Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum ke: 6 Hari/Tanggal : Senin/13 Maret 2023

Mikrobiologi Nutrisi Tempat : Lab. Biokimia dan Mikrobiologi


Praktikum Nutrisi
Dosen : Prof. Dr. Ir. Komang G. Wiryawan
Nama Asisten : Inka Shal Sabilah (D24190023)
Tariza Ramadhania (D24190045)

TEKNIK COUNTING BAKTERI AEROB

ABDURRAHMAN SHIDDIQ
D2401211140
P3/K1

DEPARTEMEN ILMU DAN NUTRISI TEKNOLOGI PAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2023
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bakteri merupakan organisme mikroskopis bersel tunggal (uniseluler). Struktur


sel meliputi flagellum, pilus, fimbriae, kapsul, dinding sel, membran sel, mesosom,
ribosom, nukleoid, dan spora. Keberadaan bakteri dalam suatu media atau lingkungan
ada yang dapat menguntungkan dan ada yang merugikan juga, bakteri yang
keberadaannya tidak dikehendaki atau merugikan harus dihambat pertumbuhannya.
Salah satu contohnya bakteri Bacillus yang bersifat patogen dapat berbahaya dan
menjadi pembawa penyakit seperti Bacillus antraks yang menyebabkan penyakit
antraks khususnya pada hewan ternak seperti sapi (Mahendra 2012). Bakteri memiliki
jenis yang sangat beragam. Jenis bakteri berdasarkan cara memperoleh oksigen terbagi
menjadi bakteri aerob dan bakteri anaerob. Bakteri aerob dapat memanfaatkan oksigen
bebas yang terlarut. Adapun bakteri anaerob tidak dapat memanfaatkan oksigen bebas
dan hanya menggunakan oksigen yang terkandung di dalam suatu senyawa-senyawa
(Suwoyo et al. 2015). Bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti untuk pertumbuhan, respirasi, dan bereproduksi. Sistem
enzim bakteri aerob membutuhkan oksigen sebagai elektron aseptor pada proses
fosforilasi oksidatifnya (Safitri 2019).
Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah sejenis bakteri gram positif, tidak
menghasilkan spora, berbentuk bulat atau batang dan memproduksi asam laktat sebagai
produk akhir metabolik utama selama proses fermentasi (Ramesh dan Ray 2015).
Bakteri asam laktat dapat berfungsi sebagai bakteriosin yang sangat bermanfaat bagi
kesehatan. Bakteriosin adalah komponen ekstraseluler berupa peptide atau senyawa
yang berupa protein antimikroba yang memperlihatkan suatu respon berlawanan
terhadap bakteri tertentu. Bakteri asam laktat juga disebut probiotik (Oktafianti et al.
2018). Dalam saluran pencernaan yang bersifat kompetitif BAL memiliki peranan
penting untuk mengeliminasi bakteri pathogen penyebab penyakit atau bakteri patogen
sehingga memberikan pengaruh positif terhadap fisiologis kesehatan pada manusia
ataupun hewan (Detha et al. 2019). Untuk menghitung populasi bakteri dapat dilakukan
dengan menggunakan metode Total Plate Count (TPC). Metode perhitungan TPC atau
sering disebut metode hitung cawan dibedakan menjadi beberapa teknik, yaitu teknik
tuang (pour plate), teknik sebaran (spread plate), dan teknik drop plate. Penggunaan
metode Total Plate Count (TPC) dan penggunaan larutan pengencer yang berbeda
dapat mempengaruhi hasil hitung cawan yang dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan
pengamatan lebih lanjut mengenai metode hitung cawan.

1.2. Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara melakukan teknik counting


bakteri aerob menggunakan metode cawang tuang.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bakteri Aerob

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” dalam bahasa Yunani yang berarti
tongkat atau batang. Merupakan organisme yang paling sederhana, bakteri pada
umumnya bersel satu, berkembangbiak dengan pembelahan diri, dan berukuran mikron
sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Aminah dan Nur 2018). Bakteri aerob
merupakan bakteri yang dapat hidup menggunakan glikosa atau zat organic lain
sebagai susbtrat untuk dioksidasi menjadi karbondioksida dan air serta diperlukan
energi (Harahap et al. 2021). Bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti untuk pertumbuhan, respirasi, dan bereproduksi. Begitu
pentingnya oksigen bagi mereka, pada lingkungan tanpa oksigen bakteri ini akan
mengalami kematian (Safitri 2019). Sistem enzim bakteri aerob membutuhkan oksigen
sebagai elektron aseptor pada proses fosforilasi oksidatifnya sehingga diperoleh energi.
Contoh bakteri areob adalah Bacillus sp., Escherichia coli, Streptococcus, Acetobacter
sp., Lactobacillus, dan Nitrosomonas sp. (Widodo 2019).

2.2 Bakteri Asam Laktat (BAL)

Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri dengan ciri memiliki
gram positif, tidak membentuk spora, berbentuk coccus atau basil, dan pada umumnya
katalase negatif (Nudyanto dan Zubaidah 2015). Bakteri asam laktat dapat membantu
proses fermentasi melalui metabolisme karbohidrat dan memproduksi asam laktat
sebagai produk akhir. Bakteri asam laktat memproduksi komponen metabolit seperti
asam organik, hidrogen peroksida, bakteriosin, dan komponen lainnya. Metabolit yang
dihasilkan oleh bakteri asam laktat tersebut merupakan agen yang dapat digunakan
dalam menghambat secara alami mikroba pathogen (Emmawati et al. 2015). Bakteri
asam laktat dapat berfungsi sebagai bakteriosin yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
(Oktafianti et al. 2018). Tidak hanya itu, bakteri asam laktat juga termasuk ke dalam
probiotik yang dapat memberikan manfaat kesehatan terhadap inangnya apabila
dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (Emmawati et al. 2015).

2.3 CaCO3

Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan zat yang umum ditemukan di batuan


dan merupakan komponen utama yang terdapat dalam batu kapur, mutiara, cangkang
organisme laut, kulit telur dan siput. Kalsium karbonat merupakan mineral inorganik
yang tersedia dengan harga terjangkau secara komersial. Sifat fisik kalsium karbonat
seperti, fase, morfologi, ukuran dan distribusi ukuran harus dimodifikasi menurut
bidang aplikasinya (Septianto 2023). Penggunaan kalsium karbonat (CaCO3) dalam
kultur bakteri dapat digunakan dengan cara ditambahkan pada media MRSA, dimana
bertujuan untuk menyeleksi bakteri asam laktat yang tumbuh pada medium, setelah
diinkubasi maka akan terlihat zona bening di sekitar koloni bakteri yang tumbuh.
Selama inkubasi, bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat yang bereaksi dengan
CaCO3 yang tidak larut di dalam medium sehingga membentuk kalsium laktat yang
larut, dengan ditandai adanya daerah atau zona bening disekitar koloni bakteri yang
tumbuh (Agus 2017).

2.4 Media MRSA (Man Rogosa Sharpe Agar)

Media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat dan nutrisi
yang diperlukan mikroba untuk pertumbuhannya. Berdasarkan sifat-sifatnya, media
terbagi dari beberapa macam, di antaranya yaitu media umum dan media selektif
(Mende et al. 2019). Media MRSA merupakan media selektif yang dapat
menumbuhkan bakteri asam laktat (BAL) dengan tujuan untuk menumbuhkan dan
mengisolasi isolat bakteri asam laktat yang tumbuh berkoloni (Ningsih et al. 2018).
Media MRSA mengandung polysorbate, sodium asetat, magnesium sulfat, dan mangan
sulfat yang merupakan faktor dalam pertumbuhan Lactobacillus, Streptococcus,
Pediococcus, dan Leuconostoc (Joni et al. 2018).

2.5 Metode dan Perhitungan TPC (Total Plate Count)

Total Plate Count (TPC) merupakan pemeriksaan kuantitatif terhadap bakteri


di dalam sampel, yang mana menghitung jumlah bakteri yang terdapat dalam 1 ml
sampel. Metode perhitungan TPC atau yang sering disebut dengan metode menghitung
cawan merupakan metode enumerasi yang sudah lama dan banyak digunakan dalam
bidang mikrobiologi untuk menunjukkan jumlah mikroba yang terdapat pada suatu
sampel dengan asumsi bahwa mikroorganisme yang ada terdistribusi secara homogen
(Soesetyaningsih dan Azizah 2020). Prinsip dari metode ini adalah dengan
mengencerkan kultur bakteri sampai batas yang diinginkan, dan ditumbuhkan kembali
pada media baru. Media baru dapat menumbuhkan sel – sel mikroba hidup, sehingga
sel tersebut dapat hidup dengan baik dan membentuk koloni yang dapat dilihat secara
langsung, selanjutnya akan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop
(Tyas et al. 2018). Perhitungan jumlah bakteri didapat dengan cara mengkalikan
jumlah koloni yang tumbuh dengan satu per faktor pengenceran yang dipakai. Satuan
yang digunakan untuk penghitungan jumlah bakteri adalah Coloni Forming Unit / per
ml (CFU/ml). (Joni et al. 2018). Faktor yang mempengaruhi hasil Total Plate Count
adalah kualitas air, residu disenfektan, jenis perlakuan, waktu yang digunakan saat
pengujian, suhu, serta waktu inkubasi (Fauzia 2021).
III. MATERI DAN METODE

3.1 Materi

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lima buah tabung reaksi, spoit
1 ml, pipet mohr, lima buah cawan petri, water bath, lampu spirtus, autoclave, dan
inkubator. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah media MRSA, alkohol
70%, dan bakteri asam laktat.

3.2 Metode

Metode Cawan Tuang


Pertama-tama, peralatan yang akan digunakan pada praktikum disterilisasi
menggunakan alkohol 70%, lalu tabung pengencer sebanyak lima buah disiapkan, dan
diberikan label dengan kode 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, dan 10-5. Setelah itu, tangan
disterilisasi menggunakan alkohol 70%. Selanjutnya, suspense bakteri asam laktat
dikocok hingga merata, kemudian sampel diambil secara aseptic sebanyak 1 mL
menggunakan spoit dan dimasukkan kedalam tabung pengencer 10 -1 serta dikocok
membentuk angka 8 hingga homogen kurang lebih sebanyak 20 kali. Berikutnya,
sampel sebanyak 1 ml diambil dari tabung pengencer 10-1 secara aseptic ke dalam
tabung pengencer 10-2 menggunakan spoit yang steril. Proses ini terus berlanjut pada
semua tabung pengenceran. Tahap selanjutnya yaitu cawan petri yang telah steril
disiapkan sebanyak lima buah, dan diberikan label dengan kode 10-1, 10-2, 10-3, 10-4,
dan 10-5. Lalu sampel dari tabung pengencer 10-3 diambil sebanyak 0.1 ml
menggunakan spoit dan dimasukkan ke dalam cawan petri kosong yang berkode sama
dengan sampel. Tahap tersebut dilakukan pada perlakuan pengenceran 10-3, 10-4, dan
10-5. Kemudian, tabung yang berisi media MRSA cair diletakkan di atas waterbath pada
suhu 50°C. Tabung media tersebut diambil, lalu dimasukkan ke dalam cawan petri. Hal
ini dilakukan di dekat lampu spiritus hingga permukaan bagian dalam cawan petri
tertutupi oleh media. Cawan diputar di atas meja secara perlahan sebanyak 20 kali
hingga tercampur merata. Langkah ini diulangi pada semua sampel dan cawan petri.
Cawan petri selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C di dalam inkubator.
Terakhir, jumlah bakteri pada cawan petri dihitung menggunakan rumus perhitungan
koloni/ml.

Rumus perhitungan koloni/ml:


𝐴
TPC = 𝐹𝑃 × 0.1

Keterangan:
A = Jumlah koloni terhitung
FP = Faktor pengenceran yang terdapat pada cawan koloni A
0.1 = ml sampel yang dimasukkan kedalam cawan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pengamatan jumlah bakteri aerob dilakukan dengan metode Total Plate Count
atau metode cawan tuang yang telah diberi perlakuan pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5.
Sehingga didapatkan data jumlah koloni bakteri, kemudian data yang didapatkan dari
hasil pengamatan dihitung dengan menggunakan rumus koloni/ml untuk mengetahui
jumlah bakteri aerob pada setiap perlakuan. Berikut merupakan tabel hasil dari
praktikum yang telah dilakukan.

Tabel 1. Jumlah koloni dan hasil perhitungan bakteri aerob


Pengenceran ke- Jumlah Koloni TPC (CFU/ml)
10-3 TBUD TBUD
10-4 TBUD TBUD
10-5 50 50 × 106

Gambar 1 Perhitungan Gambar 2 Perhitungan Gambar 3 Perhitungan


bakteri aerob bakteri aerob bakteri aerob
-3 -4
pengenceran 10 pengenceran 10 pengenceran 10-5
Sumber: Dokumentasi Sumber: Dokumentasi Sumber: Dokumentasi
pribadi pribadi pribadi

4.2 Pembahasan

Mikroorganisme merupakan suatu organisme makhluk hidup yang berukuran


sangat kecil atau mikroskopis, sehingga tidak bisa dilihat secara langsung oleh mata
dan memerlukan bantuan suatu metode dan alat. Salah satu contoh mikroorganisme
adalah bakteri (Holderman et al. 2017). Rumen merupakan saluran fermentasi terbesar
di saluran pencernaan ruminansia yang di dalamnya terdapat beberapa jenis mikroba
seperti bakteri, protozoa bersilia, protozoa berflagela, jamur, amuba dan bakteriofag
(Gürelli et al. 2016). Mikroorganisme yang paling fungsional di rumen adalah bakteri
dengan kandungan 109 hingga 1010 sel dalam 1 ml cairan rumen dan mendominasi 5-
10% massa kering (Syahrulawal 2016). Bakteri memiliki jenis yang sangat beragam,
berdasarkan kebutuhan oksigennya bakteri digolongkan menjadi dua, yaitu bakteri
aerob dan bakteri anaerob. Bakteri aerob merupakan golongan bakteri yang
memerlukan oksigen bebas untuk hidupnya (Marzuki dan Sattar 2019). Sedangkan
menurut Safitri (2019) bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti untuk pertumbuhan, respirasi, dan bereproduksi. Begitu
pentingnya oksigen bagi mereka, pada lingkungan tanpa oksigen bakteri ini akan
mengalami kematian. Sistem enzim bakteri aerob membutuhkan oksigen sebagai
elektron aseptor pada proses fosforilasi oksidatifnya sehingga diperoleh energi. Contoh
bakteri areob adalah Acetobacter sp., Lactobacillus, dan Nitrosomonas sp. (Widodo
2019).
Proses pencernaan di dalam rumen pada ternak ruminansia sangat bergantung
pada populasi dan jenis mikroba yang berkembang di dalamnya, karena proses
perombakan pakan pada dasarnya adalah kerja enzim yang dihasilkan oleh mikroba
dalam rumen Mikroorganisme yang banyak terdapat di lingkungan rumen memiliki
fungsi spesifiknya masing-masing (Gürelli et al. 2016). Contohnya seperti bakteri
aerob dan bakteri asam laktat yang mempunyai peranan dalan rumen itu sendiri.
Menurut Lokapirnasari et al. (2015) bakteri aerob memiliki peranan dalam memecah
dan menguraikan komponen serat kasar menjadi karbohidrat terlarut, yang selanjutnya
dapat digunakan sebagai sumber energi bagi ternak. Kemampuan bakteri aerob dalam
menguraikan serat kasar atau selulosa disebabkan oleh adanya enzim endoselulase dan
eksoselulas. Bakteri aerob di dalam pakan juga akan menghasilkan enzim yang
menguraikan serat kasar pada pakan menjadi unsur sederhana yang mudah dicerna,
sehingga daya cerna pakan menjadi meningkat. Sebagai contoh spesies bakteri aerob
adalah Acidothermus cellulolyticus (Lokapirnasari et al. 2015). Sedangkan bakteri
asam laktat (BAL) dapat membantu proses fermentasi melalui metabolisme
karbohidrat dan memproduksi asam laktat sebagai produk akhir. Bakteri asam laktat
memproduksi komponen metabolit seperti asam organik, hidrogen peroksida,
bakteriosin, dan komponen lainnya. Metabolit yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat
tersebut merupakan agen yang dapat digunakan dalam menghambat secara alami
mikroba pathogen (Emmawati et al. 2015).
BAL dapat berasal dari Yakult yang merupakan salah satu produk fermentasi
susu dengan bantuan bakteri asam laktat. Susu fermentasi merupakan produk pangan
yang mengandung bakteri yang mampu hidup dalam saluran pencernaan. Menurut
Muawanah (2016) Mikroba yang terdapat dalam yakult adalah Lactobacillus Casei,
yang nantinya akan menguraikan komponen-komponen gula menjadi asam laktat.
Dalam saluran pencernaan, asam laktat berperan penting untuk mengeliminasi bakteri
pathogen penyebab penyakit sehingga memberikan pengaruh positif terhadap fisiologis
kesehatan pada manusia ataupun hewan (Detha et al. 2019). Menurut Oktafianti et al.
(2018) Bakteri asam laktat dapat berfungsi sebagai bakteriosin yang sangat bermanfaat
bagi kesehatan. Bakteriosin adalah komponen ekstraseluler berupa peptide atau
senyawa yang berupa protein antimikroba yang memperlihatkan suatu respon
berlawanan terhadap bakteri tertentu. Tidak hanya itu, bakteri asam laktat juga
termasuk ke dalam probiotik yang dapat memberikan manfaat kesehatan terhadap
inangnya apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (Emmawati et al. 2015).
Untuk menghitung populasi bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan
metode Total Plate Count (TPC). TPC atau sering disebut metode hitung cawan
merupakan pemeriksaan kuantitatif terhadap bakteri di dalam sampel, yang mana
menghitung jumlah bakteri yang terdapat dalam 1 ml sampel. Metode ini didasarkan
bahwa setiap sel dapat hidup dan berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang
muncul pada cawan merupakan suatu indeks bagi jumlah organisme yang dapat hidup
yang terkandung di dalam sampel. Metode hitung cawan dibedakan menjadi beberapa
teknik, yaitu teknik tuang (pour plate), teknik sebaran (spread plate), dan teknik drop
plate (Sundari dan Fadhliani 2019). Prinsip dari metode ini adalah dengan
mengencerkan kultur bakteri sampai batas yang diinginkan, dan ditumbuhkan kembali
pada media baru. Media baru dapat menumbuhkan sel – sel mikroba hidup, sehingga
sel tersebut dapat hidup dengan baik dan membentuk koloni yang dapat dilihat secara
langsung, selanjutnya akan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop
(Tyas et al. 2018). Satuan yang digunakan untuk penghitungan jumlah bakteri adalah
Coloni Forming Unit / per ml (CFU/ml) (Joni et al. 2018).
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa semakin
banyak sampel diecerkan kandungan TPC nya semakin sedikit, karena semakin banyak
pengulangan pengenceran konsentrasi sampel semakin sedikit. Hal tersebut sesuai
dengan tujuan dari pengenceran yaitu untuk menumbuhkan koloni bakteri pada media
yang terbatas, sebab tidak mungkin dilakukan penghitungan bakteri yang berjumlah
puluhan ribu. Pengenceran ini dimaksudkan untuk mengurangi kepadatan bakteri pada
sampel (Kadri et al. 2015). Berdasarkan hasil percobaan pada tabel 1, menghasilkan
data pengenceran 10-3 dan 10-4 secara berturut turut yaitu TBUD, namun hasil
pengenceran 10-5 adalah 50 × 106 CFU/ml. Ketika jumlah koloni lebih dari 200 maka
hasil perhitungan bakterinya adalah Tidak Bisa Untuk Dihitung (TBUD). Sedangkan,
jika jumlah koloni kurang dari 200 maka dapat menggunakan rumus perhitungan TPC
dan akan didapatkan jumlah bakteri. Dapat dilihat pada gambar 1 dan 3 sampel cawan
terdapat noda putih yang menyebabkan perlakuan pengenceran 10-3 TBUD, namun
pada pengenceran 10-5 jumlah bakteri masih dapat dihitung karena hanya sebagian
yang ternodai. Hal tersebut diduga adalah karena sampel terkontaminasi ketika
inkubasi sehingga sampel tidak memiliki zona bening disekitar koloni bakteri tumbuh.
Menurut Agus (2017), selama inkubasi bakteri asam laktat menghasilkan asam laktat
yang bereaksi dengan CaCO3 yang tidak larut di dalam medium sehingga membentuk
kalsium laktat yang larut, dengan ditandai adanya daerah atau zona bening disekitar
koloni bakteri yang tumbuh. Pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dipengaruhi
oleh beberapa hal, antara lain yaitu nutrisi, suhu, tekanan osmotik, sinar ultaviolet, pH,
dan media yang digunakan cair atau padat (Aqil et al. 2015) Selain itu faktor yang
mempengaruhi hasil Total Plate Count menurut Fauzia (2021) adalah kualitas air,
residu disenfektan, jenis perlakuan, waktu yang digunakan saat pengujian, suhu, serta
waktu inkubasi.
V. SIMPULAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa


teknik counting bakteri aerob merupakan metode menghitung pertumbuhan koloni
bakteri aerob terhadap sediaan yang diperiksa. Salah satunya, metode cawan tuang
dengan pengenceran dan pengembangbiakan sampel yang diinkubasi. Pengenceran
digunakan karena untuk mengurangi kepadatan bakteri pada sampel sehingga mudah
untuk dihitung melalui Total Plate Count (TPC). Jika jumlah koloni lebih dari 200
maka hasil perhitungan bakterinya adalah Tidak Bisa Untuk Dihitung (TBUD).
Sedangkan, jika jumlah koloni kurang dari 200 maka dapat menggunakan rumus
perhitungan TPC. Satuan yang digunakan untuk penghitungan jumlah bakteri adalah
Coloni Forming Unit / per ml (CFU/ml).
DAFTAR PUSTAKA

Agus NA. 2017. Isolasi dan karakteristik bakteri asam laktat asal saluran pencernaan
broiler umur tiga hari [Doctoral dissertation]. Makassar (ID): Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Aminah U, Nur F. 2018. Biosorpsi logam berat timbal (pb) oleh bakteri. Teknosains:
Media Informasi Sains dan Teknologi, 12(1): 50-70 Doi:
10.24252/teknosains.v12i1.7868.
Aqil H, Risdianto D, Hartati I. 2015. Isolasi dan pengayaan bakteri Lactobacillusi dari
rumen sapi. Momentum. 11(2): 93-98.
Detha A, Datta FU, Beribe E, Foeh N, Ndaong N. 2019. Karakteristik bakteri asam
laktat yang diisolasi dari susu kuda sumba. Jurnal Kajian Veteriner. 7(1):85-
92. Doi: 10.35508/jkv.v7i1.08.
Emmawati A, Jenie BSLS, Nuraida L, Syah D. 2015. Karakterisasi isolat bakteri asam
laktat dari mandai yang berpotensi sebagai probiotik. Agritech. 35(2): 146-155.
D0i: 10.22146/agritech.9400.
Fauzia SF. 2021. Uji total plate count (TPC) dan identifikasi bakteri Escherichia coli
dan Salmonella sp. pada pentol di sekitar Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel Surabaya [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel.
Gürelli G, Canbulat S, Aldayarov N, Dehority BA. 2016. Rumen ciliate protozoa of
domestic sheep (Ovis aries) and goat (Capra aegagrus hircus) in Kyrgyzstan.
FEMS Microbiology Lett. 363(6): 1-7. Doi: 10.1093/femsle/fnw028.
Harahap DGS, Noviantari A, Hidana R, Yanti NA, Nugroho ED, Nurdyansyah F,
Widyastuti DA, Khariri, Pratiwi RH, Nendissa DM, Nendissa SJ, Nurmalasari
A, Noer S, Watuguly TW, Setyowati E, Estikomah SA. 2021. Dasar-dasar
Mikrobiologi dan Penerapannya. Bandung (ID): Winia Bhakti Persada
Bandung.
Ibrahim A, Fridayanti A, Delvia F. 2015. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat
(BAL) dari buah mangga (Mangifera indica L.). Jurnal Ilmiah Manuntung.
1(2): 159-163. Doi: 10.51352/jim.v1i2.29.
Joni LS, Erina, Abrar M. 2018. Total bakteri asam laktat (BAL) pada feses rusa sambar
(Cervus unicolor) di Taman Rusa Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Veteriner. 2(1): 77-85. Doi: 10.21157/jim%20vet..v2i2.6782.
Kadri AN, Gelgel KTP, Suarjana IGK. 2015. Perbedaan cara penyebaran suspense
terhadap jumlah bakteri pada media eosin methylene blue agar. Journal of
Indonesia Medicus Veterinus. 4(3): 205-212.
Lokapirnasari WP, Fadli MMU, Adikara RTS, Susilowati S. 2015. Suplementasi
spirulina pada formula pakan mengandung bekatul fermentasi mikroba
selulolitik terhadap kecernaan pakan. Agro Veteriner. 3(2): 137-144.
Mahendra C. 2012. Aplikasi in-vitro metabolit bakteri Bacillus sp. dari perairan
mangrove sebagai pengurai histidin menjadi histamine [skripsi]. Malang (ID):
Universitas Brawijaya.
Mende PS, Pelealu J, Kolondam B. 2019. Identifikasi molekuler bakteri dalam feses
kucing (Felis domestica) yang ditumbuhkan pada De Mann Rogosa Sharpe
Agar (MRSA). Pharmacon. 8(1): 73-78. Doi: 10.35799/pha.8.2019.29239.
Muawanah. 2016. Strategi pengembangan produk dan pengendalian mutu di PT.
Yakult Indonesia persada NIP mojokerto. Jurnal Syariah dan Huku Islam. 1(1):
41-52.
Ningsih NP, Sari R, Apridamayanti P. 2018. Optimasi aktivitas bakteriorisin yang
dihasilkan oleh Lactobacillus brevis dari es pisang ijo. Jurnal Pendidikan
Informatika dan Sains. 7(2): 233-242.
Nudyanto A, Zubaidah E. 2015. Isolasi bakteri asam laktat penghasil eksopolisakarida
dari kimchi. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2): 743-748.
Oktafianti Y, Darwis, Pravita A. 2018. Bakteri asam laktat Lactobacillus Plantarum
C410LI dan Lactobacillus Rossiae LS6 yang diisolasi dari lemea rejang
terhadap suhu, pH, dan garam empedu berpotensi sebagai prebiotik. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kesehatan. 6(1): 49-58.
Ramesh C, Ray DM. 2015. Food Biology Series. Boca Raton (US): CRC Press.
Safitri I. 2019. Pemantauan mikroorganisme bakteri aerob udara melayang pada ruang
rawat inap kemuning tuberkulosis dan ruang anturium di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung [Doctoral dissertation] Bandung (ID): Universitas Pasundan
Fakultas Teknik.
Septianto, R. (2023). Pengaruh suhu kalsinasi terhadap aktivitas CaO/SiO2 dengan
komposisi massa 1:10 sebagai katalis transesterifikasi minyak kelapa sawit
[Skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.
Soesetyaningsih E, Azizah. 2020. Akurasi perhitungan bakteri pada daging sapi
menggunakan metode hitung cawan. Berkala SAINSTEK. 8(3): 75-79.
Sundari S, Fadhliani. 2019. Uji angka lempeng total (alt) pada sediaan kosmetik lotion
x di BBPOM Medan. Jurnal Biologica Samudra. 1(1): 25-33.
Suwoyo HS, Nirmala K, Djokosetiyanto D, Mulyaningrum SRH. 2015. Faktor
dominan yang berpengaruh pada tingkat konsumsi oksigen sedimen di tambah
intensif udang vaname (Litopenaeus vannamei). Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kelautan Tropis. 7(2): 639-654.
Syahrulawal L. 2016. Kondisi cairan rumen serta produksi protein mirkoba pada sapi
madura jantan yang diberi complete feed dengan jumlah berbeda [Skripsi].
Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Tyas DE, Widyorini N, Solichin A. 2018. Perbedaan jumlah bakteri dalam sedimen
pada Kawasan bermangrove dan tidak bermangrove di perairan desa bedono,
demak. Journal of Maquares. 7(2): 189-196.
Widodo H. 2019. Makhluk-makhluk Uniseluler. Semarang Selatan (ID): Alprin.

LAMPIRAN

Perhitungan TPC bakteri aerob


pengenceran 10-3 = Tidak Bisa Untuk Dihitung (TBUD)
pengenceran 10-4 = Tidak Bisa Untuk Dihitung (TBUD)
𝐴
pengenceran 10-5 = 𝐹𝑃 × 0.1
50
=
10-5 × 10-1

= 50 × 10-6

Anda mungkin juga menyukai