Anda di halaman 1dari 7

Laporan praktikum 1 Hari, tanggal : Kamis, 22 Agustus 2019

Fisiologi Nutrisi Tempat : Laboratorium NTDK


Nama Dosen : Prof. Dr. Ir. Dewi Apri
Astuti MS
Nama Asisten : Kokom Komalasari S.Pt,
M.Si
Darmawan
Annisa Rosmalia
Budi Setiadi Hermanto
Mohamad Ramdoni
Indri Agustiyani

DARAH I

Kelompok 6/siang

Nama anggota:

Hajrian Rizqi A D24180062


Hanif Bagus Z D24180002
Fauzan Rivai D24180043
Lu’lu’ Nabila Salsabila D24180106
Bhernika Rizki I D24180112
Eka Puspitasari D24180045

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh untuk
berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri. Darah
merupakan cairan yang terdapat di dalam pembuluh darah yang memiliki fungsi
mengatur keseimbangan asam dan basa,mentransportasikan O2, karbohidrat, dan
metabolit, mengatur suhu tubuh dengan cara konduksi atau hantaran, membawa
panas tubuh dari pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan ke
seluruh tubuh, dan pengaturan hormon dengan membawa dan mengantarkan dari
kelenjar ke sasaran tempat elemen selular diantaranya eritrosit, leukosit, dan
trombosit. Eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya adalah kantung hemogoblin
terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dalam darah. Leukosit (sel
darah putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah tempat cedera
atau tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit (Khairil 2016).
Hemoglobin merupakan protein yang ada dalam sel darah merah,
hemoglobin berfungsi untuk mensuplai oksigen keseluruh tubuh termasuk juga
jantung dan paru paru, hemoglobin juga dibawa oleh darah untuk mensuplai
oksigen ke aringan untuk bisa menghasilkan energy, sehingga semakin banya
oksgen yag di sulai makan akan semakin meningkatkan daya tahan kardiovaskuler,
dan apabila kekurangan hemoglobin maka kadar kardiovaskuler juga akan
menurun. Hemoglobin memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan
dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan
melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn
dan Intan 2009).
Hematokrit adalah persentase volume seluruh erirosit yang ada di dalam
darah dan diambil dalam volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara
memutarnya di dalam tabung khusus dalam waktu dan kecepatan tertentu yang
nilainya dinyatakan dalam persen (%) nilai untuk pria 40 -48 % dan untuk wanita
37-43% (Sadikin M 2008).

Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengamati darah tanpa diproses untuk mengetahui


bentuk sel darah, sel eritrosit dan leukosit, serta mikroorganisme di dalam darah.
Tujuan lain dari praktikum ini adalah menentukan kadar hemoglobin dalam darah
dengan metode Sahlii dan mengukur persen hematocrit pada darah darah domba.

MATERI DAN METODE

Materi

Alat
Percobaan ini menggunakan alat yang beragam untuk memudahkan
praktikum tentang darah. Alat yang digunakan antara lain kaca benda (object glass)
dan kaca penutup (cover glass), mikroskop, Hemoglobinmeter Sahli, Tabung Sahli,
Pipet Sahlii, Standar warna Sahli, alat pengaduk, pipet hematokrit, sentrifuge
hematokrit, karet penyumbat darah/ cresta seal dan alat pembaca hematokrit.
Bahan
Percobaan ini menggunakan beberapa bahan sebagai dasar percobaan.
Bahan yang digunakan antara lain darah domba segar, larutan fisiologis NaCl, HCl
0,1N, dan aquades.

Metode

Sediaan natif darah


Alat-alat yang digunakan diperiksa dan dibershikan. Darah diambil satu
tetes dan diletakkan pada kaca benda (object glass) kemudian ditambahkan satu
tetes lagi larutan fisiologis NaCl pada darah tersebut di atas gelas benda (object
glass). Darah dan larutan fisiologis NaCl yang telah tercampur di atas gelas objek
ditutup dengan kaca penutup (cover glass). Kaca benda (object glass) dan kaca
penutup (cover glass) beserta darah dan larutan fisiologis NaCl diletakkan pada
mikroskop. Darah diamati menggunakan pembesaran 10 x 10 dan 40 x 10 kemudian
dicatat bentuk sel darah hingga mikroorganisme di dalamnya. Alat yang telah
digunakan dibersihkan kembali.

Kadar hemoglobin di dalam darah


Alat-alat yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Tabung Sahli diisi
dengan larutan HCL 0,1N sampai angka 10. Darah dihisap dengan pipet Sahli
sampai angka 0,2 ml perlahan lahan kemudian dimasukkan pada tabung Sahli.
Darah dan larutan HCl didiamkan satu menit di dalam tabung. Tabung Sahli berisi
darah dan larutan HCl 0,1 N diaduk dan diletakkan pada standar warna sahli.
Aquadest ditambahkan pada tabung Sahli dan terus di aduk sampai warna pada
darah sesuai dengan standar warna Sahli. Warna yang telah sesuai kemudian diukur
volumenya dengan menggunakan hemoglobinmeter Sahli.

Hematokrit
Tabung hematokrit ditempelkan pada darah kemudian darah masuk pada
tabung hematokrit sampai 4/5 bagian. Ujung tabung hematokrit ditutup dengan
cresta seal. Tabung dimasukkan pada centrifuge selama sepuluh menit dengan
kecepatan 11500-15000 rpm hingga bagian darah terpisah menjadi plasma yang
berwarna jernih, trombosit serta leukosit yang berwarna abu-abu dan eritrosit yang
berwarna merah. Nilai hematokrit di hitung dengan mengukur persen volume
eritrosit dari darah menggunakan alat baca mikrohematokrit

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kadar hemoglobin dapat diketahui dengan metode Sahli dan persentase


Packed Cell Volume (PCV) diketahui dengan mensentrifuge hematokrit. Berikut
Tabel 1 yang menyajikan data Hb dan PCV dari 8 kelompok praktikum siang
fisiologi nutrisi.

Tabel 1 Hasil pengamatan Hb dan PCV padadarah domba

Larutan Hb (gr %) PCV (%)

1 11,4 29

2 11,4 30

3 11,2 32

4 12 31

5 11,2 29

6 10,8 28

7 13 28

8 9,4 29

Rataan 11,3 29,5

Pembahasan

Darah adalah kendaraan untuk transport masal jarak jauh dalam tubuh untuk
berbagai bahan antara sel dan lingkungan eksternal antara sel-sel itu sendiri. Darah
terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular diantaranya eritrosit,
leukosit, dan trombosit. Eritrosit (sel darah merah) pada hakikatnya adalah kantung
hemogoblin terbungkus membran plasma yang mengangkut O2 dalam darah.
Leukosit (sel darah putih) satuan pertahanan sistem imun, diangkut dalam darah
tempat cedera atau tempat invasi mikro organisme penyebab penyakit. Trombosit
penting dalam homeostasis, penghentian pendarahan dari pembuluh yang cedera.
Jika darah mengalami gangguan, maka segala proses metabolisme tubuh akan
terganggu pula (Fitryadi dan Sutrikno. 2016)
Sel darah merah merupakan komponen esensial pada tubuh manusia yang
pada keadaan normal selalu berbentuk bikonkaf, tak berinti dan berfungsi sebagai
pembawa oksigen. Fungsi utama dari sel-sel darah merah, yang juga dikenal
sebagai eritrosit adalah mengangkut hemoglobin, dan seterusnya mengangkut
oksigen dari paru-paru ke jaringan. Selain mengangkut hemoglobin, sel-sel darah
merah juga mempunyai fungsi lain (Anamisa 2015).
Hemoglobin merupakan dapur asam-basa (seperti juga pada kebanyakan
protein), sehingga hemoglobin bertanggung jawab untuk sebagian besar daya
transportasi seluruh darah. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi
terpenting hemoglobin adalah transporsi O2 dan CO2 antara paru-paru dan
jaringan. Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan peranan penting
pada kedua proses tersebut (Anamisa 2015).
Hemoglobin mengikat empat molekul oksigen per tetramer (satu per subunit
heme), dan kurva saturasi oksigen memiliki bentuk sigmoid. Sarana yang
menyebabkan oksigen terikat pada hemoglobin adalah jika juga sudah terdapat
molekul oksigen lain pada tetramer yang sama. Jika oksigen sudah ada, pengikatan
oksigen berikutnya akan berlangsung lebih mudah. Dengan demikian, hemoglobin
memperlihatkan kinetika pengikatan komparatif, suatu sifat yang memungkinkan
hemoglobin mengikat oksigen dalam jumlah semaksimal mungkin pada organ
respirasi dan memberikan oksigen dalam jumlah semaksimal mungkin pada partial
oksigenjaringan perifer. Disamping mengangkut oksigen dari paru ke jaringan
perifer, hemoglobin memperlancar pengangkutan karbon dioksida (CO2) dari
jaringan ke dalam paru untuk dihembuskan ke luar. Hemoglobin dapat langsung
mengikat CO2 jika oksigen dilepaskan dan sekitar 15% CO2 yang dibawa di dalam
darah diangkut langsung pada molekul hemoglobin. C02 bereaksi dengan gugus α-
amino terminal amino dari hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton
yang turut menimbulkan efek Bohr.
Hemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap kehilangan 4 molekul oksigen
dan dengan demikian turut memberikan pengaruh yang berarti pada kemampuan
pendaparan darah. Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik yaitu seiring
oksigen berikatan dengan hemoglobin yang berada dalam keadaan tanpa oksigen
(deoksigenasi), proton dilepas dan bergabung dengan bikarbonat sehingga
terbentuk asam karbonat. dengan bantuan enzim karbonik anhidrase, asam karbonat
membentuk gas CO2 yang kemudian dihembuskan keluar (Anamisa DR. 2015).
Hematokrit merupakan volume sel-sel darah dibandingkan dengan plasma
darah yang dinyatakan dalam prosentase. Pengamatan hematokrit dilakukan dengan
memasukkan darah yang disimpan pada tabung eppendorf ke dalam kapiler
hematokrit yang diberi penutup lilin (vitrex). Kemudian darah pada kapiler
hematokrit tersebut disentrifus dengan kecepatan 11.000 rpm selama 3 menit.
Panjang endapan eritrosit pada kapiler diukur dengan penggaris dan dihitung
prosentase volumenya sebagai hematokrit. Endapan berwarna bening agak
kekuning-kuningan dicatat sebagai hemoglobin ( Yanto et al. 2015)
Nilai hematokrit dapat digunakan sebagai tes skrining sederhana untuk
anemia, sebagai referensi kalibrasi untuk metode otomatis hitung sel darah, dan
secara kasar untuk membimbing keakuratan pengukuran hemoglobin. Nilai
hematokrit yang dinyatakan g/L adalah sekitar tiga kali kadar Hb (Kiswari 2014).
Nilai hematokrit dari sampel perbandingan antara volume eritrosit dengan volume
darah secara keseluruhan. Nilai hematokrit dapat dinyatakan sebagai persentase
(konvensional) atau sebagai pecahan decimal (unit SI), liter/liter (L/L). Asam
heparin kering dan etilen diamin tetra asetat (EDTA) adalah antikoagulan yang
memuaskan untuk tujuan tes ini. (Kiswari 2014).
Hasil yang didapatkan pada praktikum ini adalah kadar hemoglobin dan
hematokrit yang berbeda satu sama lain. Praktikum ini menggunakan darah domba
yang sama untuk semua kelompok, namun hasil hemoglobin dan hematokrit yang
didapatkan berbeda satu sama lain. Hasil yang seharusnya didapatkan adalah sama
karena menggunakan sampel darah yang sama setiap kelompoknya. Perbedaan
hasil pada hemoglobin ini dikarenakan kesalahan pada praktikum ini, yaitu karena
standar warna Sahli pada hemoglobinometer yang tidak sesuai. Perbedaan hasil
pada hematokrit ini dikarenakan darah yang diambil berbeda satu sama lain dan
tidak tepat 4/5 isi tabung.
Nilai rata-rata hemoglobin yang diperoleh pada percobaan kali ini yaitu 11,3
g, hal ini sesuai dengan literatur dimana literatur menyatakan bahwa kadar
hemoglobin normal pada darah domba yaitu sebesar 11-13 g/100 ml (Soeharsono
et al. 2010). Nilai rata-rata hematokrit yang didapat pada percobaan kali ini yaitu
29,5%, hal ini sesuai berdasarkan Soeharsono et al. dimana nilai hematokrit pada
domba dalam kondisi normal berkisar antara 27-37%. Jika jumlah eritrosit dan
kadar hemoglobin berubah, maka persentase jumlah hematokrit juga ikut berubah.
Umumnya kadar hemoglobin pada darah berbeda pada setiap individu yang
berbeda. Kadar hemoglobin antara lain dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
pakan, dan lingkungan (Sturkie, 1976). Selain itu ketinggian tempat dimana ternak
hidup dapat mempengaruhi kadar hemoglobin dalam darah (Atmadilaga, 1979).
Pada berbagai jenis unggas yang normal, hemoglobin menempati sepertiga dari
volume eritrosit (Campbell, 1995). Hemoglobin di dalam eritrosit memungkinkan
timbulnya kemampuan untuk mengikat oksigen, hal tersebut dikarenakan
hemoglobin merupakan protein yang kaya akan zat besi. Selain itu peningkatan
nilai hematokrit, juga akan diikuti oleh peningkatan kadar hemoglobin (Soetrisno,
1987).

SIMPULAN

Darah terdiri dari cairan kompleks plasma tempat elemen selular


diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit. Praktikum ini menggunakan darah
domba yang sama untuk semua kelompok, namun hasil hemoglobin dan
hematokrit yang didapatkan berbeda satu sama lain. Perbedaan hasil pada
hemoglobin ini dikarenakan kesalahan pada praktikum ini, yaitu karena standar
warna Sahli pada hemoglobinometer yang tidak sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Anamisa DR. 2015. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin.
Jurnal Ilmu Komputer dan Sains Terapan. 10(10) : 106-110.
Atmadilaga. 1979. Kedudukan Usaha Ternak Tradisional dan Perusahaan Ternak
dalam Sistem Pembangunan Peternakan. Workshop Purna Sarjana Fakultas
Ekonomi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Campbell, T. W. 1995. Avian Hematology and Cytology. Iowa : Iowa State
University Press.
Evelyn, Intan P. 2016. Strategi dalam Penanggulangan Pencegahan Anemia pada
Kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya. 120 (3):1–9.
Fitryadi K, Sutrikno. 2016. Pengenalan Jenis Golongan Darah Mengguna. Jurnal
Masyarakat Informatika. 7(1) : 1-10.
Khairil S. 2016. Pengenalan jenis golongan darah menggunakan jaringan saraf
tiruan perceptron. Jurnal Masyarakat informatika. 7 (1) : 1-2.
Sadikin M. 2008. Biokimia darah. Jakarta (ID):Widya Medika.
Soeharsono, A. Mushawwir, E. Hernawan, L. Adriani, K. A. Kamil. 2010. Fisiologi
Ternak: Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada
Hewan. Widya Padjadjaran, Bandung.
Soetrisno. 1987. Diktat Fisiologi Ternak. Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Sturkie, P. D. 1976. Blood : Physical Characteristics, Formed, Elements,
Hemoglobin, and Coagulan in Avian Physiology. Thirt Edition. Springer
Verlag, New York.
Yanto H, Hasan H, dan Sunarto. 2015. Studi Hematologi Untuk Diagnosa Penyakit
Ikan Secara Dini di Sentra Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Sungai Kapuas
Kota Pontianak. Jurnal Akuatika. 6(1) : 11-20.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai