kegelapan

menuju ke alam yang terang-menerang.

Sebelumnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Septia Dwi Cahyani, S.KL., M.KL. Selaku dosen mata kuliah Toksikologi

Kesehatan Lingkungan, dalam kajian makalah ini kami penuhi sebagai pengajuan

tugas dari mata kuliah Toksikologi Kesehatan Lingkungan. Makalah ini sudah kami

susun dengan maksimal.

Adapun dalam makalah ini terdapat 4 bab, yang meliputi bab 1 berisi

pendahuluan, bab 2 berisi tinjauan pustaka, bab 3 berisi isi pembahasan, dan bab 4

berisi kesimpulan dan saran. Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari

sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun

tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran

dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Malang, 16 November 2022

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................3

2.1 Definisi Toksikologi...........................................................................................3

2.2 Definisi Okratoksin............................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................5

3.1 Pengertian Xenobiotik Okratoksin.....................................................................5

3.2 Sumber............................................................................................................. 7

3.3 Toksikologi Okratoksin......................................................................................8

3.4 Dampak Okratoksin........................................................................................10

BAB IV PENUTUP..............................................................................................12

4.1 Kesimpulan.....................................................................................................12

4.2 Saran............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikotoksin adalah metabolit sekunder produk dari kapang berfilamen,

dimana dalam beberapa situasi, dapat berkembang pada makanan yang

berasal dari tumbuhan maupun dari hewan. Kapang merupakan bagian normal

dari mikroflora pada tanaman pangan dan pakan yang disimpan, tetapi produksi

mikotoksin tergantung pada jenis kapang, praktek agronomi, komposisi

komoditas dan kondisi waktu panen, serta penanganan hasil dan

penyimpanannya (Martindah dkk., 2016).

Adapun beberapa jenis kapang yang dapat memproduksi lebih dari satu

jenis mikotoksin dan ada pula beberapa mikotoksin yang diproduksi lebih dari

satu spesies kapang. Paparan mikotoksin terutama terjadi melalui rantai

makanan. Makanan manusia dapat terkontaminasi mikotoksin pada berbagai

tahap dalam rantai makanan dan tiga genera jamur mycotoxigenic yang paling

penting adalah Aspergillus sp, Fusarium sp, dan Penicillium sp. (Martindah dkk.,

2016). Dijelaskan bahwa kelas utama mikotoksin yang dihasilkan oleh tiga

genus ini adalah aflatoksin (Aspergillus sp), okratoksin (Aspergillus sp dan

Penicillium sp), serta trikotesena dan fumonisin (Fusarium sp).

Okratoksin merupakan racun yang potensial dan penting seperti halnya

aflatoksin. Target organ utama dari okratoksin A adalah ginjal dan dikenal

sebagai nephrotoxin pada semua spesies hewan dan manusia. Trikotesena,

1
yang termasuk ke dalam jenis ini antara lain yaitu satratoksin-H, vomitoksin,

deoksinivalenol (DON) dan T-2 mikotoksin.

Berdasarkan penelitian Giovannoli et al., di tahun (2014) melakukan

determinasi kandungan senyawa OTA dalam wine menggunakan MI-SPE untuk

preparasi dan HPLC untuk analisis. Sorben MIP disintesis dengan

menggunakan OTA sebagai molekul cetakan, MAA sebagai monomer

fungsional dan EGDMA sebagai cross-linker. Metode MI-SPE/HPLC yang

dikembangkan pada penelitian ini, memiliki nilai recovery yang baik yaitu

sebesar 88% - 102% (Giovannoli, et al., 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan xenobiotik okratoksin ?

2. Apa penyebab dari sumber okratoksin pada tumbuhan ?

3. Bagaimana toksikologi okratoksin pada tumbuhan ?

4. Bagaimana dampak yang diakibatkan oleh okratoksin pada tumbuhan ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui maksud dari xenobiotik okratoksin

2. Mengetahui penyebab dari sumber okratoksin pada tumbuhan

3. Mengetahui toksikologi okratoksin pada tumbuhan

4. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh okratoksin pada tumbuhan

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Toksikologi

Toksikologi lingkungan adalah bidang ilmu yang mempelajari racun, yaitu

berbagai senyawa kimia yang dapat mengakibatkan bahaya ketika masuk ke

dalam tubuh makhluk hidup melalui mulut atau kulit di dalam lingkungan.

Toksikologi termasuk bidang ilmu yang terpadu yang melibatkan berbagai

disiplin ilmu lain seperti bidang kedokteran, farmasi, biokimia, kimia murni, kimia

analitik dan bidang ilmu-ilmu lain yang relevan dengan bahaya zat kimia.

(Sembel, 2015)

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek merugikan

berbagai bahan kimia dan fisik pada semua sistem kehidupan. Dalam istilah

kedokteran, toksikologi didefinisikan sebagai efek merugikan pada manusia

akibat paparan bermacam obat dan unsur kimia lain serta penjelasan keamanan

atau bahaya yang berkaitan dengan penggunaan obat dan bahan kimia

tersebut. Toksikologi sendiri berhubungan dengan farmakologi, karena

perbedaan fundamental hanya terletak pada penggunaan dosis yang besar

dalam eksperimen toksikologi. Setiap zat kimia pada dasarnya adalah racun,

dan terjadinya keracunan ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Salah satu

pernyataan Paracelsus menyebutkan “semua substansi adalah racun; tiada

yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari obat”. (Sembel,

2015)

3
2.2 Definisi Okratoksin

Okratoksin adalah kelompok mikotoksin yang dihasilkan oleh beberapa

spesies Aspergillus (Aspergillus ochraceus, A. carbonarius dan A. niger) serta

beberapa spesies Penicillium terutama Penicillium verrucosum. Okratoksin

terbagi menjadi okratoksin A, B dan C. Adapun okratoksin yang paling sering

ditemukan adalah okratoksin A. Okratoksin dapat bersifat toksik bagi organ hati

apabila terakumulasi dalam jumlah tertentu.

Peran okratoksin A (OTA) adalah sebagai agen penyebab penyakit pada

manusia yang masih spekulatif, meskipun demikian masalah kesehatan

masyarakat ditetapkan atas dasar efek toksik dan kemampuannya

mengkontaminasi melalui rantai makanan. Kontributor utama asupan OTA

adalah serelia dan produknya. Beberapa penulis telah mengindikasikan bahwa

roti sebagai salah satu sumber utama OTA. (Martindah dkk., 2016)

Okratoksin dihasilkan oleh jamur pada saat penyimpanan serealia, produk

turunan serealia dan rempah-rempah. Aspergillus ochraceus dan Penicillium

vaerrucosum dapat tumbuh pada bulir tanaman serealia yang disimpan dalam

suhu ≥ 15°C dan kelembaban antara 15-19%. Produksi okratoksin oleh jamur

tersebut dapat terjadi pada pH 5,5 dengan adanya zat besi, tembaga dan zink.

Kontaminasi toksin ini dipengaruhi oleh kondisi saat pemanenan dan pasca

panen produk pertanian.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Xenobiotik Okratoksin

Senyawa xenobiotik adalah semua senyawa kimia yang tidak dibutuhkan

oleh tubuh (zat asing). Senyawa xenobiotik akan dikeluarkan melalui jalur

metabolisme detoksifikasi sistem enzim fase 1 (monooksidase) dan fase 2

(konjugasi). Fase 1 dektosifikasi akan membuat produk senyawa xenobiotik

menjadi kurang berbahaya dan fase 2 akan mengubahnya menjadi zat larut air.

Sistem dektoksifikasi tidak spesifik, satu substrat bisa dikatalis oleh beberapa

enzim dan satu enzim bisa mengkatalis beberapa substrat. Senyawa xenobiotik

ada pula yang setelah dimetabolisme justru menjadi senyawa yang reaktif atau

bersifat radikal bebas. Hal ini mengakibatkan radikal bebas akan berikatan

dengan DNA atau protein dalam tubuh yang akan mengakibatkan efek toksik.

(Efendi, 2021)

Xenobiotik utama yang berkaitan dengan medis adalah obat, karsinogen

kimia, bahan alami dalam bahan makanan nabati, dan banyak variasi senyawa

yang kita temui di lingkungan seperti insektisida dan pestisida. Hampir semua

senyawa tersebut dimetabolisir utamanya di liver. Proses metabolisme ini dapat

merupakan proses menonaktifkan senyawa yang sebelumnya aktif, atau

mengaktifkan senyawa yang sebelumnya inert atau pro drug. Bisa juga

membentuk karsinogen atau mutagen dari prekursor yang inert. (Armanto,

2021)

5
Okratoksin merupakan racun yang potensial dan penting seperti halnya

aflatoksin. Target organ utama dari okratoksin A adalah ginjal dan dikenal

sebagai nephrotoxin pada semua spesies hewan dan manusia. (3) Trikotesena,

yang termasuk ke dalam jenis ini: Satratoksin-H, Vomitoksin, deoksinivalenol

(DON) dan T-2 mikotoksin. Trikotesena merupakan metabolit sesquiterpenoid

yang diproduksi oleh sejumlah genus kapang, termasuk Fusarium sp,

Myrothecium sp, Phomopsis sp, Stachybotrys sp, Trichoderma sp dan

Trichothecium sp. Trikotesena biasanya ditemukan sebagai kontaminan pada

makanan dan pakan, serta apabila dikonsumsi, mikotoksin ini dapat

mengakibatkan perdarahan di pencernaan dan muntah, jika terjadi kontak

langsung dapat menyebabkan dermatitis. (Martindah et al., 2016)

Okratoksin, terutama Okratoksin A (OA) diketahui sebagai penyebab

keracunan ginjal pada manusia maupun hewan, dan juga diduga bersifat

karsinogenik. Okratoksin A ini pertama kali diisolasi pada tahun 1965 dari

kapang Aspergillus ochraceus. Secara alami A. ochraceus terdapat pada

tanaman yang mati atau busuk, juga pada biji-bijian, kacang-kacangan dan

buah-buahan. Selain A.ochraceus, OA juga dapat dihasilkan oleh Penicillium

viridicatum yang terdapat pada biji-bijian di daerah beriklim sedang (temperate),

seperti pada gandum di eropa bagian utara. P. viridicatum tumbuh pada suhu

antara 0-31° C dengan suhu optimal pada 20° C dan pH optimum 6-7. A.

ochraceus tumbuh pada suhu antara 8-37° C . Saat ini diketahui sedikitnya 3

macam Okratoksin, yaitu Okratoksin A (OA), Okratoksin B (OB), dan Okratoksin

C (OC). OA adalah yang paling toksik dan paling banyak ditemukan di alam,

terumpama pada komoditas kopi selain itu OA juga banyak ditemukan pada

6
berbagai produk ternak seperti daging babi dan daging ayam. Hal ini karena OA

bersifat larut dalam lemak sehingga dapat tertimbun di bagian daging yang

berlemak. Manusia dapat terekspose OA melalui produk ternak yang

dikonsumsi.

3.2 Sumber

Kapang penyebab OTA mudah tumbuh pada bahan pangan seperti

jagung, kismis, jelai, sereal, kopi, buah kering, kakao dan kacang-kacangan.

Dengan demikian, produk olahan yang dibuat dari bahan–bahan tersebut dapat

berisiko mengandung OTA. Okratoksin A kadang-kadang ada pada komoditas

jagung ataupun produk-produk jagung, namun pada level yang sangat rendah

(Lee dan Ryu 2015), sedangkan A. ochraceus dan spesies terkait tidak

berasosiasi dengan komoditas jagung yang baru dipanen, tetapi spesies ini

kadang-kadang muncul dan menghasilkan okratoksin A selama masa simpan

yang panjang. (Susilowati, et al., 2020)

Kandungan okratoksin A pada kopi pertama kali dilaporkan pada tahun

1970. A. westerdijkiae merupakan sumber utama okratoksin A pada kopi

arabika, sedangkan A. carbonarius dikenal sebagai sumber utama okratoksin A

pada kopi robusta. Infeksi biji kopi oleh spesies Aspergillus toksigenik tidak

terjadi sampai tahap pengeringan. Infeksi A. flavus atau spesies terkait dalam

biji kopi tidak umum dan aflatoksin tidak menjadi masalah utama pada

komoditas kopi. (Susilowati, et al., 2020)

Okratoksin dihasilkan oleh jamur pada saat penyimpanan serealia,

produk turunan serealia dan rempah-rempah. Aspergillus ochraceus dan

Penicillium vaerrucosum dapat tumbuh pada bulir tanaman serealia yang

7
disimpan dalam suhu ≥ 15°C dan kelembaban antara 15-19%. Produksi

okratoksin oleh jamur tersebut dapat terjadi pada pH 5,5 dengan adanya zat

besi, tembaga dan zink. Kontaminasi toksin ini dipengaruhi oleh kondisi saat

pemanenan dan pasca panen produk pertanian. (Martindah et al., 2016). Serta

mengonsumsi okra dalam batas aman tentu akan memberikan sejumlah nutrisi

dan berbagai manfaat kesehatan bagi tubuh. Namun, jangan sampai Anda

memakannya secara berlebihan. Alih-alih menawarkan manfaat baik, terlalu

banyak makan sayur bendi justru dapat mengarah pada masalah kesehatan,

seperti batu ginjal. Sayur bendi mengandung oksalat, yakni kalsium yang

menjadi penyebab batu ginjal.

Dilaporkan bahwa jagung dari wilayah Asia, merupakan komoditas yang

paling banyak terkontaminasi mikotoksin, yaitu berturut-turut fumonisin,

deoksinivalenol, zearalenon, aflatoksin B1, dan Okratoksin. Kapang penyebab

OTA mudah tumbuh pada bahan pangan seperti jagung, sereal, kopi, buah

kering, kakao dan kacang-kacangan. Dengan demikian, produk olahan yang

dibuat dari bahan–bahan tersebut dapat berisiko mengandung OTA. Dengan

demikian, kontaminasi kapang dapat menjadi masalah bagi keamanan pakan,

mengurangi palabilitas dan hilangnya nilai gizi. Selain itu, pakan dapat

terkontaminasi dengan metabolit sekunder beracun (mikotoksin) yang dihasilkan

oleh kapang tersebut. (Martindah et al., 2016)

3.3 Toksikologi Okratoksin

Adapun beberapa cakupan seperti lama paparan, dosis, dan jalur paparan

terkait toksikologi okratoksin, antara lain sebagai berikut :

8
a. Lama Paparan

Okratoksin A dikenal paling toksik dan paling banyak ditemukan di

alam. Okratoksin A terdeteksi pada 45% contoh anggur putih, serta masing-

masing 66% dan 71% pada anggur rose dan merah. Dijelaskan pula bahwa

akumulasi OA berkaitan dengan suhu yang tinggi yang memicu pertumbuhan

spesies Aspergillus penghasil OA lebih tinggi melampaui Penicillium. Selain

itu, okratoksin juga banyak ditemukan pada kopi, daging babi, dan daging

ayam.

Pada komoditas kopi, negara pengimpor mensyaratkan kadar OA

yang sangat rendah, yaitu maksimum 4 ppb atau bahkan bebas OA.

Alternaria merupakan genus kapang yang secara alami menginfeksi buah,

baik sebelum maupun setelah dipanen, dan menyebabkan bercak pada

buah, busuk pada biji-bijian dan penyakit pada tanaman , yang pada kondisi

yang cocok mampu menghasilkan toksin.

Mikotoksin merupakan senyawa yang bersifat toksik dan sangat

stabil, sehingga sangat sulit dihilangkan bahkan dengan pemanasan suhu

tinggi. Dalam waktu 6 jam saja, jamur sudah bisa tumbuh dan langsung

menghasilkan toksin. Disamping itu, mikotoksin juga bersifat akumulatif di

dalam tubuh, sehingga paparan dalam jangka panjang akan berefek negatif

pada tubuh ternak.

b. Dosis

Batas Maksimum Batas maksimum pada pangan telah diatur dalam

Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.06.1.52.4011 Tahun 2009 tentang

Penetapan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dan Kimia Dalam Makanan,

misalnya: Produk olahan serealia sebagai bahan baku, batas maksimum

9
OTA: 5 mcg/kg. Produk olahan serealia siap konsumsi, batas maksimum

OTA: 3 mcg/kg. (BPOM,R1.2012)

c. Jalur Paparan

P. viridicatum tumbuh pada suhu antara 0-31° C dengan suhu optimal

pada 20 ° C dan pH optimum 6-7. A.ochraceus tumbuh pada suhu antara 8-

37 ° C . Saat ini diketahui sedikitnya 3 macam Okratoksin, yaitu Okratoksin A

(OA), Okratoksin B (OB), dan Okratoksin C (OC). OA adalah yang paling

toksik dan paling banyak ditemukan di alam, terupama pada komoditas kopi

selain itu OA juga banyak ditemukan pada berbagai produk ternak seperti

daging babi dan daging ayam. Hal ini karena OA bersifat larut dalam lemak

sehingga dapat tertimbun di bagian daging yang berlemak. Manusia dapat

terekspose OA melalui produk ternak yang dikonsumsi.Target organ utama

dari okratoksin A adalah ginjal dan dikenal sebagai nephrotoxin pada semua

spesies hewan dan manusia.

Trikotesena merupakan metabolit sesquiterpenoid yang diproduksi

oleh sejumlah genus kapang, termasuk Fusarium sp, Myrothecium sp,

Phomopsis sp, Stachybotrys sp, Trichoderma sp dan Trichothecium sp.

Trikotesena biasanya ditemukan sebagai kontaminan pada makanan dan

pakan, serta apabila dikonsumsi, mikotoksin ini dapat mengakibatkan

perdarahan di pencernaan dan muntah, jika terjadi kontak langsung dapat

menyebabkan dermatitis.

3.4 Dampak Okratoksin

Okratoksin A merupakan bahan kimia yang menyebabkan efek sitotoksin

dan penyebab kerusakan pada hati dan ginjal (akut maupun kronis). Okratoksin

10
A dapat pula menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan untuk sejumlah

spesies mamalia dan bersifat genotoksik. (BPOM,R1.2012)

Okratoksin A (OA) diketahui sebagai penyebab keracunan ginjal pada

manusia maupun hewan, dan juga diduga bersifat karsinogenik. Serta dapat

menyebabkan kerusakan hati, penekanan kekebalan, dan kelainan bentuk bayi.

Di Indonesia, regulasi SNI untuk batas maksimum mikotoksin pada

pakan juga telah ditetapkan (SNI 2009a; 2009b). Menurut beberapa jenis dan

tipe mikotoksin adalah sebagai berikut: Okratoksin, termasuk Okratoksin A, B

dan C, merupakan metabolit dari A. ochraceus sebagai racun yang diproduksi

oleh Aspergillus sp, okratoksin merupakan racun yang potensial dan penting

seperti halnya aflatoksin. Target organ utama dari okratoksin A adalah ginjal dan

dikenal sebagai nephrotoxin pada semua spesies hewan dan manusia.

(Martindah,2016)

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Xenobiotik okratoksin merupakan semua senyawa kimia yang tidak

dibutuhkan oleh tubuh (zat asing). Secara tidak langsung dengan adanya

A. ochraceus yang terdapat pada tanaman biji-bijian, kacang-kacangan

dan buah-buahan yang mati dan busuk.

2. Sumber OTA mudah tumbuh pada bahan pangan seperti jagung, kismis,

jelai, sereal, kopi, buah kering, kakao dan kacang-kacangan. Dengan

demikian, produk olahan yang dibuat dari bahan–bahan tersebut dapat

berisiko mengandung OTA.

3. Toksikologi okratoksin hanya dalam waktu 6 jam saja, jamur sudah bisa

tumbuh dan langsung menghasilkan toksin. biasanya ditemukan sebagai

kontaminan pada makanan dan pakan. Dosis yang sesuai telah diatur

oleh Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.06.1.52.4011 Tahun

2009 Produk olahan serealia sebagai bahan baku, batas maksimum

OTA: 5 mcg/kg. Produk olahan serealia siap konsumsi, batas maksimum

OTA: 3 mcg/kg. (BPOM,R1.2012)

4. Okratoksin A (OA) mengakibatkan keracunan ginjal pada manusia

maupun hewan, dan juga diduga bersifat karsinogenik. Serta dapat

menyebabkan kerusakan hati, penekanan kekebalan, dan kelainan

bentuk bayi.

12
4.2 Saran
1. Menambah kembali referensi bacaan agar melengkapi kurangnya

panduan bacaan.

2. Menemukan inovasi untuk mencegah dan meminimalisir adanya

kemungkinan okratoksin pada tumbuhan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Armanto, Rachmad Poedyo. "METABOLISME XENOBIOTIK Dasar Pemahaman

Interaksi Obat." (2021): 5-22.

BPOM, RI.(2012). PETUNJUK MEMINIMALKAN TERBENTUKNYA CEMARAN

KIMIA PADA PANGAN SIAP SAJI DAN PANGAN INDUSTRI RUMAH

TANGGA SEBAGAI PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH.

Efendi, Adi. "PENGARUH EKSTRAK UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa

(Mill.) Urb.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN TERHADAP DIAMETER LUMEN

TUBULUS GINJAL MENCIT BETINA (Mus musculus L.) YANG DIPAPAR

RHODAMIN B." Prosiding Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda 1

(2021): 55-63.

Giovannoli, Cristina, et al. "Determination of ochratoxin A in Italian red wines by

molecularly imprinted solid phase extraction and HPLC analysis." Journal

of agricultural and food chemistry 62.22 (2014): 5220-5225.

Lee, Hyun Jung, and Dojin Ryu. "Significance of ochratoxin A in breakfast cereals

from the United States." Journal of agricultural and food chemistry 63.43

(2015): 9404-9409.

Martindah, E., & Bahri, S. (2016). Kontaminasi mikotoksin pada rantai

makanan. Wartazoa, 26(3), 115-124.

14
MZ, R. P., Kusumaningrum, H. D., & Haryadi, R. D. Prevalensi Kapang

Okratoksigenik dan Kandungan Okratoksin A pada Kopi Selang Semende.

agriTECH, 40(2), 110-117.

NOVERIZA, R. (2008). Kontaminasi cendawan dan mikotoksin pada tumbuhan obat.

Perspektif, 7(1), 35-46.

Sembel, D. T. (2015). Toksikologi lingkungan. Penerbit Andi.

Susilowati, Dwi N., Dalia Sukmawati, and Yadi Suryadi. "Cendawan Penghasil

Mikotoksin pada Komoditas Pertanian." Buletin Plasma Nutfah Vol 26.2

(2020): 157-172.

15

Anda mungkin juga menyukai