Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

”MIKROBA RUMEN”

OLEH

KELOMPOK ENAM (6)

ISMI WARDANI

ISNAYANTI

FRISKA ROYANI

DHARMA SANJAYA

RIVO KURNIAWAN

ALWIN

JURUSAN PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
MM

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena karunia dan hidayah-Nya,

kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun

untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Ruminansia.

Makalah ini membahas tentang mikroorganisme rumen yang terdapat

dalam ternak ruminansia (sapi, kerbau dan kambing). Penulisan Makalah ini tidak

lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas dukungan,
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih perlu perbaikan untuk
bantuan, serta kerjasamanya
menjadi lebih hingga
sempurna. Oleh terselesaikannya
karena makalahsaran
itu, kami mengharap ini. dan kritik yang

membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari, Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan....................................................................................................... 1
1.4 Manfaat..................................................................................................... 1
BAB II2.1 Mikroba Rumen........................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA 2
2.2 Bakteri ..................................................................................................... 3
2.3 Protozoa ................................................................................................... 7
2.4 Fungi atau Jamur ...................................................................................... 9
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Populasi Mikroba Rumen ........................... 10
3.1 Mikroba Rumen .......................................................................................11
BAB III PEMBAHASAN
3.2 Bakteri dalam Rumen...............................................................................12
3.3 Protozoa dalam Rumen ............................................................................15
3.4 Jamur atau Fungi dalam Rumen...............................................................19
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.2 Saran ........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................21

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pada ternak ruminansia, baik ruminansia besar (sapi dan kerbau) maupun

ruminansia kecil (kambing dan domba), terdapat rumen dengan berbagai jenis

mikroba di dalamnya. Mikroba ini disebut mikroba rumen. Fungsi dari mikroba

rumen ini adalah untuk memfermentasi pakan dengan kandungan selulosa di

dalamnya atau pakan yang berserat tinggi. Kemampuan mikroba rumen dalam

pendegradasian pakan menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga mudah

dicerna dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ternak dan juga

mikrobaBerdasarkan
di dalamnyafungsi
ini merupakan salah satu
dan jenisnya keuntungan adanya
masing-masing, mikroba
mikroba yang rumen
paling

banyak terdapat
dalam sistem dalam rumen
pencernaan diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yaitu bakteri,
ternak ruminansia.

protozoa dan fungi/jamur. Dalam makalah ini akan dibahas secara lebih rinci

tentang mikroba rumen dan fungsi dari masing-masing jenisnya.

1.2.Tujuan
1. Untuk mengetahui lebih rinci tentang mikroba rumen dan faktor-faktor

yang mempengaruhi populasinya dalam rumen.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis mikroba dalam rumen dan peranannya

dalam rumen.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah populasi

mikroba rumen

1.3.Manfaat
Manfaat yang dapat diambil adalah mempelajari mikroba yang terdapat

pada lambung ruminansia, maka diperoleh pemahaman mengenai jenis bahan

makanan apa saja yang digunakan oleh bakteri untuk hidup, sehingga pakan yang

diberikan dicerna secara optimal oleh mikroba rumen.


2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikroba Rumen


Mikroba yang terdapat dalam rumen dibagi menjadi empat jenis

mikroorganisme anaerob, yaitu bakteri, protozoa, fungi dan mikroorganisme

lainnya seperti virus. Penghuni rumen yang 9fungsional 10paling penting adalah
bakteri, dalam 1 ml getah rumen terkandung 10 sampai 10 sel dan merupakan 5-
10% massa kering isi perut besar (Schlegel, 1994). Jumlah protozoa dalam rumen
6

lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah bakteri yaitu sekitar 10 sel/ml.
Ukuran tubuhnya lebih besar dengan panjang tubuh berkisar antara 20-200

mikron, oleh karena itu biomassa total dari protozoa hampir sama dengan

biomassa total bakteri (McDonald et al., 2002) .


Mikroba rumen memiliki peran yang sangat penting bagi ternak karena

mereka dapat memanfaatkan nutrisi tanaman secara efisien sebagai sumber energi

(Das dan Qin, 2012). Pakan hijauan dan bahan berserat sebagai pakan basal bagi

ruminansia akan difermentasi oleh mikroba rumen sehingga menghasilkan asam

lemak terbang sebagai sumber energi dan pasokan rantai karbon serta sebagian

mengandung substansi tanin kondensasi untuk proteksi protein terhadap

fermentasi rumen (Ali, 2012). Ternak ruminansia tidak dapat menghasilkan enzim

yang digunakan untuk mendegradasi polisakarida dalam dinding sel tanaman,

namun mereka memiliki organisme yang hidup di dalam rumen yaitu bakteri,
Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas populasi
jamur dan protozoa yang akan muncul beberapa minggu setelah lahir (Jakober dan
mikroba rumen adalah temperatur, pH, kapasitas buffer, tekanan osmitik,
McAllister, 2009).
kandungan bahan kering dan potensial oksidasi reduksi (Dehority, 2004). Pola

pertumbuhan bakteri dan protozoa rumen dipengaruhi oleh pola fermentasi yang

ditunjukkan oleh proporsi molar VFA dan pH rumen.


3

2.2. Bakteri
Bakteri merupakan biomassa terbesar di dalam rumen, terdapat sekitar

50% dari total bakteri hidup bebas dalam cairan rumen dan sekitar 30-40%

menempel pada partikel makanan. Beberapa jenis bakteri dari spesies

Micrococcus, Staphylococcus, Streptococcus, Corynebacterium, Lactobacillus,

Fusobacterium dan Propionibacteriun ditemukan menempel pada epitel dinding

rumen, disamping itu terdapat spesies bakteri methanogen yang hidup menempel
Bakteri pada rumen dapat memproduksi enzim yang dapat memecah
pada protozoa (Dehority, 2004).
hijauan sebagai sumber energi baru bagi ternak ruminansia (Das dan Qin, 2012).

Bakteri merupakan biomassa mikroba yang terbesar di dalam rumen, berdasarkan

letaknya
a. dalam
Bakterirumen, bakteri
yang bebas dapatcairan
dalam dikelompokkan menjadi
rumen (30% : bakteri)
dari total

b. Bakteri yang menempel pada partikel makanan (70% dari total bakteri)

c. Bakteri yang menempel pada epithel dinding rumen dan bakteri yang

sedangkanmenempel padajenis
berdasarkan protozoa
bahan yang digunakan dan hasil fermentasinya,

bakteri dikelompokkan menjadi 8 jenis, yaitu bakteri selulolitik, bakteri

proteolitik, bakteri methanogenik, bakteri amilolitik, bakteri yang memfermentasi

gula, bakteri lipolitik, bakteri pemanfaat asam dan bakteri hemoselulolitik

(Suwandi, 1997).
2.2.1.Bakteri Selulolitik
Bakteri selulolitik menghasilkan ensim selulose dari hidrolisis

ikatan beta 1,4-glikosida (selulosa). Dapat menghidrolisis hemiselulosa

(sekitar 15% dari bakteri selulolitik). Terdapat dalam jumlah banyak di

rumen, jika pakan berserat kasar tinggi. Keuntungannya dari bakteri ini,

energi (ATP) yang dihasilkan cukup untuk digunakan oleh bakteri itu

sendiri sehingga tidak mengurangi pemakaian energi oleh ternak. Beberapa


acetobutylicum Ruminicoccus flavefaciens, Ruminicoccus albus,
,contoh bakteri selulolitik adalah Bacteriodes succinogenes, Clostridium
Cillobacterium cellulosolvens (Anja Meryandini dkk., 2009).
4

2.2.2.Bakteri Hemiselulolitik
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa terutama dalam kandungan

pentosa gula heksosa serta biasanya asam uronat. Hemiselulosa merupakan

struktur polisakarida yang penting dalam dinding sel tanaman.

Mikroorganisme yang dapat menghidrolisa selulosa biasanya juga dapat

menghidrolisa hemiselulosa. Meskipun demikian ada beberapa spesies yang

dapat menghidrolisa hemiselulosa tetapi tidak dapat menghidrolisa selulosa.

Beberapa contoh bakteri hemiselulolitik adalah Clostridium cellulovorans

dan Bacteriodes ruminicola


Bakteri amilolitik (Caribu Hadi
merupakan Prayitno dan Nur
mikroorganisme Hidayat,
yang mampu 2011).

memecah patiAmilolitik
2.2.3.Bakteri menjadi senyawa yang lebih sederhana, terutama dalam

bentuk glukosa. Kebanyakan mikroorganisme Amilolitik tumbuh subur

pada bahan pangan yang banyak mengandung pati atau karbohidrat,

misalnya pada berbagai jenis tepung. Kebanyakan jenis mikroorganisme

amilolitik adalah kapang, tetapi beberapa jenis bakteri juga ada, jenis yang

mempunyai spesies bersifat Amilolitik misalnya Clostridium butyricium dan


2.2.4.Bakteri Proteolitik
BacillusBakteri
subtilis (I. G. L. O.
proteolitik Cakra danjenis
merupakan N. W.bakteri
Siti, 2008).
yang paling banyak

terdapat pada saluran pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora

(carnivora). Didalam rumen, beberapa spesies diketahui menggunakan asam

amino sebagai sumber utama enersi. Beberapa contoh bakteri proteolitik

Bacteroides amylophilus
antara lain:
Clostridium sporogenes
Bacillus licheniformis (Soetanto,1998).
5

2.2.5. Bakteri Methanogenik


Sekitar 25 persen dari gas yang diproduksi didalam rumen adalah

gas methan. Bakteri pembentuk gas methan lambat pertumbuhannya.

Contoh bakteri ini antara lain:


Methanobacterium
ruminantium
Methanobacterium formicium (Khaedar,2010).
2.2.6.Bakteri Lipolitik
Beberapa spesies bakteri menggunakan glycerol dan sedit gula.

sementara itu beberapa spesies lainnya dapat menghidrolisa asam lemak tak

jenuh dan sebagian lagi dapat menetralisir asam lemak rantai panjang

menjadi keton. Enzim lipase bakteria dan protozoa sangat efektif dalam

menghidrolisa lemak dalam chloroplast. Contoh bakteri lipolitik antara lain:


Selemonas ruminantium var. lactilytica (Soetanto, 1998).
Anaerovibrio lipolytica
2.2.7.Bakteri Pemakai Asam (Acid Utilizer Bacteria)

Beberapa jenis bakteri dalam rumen dapat menggunakan asam

laktat meskipun jenis bakteri ini umumnya tidak terdapat dalam jumlah

yang berarti. Jenis lainnya dapat menggunakan asam suksinat, malat dan

fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasi oleh bakteri jenis lainnya.

Asam format dan asetat juga digunakan oleh beberapa spesies, meskipun

mungkin bukan sebagai sumber enersi yang utama. Asam oksalat yang

bersifat racun pada mamalia akan dirombak oleh bakteri rumen, sehingga

menyebabkan ternak ruminansia mampu mengkonsumsi tanaman yang

beracun bagi ternak lainnya sebagai bahan makanan. Beberapa spesies

Peptostreptococcus
bakteri pemakai bacterium
asam laktat yang dapat dijumpai dalam jumlah yang banyak
Propioni bacterium
setelah ternak mendapatkan tambahan jumlah makanan butiran maupun pati
Selemonas lactilytica (Soetanto, 1998).
dengan tiba-tiba adalah :
6

2.2.8.Bakteri Pemakai Gula (Sugar Utilizer Bacteria)


Hampir semua bakteri pemakai polisakarida dapat
memfermentasikan disakarida dan monosakarida. Tanaman muda
mengandung karbohidrat siap terfermentasi dalam konsentrasi yang tinggi

yang segera akan mengalami fermentasi begitu sampai di retikulo-rumen.

Kesemua ini merupakan salah satu kelemahan/kerugian dari sistem

pencernaan ruminansia. Sebenarnya gula akan lebih efisien apabila dapat

dicerna dan diserap langsung di usus halus (Soetanto, 1998).


Sejumlah spesies bakteri rumen menunjukkan aktivitas ureolitik
2.2.9.Bakteri Ureolitik
dengan jalan menghidrolisis urea menjadi CO dan amonia. Beberapa jenis
2
bakteri ureolitik menempel pada epithelium dan menghidrolisa urea yang

masuk ke dalam rumen melalui difusi dari pembuluh darah yang terdapat

pada dinding rumen. Oleh karena itu konsentrasi urea dalam cairan rumen

selalu rendah. Salah satu contoh bakteri ureolitik ini misalnya adalah

Streptococcus sp. Di dalam rumen yang normal biasanya jumlah bakteri ini

mencapai antara 15 – 80 x 109 isi rumen. Meskipun demikian jumlah ini

mngkin dapat menurun sampai hanya 4 x 109 permililiter pada ternak yang

diberi pakan wheat straw dan pada kondisi padang rumput yang bagus

jumlah ini dapat naik setinggi 88 x 109 permililiter pada domba (Soetanto,

1998).
7

2.3. Protozoa
Sebagian besar protozoa yang terdapat didalam rumen adalah cilliata

meskipun flagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non pathogen

dan anaerobic michroorganism. Pada kondisi rumen yang normal dapat dijumpai

ciliata sebanyak
Meskipun105 -106/ml
telah lama isi rumen. ciliata masih merupakan organisme yang
dipelajari,

rumit untuk diidentifikasikan secara tegas, karena organisme ini tidak mempunyai

hubungan sama sekali dengan hewan bersel tunggal lainnya.

Ciliata rumen dari famili Ophryoscolecidae mempunyai struktur yang

sama dengan metazoa seperti: mulut, oesophagus, lambung, rectum, anus dan

bahkan sedikit kerangka dan sistem syaraf. Seperti telah disebutkan dimuka,

taksonomi ciliata rumen masih tidak konsisten. Demikian pula terhadap flagellata,

hanya sedikit yang diketahui tentang taksonominay saat ini. Tidak seperti bakteri

rumen, ciliata dapat diklasifikasikan atas dasar morfologinya karena ukuran


Ordo Prostomatida
selnya cukup besar yaitu antara 200 - 200 mm. Ciliata rumen dapat dibedakan
Ordo Trichostomatida
menjadiOrdo
3 ordoEntodiniomorphida
yaitu:

dari ketiga ordoa tersebut di atas, Ordo Entodiniomorphida adalah yang terbanyak

dijumpai dalam rumen baik dari segi jumlah spesies maupun frekuensi

terdapatnya. Sementara itu dari ordo lainnya hanya terdiri dari beberapa spesies

saja meskipun frekuensi terdapatnya cukup terbagi


Ordo Entoiniomorphida tinggi. kedalam 6 famili, yaitu:

Ophryoscolecidea
Dixtiidae
Cyclophostiidae
Telanodiniidae
Polydiniellidae
Tryglodytellidae
dari keenam famili tersebut hanya Ophryoscolecidae yang ditemukan pada rumen,

sedangkan famili lainnya terdapat pada usus kuda, tapir, gajah, badak, kuda
8

nil,babi rusa serta orang utan. Oligotrichia yang mempunyai ukuran sel lebih kecil

dan hanya memiliki cilia di sekitar prostoma (mulut) Holotricha yang mempunyai

ukuran sel lebih besar dengan cilia menutup seluruh tubuh. Bakteri selulolitik juga

diketahui hidup secara simbiosis dengan Oligotricha didalam selnya. Spesies

Diplodinium
penting dari Oligotricha antaradentatum
lain:
Eudiplodinium bursa
Polypastron multivesiculatum
Entodinium caudatum
Ciri-ciri umum dari Holotricha adalah: pergerakannya yang cepat, bentuk

sel umumnya oval dan terdapat dalam konsentrasi yang tinggi bila makanan

utama. Holotricha dapat menggunakan glukosa, fruktosa, sukrosa dan pektin.

Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk amilopektin (salah satu bentuk rantai

panjang pati). Jenis ciliata rumen ini mempunyai peranan penting dalam

metabolisme karbohidrat dengan jalan menelan gula segera setelah masuk ke

rumen dan menyimpannya dalam bentuk amilopektin, yang selanjutnya akan

melepaskan kembali senyawa ini kedalam cairan rumen pada saat populasi
Isotricha
Holotricha mengalami intestinalis
lisis atau pada fase pertumbuhannya. Beberapa spesies
Isotricha prostoma
Holotricha yang penting antara lain:
Dasytricha rumiantium
Baik Holotricha maupun Oligotricha secara aktif memangsa bakteri,

bahkan beberapa Holotricha besar juga memangsa Oligotricha kecil. Selain

daripada itu diantara mereka dari suatu jenis/spesies juga terjadi kanibalisme.

Sebagian besar protozoa dengan cepat akan memangsa dan menghidrolisis

bermacam-macam protein dengan menghasilkan amoniak berasal dari kelompok

amida dan akan melepaskan asam-asam amino serta peptida-peptida.

Dibandingkan dengan bakteri, populasi protozoa rumen sangat bervariasi

besarnya (jumlahnya) dari nol sampai 5 x 106 perml isi rumen. meskipun

demikian pada umumnya jumlah yang terdapat didalam rumen berkisar antara 0,2

- 2,0 x 106 per ml (Soetanto, 1998).


9

2.4. Fungi/Jamur
Jamur/fungi anaerob sangat berperan penting dalam komunitas mikroba

rumen. Fungi/jamur akan memecah bahan makanan yang sulit dicerna dalam

mikroba rumen, selain itu fungi/jamur sangat berperan dalam degradasi serat yang

terkandung dalam pakan (Kostyukovsky et al, 1995). Fungi/jamur memiliki

kemampuan memecah jaringan tanaman lebih baik daripada protozoa dan bakteri
Kebanyakan jamur mampu memfermentasi pati dan glikogen, selain
(Nagpal et al, 2010).
polisakarida pada dinding sel. Konsentrasi tertinggi jamur dalam rumen akan

menurun melalui abomasum ke usus kecil, namun meningkat dalam usus besar.

Fungi/jamur memiliki pengaruh yang besar pada aktivitas fibrolytic rumen,

berkurangnya jumlah populasi jamur menyebabkan penurunan degradasi serat

pakan, akibatnya konsumsi pakan mengalami penurunan, terutama ketika pakan


Salah satu contoh fungi dalam rumen antara lain jamur Phycomycotes
memiliki kualitas yang buruk (Mould et al, 2005).
anaerob yang pada umumnya terdapat pada sapid an domba yang diberi makanan

berserat tinggi. Jamur ini menempel dan membentuk koloni pada fragmen-

fragmen pakan dalam rumen. Jamur tersebut tidak terdapat dalam isi rumen

hewanSalah
yangsatu ciri
diberi khashalus
daun jamur rumen ini
(Prayitno, bila dibandingkan dengan jenis jamur
2010).
lainnya adalah kebutuhannya akan kondisi absolut anaerobik (strictly anaerobic)

untuk pertumbuhan dan terbentuknya senyawa hidrogen (H) dalam proses

fermentasi selulosa. Siklus kehidupan mikroorganis me ini dilaporkan

berlangsung antara 24 - 30 jam, menandakan bahwa jamur rumen sangat erat

kaitannya dengan material yang sukar dicerna. Sampai dengan saat ini telah

dikenal lebih dari 20 spesies yang berbeda, meskipun sebagian belum mempunyai

nama (Soetanto, 1998).


10

2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Populasi Mikroba Rumen


KeberPadaan populasi mikroba dalam rumen tidak statis jumlahnya,

kadangkala akan meningkat atau menurun. Peningkatan atau penurunan jumlah

mikroba dalam rumen ini dipengaruhi


0
oleh beberapa faktor, antara lain :
Suhu normal (39-41 C)
Keasaman (pH) normal yaitu 5,5-7,0 pada suhu normal
Komposisi gas dalam rumen (63-63,5% CO ; 26,76-27%
2 CH ; 7%
4 N dan
2

sedikit H2S, H 2 dan O2)


Nutrisi pakan
Jenis pakan yang diberikan
Frekuensi pemberian pakan dan tingkat konsumsi ternak

Kompetisi pakan dalam rumen (Soetanto, 1998).


11

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Mikroba Rumen


Mikroba rumen adalah organisme yang hidup dalam rumen ternak

ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba dll) yang berperan penting dalam

pendegradasian polisakarida pada dinding sel tanaman serta serat kasar.

Berdasarkan pendapat Ali (2012), pakan hijauan akan difermentasi oleh mikroba

rumen sebagai sumber energi bagi ternak ruminansia tersebut. Hal senada

diungkapkan oleh Das dan Qin (2012), yang mengatakan bahwa mikroba rumen

dapat memanfaatkan nutrisi pakan secara lebih efisien sebagai sumber energi

ternak. Keberadaan mikroba rumen ini disebabkan karena pada rumen ternak

ruminansia tidak dapat dihasilkan enzim untuk mendegradasi polisakarida dalam

dinding sel tanaman, sehingga keberadaan mikroba rumen sangat berperan

pentingBerdasarkan
di dalamnya.pendapat
Hal ini merupakan pendapat
Das dan Qin (2012),dari Jakober
bakteri danrumen
pada McAllister
dapat
(2009), yang enzim
memproduksi juga menyebutkan bahwa 3 hijauan
yang dapat memecah jenis mikroba
sebagai dalam
sumber rumen adalah
energy ternak

bakteri, protozoa
ruminansia. danmenyebabkan
Hal ini fungi/jamur. jumlah bakteri sangat banyak dan merupakan

yang paling banyak dibandingkan dengan jumlah protozoa atau fungi/jamur.

Dalam rumen, bakteri yang hidup tidak hanya 1 jenis, melainkan terbagi menjadi

jenis-jenis berbeda yang diklasifikasikan berdasarkan letaknya dalam rumen dan


Seperti yang diketahui bahwa aktivitas enzim dipengaruhi oleh pH, karena
berdasarkan jenis bahan yang digunakan dan hasil fermentasinya.
sifat ionic gugus karboksil dan gugus amino mudah dipengaruhi oleh pH.

Perubahan pH atau pH yang tidak sesuai akan menyebabkan daerah katalitik dan

konformasi enzim berubah. Selain itu perubahan pH juga menyebabkan denaturasi

enzim dan mengakibatkan hilangnya aktivitas enzim. Isolat-isolat yang

dikarakterisasi menunjukkan keragaman pH optimum.


12

3.2. Bakteri yang Terkandung di dalam Rumen


Salah satu contoh bakteri selulolitik yang memiliki pH optimum ekstrem

asam ialah Clostridium acetobutylicum dengan pH optimum 4.6. Kisaran pH

untuk selulase tergolong luas, Bacillus sp. galur N-4 menghasilkan selulase yang

aktif pada rentang pH 5 – 10. Aviselase yang merupakan salah satu enzim dari

sistem enzim selulase memiliki pH optimum 4.5 dan 5 dengan rentang pH 4 – 9.

Cillobacterium cellulosolvens cenderung optimum pada pH asam yaitu pada


Setiap bakteri selulolitik menghasilkan kompleks enzim selulase yang
rentang 4 - 6.5.
berbeda-beda, tergantung dari gen yang dimiliki dan sumber karbon yang

digunakan. Jika media tumbuhnya pada glukosa telah habis, maka bakteri akan

memanfaatkan sumber karbon selulosa dengan mensintesis enzim selulase.

Aktivitas enzim selulase meningkat seiring dengan pertumbuhan selnya. Namun

ketika sel mencapai fase stasioner, aktivitas enzim selulase menurun. Pada fase

stasioner kecepatan pembelahan sel sama dengan kecepatan kematian sel dan lisis

sel sehingga pada fase ini selain enzim selulase, enzim protease juga dihasilkan.

Hal ini menyebabkan turunnya aktivitas enzim selulase. Waktu optimum produksi
Hemiselulosa maupun lignin akan mengganggu aktivitas enzim selulase
enzim digunakan sebagai waktu panen enzim untuk mendegradasi substrat pakan
yang hanya spesifik memotong ikatan β-1,4-glikosidik pada selulosa. Oleh sebab
seperti jerami padi dan tongkol jagung.
itu untuk meningkatkan luas permukaan substrat maka jerami padi, tongkol

jagung dan kulit pisang diperkecil ukurannya sampai 65 mesh. Pengocokan pada

saat inkubasi substrat-enzim juga memperbesar kontak antara enzim selulase dan

komponen selulosa sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim selulase. Secara

umum aktivitas enzim selulase tiap isolat lebih tinggi pada substrat limbah

pertanian dibandingkan pada substrat selulosa murni. Kemungkinan hal ini

disebabkan oleh adanya enzim hemiselulolitik pada enzim ekstrak kasar yang

diproduksi oleh bakteri. Bakteri Clostridium cellulovorans mensintesis enzim

hemiselulolitik (xylA) saat tumbuh pada substrat selulosa seperti selobiosa (24).

(24) juga menyatakan ekspresi enzim selulase berhubungan dengan ekspresi

enzim hemiselulase.
13

Amilum adalah senyawa yang memiliki berat molekul tinggi, terdiri atas

polimer glukosa yang bercabang-cabang yang diikat dengan ikatan glikosidik.


Degradasi amilum membutuhkanenzim amilase yang akan
memecah/menghidrolisis menjadi polisakarida yang lebih pendek (dextrin), dan

selanjutnya menjadi maltosa. Hidrolisis akhir maltosa menghasilkan glukosa

terlarut yang dapat ditransport masuk ke dalam sel. Amilolitik merupakan

aktivitas bakteri dalam merombak pati dengan bantuan enzim amilase. Enzim

amilase adalah enzim yang mampu menghidrolisis pati menjadi senyawa lebih

sederhana seperti maltosa dan glukosa. Enzim ini banyak digunakan untuk

keperluan industri. Enzim ini dapat memecah atau menghidrolisa pati, glikogen

dan turunan polisakarida dengan cara memecah ikatan glikosidik pati. Enzim

amilaseSeperti yang
dibedakan kita3 grup
menjadi ketahui
yaitubahwa bakteri
α-amilase proteolitik
yang disebut mempunyai
juga endoamilase,
kemampuan untuk memecah protein, asam amino dan peptida lain menjadi
β-amilase yang disebut juga eksoamilase, dan glukoaminase.
amonia. Bakteri yang tergolong proteolitik adalah bakteri yang memproduksi

enzim proteinase ekstraseluler, yaitu enzim pemecah protein yang diproduksi di

dalam sel kemudian dilepaskan keluar dari sel. Semua bakteri mempunyai enzim

proteinase di dalam sel, tetapi tidak semua mempunyai enzim proteinase

ekstraseluler. Hal ini sesuai dengan Soetanto (2007) yang menyatakan bahwa

bakteri proteolitik merupakan jenis bakteri yang paling banyak terdapat pada

saluran pencernaan makanan mamalia termasuk karnivora (carnivora). Didalam

rumen, beberapa spesies diketahui menggunakan asam amino sebagai sumber

utama enersi. Beberapa contoh bakteri proteolitik antara lain: Bacteroides

amylophilus, Clostridium sporogenes, Bacillus licheniformis. Dari


Bakteri lain yang terdapat pada rumen yaitu bakteri methanogenik, bakteri
perbandinga
ini
studidapat mengkatabolisasi
literature tersebut bakterialkohol danmerupakan
proteolitik asam organik
bakterimenjadi methan
yang dapat dan
memecah
karbondioksida. Bakteridaninipeptide
protein, asam amino, bergunalain
karena sepertiamonia
menjadi yang kita
dan ketahui rumen
digunakan juga
sebagai
menghasilkan gas methan. Namun menurut Khaedar (2010) bakteri pembentuk
sumber utama energy.
14

gas methan lambat pertumbuhannya, studi literature inijuga menambahkan bahwa

contoh dari bakteri methanogenik adalah Methanobacterium ruminantium dan

Methanobacterium formicium.
Sedangkan Kelompok lain dari bakteri yang terdapat pada rumen yaitu

bakteri lipolitik yang memproduksi lipase, yaitu enzim yang mengkatalis

hidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Banyak bakteri yang

bersifat aerobik dan proteolitik aktif juga bersifat lipolitik. Hal ini sesuai dengan

Soetanto (2007) yang menyatakan bahwa Beberapa spesies bakteri menggunakan

glycerol dan sedit gula. sementara itu beberapa spesies lainnya dapat

menghidrolisa asam lemak tak jenuh dan sebagian lagi dapat menetralisir asam

lemak rantai panjang menjadi keton. Enzim lipase bakteria dan protozoa sangat

efektif dalam menghidrolisa lemak dalam chloroplast. Contoh bakteri lipolitik

antara lain: Anaerovibrio lipolytica dan Selemonas ruminantium var. lactilytica.

Acid Utilizer Bacteria, Sugar Utilizer Bacteria, dan Bakteri Ureolitik

termasuk bakteri yang terdapat dalam rumen. Acid Utilizer Bacteria atau disebut

juga dengan baktri pemakai asam ini dapat menggunakan asam – asam organic

sebagai pakannya yaitu asam laktat,asam succinat, asam malat, asam fumarat dan

asam oxalat. Asam oxalat mempunyai sifat toxic, sehingga bakteri rumen

mempunyai tugas untuk merombak atau mendekomposisi. Contoh spesies bakteri

yang ternasuk dalam acid utilize bacteria ini adalah Selenomonas lactilytica,

Propioni bacterium dan Pepto stteptococcus. Hal ini sesuai literatur Hendrawan

(1998) yang menjelaskan bahwa beberapa jenis bakteri dalam rumen dapat

menggunakan asam laktat meskipun jenis bakteri ini umumnya tidak terdapat
Sugar Utilizer Bacteria atau juga di kenal sebagai bakteri pemakai gula
dalam jumlah yang berarti. Jenis lainnya dapat menggunakan asam suksinat, malat
merupakan bakteri pemecah polisakarida dan dapat memecah disakarida dan
dan fumarat yang merupakan hasil akhir fermentasi oleh bakteri jenis lainnya.
monosakarida. Gula akan lebih efisien apabila dapat dicerna dan diserap langsung
Asam format dan asetat juga digunakan oleh beberapa spesies, meskipun mungkin
di usus halus. Bakteri pemakai gula yang terdapat di dalam rumen antara
bukan sebagai sumber enersi yang utama. Asam oksalat yang bersifat racun pada

mamalia akan dirombak oleh bakteri rumen.


15

lain: Treponemma bryantii, Lactobacillus ruminus. Selain bakteri pemakai asam


dan bakteri pemakai gula, juga terdapat bakteri ureolitik. Bakteri ini berfungsi
menghidrolisis urea menjadi CO dan ammonia. Contoh spesies bakteri ini adalah
Streptococcus sp. Hal ini2 sesuai dengan literature Hendrawan (1998) yang
menyatakan bahwa sejumlah spesies bakteri rumen menunjukkan aktivitas
ureolitik dengan jalan menghidrolisis urea menjadi CO dan amonia. Salah satu
2
contoh bakteri ureolitik ini misalnya adalah Streptococcus sp. Di dalam rumen

yang normal biasanya jumlah bakteri ini mencapai antara 15 – 80 x 109 isi rumen.

3.3. Protozoa yang Terkandung di dalam Rumen


Sebagian besar protozoa yang terdapat didalam rumen adalah cilliata

meskipun flagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan non pathogen

dan anaerobic michroorganism. Pada kondisi rumen yang normal dapat dijumpai

ciliata sebanyak 105 -106 perml isi rumen. Sejak pertama kali ditemukan telah

banyak dilakukan penelitian tentang taksonomi, fisiologi dan nutrisi cilliata.

Seperti halnya bakteri, cilliata juga mampu memfermentasi hampir seluruh

komponen tanaman yang terdapat didalam rumen seperti: selulosa, hemiselulosa,


Ciliata diduga mempunyai peranan sebagai sumeber protein dengan
fruktosan, pektin,
keseimbangan pati, gula asam
kandungan terlarutamino
dan lemak.
yang lebih baik dibandingkan dengan

bakteri sebagai makanan ternak ruminansia. Selain itu ciliata/protozoa juga

menelan partikel-partikel pati sehingga memperlambat terjadinya fermentasi.

Sepanjang hanya spesies tertentu dari ciliata ini yang mampu mencerna selulosa
Ciliata rumen dari famili Ophryoscolecidae mempunyai struktur yanga
dengan hasil akhir berupa asam lemak terbang (VFA).
sama dengan metazoa seperti: mulut, oesophagus, lambung, rectum, anus dan

bahkan sedikit kerangka dan sistem syaraf. Taksonomi ciliata rumen masih tidak

konsisten. Demikian pula terhadap flagellata, hanya sedikit yang diketahui tentang

taksonominay saat ini. Tidak seperti bakteri rumen, ciliata dapat diklasifikasikan

atas dasar morfolginya karena ukuran selnya cukup besar yaitu antara 200 - 200

mm.
16

Ciliata rumen dapat dibedakan menjadi 3 ordo yaitu:

Ordo Prostomatida
Ordo Trichostomatida
Ordo Entodiniomorphida
dari ketiga ordoa tersebut di atas, Ordo Entodiniomorphida adalah yang terbanyak

dijumpai dalam rumen baik dari segi jumlah spesies maupun frekuensi

terdapatnya. sementara itu dari ordo lainnya hanya terdiri dari beberapa spesies

saja meskipun frekuensi terdapatnya


Ordo Entoiniomorphida cukup
terbagi tinggi.
kedalam 6 famili, yaitu:
Ophryoscolecidea
Dixtiidae
Cyclophostiidae
Telanodiniidae
Polydiniellidae
Tryglodytellidae
dari keenam famili tersebut hanya Ophryoscolecidae yang ditemukan pada rumen,

sedangkan famili lainnya terdapat pada usus kuda, tapir, gajah, badak, kuda

nil,babi rusa serta orang utan. Oligotrichia yang mempunyai ukuran sel lebih kecil

dan hanya memiliki cilia di sekitar prostoma (mulut) Holotricha yang mempunyai

ukuran sel lebih besar dengan cilia menutup seluruh tubuh.

Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula terlarut sebagai

makananannya, akan tetapi butir-butir pati akan menjadi sasaran utama untuk

dimangsanya. Beberapa spesies juga memangsa amilopektin dari Holotricha

disamping ada pula yang secara aktif menelan serat kasar tanaman dan mencerna

selulosa. Akan tetapi hasil penelitian terakhir meragukan kemampuan protozoa

rumen untuk dapat mencerna selulosa. Pencernaan selulosa dapat dilakukan

karena protozoa memangsa bakteri dan bakteri inilah yang akan menghasilkan

enzim selulase didalam tubuh protozoa sehingga selulosa yang dimangsa dapat

dicerna. Bakteri selulolitik juga diketahui hidup secara simbiosis dengan

Oligotricha didalam selnya.


17

2Spesies penting dari Oligotricha antaralain:

Diplodinium dentatum
Eudiplodinium bursa
Polypastron multivesiculatum

Entodinium caudatum

Gambar 1. Ragam spesies Oligotricha

Ciri-ciri umum dari Holotricha adalah: pergerakannya yang cepat, bentuk

sel umumnya oval dan terdapat dalam konsentrasi yang tinggi bila makanan

utama. Holotricha dapat menggunakan glukosa, fruktosa, sukrosa dan pektin.

Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk amilopektin (salah satu bentuk rantai

panjang pati). Jenis ciliata rumen ini mempunyai peranan penting dalam

metabolisme karbohidrat dengan jalan menelan gula segera setelah masuk ke

rumen dan menyimpannya dalam bentuk amilopektin, yang selanjutnya akan

melepaskan kembaliinisenyawa
Mekanisme ini kedalam
mempunyai cairan
pengaruh rumenterhadap
positif pada saattersedianya
populasi

karbohidrat dapat terfermentasi


Holotricha mengalami (fermentable
lisis atau pada carbohydrate) bagi bakteri rumen,
fase pertumbuhannya.

terutama apabila tidak terdapat lagi karbohidrat dalam makanan misalnya pada

saat ternak beristirahat. Meskipun demikian apabila didalam rumen terdapat

kandungan gula yang terlarut sangat tinggi, kelompok Holotricha akan terus
18

memangsa senyawa tersebut hingga pada saat sel ciliata pecah karena tidak

terdapatnya kontrol mekanisme pembatas konsumsi. Beberapa spesies Holotricha

yang penting antara lain:


Isotricha intestinalis
Isotricha prostoma
Dasytricha rumiantium

Gambar 2. Ragam Spesies Holotricha

Baik Holotricha maupun Oligotricha secara aktif memangsa bakteri,

bahkan beberapa Holotricha besar juga memangsa Oligotricha kecil. Selain

daripada itu diantara mereka dari suatu jenis/spesies juga terjadi kanibalisme.

Sebagian besar protozoa dengan cepat akan memangsa dan menghidrolisis

bermacam-macam protein dengan menghasilkan amoniak berasal dari kelompok

amida dan akan melepaskan asam-asam amino serta peptida-peptida.

Dibandingkan dengan bakteri, populasi protozoa rumen sangat bervariasi

besarnya (jumlahnya) dari nol sampai 5 x 106 perml isi rumen. meskipun

demikian pada umumnya jumlah yang terdapat didalam rumen berkisar antara 0,2

- 2,0 x 106 perml.


(Fungi) yang Terkandung di dalam Rumen

19

3.4. Jamur
Fungi/jamur adalah jenis mikroba rumen yang paling sedikit populasinya.

Namun, berdasarkan literatur kemampuan fungi mendegradasi polisakarida pada

dinding sel tanaman merupakan yang terbaik dibandingkan dengan bakteri dan

protozoa. Salah satu jenis jamur yang paling banyak ditemukan dalam mikroba

rumen adalah jamur Phycomycotes. Namun, jumlah fungi/jamur sangat

berbanding terbalik dengan bakteri karena menurut penelitian bahwa interaksi

antar-mikroba dalam rumen dapat merugikan ternak inang. Hal ini karena semakin

banyak Table
jumlah mikroba dalam
1. Jenis-jenis rumen,rumen
fungi dalam maka semakin banyak pula kebutuhan

konsumsi pakan dan serat kasar yang harus dipenuhi.

Keberadaan mikroba rumen ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya

adalah suhu, keasaman rumen, tingkat konsumsi pakan, nutrisi pakan, jumlah

pemberian pakan dll.


20

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
 Mikroba dalam rumen yang paling banyak jumlahnya diklasifikasikan

menjadi 3, yaitu : bakteri, protozoa dan fungi/jamur. Dengan jumlah bakteri

merupakan yang paling banyak dan fungi/jamur merupakan yang paling

sedikit.
 Interaksi yang terjadi antar mikroba rumen dapat merugikan ternak inang

karena sangat berpengaruh dengan nutrisi pakan dan tingkat konsumsi pakan

pada ternak inang.


 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroba rumen adalah

suhu, keasaman rumen, tingkat konsumsi pakan, nutrisi pakan, jumlah

pemberian pakan dll.

4.2. Saran
Perlu adanya tinjauan atau penelitian lagi terhadap jenis mikroba rumen

yang mampu meningkatkan daya cerna dan memberikan good performance pada

ternak.
21

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Usman. 2012. Pengaruh Penggunaan Onggok Dan Isi Rumen Sapi
Dalam
Pakan Komplit Terhadap Penampilan Kambing Peranakan
I. G. L. O. dan Siti, N. W. 2008. Koefisien Cerna Bahan Kering dan
Cakra, Etawah.
Nutrien RansumUniversitas
Fakultas Peternakan Kambing Peranakan
Islam Malang. Etawah Yang Diberi
Hijauan
Dengan
Das, Khrusna Suplementasi
Chandra dan WenshengKonsentrat Molamik.and
Qin. 2012. Isolation Majalah Ilmiah Peternakan
characterization
11(1): 12-17. rumen bacteria of cattle (Bos taurus) and potential
of superior
application
in animal
Dehority, feedstuff.
B.A. 2004. Rumen Open Journal of Nottingham
Microbiology. Animal Sciences Vol.2, Press,
University No.4, 224-
228 (2012)
Nottingham.
Jakober, M. Qi, K. D. dan T.A. McAllister. 2009. Rumen Microbiology. Animal
and Plant Productivity Lethbridge Research Centre Canada
Khaedar, Rezaei. 2010. Mikroba Rumen dan Peranannya.
http://www.repository.ipb.ac.id
Kostyukovsky, Vladimir et al. 1995. Degradation of Hay by Rumen Fungi in
Artificial Rumen (RUSITEC). J. Gen. Appl. Microbial., 41, 83-86
McDonald, P., R. Edwards and J. Greenhalgh. 2002. Animal Nutrition. 6th
Edition. New York.
Meryandini, A., dkk. 2009. Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakteristik Enzimnya.
MAKARA SAINS 13(1):32-38.
Mould, F.L. et al. 2005. In Vitro Microbial Inoculum : A review of its
function
and properties. Animal Feed Science and Technology 123-124 (2005) 31-
Nagpal, Ravinder et al. 2010. Influence of Bacteria and Protozoa from the
rumen50
of buffalo on in-vitro activities of anaerobic fungus
Caecomyces sp.
Prayitno, C. H. dan Hidayat, N. 2011. Aktivitas Selulolitik dan Produk Asam
isolated from the feces of elephant. Journal of Yeast and Fungal Research
Lemak Volatile dari Bakteri Rumen Sapi pada Substrat Jerami
Vol.1 (8), pp. 152-156
Padi. J.
Soetanto, Hendrawan. 1998. Bahan Kuliah Nutrisi Ruminansia
Anim. Prod. 1(1): 1-9.
http://images.hendrawansoetanto.multiply.multiplycontent.com. Diakses
tanggal 25 November 2012.
22

Suwandi. 1997. Peranan Mikroba Rumen Pada Ternak Ruminansia. Lokakarya


Fungsional Non-Peneliti 1997
Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Penerjemah: T. Baskoro. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai